Anda di halaman 1dari 20

Kata sulit

1. Karies profunda
JAWAB :
 Karies profunda adalah karies yang sudah mengenai lebih dari
setengah dentin bahkan sudah mengenai pulpa. Karies profunda
dibagi menjadi 3 stadium yaitu:
- Stadium I: Karies profunda stadium I sudah melewati setengah
dentin, akan tetapi pulpa biasanya belum mengalami
peradangan;
- Stadium II: Pada karies profunda stadium II masih ditemukan
lapisan tipis dentin, yang membatasi antara karies dengan
pulpa. Pada stadium II biasanya pulpa sudah mengalami
radang;
- Stadium III: Pada karies profunda stadium III, pulpa sudah
terbuka dan sudah mengalami peradangan.

2. karies media
JAWAB :
Karies media adalah karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin. menyebabkan reaksi hipermi pulpa. Nyeri bila terkena rangsangan
panas maupun dingin, keluhan akan berkurang jika rangsangan dihilangkan.

3. Gigi prematur
JAWAB :
 Gigi premature atau premature loss adalah kondisi dimana gigi desidui
yang sudah tanggal sebelum waktunya sementara gigi permanen
pengganti belum tumbuh. Kehilangan gigi desidui yang terlalu dini akan
berpengaruh pada keberhasilan erupsi gigi apabila ada pengurangan
ruang pada lengkung gigi.
 Premature loss adalah kondisi dimana gigi desidui yang sudah tanggal
sebelum waktunya sementara gigi permanen pengganti belum tumbuh.
Kehilangan gigi desidui yang terlalu dini akan berpengaruh pada keberhasilan
erupsi gigi apabila ada pengurangan ruang pada lengkung gigi. Kondisi
premature loss terkait pula dengan perkembangan rahang. Rahang adalah
bagian dari struktur total kepala dan setiap rahang bisa mempunyai
hubungan posisional yang bervariasi terhadap struktur lain dari kepala,
variasi semacam itu bisa terjadi pada ketiga bidang yaitu sagital, vertikal, dan
lateral.

PERTANYAAN :
1. Apa tindakan yang akan dilakukan pada kasus tersebut, dicabut atau direstorasi(gigi 55 62
84)? ➡️
JAWAB :
 karies media, vitalitas positif, Karies media adalah karies sudah mengenai
dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau
bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya
terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis. Dan
vitalitasnya masih + menunjukkan pulpanya masih vital, maka dapat dilakukan
restorasi Teknik open sandwich
 Pada gigi 62 karies meluas disertasi mobilitas derajat 3, karena kariesnya
sudah meluas dan disertai mobilitas derajat 3 yg mana termasuk mobilitas yg
cukup parah ada kegoyangan gigi ke arah horisontal oleh lidah. Maka dapat
dilakukan pencabutan.
 Pada gigi 84 karies profunda perforasi, vitalitas positif. Karies profunda
adalah karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-
kadang sudah mengenai pulpa. Merupakan karies yang telah mendekati atau
bahkan telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa.
Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun. Apabila
tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk perawatan
selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya. Namun
pada kasus scenario vitalistasnya positif menunjukkan pulpanya masih vital.
Maka dapat dilakukan restorasi Teknik closed sandwich.
~
 Untuk gigi 55, dimana gigi 55 terdapat karies media (karies yang terdapat
pada dentin saja, tidak sampai meluas ke pulpa), tidak terdapat kegoyahan
gigi. Nah, untuk gigi 55 sebaiknya dilakukan restorasi. Restorasinya bisa
menggunakan restorasi sandwich yaitu menggabungkan 2 bahan menjadi 1
supaya didapatkan kekuatan yg lebih bagus lagi. Untuk bahannya bisa
menggunakan GIC dan Resin Komposit jenis flowable, mengapa resin
flowable? Karena resin ini cocok untuk menggantikan dentin yg hilang, salah
satunya akibat karies seperti diskenario. Dan, untuk Teknik sandwichnya
menggunakan Teknik terbuka (karena memang indikasinya untuk kavitas
kelas 2/5, diskenario gigi 55 termasuk kavitas kls 2, dan cocok untuk gigi
posterior).
 Untuk gigi 62, gigi 62 terdapat karies yg luas dan juga mobilitas derjat 3
(artinya kegoyahan giginya itu lebih dari 1mm, udh goyang bgt). Nah,
sebaiknya untuk gigi 62 ini dilakukan splinting. Splinting diindikasikan pada
keadaan kegoyangan gigi derajat 3 dengan kerusakan tulang berat. Adapun
indikasi utama penggunaan splint dalam mengontrol kegoyangan yaitu
imobilisasi kegoyangan yang menyebabkan ketidak nyamanan pasien,
mencegah kehilangan gigi premature, serta menstabilkan gigi pada tingkat
kegoyangan yang makin bertambah.
 Untuk gigi 84, gigi tsb terdapat karies profunda perforasi (karies yg sudah
meluas melibihi dentin dan sudah mencapai pulpa, menyebabkan pulpa
mengalami perdangan), tidak disertai kegoyahan gigi. Untuk gigi ini sebaiknya
dilakukan restorasi, karna gigi dilihat masih bisa dipertahankan. Restorasi
yang digunakan yaitu restorasi sandwich Teknik tertutup, mengapa? Karena
Teknik sandwich tertutup memang indikasinya untuk kavitas yang dalam
seperti pd gigi 84.

