Anda di halaman 1dari 47

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies Gigi

1. Pengertian Karies Gigi

Karies dalam bahasa Indonesia, sebenarnya bukan istilah untuk lubang

gigi. Dalam sebuah situs kedokteran gigi dijelaskan bahwa “Karies adalah

istilah untuk penyakit infeksi”, dimana karies yang terjadi pada gigi

disebut karies gigi. (Mumpuni, Pratiwi, 2013).

Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan.

Menurut Zelvya (2003) dalam Uji Kawuryan (2008) penyakit gigi dan

mulut yang paling banyak terjadi adalah karies gigi. Kerusakan pada gigi

dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan

mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala awal suatu penyakit seringkali

tidak diperhatikan atau dianggap tidak terlalu penting. Kecenderungan ini

juga terjadi pada penyakit gigi termasuk penyakit karies gigi. Karies gigi

ini adalah penyakit infeksi yang telah dikenal sejak dulu. Penyakit ini

merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Bahkan dapat

menyebabkan nyeri, gigi tanggal, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan

kematian.

Sekarang ini banyak dijumpai makanan kariogenik yang dijual di

pasaran dan sudah sampai di pelosok desa. Makanan ini sangat digemari

anak, sehingga perlu diperhatikan pengaruh substrat karbohidrat

14

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
15

kariogenik dengan kejadian karies gigi. Mengingat pentingnya fungsi gigi

maka sejak dini kesehatan gigi anak-anak perlu diperhatikan. Selain faktor

makanan, menggosok gigi juga merupakan salah satu hal yang perlu

diperhatikan dalam rangka tindakan pencegahan karies gigi. Walaupun

kegiatan menggosok gigi merupakan kegiatan yang sudah umum namun

masih ada kekeliruan baik dalam pengertiannya maupun dalam

pelaksanaannya (John Besford, 2006).

Karies gigi ini banyak terjadi pada anak-anak karena anak-anak

cenderung lebih menyukai makanan manis-manis yang bisa menyebabkan

terjadinya karies gigi. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya

makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak

orang mengetahui. Mulut merupakan bagian yang penting dari tubuh kita

dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi karena

banyak penyakit umum mempunyai gejala-gejala yang dapat dilihat dalam

mulut. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan

anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan

karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula,

apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang

membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies

(Machfoedz dan Zein, 2005).

Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah gigi dan

air ludah, mikroorganisme penyebab karies, substrat, (makanan) serta

waktu sebagai faktor tambahan. Gigi yang tidak beraturan (crowding) dan

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
16

air ludah yang banyak serta konsisitensinya kental, sangat mudah terserang

karies. Mikroorganisme penyebab karies adalah bakteri dari jenis

Streptococcus dan Lactobacillus. Makanan yang kariogenik adalah

makanan yang lengket menempel di gigi seperti gula-gula (permen) dan

cokelat,dan makanan inilah yang dapat menyebabkan kerusakan pada gigi

atau karies gigi (John Besford, 2006).

Karies gigi terjadi karena demineralisasi enamel dan dentin (jaringan

keras gigi) oleh asam organik dibentuk oleh bakteri dalam plak gigi

melalui anaerobik metabolisme gula yang berasal dari diet. Saat gula atau

karbohidrat terfermentasi lainnya tertelan, mengakibatkan penurunan pH

plak gigi yang disebabkan oleh asam organik meningkatkan kelarutan

kalsium hidroksiapatit dalam jaringan keras gigi dan demineralisasi terjadi

sebagai kalsium hilang dari permukaan gigi. PH di mana demineralisasi

terjadi sering disebut sebagai yang kritis pH dan sekitar 5,5. Air liur adalah

salah satu mulutnya pertahanan alami terhadap proses ini. Saliva

mempromosikan remineralisasi, yaitu mampu menyimpan mineral di

daerah berpori di mana demineralisasi email atau dentin telah terjadi.

Saliva sangat jenuh dengan kalsium dan fosfat pada pH 7 ini mendukung

pengendapan kalsium. Perkembangan karies disebabkan gula dan bakteri

terjadi tetapi dipengaruhi oleh kerentanan gigi, profil bakteri, kuantitas dan

kualitas saliva, dan waktu yang karbohidrat diet terfermentasi adalah

tersedia untuk fermentasi bakteri yaitu bakteri Streptococcus mutans dan

Streptococcus sorbrinus. Streptococcus mutans dan Streptococcus

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
17

sorbrinus adalah bakteri penting dalam perkembangan karies gigi. Kedua

bakteri ini siap menghasilkan asam organik dari gula makanan dan seperti

kebanyakan bakteri aciduric dapat mensintesis matriks plak yang tidak

larut polimer (dextran ekstraselular) dari gula makanan dengan faktor yang

membantu kolonisasi bakteri pada permukaan gigi. Pertumbuhan

streptokokus ini membutuhkan kehadiran monosakarida difermentasi.

Mutans streptokokus invertase membagi sukrosa menjadi glukosa dan

fruktosa, yang dapat dimetabolisme untuk menghasilkan terutama laktat

tetapi juga lainnya asam termasuk asam asetat dan formiat. Hasilnya

rendah pH mengubah ekologi plak. PH rendah dalam plak sangat ideal

untuk bakteri aciduric seperti streptococci, lactobacilli dan bifidobacteria

karena ini lebih kompetitif pada pH rendah dari bakteri yang tidak terkait

dengan karies gigi (Moyhan, P., & Petersen, P.E, 2001).

2. Mekanisme Karies Gigi

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di

permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses

menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang

akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan

demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010).

Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin

melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).

Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun

kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
18

permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang

makroskopis dapat dilihat.

Pada karies dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan

keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik,

kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan

enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di

dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi

cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan

menembus tulang gigi.

Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan

tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular

diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

3. Jenis-Jenis Karies

Ada beberapa jenis karies gigi. Menurut Widya (2008), jenis karies

gigi berdasarkan tempat terjadinya:

a. Karies Insipiens

Merupakan karies ringan yang terjadi pada permukaan email gigi

(lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya

ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email.

b. Karies Superfisialis

Merupakan karies sedang yang sudah mencapai bagian dalam dari

email dan kadang-kadang terasa sakit.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
19

c. Karies Media

Merupakan karies cukup berat yang sudah mencapai bagian dentin

(tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar

pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin,

makanan asam dan manis.

d. Karies Profunda

Merupakan karies berat yang telah mendekati atau bahkan telah

mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa.Biasanya

terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun. Apabila tidak

segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk perawatan

selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya.

4. Klasifikasi Karies

a. Klasifikasi Karies Menurut Dr. G.V. Black

Gambar 2.1 Klasifikasi karies gigi menurut G.V.Black

Menurut G.V. Black, karies diklasifikasikan menggunakan

lokasi spesifik dari lesi karies yang sering terjadi pada gigi, yaitu:

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
20

1. Kelas I

Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior

maupun posterior.

2. Kelas II

Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi

posterior. Kavitas ini biasa terdapat pada permukaan halus dibawah

titik kontak yang sulit dibersihkan. Bentuk lesi pada kelas ini

biasanya berbentuk elips.

3. Kelas III

Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi

anterior. Karies bisa terjadi pada permukaan mesial atau distal dari

incisivus atau kaninus. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya

berbentuk bulat dan kecil.

4. Kelas IV

Kelas ini merupakan lanjutan dari karies kelas III. Karies yang

meluas ke incisal sehingga melemahkan sudut incisal edgenya dan

dapat menyebabkan fraktur pada gigi.

5. Kelas V

Karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi. Lesi ini bisa

terjadi pada permukaan fasial atau labial, namun lebih dominan

terjadi pada permukaan fasial gigi. Kavitas pada kelas ini bisa

mengenai sementum gigi.

6. Kelas VI

Kamries yang terjadi pada ujung-ujung cusp gigi posterior dan

incisal edge.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
21

b. Klasifikasi Karies Menurut G.J. Mount

Menurut G.J. Mount, karies diklasifikasikan berdasarkan lesi yang

terjadi pada permukaaan gigi beserta ukuran kavitasnya, yang terdiri

atas 3 site, yaitu:

1. Site 1 - Karies pada pit dan fissure di permukaan oklusal gigi

anterior maupun posterior.

