2. Menghilangkan atau paling sedikit mengurangi penyakit gigi dan mulut dan gangguan
lainnya pada gigi dan mulut.
Pada dasarnya pendidikan harus dilaksanakan seumur hidup sesuai dengan proses
perkembangan psikis dan biologis manusia. Demikian pula halnya dengan pendidikan kesehatan.
Oleh karena itu lingkungan pendidikan kesehatan dapat kita bedakan atas :
1. Keluarga.
Lingkungan pendidikan ini biasanya disebut sebagai pendidikan informal dan merupakan
pendidikan dasar yang diperoleh oleh setiap individu sebelum mendapatkan pendidikan
lain. Penanaman pendidikan kesehatan sedini mungkin oleh orang tua terhadap anaknya
akan berpengaruh besar dalam perubahan sikap pelihara diri anaknya.
2. Sekolah.
Pendidikan yang diperoleh di sekolah disebut sebagai pendidikan formal. Sebagai bukti
bahwa seseorang telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan formal akan memperoleh
ijazah atau surat tanda tamat belajar. Pendidikan kesehatan di sekolah harus diterapkan
melalui Mata Pelajaran Olahraga dan Kesehatan. Penanaman pendidikan kesehatan akan
berpengaruh terhadap pembentukan sikap pelihara diri yang diharapkan akan terus
tertanam sampai akhir hayat.
3. Masyarakat.
Pendidikan ini biasanya dilakukan untuk menambah atau melengkapi pendidikan di
sekolah.
Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan gigi diperlukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan gigi, misalnya dengan memilih makanan yang menyehatkan gigi, mengatur
pola makanan yang mengandung gula.
2. Perlindungan Khusus (Specific Protection).
Yang termasuk dalam program upaya pelayanan perlindungan khusus ini, misalnya
pembersihan karang gigi, menyikat gigi segera setelah makan, topical aplikasi, fluoridasi
air minum dan sebagainya. Pendidikan kesehatan gigi pada tingkat ini diperlukan agar
masyarakat menjadi sadar untuk memelihara kesehatan gigi, terutama untuk daerah yang
belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi.
3. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment).
Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin perlu dilakukan, misalnya pemeriksaan gigi
dengan sinar-X secara berkala, penambalan gigi yang terkena karies, penambalan fissure
yang terlalu dalam dan sebagainya. Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan
karena masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan
gigi, sehingga seringkali mereka membiarkan giginya yang berlubang tidak segera
ditambal dan mengakibatkan penyakit yang lebih parah.
4. Pembatasan Cacat (Disability Limitation).
Pembatasan cacat merupakan tindakan pengobatan penyakit yang parah, misalnya pulp
capping, pengobatan urat saraf, pencabutan gigi dan sebagainya. Pada tingkat ini
pendidikan kesehatan diperlukan karena mereka sering tidak mengobati penyakitnya
secara tuntas. Misalnya, pada perawatan urat saraf yang memerlukan beberapa kali
kunjungan atau mereka ingin segera mencabut giginya walaupun sebenarnya masih dapat
dilakukan penambalan.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation).
Rehabilitasi merupakan upaya pemulihan atau pengembalian fungsi dan bentuk
sesuai dengan aslinya, misalnya pembuatan gigi tiruan. Pendidikan kesehatan pada
B. Plak Subgingiva
Plak subgingiva adalah plak yang terdapat di bawah gingival margin dalam sulkus
gingival atau periodontal poket. Plak subgingiva dapat dibedakan atas plak subgingiva
yang melekat pada gigi dan plak subgingiva yang melekat pada epithelium. Pada
permukaan gigi, bakteri plak melekat pada sulkus gingival dan poket periodontal. Plak
subgingiva yang melekat pada epithelium merupakan komponen plak subgingiva yang
berhubungan langsung dengan epitel subgingiva, dan meluas dari margin gingiva sampai
junctional epithelium
Mekanisme Pembentukan Plak Gigi
Proses pembentukan plak ini terdiri atas dua tahap. Tahap pertama merupakan
tahap pembentukan lapisan acquired pelicle sementara tahap kedua merupakan tahap
proliferas bakteri. Pada pertama, setelah acquired pelicle terbentuk, bakteri mulai
berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks interbakterial yang terdiri atas
polisakarida ekstraseluler, yaitu levan dan dextran dan juga mengandung protein saliva.
Hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh pada
tahap pertama, yaitu Streptococcus mutans, Streptococcus bovis, Streptococcus sanguis,
Streptococcus salivarius sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang
terdiri atas jenis kokus pada tahap awal proliferasi bakteri. Perkembangbiakan bakteri
membuat lapisan plak bertambah tebal dan karena adanya hasil metabolism dan adhesi
dari bakteribakteri pada permukaan luar plak, lingkungan di bagian dalam plak berubah
menjadi anaerob.
Pada tahap kedua, jika kebersihan mulut diabaikan, dua sampai empat hari, kokus
gram negatif dan basilus akan bertambah jumlahnya (dari 7% menjadi 30%), dengan 15%
di antaranya terdiri atas bacillus yang bersifat anaerob. Pada hari kelima Fusobacterium,
Aactinomyces, dan Veillonella yang aerob akan bertambah jumlahnya.
Komposisi Plak
Plak terdiri dari 20% bahan organik dan anorganik dan sisanya adalah air. Bahan
organik meliputi kompleks protein polisakarida yang terdiri dari karbohidrat dan protein
kira-kira 30% dan lemak kira-kira 15%. Komponen ini merupakan produk ekstraseluler
dari bakteri plak, sisa-sisa sitoplasmik dan membran sel, hasil pengunyahan makanan dan
derifat glikoprotein. Karbohidrat yang terbesar ditemukan pada plak supragingiva adalah
dextran, levan dan galaktose, yang diproduksi oleh bakteri polisakarida kira-kira 9,5%
dari total plak. Komponen anorganik yang terdapat dalam plak adalah kalsium, fosfor
sedangkan magnesium, potassium dan sodium ditemukan dalam jumlah yang kecil.
Kandungan anorganik tertinggi ditemukan pada permukaan lingual incisivus bawah. Ion
kalsium ini ikut membantu perlekatan antara bakteri dan antar bakteri dengan pelikel.
Sehingga, hampir 70-80% komponen anorganik ditemukan sebagai kristalin calcium
phosphate.
Plak yang terletak terbentuk sempurna, selain bakteri dapat pula berisi
mikroorganisme lain. Mycoplasma telah berhasil ditemukan, dan sejumlah kecil lagi
protozoa juga ada. Mikroorganisme pada bakteri plak yang hampir selalu ditemukan
adalah golongan streptococcus dan lactobacillus. Selain itu, ditemukan juga golongan
jamur actinomycetes. Susunan komponen bakteri dan biokimia plak bervariasi dan
tergantung pada konsentrasi bakteri dalam saliva, oksigen komposisi makanan serta
adanya penyakit periodontal. Plak gigi bukan merupakan sisa makanan dan
pembentukannya tidak ada hubungannya dengan konsumsi makanan. Plak supra gingiva
lebih cepat terbentuk pada saat tidur, kemudian pada saat tidak ada makanan dikunyah,
serta pada saat makan. Hal ini terjadi karena aksi mekanik makanan dan aliran saliva
pada saat mastikasi menyebabkan plak sulit terbentuk.
Pengaruh Plak Terhadap Gigi dan Jaringan Periodonsium
Dari seluruh deposit lunak yang sering terdapat pada gigi, plak dianggap paling
penting sebagai factor utama pada awal perkembangan karies dan penyakit periodontal.
Disamping hal tersebut diketahui pula bahwa, terdapat factor penyebab lain sebagai
predisposisi akumulasi plak dan modifikasi dari reaksi inflamasi.