1. Bagaimana hubungan mengonsumsi makanan manis dengan gigi


berlubang? Dwi
Sebenarnya penyebab utama gigi berlubang bukanlah gula. Gigi berlubang
disebabkan oleh bakteri yang hidup di dalam mulut. Bakteri tersebut
menggerogoti sisa-sisa karbohidrat pada gigi kita.
Sisa-sisa tersebut termasuk juga makanan manis yang Anda makan, seperti
gula yang ditemukan di kue kering (cookies), permen, biji-bijian, buah-buahan,
dan sayur-sayuran.
Gula termasuk karbohidrat. Ketika karbohidrat ini dicerna, bakteri di mulut
memakannya dan memproduksi asam. Ludah yang bercampur dengan asam
dapat membentuk plak gigi.
Alih-alih makanan manis, plak inilah yang sebenarnya menjadi penyebab gigi
berlubang. Plak terdiri dari bakteri dan asam. Jika gigi tidak dibersihkan dengan
benar dan rutin, plak akan menggerogoti bagian luar gigi yang disebut enamel,
sehingga menghasilkan lubang kecil pada permukaan gigi.
Jika lubang kecil pada permukaan gigi tidak segera ditangani, perlahan
lubang tersebut akan melebar. Tidak hanya lapisan luar saja, lama-lama bakteri
akan menggerogoti bagian tengah (dentin), hingga lapisan ketiga yang disebut
pulp.
Bagian pulp merupakan bagian gigi yang terdiri dari pembuluh darah dan
saraf. Saat gigi berlubang sudah sampai pada bagian pulp, nantinya akan
merasakan nyeri yang luar biasa. Gigi pun akan terasa sensitif jika dipakai
makan, tak jarang abses di mulut pun bisa terjadi.
~
Menurut Heriyadi (2006), bahwa kariogenik suatu makanan antara lain
dipengaruhi oleh kondisi nutrien dari makanan tersebut, yang akan menentukan
komposisi plak merupakan media pertumbuhan bagi bakteri karies. Sukrosa
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan dan peningkatan jumlah koloni
yang ada.
Semua karbohidrat dalam makanan pada dasarnya merupakan substrat
(karbohidrat makanan) untuk bakteri, yang melalui proses sintesa akan dirubah
menjadi asam. Makanan yang mengandung karbohidrat dengan berat molekul
rendah dan karbohidrat yang mudah dipecah seperti sukrosa akan segera diubah
menjadi zat-zat yang merusak jaringan mulut. Semakin sering mengkonsumsi
makanan berkarbohidrat yang mudah dipecah, semakin cepat terjadi proses
demineralisasi jaringan keras gigi (Putri, Elisa, dan Neneng, 2010).
Komponen diet yang sangat kariogenik adalah sukrosa dan glukosa, yang
dimetabolisme oleh bakteri dalam plak sehingga melarutkan email. Gula sukrosa
dan glukosa bukan hanya memiliki kariogenitas saja, melainkan sangat efektif
dalam menimbulkan karies. Semakin sering mengkonsumsi gula akan
menyebabkan penurunan pH yang akan memudahkan terjadinya demineralisasi
email (Putri, Elisa, dan Neneng, 2010).

2. Jelaskan gigi berapa yang akan direstorasi sesuai dengan indikasi? fat▶️adit
JAWAB :

3. Restorasi klas berapa yang akan digunakan pada kasus di skenario? Septa➡️
JAWAB :

4. Bagaimana tahapan restorasi pada gigi decidui/prematur? marsha▶️


JAWAB :

5. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi karies pada anak2? Renan➡️Bulan
JAWAB :
1) Pengetahuan
Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu
usaha dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan gigi
melalui pendekatan pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Pendidikan
kesehatan gigi yang disampaikan diharapkan mampu mengubah
perilaku kesehatan gigi individu atau masyarakat dari perilaku yang
tidak sehat ke arah perilaku sehat. Pengetahuan mengenai
kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk terbentuknya
tindakan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Menjagakebersihan gigi
dan mulut pada usia sekolah merupakan salah satu cara dalam
meningkatkan kesehatan pada usia dini
2) Sikap
Sikap siswa tentang kebersihan gigi terhadap karies gigi masih
buruk karena siswa menyikat gigi hanya kalau di perintah oleh orang
tua nya, tidak menyikat gigi sebelum tidur. tidak melakukan control
kesehatan gigi serta tidak mengetahui kapan sikat gigi harus di ganti.
Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran dan
emosi memegang peranan penting. Seseorang dapat berpikir
dan berusaha supaya kebersihan gigi dan mulut dapat terjaga
dengan baik sehingga terbebas dari karies gigi. Dalam berpikir
komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga
seseorang mempunyai kecenderungan bertindak untuk
melakukan pencegahan karies gigi
3) Tindakan
Masih banyak siswa yang bertindak buruk itu bisa karena siswa
menyikat gigi tidak dua kali dalam sehari dan selalu harus di
perintah oleh orang tua ny, tidak melakukan control ke dokter gigi
atau perawat gigi serta banyak mengkonsumsi makanan dan
minuman yang manis - manis yang mana hal tersebut adalah
pemicu terjadinya karies gigi.
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman,
serta lingkungan. Kemampuan untuk memelihara diri agar dapat
mencapai tingkat higiene mulut yangmemadai adalah, kondisi yang
memacu tinggi atau rendahnya status kesehatan gigi dan mulut
Ternyata dari banyaknya murid yang menderita karies gigi disebabkan
karena tindakan menyikat gigi tidak dua kali dalam sehari serta
harus adanya perintah atau desakan dari orang tuanya untuk
menyikat gigi, memakan cemilan secara berlebih atau kebiasaan
makan yang mengandung gula dan tidak melakukan cek rutin atau
mengunjungi dokter gigi. Maka dari itu dari banyaknya anak yang
terkena karies gigi dan berperilaku negatif sebaiknya lebih
ditingkatkan lagi kebiasaan menyikat giginya, dimana untuk cara
menyikat gigi harus menyenangkan agar menyikat gigi tidak harus
dengan paksaan, memakan cemilan jangan berlebih dan sebaiknya
setelah mengkonsumsi yang manis diharapkan untuk berkumur, serta
rutin melakukan cek up ke dokter gigi.