2. Site 2 - Karies pada permukaan aproksimal gigi anterior maupun

posterior.

3. Site 3 - Karies pada 1/3 mahkota dari akar (servikal) sejajar dengan

gingiva.

Pembagian 5 ukuran dari kemajuan proses terbentuknya lesi, yaitu:

1. Size 0 - Lesi paling awal yang diidentifikasikan sebagai tahap awal

dari demineralisasi berupa white spot.

2. Size 1 - Kavitas permukaan minimal. Masih dapat disembuhkan

dengan peningkatan remineralisasi struktur gigi.

3. Size 2 - Kavitas yang sedikit melibatkan dentin. Kavitas yang

terbentuk berukuran sedang dan masih menyisakan struktur email

yang didukung dengan baik oleh dentin dan cukup kuat untuk

menyokong restorasi.

4. Size 3 - Kavitas yang lebih luas dari size 2. Struktur gigi yang tersisa

lemah dan cusp atau incisal edgenya telah rusak sehingga tidak dapat

beroklusi dengan baik dan kurang mampu menyokong restorasi.

5. Size 4 - Karies meluas dan hampir semua struktur gigi hilang seperti

kehilangan cusp lengkap atau incisal edge. Karies hampir atau sudah

mengenai pulpa.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
22

c. Klasifikasi Karies Berdasarkan Kedalamannya

Menurut ICDAS, karies terbagi atas 6, yaitu:

1. D1 - Dalam keadaan gigi kering, terlihat lesi putih pada permukaan

gigi.

2. D2 - Dalam keadaan gigi basah, sudah terlihat adanya lesi putih

pada permukaan gigi.

3. D3 - Terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.

4. D4 - Lesi email lebih dalam. tampak bayangan gelap dentin atau

lesi sudah mencapai bagian dentino enamel Junction (DEJ).

5. D5 - Lesi telah mencapai dentin.

6. D6 - Lesi telah mencapai pulpa.

d. Klasifikasi Karies Berdasarkan Banyaknya Permukaan Gigi yang

Mengalami Karies.

1. Karies sederhana

Karies yang hanya terjadi pada satu permukaan saja.

2. Karies Compound

Karies yang terjadi pada dua permukaan.

3. Karies Kompleks

Karies yang terjadi pada tiga permukaan atau lebih (Langlais,2013)

5. Faktor Pembentukan Karies Gigi

Mulut merupakan tempat berkembangnya bakteri. Bakteri akan

mengubah gula dan karbohidrat yang dimakan menjadi asam. Bakteri ini

ada yang membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang disebut sebagai

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
23

plak yang menempel pada gigi. Plak ini biasanya sangat mudah menempel

pada permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada permukaan

gigi, dan batasan antara gigi dan gusi. Proses hilangnya mineral dari

struktur gigi dinamakan demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral

dari struktur gigi dinamakan remineralisasi. Kerusakan gigi terjadi apabila

demineralisasi lebih besar dari pada proses remineralisasi.

Asam yang merusak dalam bentuk plak menyerang mineral pada

permukaan luar email gigi. Erosi yang ditimbulkan plak akan menciptakan

lubang kecil pada permukaan email yang awalnya tidak terlihat. Bila email

berhasil ditembus, maka dentin yang lunak dibawahnya dapat terkena. Bila

bakteri sampai ke pulpa yang sensitif maka terjadi peradangan pulpa.

Pembuluh darah dalam pulpa akan membengkak, sehingga timbul rasa

nyeri. (Ramadhan, 2010).

6. Faktor Penyebab Karies Gigi Pada Anak

Pengetahuan orangtua mengenai perannya terhadap kesehatan

anak, karena peran orang tua sangat berpengaruh terhadap tingkat

kesehatan anak terutama dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Orang

tua yang dominan dalam hal ini yaitu ibu, pada masa ini ibu berperan

sebagai guru pertama anaknya, ibu yang memiliki pengetahuan kurang

mengenai kesehatan gigi dan mulut anaknya akan mengakibatkan hal

tersebut sehingga mengakibatkan tingginya resiko anak mengalami karies

gigi (Maharani,2012).

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
24

7. Tanda dan Gejala Karies Gigi

Tanda awal dari lesi karies adalah bercak putih pada permukaan

gigi, ini menunjukkan area demineralisasi enamel, dan dapat berubah

menjadi cokelat tapi akhirnya akan berubah menjadi sebuah kavitasi

(rongga). Sebuah lesi yang muncul cokelat dan mengkilat menunjukkan

karies gigi pernah hadir tapi proses demineralisasi telah berhenti,

meninggalkan noda. Sebuah bercak cokelat yang kusam dalam penampilan

mungkin tanda karies aktif. Setelah pembusukan melewati email, dentin,

yang memiliki bagian-bagian ke saraf gigi, dapat menyebabkan sakit gigi

serta linu pada gigi yang berlubang apabila gigi tersebut terkena ransangan

dingin, panas, makanan asin dan manis. Rasa sakit dan linu akan

menghilang sekitar 1 sampai 2 detik setelah ransangan dihilangkan. Gigi

karies juga dapat menyebabkan bau mulut. (Hongini, Aditiawarman,

2012).

Tanda dan gejala karies gigi beraneka ragam, tergantung dari luas,

kedalaman, dan juga lokasinya. Ketika karies gigi baru mulai terjadi maka

biasanya tidak ada gejala yang menyertai. Namun jika karies gigi mulai

merusak gigi, maka ada beberapa tanda dan gejala yang bisa muncul

seperti:

a. Sakit gigi.

b. Gigi sensitif.

c. Nyeri ringan hingga tajam saat makan atau minum yang manis, panas

ataupun dingin.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
25

d. Adanya lubang yang terlihat pada gigi.

e. Adanya bercak kecoklatan, kehitaman atau berwarna putih pada

permukaan gigi.

f. Nyeri saat mengunyah makanan.

Karies gigi sudah mulai terbentuk, penting untuk memeriksakan kondisi

gigi secara rutin ke dokter. Periksalah secara rutin setiap enam bulan

sekali, gunanya untuk deteksi awal dan tindakan penanganan yang tepat.

Namun jika mengalami sakit gigi, maka tak perlu mengikuti jadwal rutin,

segeralah periksakan diri ke dokter gigi (Mediskus, 2018).

8. Faktor Penyebab Karies Gigi

a. Host (Gigi)

Gigi sebagai tuan rumah untuk hidupnya mikroorganisme yang ada

dalam mulut. Sembilan puluh enam persen dari enamel gigi terdiri

dari mineral, mineral ini terutama hidroksiapit, akan menjadi larut bila

terkena lingkungan asam. Pada gigi produksi saliva memainkan

peranan penting terhadap kemungkinan terjadinya karies gigi. Kuman

akan menempel pada permukaan gigi dan bagian yang tidak dapat

dibersihkan dengan air liur. Jika gigi kesulitan dibersihkan oleh air liur

maka bakteri akan diubah menjadi asam yang dapat membentuk

lubang kecil pada permukaan gigi.

b. Bakteri

Mulut mengandung berbagai bakteri mulut, tetapi hanya beberapa

spesies tertentu dari bakteri yang diyakini menyebabkan gigi karies:

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
26

Streptococcus Mutans dan Lactobacillus diantara mereka.

Lactobacillus Acidopilus, Actynomices Piscoccus, Nocardia spp, dan

Streptococcus Mutans yang paling dekat hubungannya dengan karies.

Bakteri akan memanfaatkan makanan terutama yang mengandung

tinggi gula untuk energi dan menghasilkan asam.

c. Substrat atau makanan

Dalam kehidupan sehari-hari kita makan-makanan yang

bermacam-macam.Makanan seperti nasi, sayuran, kacang-kacangan.