Penelitian epidemiologi menunjukkan, tentang hubungan yang positif antara
jumlah plak dengan keparahan gingivitis kronis atau periodontitis. Penelitian lain,
menunjukkan hubungan yang erat antara plak dan penyakit periodontal.
Efek yang membahayakan dari plak bukanlah dikarenakan keberadaannya semata,
tetapi efek produk bakteri tertentu yang menentukan.. Bakteri plak yang kariogenik
menggunakan karbohidrat, terutama fruktosa dan galaktosa sebagai sumber energy, yang
bila digunakan dapat meninkatkan produksi asam dari polisakarida ektra dan intraseluler.
Keadaan asam yang dihasilkan dapat melarutkan mineral dalam email gigi. Hal ini
merupakan tahap awal dari karies gigi.
Substansi lain yang bertanggung jawab pada tingkatan utama dari kerusakan
jaringan dari penyakit periodontal, seperti produk yang disintesa oleh bakteri plak
termasuk enzim, toxin dan produk buangan dari hasil metabolisme. Bakteri pada plak dan
produknya membentuk ikatan utama dalam rantai peristiwa yang menyebabkan destruksi
periodonsium. Kolonisasi awal bakteri pada permukaan gigi terjadi pada daerah gingiva.
Selama beberapa hari, jumlah organism pada permukaan ini meningkat melalui
multiplikasi dan dari mretensi organism pada permukaan ini meningkat melalui
multiplikasi dan dari retensi organism baru. Bila dibiarkan berlanjut dan tidak
dihilangkan, pembentukan plak terus terjadi dengan tambahan lebih banyak bakteri,
khususnya skeling gingiva margin dan daerah interdental.
Kontrol Plak
1. Defenisi Kontrol Plak
Yang dimaksud dengan sikat gigi konvensional adalah suatu sikat gigi yang
penggunaannya tidak menggunakan bantuan sumber tenaga elektrik. Sikat gigi jenis ini
lebih lama dikenal dan lebih banyak digunakan daripada sikat gigi elektrik. Penggunaan
sikat gigi konvensional sebaiknya dilakukan penggantian secara periodic setiap 3 bulan
sekali, tujuannya untuk memelihara keefektifan pembersihan sikat. (Newman, 2006)
menimbulkan trauma pada gingival maupun permukaan akar, tentunya dengan teknik
pemakaian yang benar.
Sikat gigi dengan bulu sikat berbahan nilon merupakan produk bulu sikat yang
paling banyak dijumpai di pasaran yang umumnya dalam satu sikat gigi terdapat 3-4 baris
susunan bulu sikat nilon. Keuntungan penggunaan bahan nilon salah satunya adalah
dapat diproduksinya bulu sikat dengan diameter dengan tingkat kekerasan tertentu untuk
keperluan dan target pasaran tertentu. Secara umum, bulu sikat dibagi menjadi 3
berdasarkan tingkat kekerasannya, yaitu bulu sikat hard ( 0.014 inchi = 0.4 mm),
medium ( 0.012 inchi = 0.3 mm), dan soft ( 0.007 inchi = 0.2 mm) (Newman, 2006)
2.
Metode menyikat gigi
Secara umum, metode menyikat gigi dibedakan berdasarkan pola gerakan yang
diperagakan saat membersihkan plak, yaitu (1) roll (metode roll, teknik modifikasi
Stillman), (2) vibratory (teknik Stillman, Charter, Bass), (3) circular (teknik Fones), (4)
vertical (teknik Leonard), (5) horizontal (teknik Scrub). Berikut ini akan diuraikan
mengenai beberapa teknik menyikat gigi: (Newman, 2006)
a)
Metode Roll
Letakkan kepala sikat sejajar dengan bidang oklusal
Bulu sikat mencakup 3 gigi paling distal dengan posisi menempel pada
Untuk gigi anterior pada sisi lingual maupun fasial, sikat gigi digerakkan
sejajar dengan sumbu panjang gigi.
