Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian terpenting dalam

kesehatan tubuh. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS)

tahun 2013, sebanyak 25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan

mulut. Secara Nasional angka kejadian karies penduduk Indonesia mengalami

peningkatan dari 67,2 menjadi 72,3 pada tahun 2013 (Hani Yulia Ningsih, 2019).

Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi

yang ditandai oleh rusaknya email dan dentin disebabkan oleh aktivitas

metabolisme bakteri dalam plak yang menyebabkan terjadinya demineralisasi

akibat interaksi antar produk-produk mikroorganisme, ludah dan bagian-bagian

yang berasal dari makanan dan email (Sri Ramayanti, 2013)

Remineralisasi ialah proses ketika kristal apatit terbentuk kembali pada

permukaan email, sehingga kekerasan email yang menurun akibat demineralisasi

dapat meningkat kembali. Proses remineralisasi dapat terjadi secara alami atau

dipercepat menggunakan bahan remineralisasi. Syarat bahan remineralisasi yang

ideal adalah dapat melepaskan ion kalsium dan fosfat, mencegah pembentukan
kalkulus, serta bekerja baik pada kondisi saliva yang sedikit dan pada lingkungan

yang asam (Miftah Wiryani, 2016).

Bahan anti-karies yang telah lama digunakan adalah fluor. Fluor

mempunyai fungsi remineralisasi dengan membentuk mineral fluorapatit Selain

itu, fluor juga mempunyai fungsi anti-bakteri melalui mekanisme pencegahan

karies dengan mengurangi tempat berkembangbiaknya bakteri kariogenik yang

sangat berperan dalam mencegah timbulnya karies gigi. Fluoride sangat penting

dalam mencegah timbulnya karies dini. Peranan fluoride dalam mencegah karies

dengan meningkatkan mineralisasi gigi, mencegah bakteri menghasilkan asam

yang dapat menghasilkan asam yang dapat memicu terjadinya karies gigi (Jeanny

Kathleen H, 2017).

Sejak Casein Phosphopeptide Amorphous Calcium Phosphate (CPP–ACP)

merupakan bahan yang dapat memperkuat dan meremineralisasi gigi serta

membantu mencegah karies gigi. Casein phosphopeptide (CPP) memiliki

kemampuan untuk menstabilkan ion kalsium, fosfat dan fluoride dalam keadaan

amorf non-kristalin yang diperlukan pada enamel gigi (Busman, 2014).

Salah satu bahan topikal yang mengandung kasein adalah Casein

Phosphopeptides-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP). Bahan tersebut

tidak mengandung fluor sehingga tidak menimbulkan fluorosis. CPP-ACP

mengandung kasein berupa fosfoprotein kasein (CPP), kalsium dan fosfat tinggi,
sehingga mampu menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi

pada gigi (Maria Andrini dkk, 2013).

Kasein yang terkandung dalam CPP-ACP juga mempunyai kemampuan

untuk menghambat metabolisme bakteri dengan berbagai cara, yaitu rangkaian

fosfoprotein kasein (CPP) akan memutus struktur ikatan antara matrik protein

polisakarida ekstraseluler bakteri dengan reseptor bakteri pada pelikel saliva (RJ

FitzGerald, 1998 dikutip oleh Maria Andrini dkk, 2013)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari literatur review ini

adalah untuk mengetahui hubungan aplikasi casein phosphopeptide amorphous

calcium phosphate (cpp-acp) terhadap remineralisasi gigi.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah aplikasi casein phosphopeptide amorphous calcium phosphate (cpp-

acp) berhubungan terhadap remineralisasi gigi.

1.3 Tujuan Penelitian

1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah aplikasi casein

phosphopeptide amorphous calcium phosphate (cpp-acp) berhubungan

terhadap remineralisasi gigi.


2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengaruh aplikasi casein phosphopeptide amorphous

calcium phosphate (cpp-acp) terhadap remineralisasi gigi.

1.4 Manfaat

1 Manfaat Bagi Institusi dan Akademik

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan sebagai

acuan terhadap penelitian selanjutnya

2 Bagi Klinis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan

untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, serta pengembangan ilmu

kedokteran gigi.