Selain itu juga jenis makanan yang lengket, lunak, dan mudah terselip

di gigi dan sisa makanan yang tertinggal pada permukaan gigi bila

tidak segera dibersihkan maka akan menimbulkan bakteri sehingga

merusak gigi. Frekuensi makan lebih dari tiga kali sehari, seperti 20

menit 1 kali makan makanan manis sehingga kerusakan gigi akan lebih

cepat.

d. Waktu

Proses karies dapat mulai dalam beberapa hari gigi tersebut

meletus ke dalam mulut jika diet tersebut cukup kaya karbohidrat yang

cocok. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali

mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa

proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan

yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada didalam lingkungan

gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau

minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. (Hongini, Aditiawarman,

2012).

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
27

9. Proses Pembentukan Karies Gigi

Karies gigi adalah proses kerusakan yang dimulai dari email

berlanjut ke dentin. Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan

dengan banyak faktor yang saling memepengaruhi. Terdapat empat

etiologi penyebab karies, yaitu host, agent, substrat dan waktu. Faktor

tersebut merupakan faktor utama, dimana bila terdapat keempat faktor

utama tersebut yang saling berinteraksi dan dalam waktu tertentu maka

terjadilah karies. Selain faktor tersebut diatas ada juga beberapa faktor

resiko seseorang terkena karies, antara lain penggunaan fluor, oral

hygiene, saliva,pola makan, keturunan, ras dan jumlah bakteri.

Semua permukaan gigi yang terbuka beresiko terserang karies dari

gigi erupsi hingga gigi tersebut tanggal. Mekanisme terjadinya karies gigi

dimulai dengan adanya plak (lapisan yang menutupi permukaan gigi),

dimana 70% dari volume plak terdiri dari bakteri. Bakteri tersebut berasal

dari streptococcus mutans dan lactobacillus akan mengubah dan

menfermentasikan gula dari sisa makanan yang tertinggal pada gigi dalam

jangka waktu tertentu sehingga berubah menjadi asam yang akan

menurunkan pH mulut menjadi rendah (sekitar pH 5,5) dan menyebabkan

terganggunya keseimbangan kondisi di sekitar mulut, diikuti dengan

terjadinya demineralisasi yang akan yang akan berlanjut pada jaringan-

jaringan gigi didalamnya sehingga terbentuklah lubang (kavitas) yang

sering disebut karies gigi.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
28

Pada kondisi ini proses supersaturasi fisikokimia akan terjadi

berulang kali dalam mulut dan akan kecenderungan email untuk

mendapatkan Ca dan P dari dalam rongga mulut dalam upaya untuk

mengganti elemen yang hilang pada proses demineralisasi. Bila proses

tersebut tercapai maka menghasilkan keadaan yang disebut remineralisasi

email. Karies sebagai akibat ketidakseimbangan demineralisasi dan

remineralisasi yang terjadi pada gigi. Jika gigi dapat dipertahankan

kebersihannya dari plak dan konsumsi gula dikurangi, maka proses

remineralisasi pada daerah tersebut dapat terjadi dengan adanya deposit

kristal dari mineral-mineral yang terdapat pada saliva. Dengan kata lain

ada aliran mineral keluar dari gigi. Namun jika lebih banyak kristal

mineral yang larut pada suartu bagian permukaan gigi dapat rusak. Apabila

hal ini terjadi proses remineralisasi tidak mungkin terjadi dan lubang pada

gigi mulai terlihat.

Karies diawali dengan lesi karies berwarna putih akibat

dekalsifikasi dan akan berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau

hitam yang mengikis gigi. Warna putih terbentuk karena hilangnya

mineral interprismata dan larutannya mineral pada perifer prismata

sehingga garis-garis pertumbuhan yang bermuara pada permukaan email

hilang sehingga mudah terjadi keausan. Akumulasi plak pada permukaan

gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu menyebabkan terjadinya bercak

putih.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
29

Waktu berlangsungnya bercak putih menjadi kavitas tergantung

pada mulut dan kondisi individu. Biasanya kavitas di dalam email tidak

menyebabkan nyeri, email tidak sensitif dalam rangsangan nyeri. Nyeri

baru timbul apabila sudah mencapai dentin, dimana dentin memiliki

serabut syaraf dan saluran-saluran yang sangat halus, yang rentan terhadap

asam yang dihasilkan oleh fermentasi karbohidrat.

Pada tahap akhir adalah saat kerusakan gigi sudah mencapai

lapisan email dan dentin kemudian mencapai bagian syaraf ditenggah gigi

yaitu pulpa. Sewaktu bakteri dan plak mencapai pulpa, bakteri tersebut

menyebarkan infeksi kumannya dan gigi mulai terasa sakit. Rasa sakit itu

disebabkan oleh adanya peradangan pada pulpa yang menyebabkan

peningkatan tekanan di dalam ruang pulpa. Tekanan tersebut

menyebabkan pembuluh darah di dalam pulpa rusak sehingga rasa sakit

bertambah. Karies yang timbul sampai pulpa menyebabkan kerusakan

yang tidak dapat diperbaiki.( (Ramadhan, 2010)

10. Pencegahan Karies Gigi Pada Anak

Pengenalan karies pada tahap dini sangat diperlukan sehingga akan

didapatkan hasil yang maksimal dari tindakan preventif dan restorasi. Pada

saat ini, sebagian besar anak–anak usia 5 tahun masih banyak yang belum

melakukan pemeriksaan pertamanya ke dokter gigi. Orang tua seharusnya

mendorong dan membawa anak mereka untuk chek up kesehatan gigi

sesegera mungkin setelah anak memiliki gigi, yaitu biasanya pada usia 6

bulan.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
30

Usaha – usaha pencegahan karies gigi:

a) Penyuluhan diet

Diet merupakan salah satu faktor yang penting dalam melakukan

pencegahan karies.Untuk anak–anak dengan masalah karies yang

berat, dokter gigi harus mengevaluasi semua faktor etiologi termasuk

pola makan dan diet. (Achmad, 2012: 19).

b) Pemberian fluor

Pemberian fluor merupakan hal yang efektif dalam mencegah

karies karena kombinasi dalam penggunaannya untuk tujuan yang

sama. Tujuan utama pemberian fluor adalah untuk meningkatkan

remineralisasi email gigi dan meningkatkan resistensi email terhadap

demineralisasi serta menurunkan produksi asam di dalam plak.

Tambahan pemberian flour dapat berupa tetes atau tablet.Obat ini

biasanya dikumurkan dalam mulut sekitar 30 detik kemudian

dibuang.

c) Pemeliharaan oral hygiene

Pemeliharaan oral hygiene sangat penting dilakukan untuk

mencegah terjadinya karies gigi.Tujuan dari kebersihan mulut

adalah untuk meminimalkan penyakit etiologi di mulut. (Achmad,

2010: 20).

d) Penyuluhan kesehatan gigi di sekolah

Penyuluhan tentang kesehatan gigi ini sering ditujukan pada

anak–anak diharapkan mampu menjaga dirinya untuk mencegah

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
31

terjadinya penyakit gigi dan mulut setelah dilaksankan penyuluhan

di sekolah, serta mampu mengambil tindakan yang tepat apabila ada

gejala–gejala pada kelainan pada gigi dan mulutnya. Peningkatan

pemahaman kesehatan gigi dan mulut siswa dapat diwujudkan

dengan mendirikan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).

Kegiatan dari UKGS meliputi pendidikan, pencegahan, dan

pengobatan akan tetapi dapat juga menghadirkan seorang dokter

gigi yang melakukan kunjungan rutin ke sekolah tersebut bila

diperlukan. (Achmad, 2010).

Menurut Mansjoer (2009), penatalaksanaan pencegahan karies

gigi dilakukan dengan:

a. Perawatan mulut

Perawatan mulut dilakukan dengan mempraktekkan

instruksi berikut:

1) Sikatlah gigi sekurang – kurangnya dua kali sehari pada

waktu – waktu yang tepat yaitu waktu sesudah makan,

sebelum tidur, ditambah dengan sesudah bangun tidur.

2) Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar dan

kepala sikat kecil.

3) Gunakan dental gloss (benang gigi) sedikinya satu kali

sehari.

4) Gunakan pencuci mulut anti plak yang mengandung

antibiotik (vancomycin), enzim (destronase) dan antiseptik

(chlor hexidine 0,1 %).

