SKRIPSI
OLEH :
ASRAWATI
J011191119
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penulisan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup
dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat
Kesehatan adalah bagian paling penting dalam kehidupan manusia, sehat secara
jasmani dan rohani. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara
umum, juga kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia
adalah hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan, karena
kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan masalah yang klasik, hal ini didukung
dengan kejadian angka prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal masih tetap tinggi.
Sumber dari kedua penyakit tersebut adalah terabaikannya kebersihan gigi dan mulut. 2
Kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari kesehatan tubuh olehkarena itu,
kesehatan gigi dan mulut berperan dalam menilai kondisi kesehatan seseorang. Evaluasi
kesehatan gigi tergantung ada tidaknya penyakit gigi, termasuk derajat kerusakan gigi.
penyakit karies Sering terjadi pada anak karena kurangnya perhatian orang tua Misalkan
gigi anak menggantikan gigi permanen. Kesehatan gigi dan mulut yang tidak dirawat bisa
Kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan dimana gigi geligi yang berada di
dalam rongga mulut dalam keadaan yang bersih, bebas dari plak, karang gigi, dan sisa
makanan serta tidak tercium bau dalam mulut. Kebersihan gigi yang baik dapat
berbicara. Keadaan oral hygiene yang buruk seperti adanya kalkulus dan stain, banyak
karies gigi, serta keadaan tidak bergigi atau ompong dapat menimbulkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. 3
Rongga mulut merupakan bagian tubuh yang penting untuk dijaga. Rongga mulut
gejala-gejala yang dapat dilihat dalam mulut Rongga mulut merupakan satu unit
fungsional dimana semua bagian seperti gigi, lidah, pipi, gingiva, saliva saling
bergantung satu sama lain dan selalu berkaitan dengan proses menelan, mengunyah
makanan, serta fungsi bicara dan bernafas. Aktivitas dalam mulut mempengaruhi dan
Sindrom Sjogren (SS) adalah penyakit autoimun multi-organ yang ditandai dengan
peradangan kronis pada kelenjar eksokrin, terutama kelenjar lakrimal dan saliva. Hal ini
biasanya mengarah pada perkembangan sindrom mata kering (dry eye syndrome) dan
mulut kering. Proses ini menyebabkan sindrom sicca, kombinasi kekeringan pada mata,
mulut, faring, laring dan/atau vagina. Sindrom sicca sering disertai dengan gejala
kerusakan sistemik. SS dapat muncul sebagai penyakit primer tanpa gejala penyerta
lainnya, umumnya dikenal sebagai sindrom Sjogren primer, dan sebagai penyakit
sekunder bersama dengan penyakit autoimun lainnya pada pasien dengan penyakit
seperti lupus eritematosus sistemik (SLE) dan rematik, misalnya. kemudian arthritis
dapat terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya timbul pada dekade keempat hingga ke
enam kehidupan. Gambaran klinis dapat melibatkan kulit, mata, rongga mulut, saliva
kelenjar, dan sistem, termasuk muskuloskeletal, paru, gastrointestinal, ginjal, neurologis,
Sjögren Syndrome. Saliva sangat penting untuk memelihara kesehatan orofaringeal untuk
Hiposalivasi atau xerostomia kronis dapat mengganggu kualitas hidup pasien. Awal
Manifestasi pada rongga mulut dijumpai dengan frekuensi tinggi terutama karena
hipofungsi kelenjar ludah yang mengakibatkan penurunan sekresi saliva. Hal ini dapat
menyebabkan dampak negatif yang besar terhadap kesehatan rongga mulut. Kehilangan
sifat pelumas, buffering dan antimikroba dari saliva cenderung menyebabkan mulut terasa
kering (dry mouth) atau xerostomia, kesulitan makan makanan yang kering, kesulitan