Karies gigi pada anak-anak merupakan penyakit yang multifaktorial,


disebabkan oleh berbagai determinan dan faktor risiko. Faktor risiko tersebut
meliputi lingkungan keluarga, sosial-ekonomi, budaya, pemanfaatan
pelayanan kesehatan gigi, pendidikan, oral hygiene dan faktor lingkungan.4
Faktor risiko karies gigi meliputi faktor saliva, faktor diet, faktor fluoride, faktor
biofilm dan plak gigi, serta faktor modifikasi. Kejadian karies dipengaruhi oleh
oral hygiene, plak gigi akan terbentuk jika seseorang tidak menjaga
kebersihan mulutnya dengan benar
- Faktor Saliva
Saliva merupakan faktor yang berperan dalam proses terjadinya karies.
Parameter pH saliva berhubungan dengan kejadian karies gigi, pH saliva
yang rendah berhubungan dengan tingkat kejadian karies yang tinggi. Gigi
yang sudah mengalami demineralisasi pada awal proses karies tidak
dapat mengalami remineralisasi pada suasana pH saliva yang rendah
atau asam
 Utami Sri. 2018. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Karies
Gigi Anak Usia Prasekolah Kabupaten Sleman Tahun 2015. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. 18(2) : 67-70

1) Frekuensi dan waktu menyikat gigi

Waktu menyikat gigi yang baik adalah pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur. Umumnya anak-anak malas untuk menyikat gigi pada
malam hari , biasanya karena sudah mengantuk jadi mereka langsung
tidur tanpa menyikat gigi terlebih dahulu. Saat kita tidur aliran saliva akan
menurun, sehingga akan menyebabkan karies gigi apabila membiarkan
sisa makanan menempel pada gigi.
2) Kebiasaan makanan kariogenik

Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya


karies gigi pada anak. Sifat makanan kariogenik banyak mengandung
karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut, sehingga sangat
mudah menempel pada permukaan gigi dan sela-sela gigi. Karbohidrat
yang paling erat berhubungan dengan karies adalah sukrosa, karena
mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan
miroorganisme asidogenik seperti pertumbuhan streptococcus mutans.
Sukrosa banyak terdapat pada makanan manis dan snack seperti roti,
coklat, permen dan es krim yang sangat disukai anak-anak. Anak-anak
yang sering mengkonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang
lebih sering akan meningkatkan terjadinya karies.
3) Pendidikan dan pengetahuan orang tua

Pendidikan orang tua sangat berperan penting terhadap resiko karies


anak. Kebanyakan orang tua dengan pendidikan rendah menyebabkan
pengetahuan orang tua yang minim tentang memelihara kesehatan gigi
dan mulut anak sehingga resiko anak terkena karies akan menjadi lebih
tinggi. Misalnya orang tua dengan pendidikan dan pengetahuan yang
tinggi mereka pasti akan mengerti bahwa anak itu harus melakukan sikat
gigi sebanyak 2x sehari atau anak dibawa ke dokter gigi 6 bulan sekali.
4) Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi juga mempengaruhi karies pada anak-anak. Misalnya


orang dengan tingkat ekonomi yang tinggi mereka akan lebih sering
datang ke dokter gigi untuk memeriksakan keadaan rongga mulutnya
dibanding orang dengan tingkat ekonomi yang rendah.
a. - Faktor host (gigi)
Komposisi gigi terlihat dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan
bawah email. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya
karies. Kuat atau lemahnya struktur gigi terhadap proses kerusakan karies
dapat dilihat dari warna, keburaman dan kelicinan permukaan gigi serta
ketebalan gigi (Suwelo, 1992).
Menurut Kidd dan Bechal (1992), kawasan-kawasan gigi yang
memudahkan peletakan plak sehingga menyebabkan karies yaitu:
- Pits dan fissure pada permukaan oklusal molar dan premolar, pits buccal
molar dan pit palatal incisive
- Permukaan daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak
- Email pada tepisan di daerah leher gigi, sedikit diatas tepi gingival
- Permukaan akar yang terbuka merupakan daerah tempat melekatnya plak
pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodonsium
- Tepi tumpatan terutama yang kurang menempel
- Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan
b. Faktor mikroorganisme
Flora bakterial mulut dalam bentuk plak merupakan syarat utama bagi
terbentuknya karies. Pada gigi-gigi yang belum erupsi dan belum
berhubungan dengan flora mulut tidak terbentuk karies, tetapi begitu gigi
tersebut erupsi dapat terserang karies. Selanjutnya dapat dibuktikan bahwa
jenis bakteri mulut tertentu secara in vitro dapat menghasilkan lesi karies
pada email dan dentin. Akhirnya bakteri jenis ini dalam jumlah besar dapat
ditunjukkan dan diisolasi dari lesi in vivo, dan ditunjukkan pula bahwa adanya
jenis bakteri tertentu dalam jumlah relatif besar mendahului terjadinya
kerusakan gigi. Jenis bakteri yang dapat menimbulkan karies yaitu
Streptococcus mutans, beberapa jenis Streptococcus mitis, Streptococcus
sanguis, Streptococcus miller, dan banyak Lactobacillus serta beberapa
spesies Actinomyces (Schuurs, 1992).
c. Faktor substrat
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang
dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Makanan pokok
manusia adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Pada dasarnya nutrisi
sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi saat
pembentukan matriks email. Nutrisi berperan dalam membentuk kembali
jaringan mulut dan membentuk daya tahan terhadap infeksi juga karies.
Nutrisi berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam
struktur, ukuran, komposisi, erupsi, dan ketahanan gigi terhadap karies
(Suwelo, 1992).
d. Faktor waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral
selama berlangsung proses karies, menandakan bahwa proses karies
tersebut terjadi atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti.
Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi maka karies tidak
menghancurkan dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan
atau tahun (Kidd dan Bechal, 1992).