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
32

5) Untuk anak yang masih kecil dan belum dapat

menggunakan sikat gigi dengan benar, dapat digunakan

kain pembersih yang tidak terlalu tipis untuk membersihkan

bagian depan dan belakang gigi, gusi serta lidah. Cara

mempergunakan yaitu dengan melilitkan pada jari

kemudian digosokkan pada gigi.

6) Kunjungi dokter gigi sedikitnya 6 bulan sekali atau bila

mengalami pengelupasan gigi, luka oral yang menetap lebih

dari dua minggu atau sikat gigi.

b. Diet

Karies dapat dicegah dengan menurunkan jumlah gula

dalam makanan yang dikonsumsi.Hindari kebiasaan makan

makanan yang merusak gigi (permen, coklat dan lain

sebagainya) dan membiasakan mengkonsumsi makanan yang

menyehatkan gigi (buah dan sayur).

c. Flouridasi

Flouridasi dilakukan dengan memungkinkan dokter gigi

memberikan sel dental pada gigi, menambahkan floiuride pada

suplai air minum dirumah, penggunaan pasta gigi yang

mengandung floiuride atau menggunakan tablet, tetesan atau

hisap natrium floiuride. Karies gigi dapat dihindari/dicegah

apabila anak melakukan perawatan gigi dengan benar setelah

mengkonsumsi makanan kariogenik.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
33

11. Penanggulangan Karies Secara Operatif

Anak yang mengalami karies gigi dapat dilakukan beberapa cara

antara lain preparasi kavitas danpencabutan gigi. Preparasi kavitas yaitu

pengambilan integrasi jaringan secara permanen yang berfungsi untuk

menutup lubang pada gigi sehingga sisa-sisa makanan tidak masuk ke

dalam lubang yang sulit dijangkau oleh pembersih gigi (Edwiana,2013).

Cara kedua yaitu pencabutan gigi, apabila kerusakan gigi telah

mencapai pulpa maka harus dilakukan pengangkatan pulpa atau

pencabutan gigi yang rusak. Cara ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

proses inflamasi pulpa yang mengakibatkan rasa nyeri (Erwana Ferry

Agam. (2013).

12. Pencegahan dan Penatalaksanaan

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies gigi

(Ramadhan, 2010) antara lain adalah menyikat gigi dengan pasta gigi yang

mengandung flour, menjaga kebersihan gigi dengan ,menyikat gigi yang

benar, fissuresealant atau menutup celah gigi.

Penatalaksanaan karies gigi antara lain :

a. Menutup lubang gigi

b. Pencabutan gigi

c. Pulp Coping atau pemberian kalsium hidrogsida untuk mempertebal

lapisan dentil

d. Endodontic atau perawatan untuk mengatasi dan mengobati lubang

gigi yang mengalami infeksi (Ramadhan,2010).

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
34

B. Perilaku Gosok Gigi

1. Perilaku

Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulasi yang

berasal dari luar atau dari dalam dirinya (Ali, 2010). Pengertian perilaku

menurut Skiner dalam (Notoatmodjo, 20010), perilaku kesehatan secara

umum adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman, serta lingkungan.

Becker (1979) dalam (Notoatmodjo, 2007) membuat klasifikasi

lain tentang perilaku kesehatan dan membedakan menjadi 3, yaitu:

a. Perilaku hidup sehat (Healthy Behavior)

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan usaha

seseorang untuk meningkatkan kesehatanya, dengan cara: Makan

dengan menu seimbang (appropriat diet), olahraga teratur, tidak

merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang

cukup, mengendalikan stres, perilaku atau gaya hidup yang positif

bagi kesehatan.

b. Perilaku sakit (Illness Behavior) Perilaku sakit merupakan respon

seseorang terhadap penyakit. Perilaku ini mencakup: pengetahuan

mengenai penyebab penyakit, pengobatan penyakit.

c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior)

Perilaku peran yang mencakup hak-hak dan kuwajiban orang sakit.

Perilaku ini mencakup mengetahui hak-hak untuk memperoleh

pelayanan dan upaya untuk memperoleh kesembuhan.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
35

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap pemeliharaan

kesehatan gigi menurut Notoatmodjo (2010) meliputi:

a. Faktor predisposisi

Faktor yang melatar belakangi perubahan perilaku yang memotivasi

terbentuknya suatu perilaku. Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap,

keyakinan, dan nilai.

b. Faktor pendukung

Faktor pendukung adalah faktor yang memfasilitasi perilaku individu

atau kelompok termasuk keterampilan. Faktor ini meliputi

ketersediaan, keterjangkauan sumber daya pelayanan kesehatan,

prioritas dan komitmen masyarakat dan pemerintah dan tindakan yang

berkaitan dengan kesehatan.

c. Faktor pendorong

Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong sehingga

memperkuat terjadinya perilaku. Faktor penguat ini terdiri dari tokoh

masyarakat, petugas kesehatan, guru, dan keluarga.

Perilaku pemeliharaan kesehatan yang merupakan bagian dari

perilaku kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk

memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan apabila

sakit. Perilaku memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi

status kesehatan gigi dan mulut karena perilaku merupakan salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau

masyarakat. Perilaku pemeliharaan kesehatan positif, misalnya kebiasaan

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
36

menggosok gigi, sebaliknya perilaku pemeliharaan kesehatan gigi

negatif, misalnya menggosok gigi secara tidak teratur sehingga

menyebabkan kesehatan gigi dan mulut menurun dengan dampak antara

lain gigi mudah berlubang (Warni, 2009).

Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah seperti

menyikat gigi dua kali sehari sesudah sarapan dan sebelum tidur,

mengurangi makanan dan minuman yang manis, dan persepsi seseorang

mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut tersebut sehingga dapat

mendorong seseorang melakukan pemeliharaan gigi dan mulutnya

merupakan segala aktivitas dan keputusan seseorang untuk melakukan

pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan gigi dan mulutnya

(Delta, 2010). Kebiasaan seseorang yang paling berpengaruh dalam

meningkatkan resiko terjadinya karies adalah mengonsumsi makanan

dan minuman manis. Terjadinya karies bukan bergantung pada jenis

makanan dan minuman manis yang dikonsumsi tetapi bergantung pada

frekuensi komsumsi makanan dan minuman manis tersebut (Cobisco,

1995).

C. Gigi

1. Pengertian

Gigi adalah jaringan tubuh yang sangat keras dibanding yang

lainnya. Strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang keras, dentin

(tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
37

saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi

merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan.Gigi

merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam

tubuh manusia. (Irma, Intan, 2013).

Manusia mempunyai 2 macam gigi dalam hidupnya yaitu gigi susu

(gigi primer) dan gigi tetap (gigi permanen). Gigi susu yaitu gigi yang

tumbuh mulai usia 6 bulan yang jumlahnya 20 buah. Sedangkan gigi

permanen (sekunder) yaitu gigi yang berangsur–angsur tanggal, berjumlah

32 buah yang terjadi muncul usia 6 tahun sampai 14 tahun. Gigi terakhir

(molar 3) akan bererupsi pada masa usia 17 sampai 21 tahun. (Isro’in,

Andarmoyo, 2012).

Adapun macam – macam gigi antara lain:

1) Gigi Seri (Incisivus)

Gigi ini letaknya berada di depan, bentuknya seperti pahat dan

berfungsi untuk memotong makanan (mastikasi) dan mengiris

makanan. Jumlahnya ada 8, dengan pembagian 4 berada di rahang atas

dan 4 berada di rahang bawah. Gigi seri susu mulai tumbuh pada bayi

usia 4–6 bulan, kemudian diganti dengan gigi seri permanen pada usia

5–6 tahun pada rahang bawah dan pada usia 7–8 tahun pada rahang

atas.

2) Gigi Taring (Caninus)

Posisi gigi ini terletak pada sudut mulut, bentuknya runcing di

sebelah gigi seri, dan merupakan gigi yang paling panjang dalam

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
38

rongga mulut.Fungsinya adalah untuk mengiris makanan.Jumlahnya

ada 4, dengan pembagian 2 ditiap rahang, 1 di kiri dan 1 di kanan. Gigi

susu caninus ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 11–

13 tahun.