Atur peletakan ujung bulu-bulu sikat sebagian pada servikal gigi, dan
Beri tekanan lateral pada margin gingival, dengan 20 kali stroke pendek
maju dan mundur, sekaligus mencakup arah koronal di sepanjang attached gingival dan
permukaan gigi.
Untuk membersihkan gigi insisif pada sisi lingual, handle sikat dipegang
secara vertikal.
Untuk membersihkan area oklusal dari gigi-gigi molar dan premolar, sikat
diposisikan tegak lurus bidang oklusal, dimasukkan ke dalam grooves, interproksimal,
dan embrasur gigi tersebut.
Teknik ini diperuntukkan bagi penderita dengan resesi gingival dan area
akar gigi yang terbuka.
c)
Teknik Bass
Area yang dijangkau bulu sikat pada tiap posisi sekitar 3 gigi dan dimulai
dari gigi yang terletak paling distal
Untuk area oklusal gigi, berikan tekanan yang kuat dan dalam pada pit dan
fissure, dengan stroke pendek dan gerakan maju mundur.
d)
Teknik Charter
Letakkan bulu sikat gigi menghadap rahang dengan kemiringan 45o
Untuk area oklusal, bulu sikat diletakkan pada pit dan fissure, kemudian
berikan stroke pendek maju dan mundur
termasuk orang-orang tua yang membutuhkan bantuan orang lain untuk membersihkan
gigi, (4) pasien pengguna peranti ortodontik cekat (Newman, 2006)
bikarbonat, sodium klorida, sodium oksida, silikat), detergen (sodium, sodium laurel
sulfat, sodium sarkosilat), bahan lain : humektan (gliserin, sorbitol), air, bahan pengental
(kaboksimetillulosa, alginat, amilosa), bahan perasa dan pewarna (Newman, 2006).
Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kombinasi
triklosan dengan sitrat seng lebih efektif dalam menghambat pembentukan plak dan
gingivitis dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Triklosan mempunyai efek
penghambat yang sedang terutama terhadap bakteri anaerob negative, sedangkan sitrat
seng tidak begitu efektif. Namun kombinasi antara triklosan dengan sitrat seng
memberikan efek anti bakteri yang lebih kuat, diduga karena triklosan akan memperkuat
efek dari sitrat seng dengan jalan mengurangi absorbsi (Newman, 2006).
Pasta gigi yang digunakan untuk desensitisasi berupa pasta gigi dengan kerja
menyumbat tubulus dentin dengan kandungan stronsium klorida (sensodyne), natrium
monofluorofosfat (colgate), dan formaldehid (thermodent), pasta gigi dengan kerja
mengurangi eksitabilitas saraf yang mengandung kalium nitrat (dengue), dan pasta gigi
dengan aksi ganda yang mengandung kalium nitrat dan natrium monofluorofosfat
(sensodyne-f) (Newman, 2002).
Pasta gigi dapat meningkatkan keefektifan penyikatan tetapi dapat menyebabkan
kemungkinan abrasi minimum pada permukaan gigi karena pasta gigi juga mengandung
bahan abrasif seperti silicon oxides, aluminium oxides, dan granular polyvinyl chlorides.
Pasta gigi harus cukup abrasive sebagai pembersih dan pemoles, aman, serta tahan
terhadap permukaan gigi dan tambalan halus. Pasta gigi yang mengandung fluoride dan
anti mikroba memberikan manfaat dalam mengontrol karies dan gingivitis (Newman,
2006).
2.3.2 Irigasi Oral
Alat irigasi oral berfungsi untuk membersihkan debris dan bakteri yang melekat.
Alat irigasi oral yang digunakan oleh pasien periodontal di rumah dapat berupa
semprotan tekanan tinggi atau stabil. Alat irigasi oral ini lebih efektif untuk pembersihan
daerah interdental daripada sikat gigi dan obat kumur. Penggunaan alat irigasi oral akan
lebih efektif bila digunakan kombinasi dengan alat atau bahan yang lain, misalnya bahan
antiseptik seperti chlorhexidine (Newman, 2006).