~
 Umur
Pada studi epidemiologis terdapat suatu peningkatan prevalensi karies
sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih
rentan terhadap karies karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang
erupsi. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi
mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya
karies akar.
 Bentuk gigi
Ukuran dan bentuk gigi berperan pada perkembangan karies, karena
sisa-sisa makanan lebih mudah menumpuk padabagian gigi belakang, seperti
gigi geraham dimana pada gigi tersebut terdapat bagian kunyah yang terdiri
dari pit dan fissure atau lekukan.
 Faktor jumlah saliva
Saliva atau ludah merupakan sistem pertahanan mulut karena
berfungsi untuk membersihkan sisa makanan dan bakteri dari gigi dan
melawan produksi asam dari sisa makanan yang menumpuk di gigi. Semakin
sedikit jumlah saliva, gigi akan semakin rentan terkena karies.
 Faktor waktu
Karies merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu beberapa
bulan sampai tahun untuk berkembang menjadi suatu lubang pada gigi.
karies rampan merupakan penyakit yang perkembangannya cukup cepat.
 Faktor mikroorganisme
Mikroorganisme kariogenik utama penyebab karies adalah
Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus yang merupakan
mikroorganisme patogen. Kedua mikroorganisme ini dapat berkolonisasi di
permukaan gigi dan cepat menghasilkan asam yang berujung pada
kerusakan gigi.
 Faktor makanan
Makanan yang tinggi karbohidrat dan gula seperti jus atau susu
formula akan meningkatkan risiko karies pada permukaan gigi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak yang banyak mengonsumsi karbohidrat
terutama sukrosa cenderung mengalami karies gigi dari pemberian nutrisi
melalui botol. Hal ini dikarenakan cairan yang tersisa di mulut akan tergenang
mengelilingi permukaan gigi, lalu mengendap dan dirubah menjadi asam yang
akan merusak gigi.
 Faktor perilaku membersihkan gigi
Plak yang muncul akibat anak yang kurang menjaga kebersihan gigi
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya karies. Dengan rajin menyikat
gigi, minimal dua kali sehari, pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur,
risiko terjadinya karies gigi dapat dihindari. Dianjurkan pula menggunakan
pasta gigi berfluoride untuk anak supaya melindungi gigi dari karies, seperti
pasta gigi khusus gigi susu.
 Pengetahuan orang tua
Tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan pengetahuan
orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak menjadi
kurang sehingga resiko anak terkena penyakit gigi dan mulut menjadi lebih
tinggi. Dimana bahwa tingkat pendidikan, dan pengetahuan orang tua
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak
 Kebiasaan makanan kariogenik
Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat menyebabkan
terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung
karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam ulut, sehingga sangat mudah
menempel pada permukaan gigi dan sela-sela gigi. Dimana, bahwa
karbohidrat yang paling erat berhubungan dengan proses karies adalah
sukrosa, karena mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap
pertumbuhan mikroorganisme asidogenik seperti pertumbuhan s. Mutans dan
s. Sobrinus. Sukrosa banyak terdapat pada makanan manis dan camilan
(snack) seperti roti, coklat, permen dan eskrim. Mengkonsumsi makanan
kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan terjadinya
karies dibandingkan dengan mengkonsumsi dalam jumlah banyak tetapi
dengan frekuensi yang lebih jarang.

Menurut Tarigan (2013), Pencegahan karies gigi bertujuan untuk


mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut.
Pencegahan karies gigi dapat dibagi atas dua bagian:
a. Tindakan pra erupsi
Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur email dan dentin atau gigi
pada umumnya, contohnya berupa pemberian mineral-mineral terutama Ca,
P, F, Mg.
b. Tindakan pasca erupsi
Pada tindakan ini terdapat beberapa metode yang digunakan seperti :
 Pengaturan diet
Hal ini merupakan faktor yang paling umum untuk penyakit karies. Asam
yang terus-menerus diproduksi oleh plak yang merupakan bentuk dari
karbohidrat dalam jumlah banyak, yang akan menyebabkan buffering
saliva menjadi inadekuat, sehingga proses remineralisasi yang merupakan
faktor penyeimbang dari demineralisasi tidak terjadi. Konsumsi karbohidrat
yang tinggi merupakan faktor penting untuk terjadinya karies.
 Pengendalian plak
Beberapa studi menunjukkan bahwa ada hubungan antara menyikat gigi
dengan perkembangan karies gigi. Pengendalian plak dengan menyikat
gigi sangat penting sebelum menyarankan hal-hal lain kepada pasien.
Agar berhasil, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
- Pemilihan sikat gigi yang baik serta penggunaannya
- Cara menyikat gigi yang baik
- Frekuensi dan lamanya penyikatan
- Penggunaan pasta fluor
- Pemakaian bahan disklosing
Menjaga kebersihan rongga mulut harus dimulai pada pagi hari, baik
sebelum maupun setelah sarapan dan malam sebelum tidur. ketika tidur,
aliran saliva akan berkurang sehingga efek buffer akan kurang, karena itu
semua plak harus dibersihkan.
 Penggunaan fluor
Adapun usaha-usaha yang dilakukan antara lain adalah meningkatkan
kandungan fluor dalam diet, menggunakan fluor dalam air minum,
pengaplikasian secara langsung pada permukaan gigi (topikal aplikasi),
atau ditambahkan pada pasta gigi.