berbicara atau mengeluhkan masalah pada gigi palsunya. Komplikasi kronis dari dry
Karies
Erosi gigi
Kekeringan Mukosa
Angular cheilitis
Lidah kering
Mucositis
Ulserasi
Oral candidiasis
Halitosis
Infeksi gigi dan atau rongga mulut
Mulut kering menyebabkan kekeringan pada selaput lendir. Mukosa mulut menjadi
kering dan rentan terhadap peradangan dan infeksi. Situasi ini disebabkan oleh kurangnya
pelumasan dan perlindungan dari air liur. Selera dan cara berbicara juga terganggu. Saat
mulut mengering, fungsi pembersihan air liur memburuk, menyebabkan sensasi terbakar di
mulut dan menyebabkan peradangan pada selaput lendir. Selain itu, pada pasien dengan
seseorang dan menghindari atau mencegah bahaya bagi kesehatan seseorang atau orang lain
adalah hasil dari pengetahuan dan terjadi setelah orang merasakan objek tertentu. Persepsi
terjadi melalui lima indera manusia: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
sentuhan. Wilayah pengetahuan atau kognisi merupakan wilayah yang sangat penting dalam
membentuk perilaku seseorang. Ada enam tingkat pengetahuan yang terkandung dalam
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis mengambil rumusan
permasalahan yaitu :
1. Bagaimana edukasi kesehatan gigi dan mulut pada penderita sjorgen syndrom
3. Tujuan Penulisan
4. Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan ini maka diharapkan dapat memberikan informasi serta
menambah wawasan dan pengetahuan terkait baimana kesehatan gigi dan mulut pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut
2.1.1 Definisi Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut
Menurut kbbi edukasi adalah perihal (Pendidikan). Edukasi merupakan proses
belajar dari sesuatu yang tidak dipahami, menjadi paham.1 Kesehatan adalah salah satu unsur
dari masyarakat yang sejahtera, yaitu tercapainya hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan
masyarakat melalui sistem kesehatan yang dapat menjamin terlindungnya masyarakat dari
berbagai resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan tersedianya pelayanan kesehatan
yang bermutu, terjangkau, dan merata. 2
Edukasi kesehatan merupakan proses terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap pada
subjek belajar dengan output yang diharapkan adalah meningkatnya pengetahuan dan sikap
masyarakat akan kesehatan itu sendiri. 1
Kesehatan gigi atau sekarang disebut sebagai kesehatan mulut adalah kesejahteraan rongga
mulut termasuk gigi geligi dan struktur serta jaringanjaringan pendukungnya bebas dari
penyakit, dan mulut serta jaringanjaringan pendukungnya berfungsi secara optimal. 3
Edukasi kesehatan gigi adalah proses penyampaian informasi tentang kesehatan gigi dan
mulut untuk meningkatkan pengetahuan secara keseluruhan dan membantu menumbuhkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan mulut kemudian menanamkan kebiasaan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. 4
Kesehatan gigi dan mulut menjadi hal yang penting karena kesadaran masyarakat untuk
menjaga Kesehatan gigi dan mulutnya masih rendah. Rendahnya kesadaran masyarakat
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut menjadi hal penting, karena penyakit gigi dan mulut
dapat menurunkan produktifitas. 5
Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan
kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi
mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi
kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat
berperan dalam menunjang kesehatan seseorang Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari
aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran dan penanganan kesehatan gigi
termasuk pencegahan dan perawatan. Timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada
seseorang salah satu faktor penyebabnya adalah tingkat pengetahuan. Tingginya angka
penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya
adalah faktor perilaku masyarakat yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut. 2
Peningkatan pegetahuan yang muncul setelah diberikan edukasi kesehatan merupakan salah
satu aspek kemampuan yang bisa dicapai oleh sasaran edukasi sebagai akibat adanya proses
belajar. Edukasi mempengaruhi perilaku dan sikap sehari-hari. Edukasi ini diharapkan dapat
dilakukan secara berkesinambungan agar dapat efektif dalam meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku jangka Panjang. Edukasi yang baik akan memberi pengaruh terhadap
sikap dan perilaku hidup sehat. pengetahuan kesehatan gigi berkaitan erat dengan status
karies masyarakat, dimana semakin rendah tingkat pengetahuannya, maka semakin tinggi
pula karies pada rongga mulutnya. 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Sanjaya AA, Yasa KAT. Hubungan pengetahuan dengan kebersihan gigi dan mmulut
siswa VII di SMPN 3 Salembang Timur Tabanan tahun 2018. Dent Health
J.2019;6(2):19-20
2. Novita FC, Andriany P, Maghfirah SI, Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
kebersihan gigi dan mmulut dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa SD usia
3. Busman, Elianora D, Atigah SN. Status kesehatan rongga mulut anak diliht dari
kepedulian orang tua tentang kebersihan rongga mmulut anak dan status gizi di SDN
4. Wiharja R, Seriadhi R. Kondisi kesehatan gigi dan mmulut siswa SDK Yahya. J Ked
Gi Unpad.2018;30(1):27
5. Wattimena JG, Surachim A. Sjogren Syndrome: Manifestasi klinis pada rongga mulut
6. Arsyad. Pengaruh xerostomia terhadap kesehatan gigi dan mmult terkait kualitas
hidup pada usila di desa bapangi kabupaten Sidrap. Media Kes Gi.2017;16(2):42
interventions effective in oral health?: A systematic review. Int J Dent Hyg. 2017; 1-2
8. Chapman A, Felton SH. Basic Guide to Oral Health Education and Promotion. 3rd ed.
9.
10. Vivino F, Bunya VY. Giordano GM. Sjogren’s syndrome: An update on disease
pathogenesis, clinical manifestations and treatment. Clinical Immunology. 2019; 203:
81-121
11. Thorne I, Stucliffe N. Sjogren’s Syndrome. Brit J Hosp Med. 2017; 78(8): 438-42
12. Negrini S. Emmi G. Greco M. Sjögren’s syndrome: a systemic autoimmune disease.
Clin and Exp Med. 2021: 1-17
13. Shen L, He J, Kramer JM. Sjögren’s Syndrome: Animal Models, Etiology,
Pathogenesis, Clinical Subtypes, and Diagnosis. J Imm Res. 2019: 1-4
14. Nair JJ, Singh TP. Sjogren’s syndrome: Review of the aetiology, Pathophysiology &
Potential therapeutic interventions. J Clin Exp Dent. 2016: E1-6
15. Tian Y, Yang H, Liu N. Advances in Pathogenesis of Sjögren’s Syndrome. J Imm
Res. 2021: 1-8
16. Chebil RB. Oueslati Y, Marzouk M, Fredj FB. Oral Lichen Planus and Lichenoid
Lesions in Sjogren’s Syndrome Patients: A Prospective Study. Int Jour Dent. 2019: 1-
7
17. Shah KK, Kumar H. Sjögren's Syndrome and its oral manifestations –A Review.
Khushali K Shah et al /J. Pharm. Sci. & Res. 2020; 12(1): 6-9
18. Artnik B. Oral Health and Oral Health Promotion. Oral Heal Oral Heal Prom. 2018:
723-34
19. Annashr NN, Amalia IS. Efektivitas Promosi Kesehatan Berbasis Audiovisual Dalam
Meningkatkan Kepatuhan Minum Obat Filariasis Di Kabupaten Kuningan. Jurnal
Ilmu Kesehatan Bhakti Husada. 2018; 9(2): 91-6
20. Carsons S. A Review and Update of Sjögren’s Syndrome: Manifestations, Diagnosis,
and Treatment. The American J Man Care. 2017; 7(14): s440
21. Apsari S, Isanuddin I, Mulyanti S. Efektivitas Penyuluhan Tentang Kesehatan Gigi
Dan Mulut Dengan Metode Ceramah Dan Diskusi Kelompok Terhadap Pengetahuan
Responden (Studi Literatur). Jurnal Terapi Gigi dan Mulut. 2021; 1(1): 9-16