3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya

bagi masyarakat mengenai hubungan aplikasi casein phosphopeptide

amorphous calcium phosphate (cpp-acp) terhadap remineralisasi gigi

1.5 Sumber Studi Pustaka

Sumber literatur dalam rencana penelitian ini terutama berasal dari jurnal

penelitian online yang menyediakan jurnal artikel gratis dalam format PDF,

seperti: Pubmed, Proquest, Google scholar, Science Direct, Elsevier (SCOPUS)

dan sumber relevan lainnya. Tidak ada batasan dalam tanggal publikasi selama
literatur ini relevan dengan topik penelitian. Namun, untuk menjaga agar informasi

tetap mutakhir, informasi yang digunakan terutama dari literatur yang

dikumpulkan sejak sepuluh tahun terakhir.

1.6 Metode Penelusuran

Metode penelusuran literatur didapatkan dari beberapa sumber studi pustaka

yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies

2.1.1 Pengertian Karies

Karies gigi adalah suatu penyakit yang menyerang jaringan keras gigi yaitu

email, dentin, dan sementum. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan

suatu penyakit dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi yaitu enamel, dentin dan

sementum. Jaringan tersebut rusak dan menyebabkan lubang pada gigi. Tanda

terjadinya karies adalah adanya demineralisasi bagian anorganik gigi diikuti oleh

kerusakan bahan organik (Wardana Putri kusuma, 2012).

Karies gigi adalah salah satu gangguan kesehatan gigi. Karies gigi terbentuk

karena ada sisa makanan yang menempel pada gigi, yang pada akhirnya

menyebabkan pengapuran gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan

patah (Mustika Mirna Dara, 2014).

2.1.2 Etiologi Karies

Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya karies yaitu waktu, host atau

gigi, mikroorganisme dan substrat atau makanan.


(1) Waktu: asam yang di hasilkan bakteri mengakibatkan kristal enamel akan

rusak

sehingga menghasilkan kavitas gigi. Hal ini dapat berlangsung terus menerus

sehingga mengakibatkan demineralisasi enamel gigi. Namun dalam kondisi

perkembangan karies lambat dapat memberikan waktu yang cukup untuk

remineralisasi gigi oleh karena adanya kemampuan buffer saliva sehingga

terbentuknya kavitas pada gigi dapat dicegah.

(2) Gigi (host)

Setiap manusia memiliki morfologi gigi yang berbeda-beda, permukaaan

oklusal yang memiliki keluk dan fisur yang bermacam-macam. Karies gigi

sering terjadi pada permukaan gigi yang spesifik baik pada gigi sulung

maupun gigi permanen. Pada gigi sulung mudah mengalami karies pada

permukaan yang halus sedangkan pada gigi permanen ditemukan pada put

dan fisur.

(3) Substrat (Makanan)

Peran makanan dalam proses terjadinya karies bersifat local, dimana

tergantung dari komponennya. Sisa-sisa makanan dalam mulut merupakan

substrak yag difermentasikan oleh bakteri untuk mendapatkan energy.sukrosa

dan glukosa di metabolismekan sedemikian rupa sehingga terbentuk

polisakarida intrasel san ekstrasel sehingga bakteri melekat pada permukaan

gigi.
(4) Mikroorganisme

Mikroorganisme sangat berperan penting dalam proses terjadinya karies.

Streptococcus mutans dan Lactobacillus bakteri penyebab utana terjadinya

karies. Bakteri yang kariogenik akan memfermentasi sukrosa menjadi asam

laktat yang sangat kuat sehingga mampu menyebabkan demineralisasi

(Ramayanti Sri, 2013).

gambar 1.1 etiologi terjadinya karies

(https://images.app.goo.gl/T5iV3PVcv5PnRTF67, diakses hari kamis,

12/1/2021 pukul. 22.05 wita)

Faktor predisposisi lainnya yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya karies

pada individu antara lain faktor sosial ekonomi, usia, dan lingkungan. Faktor sosial

ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angkat terjadinya karies.

Status sosial ekonomi yang rendahdiukur berdasarkan pendidikan dan pendapatan dan
telah diasosiasikan dengan kurangnya konsumsi serat pada individu yang tinggal di

daerah rumah tangga sosial-ekonomi rendah (Mustika Mirna Dara, 2014).

2.2 Remineralisasi dan Demineralisasi

2.2.1 Pengertian Remineralisasi

Remineralisasi merupakasn sebuah prosesdimana ion mineral kalsium dan

fosfatkembali membentuk kristal hidroksi apatitpada enamel. Proses remineralisasi

adalah proses penting yang memiliki pengaruhsecara signifikan pada kekerasan dan

kekuatan gigi (Zulsantritus, 2016).