3) Gigi Geraham Kecil (Premolar)

Gigi ini jumlahnya 8, dengan pembagian 4 ditiap rahang, 2 di

kiri dan 2 di kanan.Gigi ini hanya ada pada gigi dewasa, dan letaknya

berada di belakang caninus. Tumbuh pada usia 10–11 tahun dan

menggantikan posisi dari gigi molar susu. Bersama gigi molar, gigi ini

berfungsi untuk melumatkan makanan.

4) Gigi Geraham (Molar)

Gigi molar susu berjumlah 8 seperti gigi premolar, kemudian

lepas pada usia 10–11 tahun dan digantikan oleh gigi premolar.

Sedangkan gigi molar permanen tumbuh di belakang gigi premolar

setelah gigi molar susu lepas dan digantikan oleh gigi premolar.

Jumlah dari gigi molar permanen adalah 12, dengan pembagian 6 di

tiap rahang, 3 di tiap sisi kanan dan kiri.

2. Bagian Gigi

Bagian-bagian gigi meliputi :

a) Email, yaitu lapisan terluar gigi yang meliputi seluruh corona, dalam

bahasa Inggris disebut Crown artinya mahkota. Email merupakan

bagian paling keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih kersa dari

tulang. Email tersusun atas air 2,3 %, bahan organik 1,7 %, bahan

anorganik 96 %.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
39

b) Dentin, yaitu bagian yang terletak di bawah email, merupakan bagian

terbesar dari seluruh gigi. Dentin lebih lunak dari email. Dentin

tersusun atas 13,2 % air, 17 % bahan organik, dan 69 % bahan

anorganik.

c) Jaringan pulpa, jaringan benak gigi/sum-sum gigi, yaitu jaringan lunak

yang terdapat di dalam kamar pulpa/ ruang dan seluruh saluran akar.

Jaringan ini terdiri dari jaringan limfe, pembuluh darah arteri/ vena,

dan urat syaraf.

d) Sementum, merupakan lapisan terluar pada agar gigi yang membatasi

gigi dengan jaringan pendukungnya. Bahan anorganik pada sementum

sama dengan tulang 40 %. Bila terjadi rangsangan, dan pada sisi

berlawanan terbentuk sementum baru. Fungsi sementum adalah

sebagai pelindung gigi pada bagian akar, sebagai penyangga gigi

terdapat jaringan pendukung disekitarnya dan memberi nutrisi utama

pada gigi (Donna Pratiwi,2007).

3. Periode Pertumbuhan Gigi

Gigi manusia tumbuh di 3 periode gigi:

a) Periode gigi susu

Gigi susu mulai tumbuh saat bayi berumur 5-6 bulan. Periode ini

dimulai dengan tumbuhnya gigi-gigi seri bawah, diikuti gigi-gigi seri

atas, lalu diikuti pertumbuhan gigi taring dan geraham. Kemudian akan

semakin lengkap hingga berjumlah 20 gigi (10 gigi di rahang atas dan

10 gigi di rahang bawah). Lengkapnya gigi susu pada umumnya mulai

mencapai usia 3 tahun.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
40

b) Periode gigi bercampur

Ditandai dengan keadaan dimana gigi susu mulai tanggal dan gigi

tetap mulai tumbuh. Dalam kondisi gigi baik (tidak berlubang) gigi

susu akan tanggal dengan sendirinya mulai usia 5-6 tahun, diikuti

pertumbuhan gigi tetapnya mulai usia 6-7 tahun. Pada periode ini

sering terjadi gingsul atau kesundulan dalam bahasa Jawa, diakibatkan

gigi susu sudah saatnya tanggal, namun gigi tersebut masih kuat, dan

gigi tetapnya sudah tumbuh, dalam bahasa kedokteran gigi disebut

prolong retention decidui. Selain itu, kondisi yang sering muncul

adalah gigi susu sudah tanggal sebelum waktunya, namun gigi tetap

tidak kunjung tumbuh atau disebut premature loss decidui , hal ini

disebabkan gigi tetap yang tumbuh kehilangan arahnya untuk erupsi.

Kesehatan gigi susu haruslah sangat diperhatikan, karena tidak

sehatnya gigi susu dapat menyebabkan pertumbuhan gigi tetap menjadi

tidak beraturan. Gigi tetap tumbuh dengan gigi susu sebagai arah

pertumbuhannya.

c) Periode gigi tetap

Gigi tetap mulai tumbuh pada usia 6-7 tahun menggantikan gigi-

gigi susu dan akan lengkap hingga berjumlah 28 gigi pada usia 12-13

tahun. Namun terkadang pada usia 17-25 tahun masih akan tumbuh

gigi geraham ketiga atau biasa disebut gigi bungsu atau wisdom teeth.

Perawatan pada gigi tetap seharusnya tidak luput juga dari perhatian.

Gigi tetap mengalami kerusakan akibat gigi berlubang, abrasi sikat

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
41

gigi, benturan, trauma, dan harus dilakukan pencabutan, gigi tetap ini

tidak akan ada gigi penggantinya yang akan tumbuh. Untuk mengatasi

masalah ini hanya dapat dilakukan perawatan ortodontik untuk dapat

merapikan gigi-gigi yang tidak rapi dan prostetik yaitu mengganti

dengan gigi tiruan (Permatasi Indah, 2014).

4. Karakteristik Gigi Anak Usia Sekolah

Secara fisiologis, gigi sulung atau gigi susu akan tanggal pada usia

sekitar 6-7 tahun, dimana pada umur tersebut anak-anak rerata sudah

berada dikelas 1 sekolah dasar. Gigi susu yang tanggal tersebut akan

digantikan gigi tetap dengan urutan tumbuh, yaitu gigi seri bawah, gigi

seri atas, gigi taring bawah, gigi geraham kecil bawah, gigi geraham kecil

atas, gigi geraham besar bawah, gigi geraham besar atas, dan terakhir

gigi taring atas. Sekitar usia 14-15 tahun, semua gigi susu telah tanggal

dan semua gigi yang ada dalam mulut adalah gigi tetap. Satu hal yang

perlu diketahui orang tua bahwa tumbuhnya gigi geraham besar bawah

dan atas pertama itu tidak menggantikan gigi susu manapun. Gigi

geraham ini tumbuh secara diam-diam. Karena karakteristik tumbuhnya

yang diam-diam, biasanya gigi geraham ini rawan sekali terjadi

kerusakan dan sering kali harus dikorbankan dengan cara dicabut

(Hamada, 2008).

Berhubungan dengan proses fisiologis bergantinya gigi susu menjadi

gigi tetap yang berlangsung saat anak usia sekolah, maka diperlukan

perhatian yang lebih dari orang tua dalam perawatan kesehatan gigi dan

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
42

mulut anaknya. Orang tua perlu mengajarkan cara gosok gigi yang benar,

memfasilitasi perawatan gigi pada anak, memberikan makanan yang tepat

dan bergizi, serta membawa anaknya melakukan pemeriksaan gigi ke

dokter gigi minimal 6 bulan sekali. Apabila anak sudah dibiasakan

melakukan perawatan gigi dan mulut yang baik dan benar sejak usia

sekolah, maka diharapkan dapat terbentuk pola perilaku perawatan

kesehatan gigi dan mulut yang baik dalam kehidupan anak (Suryawati,

2010).

5. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi

Kesehatan gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Gizi makanan

Perlu kita ketahui bahwa benih gigi sudah terbentuk waktu janin

(embrio) berusia ½ bulan dalam kandungan. Makanan-makanan ini

sudah tercakup dalam empat sehat lima sempurna (Palupi, 2005).

b. Pengaruh selama pembentukan gigi

Zat kapur merupakan bahan utama dalam pembentukan enamel, di

samping vitamin C, D dan lain-lain (Palupi, 2005).

c. Bila gigi sudah tumbuh

Makanan yang empuk dan lunak tidak memerlukan pengunyahan

yang sulit.Sering tidaknya kita makan juga mempengaruhi.Pengaruh

asam dari zat hidrat arang dalam mulut terjadi selama 40 menit

pertama sesudah makan. Kalau kita makan 3 kali sehari maka

pengaruh asam hanya terjadi selama 3 x 30 menit = 1,5 jam/hari

(Asmawati, 2007).