Menurut Mansjoer (2009), penatalaksanaan pencegahan karies gigi dilakukan


dengan:
a. Perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan mempraktekkan instruksi berikut :
1) Sikatlah gigi sekurang – kurangnya dua kali sehari pada waktu – waktu
yang tepat yaitu waktu sesudah makan, sebelum tidur, ditambah dengan
sesudah bangun tidur.
2) Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar dan kepala sikat
kecil.
3) Gunakan dental gloss (benang gigi) sedikinya satu kali sehari.
4) Gunakan pencuci mulut anti plak yang mengandung antibiotik
(vancomycin), enzim (destronase) dan antiseptik (chlor hexidine 0, 1 %).
5) Untuk anak yang masih kecil dan belum dapat menggunakan sikat gigi
dengan benar, dapat digunakan kain pembersih yang tidak terlalu tipis
untuk membersihkan bagian depan dan belakang gigi, gusi serta lidah.
Cara mempergunakan yaitu dengan melilitkan pada jari kemudian
digosokkan pada gigi.
6) Kunjungi dokter gigi sedikitnya 6 bulan sekali atau bila mengalami
pengelupasan gigi, luka oral yang menetap lebih dari dua minggu atau
sikat gigi.
b. Diet
Karies dapat dicegah dengan menurunkan jumlah gula dalam
makanan yang dikonsumsi. Hindari kebiasaan makan makanan yang
merusak gigi (permen, coklat dan lain sebagainya) dan membiasakan
mengkonsumsi makanan yang menyehatkan gigi (buah dan sayur).
c. Flouridasi
Flouridasi dilakukan dengan memungkinkan dokter gigi memberikan
sel dental pada gigi, menambahkan floiuride pada suplai air minum dirumah,
penggunaan pasta gigi yang mengandung floiuride atau menggunakan tablet,
tetesan atau hisap natrium floiuride. Karies gigi dapat dihindari/dicegah
apabila anak melakukan perawatan gigi dengan benar setelah mengkonsumsi
makanan kariogenik.
~
Secara teori terdapat tiga cara yang dapat dilakukan dalam usaha
pencegahan karies, yaitu (Kidd dan Bechal, 1991):
1. Mengurangi substrat karbohidrat
Mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada makanan.
2. Meningkatkan ketahanan gigi
Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies
dengan memaparkannya fluor secara tepat. Pit dan fisur yang dalam dapat
dikurangi kerentanannya dengan menutupnya memakai resin. Pit adalah titik
terdalam berada pada pertemuan antar beberapa groove atau akhir dari
groove. Istilah pit sering berkaitan dengan fisur. Fisur adalah garis berupa
celah yang dalam pada permukaan gigi (Russel C. Wheeler, 1974).
3. Menghilangkan plak bakteri
Secara teoritis, permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi karies,
penyikatan gigi dan flossing setiap hari membantu mencegah karies gigi.
~
 Ajarkan anak sikat gigi sejak dini
Rajin sikat gigi tidak hanya aturan yang wajib dilakukan oleh orang
dewasa saja. Sejak dini anak-anak juga sebaiknya diajarkan untuk rajin sikat
gigi setidaknya dua kali sehari, setelah makan/minum susu, dan sebelum
tidur. Beberapa dokter mengatakan bahwa anak sudah bisa mulai diajarkan
sikat gigi sejak empat gigi pertamanya tumbuh.
Namun, ada pula beberapa dokter yang menyarankan untuk menunda
hingga anak berusia setidaknya dua sampai tiga tahun. Jika gigi si kecil
belum tumbuh, Anda bisa membiasakan membersihkan gusinya
menggunakan kain bersih yang sudah dibasahi dan gosoklah gusi bayi
secara perlahan-lahan. Hal ini dilakukan guna membantu melawan
pertumbuhan bakteri dan meningkatkan kesehatan mulut si kecil sebelum gigi
pertamanya tumbuh.
 Pakai pasta gigi dengan fluoride
Anak dibawah usia 3 tahun sudah dapat menggunakan pasta gigi anak
berfluoride. Tentunya dengan takaran sedikit kira-kira sebesar biji beras.
Ketika sudah mencapai usia 3 tahun atau lebih, bisa menambahkan takaran
pasta gigi menjadi sebesar biji polong.
Ajarkan padanya untuk selalu berkumur-kumur setelah gosok gigi.
Meski pasta gigi khusus, memiliki jenis rasa yang beraneka ragam, katakan
padanya jika pasta gigi bukan makanan yang bisa ditelan. Itu sebabnya,
orangtua perlu mendampingi anak ketika menyikat gigi. Mulai usia si kecil dua
tahun, orang tua sudah bisa mengajarkannya untuk berkumur dan
mengeluarkan air kumurnya setelah sikat gigi.
 Pilih sikat gigi yang menarik hati
Agar anak terbiasa untuk menyikat gigi sejak dini, orangtua harus pintar-pintar
merancang strategi menyenangkan untuknya. Langkah pertama yang bisa
lakukan adalah memilih peralatan menyikat gigi. Kini sudah banyak pilihan
sikat gigi dengan berbagai bentuk dan warna yang menarik hati. Biarkan anak
memilih sikat gigi kesukaannya agar sikat gigi jadi hal yang menyenangkan
untuknya. Namun pastikan sikat gigi yang ia pilih memiliki bulu yang lembut,
kepala yang kecil, dan pegangan yang besar.
 Jadi contoh yang baik untuk anak
Setiap perilaku anak pasti mencontoh dari orang tua. Maka orangtua
harus menunjukkan bahwa juga rajin menyikat gigi. Agar lebih
menyenangkan, jadikan momen sikat gigi sebagai rutinitas harian yang
dilakukan secara bersama-sama dengan keluarga. Selain untuk mengawasi
aktivitas menyikat gigi anak, cara ini juga tepat untuk membangun ikatan
antara orangtua dan anak.
Jangan permasalahkan teknik menyikatnya yang masih belum
sempurna, atau cenderung semaunya saja. Seiring berjalannya waktu,
kemampuan anak untuk menyikat gigi dengan cara yang benar akan
terbentuk sendiri. Yang terpenting, orangtua sudah membangun kebiasaan
menyikat gigi secara rutin sejak dini.
 Hindari anak minum susu sambil tidur
Kebiasaan makan yang baik membantu mencegah karies gigi pada
anak. Jika anak masih ASI atau susu botol, pastikan ia tidak tertidur dengan
keadaan menyusu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan asam pada
gigi anak, sehingga tidak menimbulkan karies gigi. Usahakan anak tetap
terjaga setidaknya 15 menit setelah ia selesai menyusu dan mintalah ia untuk
membersihkan giginya terlebih dahulu sebelum tidur.