2.2.2 Pengertian Demineralisasi

Demineralisasi gigi adalah larutnya mineral enamel gigi akibat konsentrasi asam

yang mempunyai pH di bawah 5,5 lebih tinggi pada permukaan enamel dari pada di

dalam enamel. Demineralisasi akan berhenti jika konsentrasi asam rendah dan

konsentrasi kalsium atau fosfordalam saliva kembali tinggi sehingga terjadi proses

remineralisasi. Demineralisasi yang terjadi terus-menerus akan mengakibatkan

porositas pada permukaan enamel dan mengarah pada terjadinya keadaan patologis

(Jeanny Kathleen H, 2017).

2.2.3 Proses Demineralisasi dan Remineralisasi

Demineralisasi gigi dapat terjadi karena paparan zat asam secara langsung

maupun zat asam yang terbentuk dari hasil metabolisme mikroorganisme dalam
rongga mulut dalam kurun waktu tertentu. Demineralisasi itu sendiri dapat terjadi

apabila lingkungan dalam rongga mulut berada pada pH dibawah 5,5, karena pada pH

yang rendah ini akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen yang dapat merusak

ikatan hidroksiapatit yang terkandung pada email gigi (Panigoro, dkk., 2015).

Demineralisasi ini adalah sebuah proses penguraian berbagai mineral pada

email gigi, terutama kalsium yang menjadi mineral utama dalam struktur gigi.

Beberapa mineral penting ini jika dibiarkan berdifusi keluar dari struktur gigi secara

terus menerus akan terbentuk lubang pada gigi. Selain proses demineralisasi, terdapat

juga proses remineralisasi yaitu proses kembalinya mineral-mineral penting

pembentuk gigi, contohnya kalsium dan fosfat, menjadi ikatan hidroksiapatit pada

email gigi yang merupakan proses penting yang memiliki pengaruh signifikan pada

kekerasan gigi (Widyaningtyas, dkk., 2014).

2.3 Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP)

2.3.1 Pengertian Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-

ACP)

Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP)

merupakan salah satu bahan dalam bidang kedokteran gigi yang mengandung kasein

berupa fosfoprotein kasein (CPP), kalsium dan fosfat yang tinggi sehingga mampu

menghambat demineralisasi (Dini Rachmawati, 2019).


Casein Phospho Peptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) telah

terbukti dapat memberikan perlindungan pada gigi terhadap asam. CPP-ACP dapat

mencegah erosi gigi dengan menekan proses demineralisasi dan meningkatkan

remineralisasi. Pasta CPP-ACP telah terbukti dapat meremineralisai lesi di bawah

permukaan email in vitro dan in situ (Ayarajan J, 2011).

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium

Phosphate (CPP-ACP)

Kelebihan CPP-ACP adalah tidak dapat menimbulkan fluorosis dan mampu

menghantarkan ion kalsim dan fosfat ke permukaan email tanpa mengalami

kristalisasi terlebih dahulu. Sedangkan untuk kekurangan dari CPP-ACP adalah

kelarutan dari CPP-ACP terhadap pH asam, afinitas dan daya penetrasi rendah

terhadap permukaan email yang mengalami erosi. Maka itu sifat tersebut dapat

meyebabkan kemampuan kalsium dan fosfat untuk melekat pada permukaan gigi

yang mengalama demineralisasi menurun, sehingga peroses remineralisasi terganggu

(Irfan dkk, 2019)

2.3.3 Mekanisme CPP-ACP Terhadap Remineralisasi

CPP-ACP dapat menstabilkan dan mengikat ion kalsium dan ion fosfat dalam

larutan. Ion kalsium dan fosfat berbentuk struktur kristal dalam pH netral, tetapi CPP-

ACP dapat menjaga ion kalsium dan fosfat dalam keadaan tidak berbentuk (amorf).

Dalam keadaan ini ion kalsium dan fosfat dapat masuk dalam enamel gigi dengan
cara berdifusi. Konsentrasi ion kalsium dan fosfat yang tinggu dapat membantu

remineralisasi dan mengurangi resiko demineralisasi pada enamel. CPP-ACP akan

masuk ke dalam sub permukaan melalui permukaan enamelyang posur. Saat

mencapai lesi sub permukaan, CPP-ACP akan melepasakan ion kalasium dan ion

fosfat yang akan mengendap di dalam enamel rod. CPP memiliki kemampuang

mengikat yang tinggi dengan kristal apatit sehingga meningkatkan proses terjadinya

remineralisasi (Dini Rahamwati dkk, 2019).