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
43

d. Jenis makanan

Makanan yang mudah lengket dan menempel digigit seperti

permen dan coklat, makanan ini sangat disukai oleh anak anak.dan

tanpa disadari dapat mengakibatkan gangguan. Makanan tadi mudah

tertinggal dan melekat pada gigi, sehingga bila terlalu sering dan lama,

maka berakibat tidak baik. Makanan yang manis dan lengket tersebut

akan bereaksi di mulut dan asam yang merusak email gigi

(Asmawati, 2007).

e. Kebersihan gigi

Kebiasaan dan perilaku membersihkan gigi sangat mempengaruhi

kebersihan gigi, dan kebersihan gigi sangat mempengaruhi kesehatan

gigi dan mulut secara umum (Asmawati, 2007).

f. Kepekatan air ludah

Pada orang-orang yang mempunyai air ludah sangat pekat dan

sedikit akan lebih mudah giginya menjadi berlubang dibandingkan

dengan air ludah yang encer dan banyak, sebab pada orang yang berair

ludah pekat dan sedikit maka sisa makanan akan mudah menempel

pada permukaan gigi (Asmawati, 2007).

6. Ciri-Ciri Gigi yang Sehat

Secara umum, gigi dan mulut dikatakan sehat apabila gigi dapat

berfungsi dengan baik, bersih, tanpa adanya keluhan sakit atau nyeri, serta

tidak menimbulkan bau kurang sedap yang keluar dari mulut.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
44

Menurut WHO, gigi dan mulut dikatakan sehat apabila :

a. Gigi berwarna putih kekuningan dengan mahkota gigi utuh,

b. Leher gigi tidak kelihatan,

c. Kondisi gusi dan mukosa mulut sehat, dan

d. Tidak ada keluhan sakit dan bau mulut (PDGI, 2009).

D. Makanan Kariogenik

1. Pengertian Makanan Kariogenik

Menurut Setiowati dan Furqnita (2007) makanan kariogenik adalah

makanan manis yang lengket yang dapat menyebabkan karies gigi.

2. Jenis Makanan Kariogenik

Delapan jenis makanan dan minuman yang dapat merusak gigi adalah

sebagai berikut:

a. Kopi

Kopi telah menjadi minuman favorit bagi kebanyakan orang. Namun,

kopi ternyata memiliki kandungan asam yang sangat tinggi. Jika

mengonsumsinya secara berlebihan, tidak hanya dapat membuat

lambung menjadi sakit, gigipun bisa menjadi rusak.

b. Buah-Buahan Asam

Ada beberapa buah-buahan yang memiliki kandungan pH rendah atau

kandungan asam yang tinggi. Buah-buahan asam ini dapat merusak

lapisan email gigi yang berakibat timbulnya rasa ngilu dan sensitif

pada gigi.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
45

c. Minuman Soda

Minuman soda memiliki kandungan asam yang tinggi sehingga dapat

merusak gigi.

d. Cuka dan Yogurt

Cuka dan yogurt memiliki kandungan asam tinggi yang dapat merusak

gigi. Karena itu, sangat tidak dianjurkan untuk mengonsumsi dua

makanan tersebut secara berlebihan.

e. Roti, Biskuit, Keripik dan Buah kering

Roti, biskuit, keripik serta buah kering adalah makanan yang menjadi

lengket di gigi setelah dikonsumsi. Karena itu, jika tidak lekas

dibersihkan, bisa menimbulkan karang gigi. Selain itu, makanan-

makanan tersebut merupakan karbohidrat olahan yang dapat memecah

diri menjadi gula dengan cepat. Kemudian, bakteri memakan gula

tersebut sehingga menghasilkan asam yang menyebabkan erosi enamel

dan kerusakan gigi.

f. Es

Minuman yang terlalu dingin atau es dapat membuat gigi menjadi

sensitif. Terlebih lagi bagi yang memiliki kebiasaan mengunyah es

batu, akan membuat gigi menjadi rentan goyah dan juga dapat merusak

lapisan enamel gigi.

g. Minuman Isotonik

Di samping manfaatnya untuk meningkatkan kebugaran tubuh, kadar

gula yang tinggi pada minuman isotonik membuat gigimu lebih mudah

rusak.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
46

h. Permen

Kadar gula pada permen tentunya sangatlah tinggi. Selain itu,

permen kenyal akan lebih lama menempel pada gigi, membaur dengan

bakteri dalam mulut, dan menghasilkan asam berbahaya. Tidak hanya

permen kenyal permen keraspun juga dapat merusak gigi karena lama

larut dalam mulut, sehingga memberi bakteri cukup waktu untuk

menyatu dengan gula dan mengikis gigi. Menurut Sumawinata (2011)

setelah 10-15 jam makan sisa makanan di mulut terasa menjadi asam

(PH asam) lebih asam dari cuka. Asam tersebut merusak lapisan email

paling luar. Berbagai kelompok masyarakat dan ilmuwan, khususnya

para ahli kesehatan dan gizi berpendapat bahwa manusia akan lebih

sehat bila mereka mengkonsumsi gula lebih sedikit. Diantara kerugian

yang paling banyak disorot dari pemakaian gula pasir dalam makanan

bergula seperti: permen, snack, dan minuman adalah kerusakan atau

pengeroposan gigi, terutama pada anak-anak. Karena dapat

menyebabkan kerusakan atau karies gigi, maka gula digolongkan

sebagai senyawa kariogenik (Ramadhan, 2010). Di samping itu

frekuensi konsumsi makanan kariogenik juga mempunyai kontribusi

terhadap tingkat kariogenitas makanan. Peningkatan frekuensi

konsumsi makanan kariogenik menyebabkan keberadaan pH yang

rendah di dalam mulut dipertahankan sehingga terjadi peningkatan

demineralisasi dan penurunan remineralisasi. Padahal anak-anak usia

sekolah dasar mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa ini

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
47

lebih dari 3 kali sehari. Ada banyak macam makanan yang dijual bebas

sebagai makanan cemilan, akan tetapi ada jenis makanan tertentu yang

dapat menyebabkan karies gigi makanan manis yang banyak

mengandung gula atau sukrosa. Makanan-makanan yang lunak dan

melekat pada gigi amat merusak gigi seperti: permen, coklat, biskuit

dan lain sebagainya. Gula adalah istilah umum untuk karbohidrat yang

punya sifat khas misalnya larut dalam air dan manis. Dalam arti sempit

disebut sukrosa akan tetapi dalam arti luas merupakan monosakarida

dan disakarida yakni: glukosa atau gula tebu atau gula pasir, maltose

atau gula gandum, fruktosa atau gula buah bisa juga terdapat dalam

madu, laktosa atau gula susu dan gula inverse atau campuran 50:50

glukosa dan fruktosa yang diperoleh dari hidrolisis sukrosa, tingkat

kemanisan gula inverse ini 130% lebih tinggi dibandingkan dengan

sukrosa (Tarigan, 2013).

Menurut Sutrisna dan Rizal (2007) jika tingkat kemanisan

sukrosa diberi angka 100 makan kandungan masing-masing tingkat

kemanisan gula adalah sebagai berikut:

Table 2.1 Tingkat kemanisan gula

No. Jenis Gula Tingkat kemanisan


1. Fruktosa 173
2. Gula inverse 130
3. Sukrosa 100
4. Glukosa 74
5. Maltose 33
6. Laktosa 16

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
48

Percobaan pada tikus tahun 1954 yakni dengan memberikan

beberapa makanan yang mengandung sukrosa, fruktosa, maltose, glukosa,

laktosa dan galaktosa pada hewan yang berbeda. Pada percobaan ini

hewan tersebut mengalami karies. Semua makanan tersebut dapat

menyebabkan karies gigi, akan tetapi yang paling kariogenik adalah

fruktosa. Akan tetapi sintesa polisakarida dari sukrosa lebih cepat

dibandingkan glukosa, fruktosa dan laktosa. Oleh karena itu sukrosa

merupakan gula kariogenik yang paling berperan dalam pembentukan

karies gigi, walaupun gula yang lainya juga berbahaya. Dan oleh karena

sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi maka gula jenis

sukrosa ini penyebab karies paling utama (Edwina dan Sally, 2004).