Jika gigi susu anak belum tumbuh, bisa membersihkan gusi dan mulutnya
dengan kain lap lembut yang sudah dibasahi air hangat. Pada saat
usianya menginjak 12 bulan, mulailah ajari anak untuk minum susu dari
gelas. Dengan cara ini, diharapkan pertumbuhan karies gigi pada anak
dapat dicegah

6. Apa perawatan pencegahan karies yang dapat dilakukan pada anak2 ? Adit▶️sep
JAWAB :
 Modifikasi kebiasaan anak
Modifikasi kebiasaan anak bertujuan untuk merubah kebiasaan anak yang salah
mengenai kesehatan gigi dan mulutnya sehingga dapat mendukung prosedur
pemeliharaan dan pencegahan karies.
 Pendidikan kesehatan gigi
Pendidikan kesehatan gigi mengenai kebersihan mulut, diet dan konsumsi gula
dan kunjungan berkala ke dokter gigi lebih ditekankan pada anak yang berisiko
karies tinggi. Pemberian informasi ini sebaiknya bersifat individual dan dilakukan
secara terus menerus kepada ibu dan anak. Dalam pemberian informasi, latar
belakang ibu baik tingkat ekonomi, sosial, budaya dan tingkat pendidikannya
harus disesuaikan sedangkan pada anak yang menjadi pertimbangan adalah
umur dan daya intelegensi serta kemampuan fisik anak. Informasi ini harus
menimbulkan motivasi dan tanggung jawab anak untuk memelihara kesehatan
mulutnya. Pendidikan kesehatan gigi ibu dan anak dapat dilakukan melalui
puskesmas, rumah sakit maupun di praktek dokter gigi.
 Kebersihan mulut
Penyikatan gigi, flossing dan profesional propilaksis disadari sebagai komponen
dasar dalam menjaga kebersihan mulut. Keterampilan penyikatan gigi harus
diajarkan dan ditekankan pada anak di segala umur. Anak di bawah umur 5
tahun tidak dapat menjaga kebersihan mulutnya secara benar dan efektif maka
orang tua harus melakukan penyikatan gigi anak setidaknya sampai anak
berumur 6 tahun kemudian mengawasi prosedur ini secara terus menerus.
Penyikatan gigi anak mulai dilakukan sejak erupsi gigi pertama anak dan
tatacara penyikatan gigi harus ditetapkan ketika molar susu telah erupsi.
 Diet dan konsumsi gula
Tindakan pencegahan pada karies tinggi lebih menekankan pada pengurangan
konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula. Nasehat diet
yang dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah protein dan
fosfat yang dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan
sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair yang akan bersifat
membersihkan dan merangsang sekresi saliva, menghindari makanan yang
manis dan lengket serta membatasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari serta
menekan keinginan untuk makan di antara jam makan.

7.Bagaimana patogenesis dari kasus pada skenario? ,Surya


JAWAB :
Pada kasus scenario anak tersebut suka makan coklat dan manis. Setelah
mengkonsumsi makanan manis akan terjadi fermentasi terhadap glukosa
makanan. Hasilnya berupa senyawa bersifat asam dan membuat lingkungan
sekitar gigi bersuasana asam. Dalam beberapa menit derajat keasaman tadi
akan meningkat atau pH- nya akan turun . Bila berlanjut, penurunan nilai pH
akan sampai ke nilai kritis, yaitu nilai pH yang akan memicu dekalsifikasi
(hilangnya garam kalsium) pada email gigi. Keberadaan perubahan suasana
pH setelah makan ini akan kembali normal setelah 20 ± 30 menit kemudian.
Selama 5 ± 10 menit pertama setelah makan adalah saat-saat kritis pH 9
(sekitar 5,2- 5,5).
Nilai pH saliva sebelum mengkonsumsi makanan manis dan lengket 6,04
dengan kriteria agak asam dan setelah 5 menit mengkonsumsi makanan
manis dan lengket nilai pH saliva menurun sebesar 5,73, 15 menit setelah
mengkonsumsi makanan manis dan lengket nilai pH saliva semakin menurun
sebesar 5,62 dan 30 menit setelah mengkonsumsi makanan manis dan
lengket pH saliva 5,21.
Saliva mempengaruhi proses terjadinya karies karena saliva selalu
membasahi gigi geligi sehingga mempengaruhi lingkungan dalam rongga
mulut. Derajat keasaman (pH) saliva merupakan salah satu faktor penting
yang berperan dalam karies gigi, kelainan periodontal, dan penyakit lain di
rongga mulut berada di angka 7 dan bila nilai pH saliva < 5,5 berarti keadaan
sudah sangat kritis. Abila rongga mulut pH salivanya rendah (4,5-5,5) akan
memudahkan pertumbuhan kuman asidogenik seperti Streptococcus mutans
dan Lactobacillus yang menyebabkan karies seperti pada scenario.
 Asridiana, dan Ernie, T. 2019. Pengaruh Mengkonsumsi Makanan Manis
dan Lengket Terhadap Ph Saliva pada Murid SD N Mamajang Makassar.
Jurnal Media Kesehatan Gigi. 18(1)
 Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan
gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel
pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan
menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan
demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010).
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin
melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun
kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga
permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi
yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai yang
terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang
dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap
mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak
tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin
merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah
terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies
yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan
demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang),
lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