2.3.4 Kerangka Konsep


2.3.5 Penjelasan Kerangka Konsep

Casein Phospho Peptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) yang

memiliki kandungan kasein berupa CPP (Casein Phospho Peptide), kalsium dan

fosfat dimana apabila ketiga kandungan tersebut meningkat akan menghambat

demineralisasi dan meningkatkan remineraslisasi sehingga tidak terjadi karies pada

gigi. Sebaliknya, apabila ketiga kandungan tersebut menurun akan menghambat

remineralisasi dan akan meningkatkan demineralisasi sehingga akan meyebabkan

karies pada gigi.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

jenis penelitian ini adalah studi literatur. Dimana dalam studi literatur adalah

salah satu teknik untuk mencari referensi teori yang relavan dengan kasus terhadap

permasalahan yang ditemukan. Adapun tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui

hubungan aplikasi casein phosphopeptideamorphous calcium phosphate (cpp-acp)

terhadap remineralisasi gigi.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang diangkat pada penelitian ini berasal dari jurnal, artikel ilmiah dan

juga literatur yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Ayarajan J, P Janardhanam, P Jayakumar, Deepika. Efficacy of CPP-ACP and

CPP-ACPF on enamel remineralization-an in vitro study using scanning

electron microscope and Diagnodent. 2011. Indian Journal of Dental Reasearch;

22(1)

Dini Rachmawati, Chandrasari Kurniawati, Lukman Hakim, Neny Roeswahjuni. Efek

Remineralisasi Casein Phospopeptide-Amorphous Calcium Phospate (Cppacp)

Terhadap Enamel Gigi Sulung. E-Prodenta Journal of Dentistry. 2019. 3(2): 257-

262

Hani Yulia Ningsih, Tri Putriany Agustin. Gambaran pH Saliva Pada Anak Usia 5-10

Tahun (Kajian Pada Pasien Anak Di Klinik Pedodonsia Fkg Usakti). Jurnal

Kedokteran Gigi Terpadu. 2019 Juli; 1(1): 40-44.

Irfan Dwiandhono, Dian Noviyanti Agus Imam, Afiatul Mukaromah Applications of

Whey Extract and Cpp-Acp in Email Surface Towards Enamel Surface Hardness

After Extracoronal Bleaching. 2019; Jurnal Kesehatan Gigi 6(2): 93-98

Jeanny Kathleen H, Cecilia G.J.Lunardhi, Ari Subiyanto. Kemampuan Bioaktif Glass

(Novamin) Dan Casein Peptide Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP)


Terhadap Demineralisasi Enamel. Conservative Dentistry Journal 2017;7(2):111-

119

Maria Andrini, Indah Titien, dan S.B. Rantinah. Pengaruh Aplikasi Topikal Casein

Phosphopeptide Amorphous Calcium Phosphate (Cpp-Acp) Terhadap

Pertumbuhan Streptococcus Alpha dan Akumulasi Plak Gigi. J Ked Gi. 2013;

4(4); 267-273

Miftah Wiryani, Billy Sujatmiko, Rini Bikarindrasari. Pengaruh lama aplikasi bahan

remineralisasi casein phosphopeptide-amorphous calcium phosphate fluoride

(CPP-ACPF) terhadap kekerasan email. Maj Ked Gi Ind. 2016; 2(3): 141-146

Mustika Mirna Dara, N Amy Carabelly, Cholil. Insidensi karies gigi pada anak usia

prasekolah di TK Merah Mandiangin Martapura Periode 2012-2013. Dentino

Jurnal Kedokteran Kedokteran Gigi 2014; 2 (2): 201-3

Panigoro, S., Pangemanan, D. H. C., Juliarti, 2015, Kadar Kalsium Gigi yang Terlarut

pada Perendaman Minuman Isotonik, Jurnal e-Gigi (eG), 3(2): 356-360.

Ramayanti Sri, Purnakarya Idral. Peran makanan terhadap kejadian karies gigi..

Jurnal kesehatan masyarakat. 2013; 7(2): 89-93

Wardana Putri kusuma, Supartinah Al, Titiens Indah. Factor resiko terjadinya karies

baru dengan pendekatan kariogram pada pasien anak di klinik kedokteran gigi

anak rsgmp prof. soedomo Yogyakarta. Maj Ked Gigi 2012; 19(2): 107-109
Zulsantritus, Edrizal, Busman. Potensi Remineralisasi Pada Pasta Gigi Berflorida

Dantidak Berflorida. 2016. Jurnal B-Dent; 3(2):139-144

Anda mungkin juga menyukai