3. Kariogenitas suatu makanan tergantung dari :

a. Bentuk Fisik

Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket

serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya

karies dibanding bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini misalnya

kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain. Dalam percobaan in

vitro bahwa susu kental lebih menyebabkan demineralisasi

dibandingkan dengan susu kering. Susu coklat lebih merusak

dibandingkan susu saja. Sebaliknya makanan yang kasar dan berserat

menyebabkan makanan lebih lama dikunyah. Gerakan mengunyah

sangat menguntungkan bagi kesehatan gigi dan gusi. Mengunyah akan

merangsang pengaliran air liur yang membasuh gigi dan

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
49

mengencerkan serta menetralisasi zat-zat asam yang ada. Makanan

berserat menimbulkan efek seperti sikat dan tidak melekat pada gigi.

Titik-titik positif pada buah segar adalah kadar vitamin, kadar mineral,

kaya akan serabut kasar dan air serta sifat-sifat yang merangsang

fungsi pengunyahan dan sekresi ludah. Buah yang mempunyai sifat

sebagi pembersih alami seperti apel, benkoang, pir, jeruk.

b. Jenis

Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang

berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida, disakarida,

monosakarida dan sukrosa terutama mempunyai kemampuan yang

lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik

dibanding karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk

menghasilkan zat-zat asam. Makanan manis dan penambahan gula

dalam minuman seperti air teh atau kopi bukan merupakan satu-

satunya sukrosa dalam diet seseorang.

c. Frekuensi Konsumsi

Frekuensi makan dan minuman tidak hanya menentukan timbulnya

erosi tetapi juga kerusakan karies. Intake gula harian lebih besar

korelasinya dibanding dengan frekuensi makan gula. Hubungan gula

dalam snack dengan karies lebih besar dari total diet karena snack

lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi. Karies didasarkan oleh

frekuensi yang tinggi makan makanan kecil. Dari beberapa penelitian

lain ditemukan hal-hal sebagai berikut :

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
50

1) Komposisi gula yang meningkat akan meningkatkan aktivitas

karies.

2) Kemampuan gula dalam menimbulkan karies akan bertambah jika

dikonsumsi dalam bentuk yang lengket.

3) Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi makan

makanan yang manis dan lengket ditingkatkan.

4) Aktivitas karies akan menurun jika ada variasi makanan.

5) Karies akan menurun jika menghilangkan kebiasaan

makanmakanan manis yang lengket dari bahan makanan. (Edwina

dan Sally, 2004)

E. Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berada pada usia-usia sekolah

dasar. Masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung

dari usia 6 hingga kira-kira usia 12 tahun. Karakteristik utama usia sekolah

adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak

segi dan bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam

kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik

(Wong, 2009).

Masa usia sekolah adalah babak terakhir bagi periode perkembangan

dimana manusia masih digolongkan sebagai anak masa usia sekolah dikenal

juga sebagai masa tengah dan akhir dari masa kanak-kanak, pada masa inilah

anak paling siap untuk belajar. Mereka ingin menciptakan sesuatu, bahkan

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
51

berusaha untuk dapat membuat sesuatu sebaik-baiknya, ingin sempurna dalam

segala hal.Pada masa ini anak menjalani sebagian besar dari kehidupannya di

sekolah yaitu di Sekolah Dasar.pada masa ini dikatakan pula sebagai masa

konsolidasi. Masa usia sekolah dasar sering pula disebut sebagai masa

intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada masa keserasian sekolah ini

secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada sebelumnya dan

sesudahnya. Masa ini dapat dirinci lagi menjadi 2 fase, yaitu masa kelas-kelas

rendah sekolah dasar kira-kira umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10

tahun, dan masa kela-kelas tinggi sekolah dasar kira-kira umur 9 tahun 10

tahun sampai kira-kira umur 12 atau 13 tahun (Wong,2009).

F. Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian

atau pendapat terhadap apa yang telah di ketahui untuk dilaksanakan atau

dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar

terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2010).

Tindakan terdiri dari beberapa tingkat (Notoatmodjo 2010), yaitu :

1. Presepsi, yaitu mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon Terpimpin, yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan

yang benar dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme, dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu

perintah atau ajakan orang lain.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
52

4. Adopsi, Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya

tindakan itu telah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari

tindakan tersebut

G. Menggosok Gigi

1. Pengertian menggosok gigi

Menggosok gigi atau menyikat gigi adalah membersihkan gigi dari

partikel makanan, plak, bakteri, dan mengurangi ketidaknyamanan dari

bau dan rasa yang tidak nyaman.Kebiasaan menyikat gigi merupakan

suatu kegiatan atau rutinitas dalam hal membersihkan gigi dari sisa–sisa

makanan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut

(Tamrin, Afrida, Jamaluddin, 2014).

2. Waktu menggosok gigi

Telah terbukti bahwa asam plak gigi akan turun dari pH normal

sampai mencapai pH 5 dalam waktu 3-5 menit sesudah makan makanan

yang mengandung karbohidrat. pH saliva sudah menjadi normal (pH 6-7)

25 menit setelah makan atau minum. Menyikat gigi dapat mempercepat

proses kenaikan pH 5 menjadi normal (pH 6-7) sehingga dapat mencegah

proses pembentukan karies. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari

prosedur penyikatan gigi, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah

frekuensi penyikatan gigi. Anak yang melakukan penyikatan gigi secara

teratur dalam sehari dengan frekuensi dua kali sehari atau lebih dan

dibantu oleh orang tua, lebih rendah terkena resiko karies.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
53

3. Lamanya Menggosok Gigi

Biasanya rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1

menit.Lamanya seseorang menyikat gigi dianjurkan minimal 5 menit,

tetapi umumnya orang menyikat gigi maksimum selama 2-3 menit.

Penentuan waktu ini tidak sama pada setiap orang terutama pada orang

yang sangat memerlukan program kontrol plak. Bila menyikat gigi

dilakukan dalam waktu yang singkat, maka hasilnya tidak begitu baik

daripada bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang lebih lama,

mengingat banyaknya permukaan gigi yang harus dibersihkan.

(Panjaitan,1995).

4. Manfaat Menggosok Gigi

Manfaat menggosok gigi adalah sebagai berikut:

1) Gigi menjadi bersih dan sehat.

2) Mencegah timbulnya caries atau karang gigi, lubang gigi dan penyakit

lainnya.

3) Memberikan perasaan segar dalam mulut.

4) Mencegah bau nafas tidak sedap. (Ariningrum, 2000)

5. Frekuensi menggosok gigi

Kesehatan mulut tidak dapat lepas dari etiologi dengan plak

sebagai faktor bersama terjadinya karies. Penting disadari bahwa plak pada

dasarnya dibentuk terus-menerus. Kebersihan mulut dapat dipelihara

dengan menyikat gigi dan melakukan pembersihan gigi dengan benang

pembersih gigi. Pentinya upaya ini adalah untuk menghilangkan plak yang

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
54

menempel pada gigi. Penelitian menunjukkan bahwa jika semua plak

dibersihkan dengan cermat tiap 48 jam,penyakit gusi pada kebanyakan

orang dapat dikendalikan. Tetapi untuk kerusakan gigi harus lebih sering

lagi. Banyak para ahli berpendapat bahwa menyikat gigi 2 kali sehari

sudah cukup (Ariningrum, 2000).

Kebiasaan menggosok gigi adalah hal yang penting dalam Islam

karena Islam sangat menekankan pentingnya menjaga kebersihan.Mulai

dari hal yang sederhana sampai yang sangat serius,sebut saja anjuran yang

disunahkan untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi. Hal ini terdapat

dalam hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah

SAW bersabda yang artinya: ” Jika aku tidak menjadikan berat umatku,

maka sungguh aku perintahkan bersiwak (menggosok gigi) setiap hendak

shalat”. (HR Bukhari). Imam Syafi’ii r.a mengatakan: “Dalam hadits

tersebut ada dalil bahwa siwak tidaklah wajib. Seseorang diberi pilihan.