8. Apa saja macam-macam kedalaman karies? Surya▶️Salsa


JAWAB :
Menurut Tarigan (2013), keganasan karies dapat diketahui dari kedalaman,
perluasan, dan tempat terjadinya karies. Berdasarkan cara meluasnya, kedalaman,
dan lokasinya maka dapat diklasifikasikan bentuk – bentuk karies
sebagai berikut:
a. Berdasarkan cara meluasnya karies gigi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
 Penetriende karies, adalah karies yang meluas dari email ke dentin
dalam bentuk kerucut perluasannya secara penetrasi, yaitu merembes
ke arah dalam.
 Nonpenetrasi karies, adalah karies yang meluas dari email ke dentin
dengan jalan meluas ke dalam samping, sehingga menyebabkan bentuk
seperti periuk.
b. Berdasarkan kedalaman, karies dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
 Karies superficialis adalah karies baru mengenai email saja, sedang dentin
belum terkena.
 Karies media adalah karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin.
 Karies profunda adalah karies yang sudah mengenai lebih dari setengah
dentin dan kadang – kadang sudah mengenai pulpa.
a. Karies profunda stadium I. Karies telah melewati setengah dentin,
biasanya belum dijumpai radang pulpa.
b. Karies profunda stadium II. Masih dijumpai lapisan tipis yang
membatasi karies dengan pulpa. Biasanya di sini telah terjadi radang
pulpa.
c. Karies profunda stadium III. Pulpa telah terbuka dan dijumpai
bermacam – macam radang pulpa.
c. Berdasarkan lokasi karies
G.V Black dalam Tarigan (2013) mengklasifikasikan kavitas atas lima bagian
berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies, yaitu:
 Kelas I adalah karies yang terdapat pada bagian oklusal (ceruk dan fissure)
dari gigi premolar dan molar (gigi posterior) dapat juga terdapat pada gigi
anterior di foramen caecum
 Kelas II adalah karies yang terdapat pada bagian aproksimal gigi-gigi molar
atau premolar, yang umumnya meluas sampai bagian oklusal.
 Karies III adalah karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi
depan, tetapi belum mencapai margo-insialis (belum pencapai sepertiga
insisal gigi).
 Karies IV adalah karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-
gerigi depan dan sudah mencapai margo-insisalis (telah mencapai
sepertiga insisal dari gigi).
 Karies V adalah karies yang terdapat pada bagian sepertiga leher dari
gigigeligi depan maupun belakang pada permukaan labial, lingual, palatal
ataupun buccal dari gig

9. apasaja yang membedakan restorasi gigi permanen dan decidui dan faktor apasaja yang
harus diperhatikan?▶️fat
JAWAB :

10.Bagaimana etiopatogenesis gigi 84 bisa terjadi karies profunda perforasi? Bulan ▶️


JAWAB :

TAMBAHAN :
Apa saja yang harus dipertimbangkan dalam memilih bahan restorasi untuk gigi
desidui?
Jawab:
 Bisa menggunakan bahan semen glass ionomer dapat digunakan sebagai
pelapis kavitas dan sementasi restorasi tuang serta untuk restorasi gigi susu dan
restorasi kelas V pada erosi gingival dan abrasi akibat sikat gigi yang salah.
Penggunaan semen glass ionomer juga penting terutama pada pasien lanjut
usia dengan karies pada akar gigi.

 Tidak dianjurkan menggunakan bahan metal keramik, karena kontra indikasinya


adalah pasien muda usia di bawah 18 tahun.

 Beberapa prinsip preparasi kavitas pada gigi desidui yaitu outline kavitas harus
melibatkan lesi karies, pit serta fisur yang mudah terkena karies dan jaringan
lunak harus dihilangkan. Hal yang paling penting harus diperhatikan adalah
hindari merusak jaringan sekelilingnya. Menempatkan margin kavitas dengan
sedemikian rupa sehingga mudah di bersihkan dengan sikat gigi dan sedikit
terkena tekanan oklusal. Bentuk kavitas harus tahan terhadap tekanan mastikasi
dan retensinya baik. Perbedaan prinsip preparasi pada gigi desidui terletak pada
kedalaman kavitas Karena gigi desidui mempunyai email yang tipis kira–kira 1
mm sedangkan pulpanya relatif besar.