Karena jika hukumnya wajib niscaya Rasulullah S.A.W akan

memerintahkan mereka baik mereka merasa berat ataupun tidak”.

Kekhawatiran memberatkan umat merupakan sebab yang mencegah Nabi

S.A.W untuk mewajibkan bersiwak ini.

Bersiwak merupakan ibadah yang tidak banyak membebani

sehingga sepatut seorang muslim bersemangat melakukan dan tidak

meninggalkannya. Di samping itu banyak faedah yang didapatkan berupa

kebersihan kesehatan menghilangkan aroma yang tidak sedap mewangikan

mulut memperoleh pahala dan mengikuti Nabi S.A.W . Banyak sekali

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
55

hadits yang berbicara tentang siwak sehingga Ibnul Mulaqqin r.a dalam Al

Badrul Munir mengatakan: “Telah disebutkan dalam maalah siwak lebih

dari seratus hadits ” Oleh karena perkara bersiwak ini disenangi oleh Rasul

kita yang mulia S.A.W dan tidak pernah beliau tinggalkan sampai

menjelang ajal sementara kita diperintah dlm Al-Qur`an untuk menjadikan

beliau sebagai contoh suri teladan maka pembahasan tentang siwak tidak

patut kita abaikan. Ditambah lagi bersiwak ini termasuk sunnah wudhu

dan termasuk thaharah yang kita dianjurkan utk melakukannya. Rasulullah

S.A.W pernah melihat sebagian sahabatnya yang mengabaikan kebersihan

gigi mereka, sehingga warnanya menguning. Rasulullah S.A.W berkata

kepada mereka: “Ada apa dengan kalian ketika menghadapku dengan gigi

yang kuning? Bersiwaklah semoga Allah merahmati kalian.” Dan dalam

hadits yang diriwayatkan Aisyah r.ah yang berkata bahwa Nabi bersabda

artinya: ”Bersiwak membersihkan mulut ,diridhai oleh Tuhan.” (H.R

Imam Ahmad, Ibnu Huzaimah, Ath Thabrani, An Nasa’i)./

6. Pemilihan Sikat Gigi

Dalam memilih sikat gigi hal utama yang harus diperhatikan

adalah bulu sikat. Bulu sikat yang baik adalah tidak keras dan tidak terlalu

lunak, ujung bulu sikat membulat / tumpul. Bulu sikat yang terlalu keras

akan melukai gusi dan mengabrasi lapisan gigi. Bila bulu sikat terlalu

lunak efektivitas pembersihan kurang baik. Ujung bulu sikat gigi

bermacam-macam, berbentuk bulat, runcing dan datar. Ujung bulu sikat

yang baik adalah membulat karena dapat mengurangi iritasi terhadap

lapisan gigi dan jaringan gusi (John Besford, 2006).

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
56

7. Pemilihan Pasta Gigi

Ketika menggosok gigi, ada alat bantu lain yang diperlukan yaitu

pasta gigi, yang berfungsi membersihkan dan memoles permukaan gigi

serta membuat nafas menjadi segar. Saat ini, banyak ditemukan berbagai

macam merk pasta gigi dengan berbagai warna dan rasa. Dalam pasta gigi

terkandung zat-zat sebagai berikut :

a. Bahan detergen, yang membuat pasta gigi berbuih ketika menggosok

gigi.

b. Bahan Abrasif, zat yang berperan membersihkan deposit lunak pada

permukaan gigi.

c. Bahan cair, zat yang membuat pasta gigi ketika menggosok gigi

d. Bahan padat, zat yang membuat pasta gigi menjadi padat lunak

sebelum digunakan

e. Bahan pemberi rasa dan pengharum, sebagai penyegar

f. Bahan penguat gigi, zat yang berfungsi sebagai therapeutic /

pengobatan seperti penambahan Flour dan zat lain (John

Besford,2006).

8. Tata Cara Menggosok Gigi

Menggosok gigi adalah cara umum yang dianjurkan untuk

membersihkan gigi dari berbagai kotoran yang melekat pada permukaan

gigi dan gusi. Berbagai cara dapat dikombinasikan dan disesuaikan dengan

kebiasaan seseorang dalam menggosok giginya. Agar menggosok gigi

dapat optimal perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
57

a. Teknik penyikatan gigi yang dipakai sedapat mungkin membersihkan

semua permukaan gigi dan gusi serta dapat menjangkau daerah saku

gusi (antara gigi dan gusi) serta daerah interdental (daerah diantara 2

gigi).

b. Pergerakan sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan

gusi dan abrasi gusi .

c. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat, efisien dalam waktu serta

efektif.Menyikat gigi dengan arah yang tidak benar dengan tekanan

yang terlalu keras dapat menyebabkan ausnya gigi serta turunnya gusi

(resesi gusi) (Ariningrum, 2000).

Penerapan cara menggosok gigi yang benar sama pentingnya dengan

memeriksakan diri ke dokter gigi secara teratur. Menurut Soegeng Santoso

(2009), cara menggosok gigi yang benar adalah sebagai berikut :

1) Menggosok gigi rahang bawah

Cara meletakkan sikat gigi: Tangkai sikat gigi diletakkan sejajar

dengan dataran pengunyah. Perhatikan ujung-ujung bulu sikat terletak

pada perbatasan gigi dengan gusi. Sikat gigi kemudian dimiringkan

sedikit sehingga bulu sikat terarah pada perbatasan gigi dengan gusi.

2) Menggosok permukaan gusi yang menghadap ke pipi/bibir

Sikat gigi digerakkan dengan gerakan maju mundurnya yang pendek.

Artinya sikat gigi digerak gerakkan di tempat. Gosoklah terlebih

dahulu gigi yang terletak di belakang. Sesudah itu, barulah sikat gigi

dipindahkan ke tempat berikutnya. Cara menggosok gigi depan adalah

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
58

dengan memperhatikan letak sikat gigi. Gosoklah gigi dengan arah

bawah ke atas.

3) Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke lidah Pegang sikat

gigi dengan posisi horisontal dan gerakkan ke depan dan ke belakang

secara bergantaian.

4) Menggosok dataran pengunyah dari gigi-gigi rahang atas maupun

bawah digosok dengan maju mundur

Gambar 2.2 Cara Menggosok Gigi

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
59

H. Kerangka Teori Penelitian

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perilaku terhadap Penyebab
pemeliharaan karies gigi :
kesehatan gigi a. Host
meliputi:
a. Faktor perilaku (Gigi dan
terhadap Saliva)
predisposisi (yang b. Mikroorgani
meliputi
sme/bakteri
pengetahuan, sikap,
keyakinan, dan Streptococc
nilai) us Mutan
Konsumsi dan
Makanan Lactobacillu
b. Faktor pendukung Kariogenik s
(yang meliputi (permen, c. Substrat
ketersediaan,
keterjangkauan
coklat, es, atau Karies gigi
sumber daya aromanis, makanan
pelayanan biskui, d. Waktu
kesehatan, prioritas kue,snack,cu
dan komitmen
(lamanya
masyarakat dan ka) makanan
pemerintah dan manis yang
tindakan yang menempel
berkaitan dengan
kesehatan. digigi dalam
beberapa
hari,
minggu,mel
c. Faktor pendorong
ainkan
(yang meli puti
tokoh masyarakat, dalam bulan
petugas kesehatan, dan tahunan.
guru, dan keluarga

Gambar 2.3 Kerangka Teori


Sumber : Notoatmodjo (2003), Setiowati & Furqnita (2007), Hongini &
Aditiawarman (2012).

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
60

I. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku menggosok
gigi

Karies gigi
Konsumsi makanan
kariogenik

Gambar 2.4 Kerangka Konsep penelitian

J. Hipotesis

Ha (Hipotesis alternatif): Ada hubungan Perilaku Menggosok Gigi

dan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada Siswa

Kelas Satu di SDN Wiradadi Kecamatan Sokaraja.

Ho (Hipotesis nihil/nol) : Tidak ada hubungan Perilaku Menggosok

Gigi dan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada

Siswa Kelas Satu di SDN Wiradadi Kecamatan Sokaraja.

Hubungan Perilaku Menggosok..., Okta Fajar Silviana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Anda mungkin juga menyukai