Bahan Tumpatan pada Anak


Penggunaan bahan tumpatan gigi anak sangat mempengaruhi keawetan dan
ketahanan tumpatan (Sajow, et al., 2012). Bahan tumpatan yang digunakan untuk
karies gigi posterior membutuhkan kekuatan dan ketahanan karena digunakan
sebagai fungsi mastikasi. Beberapa material yang biasa digunakan untuk restorasi
gigi posterior adalah gic dan resin composites (Haesman, 2006). Penggunaan
bahan restorasi untuk posterior yang lebih konservatif untuk preparasi kavitas,
selain itu juga dilihat dari estetik bahwa resin composites dapat menjadi alternatif
yang tahan lama untuk restorasi gigi posterior.
A. Resin Composites
a. Definisi
Resin composites terdiri dari campuran dua atau lebih material. Setiap
material berperan terhadap sifat keseluruhan dari resin composites
(Noort, 2006). Resin composites digunakan untuk menggantikan struktur
gigi yang telah hilang dan memodifikasi warna gigi serta kontur untuk
memperbaiki fungsi estetik.
b. Komposisi
Mengemukakan bahwa resin composites merupakan bahan restoratif
yang digunakan dalam kedokteran gigi mempunyai 3 komponen utama :
resin matrix organic, inorganic filler, dan coupling agent. Resin
composites juga terdiri dari 4 komponen utama: organic polymer matrix,
inorganic filler particles, coupling agent, dan inisiator–accelerator.
c. Sifat
Perlekatan resin composites dengan struktur gigi didapat dari bonding
adhesi dan bentuk preparasi seperti bevel. Resin composites berikatan
dengan struktur email karena permukaan email yang sudah dilakukan
etsa dan adanya bonding adhesi. Perlekatan resin composites dengan
struktur dentin karena adanya bonding adhesi yang melekat pada mineral
organik kolagen dentin. Bonding adhesi merupakan keadaan dimana dua
permukaan yang saling menahan kekuatan interaksi yang terdiri dari
kekuatan valensi atau kekuatan interlocking ataupun keduanya.
d. Klasifikasi
Klasifikasi resin composites dikategorikan menjadi kelompok utama
menurut sifat dan ukuran partikel dari filler resin composites traditional,
hybrid atau blanded composites, dan resin composites hybrid partikel
kecil, resin compsites juga dapat diklasifikasikan sebagai : all purpose
composites, packable composites, flowable composites, laboratory
composites compomer, microfilled composites, dan nanofilled
composites.
e. Indikasi
Restorasi resin composites umumnya dianjurkan untuk klas III sampai
klas V, dan klas I yang tahan terhadap tekanan mastikasi serta
mementingkan fungsi estetik, indikasi untuk penggunaan resin
composites yaitu sebagai berikut:
 Restorasi Klas I, II, III, IV, V, dan VI,
 Pasak atau core build up,
 Sealants dan restorasi resin composites pencegahan (Restorasi
conservative resin composites),
 Perbaikan estetik: Partial veneers, Full veneers, Modifikasi kontur
gigi, Penutupan diastema,
 Semen untuk restorasi indirect,
 Restorasi sementara,
 Periodontal splinting
f. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari penggunaan resin composites yaitu restorasi material
yang berhubungan dengan faktor isolasi, oklusi dan operator.
Kontraindikasi tumpatan resin composites yaitu lesi distal dari premolar,
tumpatan resin composites untuk posterior, pasien dengan resiko karies
tinggi, serta kebersihan rongga mulut tidak terjaga, dan lesi distal
kaninus.
g. Kelebihan dan kekurangan
 Kelebihan : Kuat, Keras, Tidak larut, Radiopak dan Reaksi setting
cepat.
 Kekurangan : Tidak melekat pada gigi, Pengerutan, dan Tidak
melepaskan flour.
B. Glass Ionomer cements
a. Definisi
Glass ionomer cements adalah semen yang sewarna gigi dan bersifat
tidak iritatif serta semi transulen, digunakan untuk merestorasi gigi
anterior, terutama kavitas labial, pit, dan fissure. Semen ini mempunyai
kemampuan unik membentuk bonding yang adhesif dengan jaringan
email dan dentin.
b.  Komposisi
Glass ionomer cements terdiri dari serbuk dan cairan. Serbuk glass
ionomer cements berisi aluminosilicate glass dan cairan berisi polimer
dan kopolimer dari asam akrilat. Cairan biasanya berisi 47,5% dari berat
total, perbandingan cairan 2 : 1 antara asam poliakrilat (polimer asam
itatonik) dalam air. Serbuk glass ionomer cements berisi kalsium,
fluoroaluminosilicate glass dengan formula SiO2 (29%) – Al2O3 (16,6%)
– CaF2 (34,3%) – Na3AlF6 (5%) – AlF3 (5,3%) – AlPO4 (9,8%) (Power &
Sakaguchi, 2006).
c. Sifat
Adhesi kimia dari glass ionomer cements dengan email dan dentin dapat
terjadi karena reaksi ion fosfat dalam jaringan gigi dengan membentuk
asam poliakrilat dari gugus karboksilat. Glass ionomer cements
mempunyai adhesi sedang terhadap substansi gigi, tetapi mempunyai
persamaan koefisiensi termal dengan gigi dan kontaksi setting yang
minimal serta memberikan penutupan tepi yang baik dan mengurangi
kebocoran tepi.
d. Klasifikasi
 Type I (Bahan luting semen),
 Type II (Restoratif),
 Type III (Liner dan Base).
e.  Indikasi
Glass ionomer cements digunakan untuk lesi karies bagian servikal dan
restorasi klas V pada orang dewasa yang mementingkan estetik. Glass
ionomer cements dianjurkan untuk pasien yang beresiko karies tinggi.
Glass ionomer cements digunakan untuk bahan semen, base, restoratif.
Penggunaan Glass ionomer cements juga sebagai bahan fissure
sealants.
f. Kontraindikasi
Glass ionomer cements tidak di anjurkan untuk restorasi klas III dan IV
karena sampai saat ini formulanya masik kurang kuat dan lebih peka
terhadap keausan dibandingkan dengan resin composites.
g. Kelebihan dan kekurangan
 Kelebihan : Melekat pada gigi, Pengerutan sedikit, Melepaskan flour,
Biokompatibel.
 Kekurangan: Rapuh, Larut, Tidak radiopak, Mudah aus, Sensitif
terhadap air, dan Proses setting lama.

Ditinjau dari segi anatomi gigi sulung dan gigi permanen:


Perbedaan Preparasi Gigi Sulung dengan Permanen Perbedaan secara prinsip
perawatan restorasi pada gigi anak dengan perawatan pada orang dewasa adalah:
 Behavior anak: operator harus mampu meguasai/mengendalikan anak,
sehingga anak mengikuti instruksi anjuran operator selama perawatan.
 Morfologi gigi desidui.
 Waktunya tanggal gigi anak.
 Penanganan (management) anak yang tepat dan nyaman merupakan kunci
keberhasilan perawatan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan restorasi gigi sulung
adalah: Umur anak, tingkat keparahan karies, kondisi gigi dan tulang pendukung,
faktor tanggal fisiologis, pengaruhnya terhadap kesehatan anak dan pertimbangan
ruang dalam lengkung.

Anda mungkin juga menyukai