Alat irigasi oral untuk supragingiva yang paling sering digunakan yaitu
convensional plastic tips dengan lipatan 900 pada tip, dilekatkan pada pompa yang
mengeluarkan titik-titik air yang berdenyut dengan kecepatan yang diatur dengan dial.
Pasien diinstruksikan untuk mengarahkan semprotan air melewati proksimal papilla,
ditahan selama 10-15 detik, kemudian mengikuti sepanjang margin gingiva sampai pada
daerah proksimal berikutnya secara berulang. Irigator sebaiknya digunakan dari
permukaan bukal dan lingual. Pasien dengan radang pada gingiva biasanya dimulai
dengan tekanan yang rendah dahulu kemudian tekanan ditingkatkan sampai medium
senyaman pasien utnuk meningkatkan kesehatan jaringan periodontal. Beberapa pasien
senang menggunakan peralatan ini pada setting tekanan yang paling tinggi dan tidak ada
laporan yang merugikan tentang hal ini, sehingga aman digunakan. Irigasi supragingiva
dengan menggunakan cairan antiseptik, chlorhexidine, dalam waktu 6 bulan
menunjukkan hasil signifikan yaitu menurunnya inflamasi gingival (Newman, 2006).
diproduksi pabrik. Umumnya pasien periodontal menggunakan soft rubber tip untuk
prosedur kontrol plak di rumah karena alat ini dapat dimasukkan ke dalam poket
periodontal, sehingga tekanan dan aliran air tidak terlalu keras. Soft rubber tip sebaiknya
dimasukkan ke dalam poket periodontal dan area furkasi sedalam 3 mm jika
memungkinkan, dan setiap poket harus dibersihkan selama beberapa detik.
Irigasi subgingiva tidak saja dilakukan oleh dokter gigi di klinik tetapi juga bisa
dilakukan pasien sehari-hari di rumah. Dasar pemikiran bagi irigasi subgingiva adalah
bahwa cara berkumur-kumur, sikat gigi, dan penggunaan dental floss tidak efektif
mencapai subgingiva. Pada kasus-kasus periodontitis justru mikroorganisme subgingiva
yang harus disingkirkan dalam rangka mengontrol inflamasi yang terjadi masih terus
dilakukan penelitian. Pasien dengan premedikasi antibiotik untuk prosedur ini sebaiknya
tidak menggunakan alat irigasi subgingiva.
Salah satu kegiatan penting dalam keberhasilan kontrol plak seseorang adalah
dilakukannya evaluasi kontrol plak oleh dokter gigi maupun periodontis. Evaluasi kontrol
plak tersebut bertujuan untuk melihat keberhasilan klinisi dalam memberikan motivasi,
edukasi, dan instruksi yang tepat dan diterapkan secara rutin oleh penderita, bukan untuk
menghilangkan plak saja tetapi lebih kepada tindakan pencegahan terhadap suatu
kelainan periodontal. (Newman, 2006)
2.4.1 Penggunaan disclosing agent
Penggunaan disclosing agent dapat digunakan sebagai evaluasi klinis terhadap
kebersihan gigi penderita. Disclosing agent merupakan suatu larutan yang diaplikasikan
pada permukaan gigi dan dapat memberikan pewarnaan terhadap deposit bakteri pada
permukaan gigi yang diulasi larutan tersebut. (Newman, 2006)
2.4.2 Scoring system
Scorring system merupakan suatu sistem penilaian secara periodic yang dilakukan
oleh dokter gigi atau periodontis untuk memberikan gambaran terhadap peningkatan
keberhasilan suatu perawatan periodontal ataupun untuk melihat besar faktor resiko dari
suatu kambuhan kelainan periodontal. Indeks yang digunakan dokter gigi atau
periodontis dalam memberikan scorring pada kesehatan periodontal penderita meliputi
plaque control record dan bleeding point index.
1. Plaque Control Record
Dikenal juga sebagai Indeks OLeary, merupakan suatu tindakan evaluasi kontrol
plak dengan menggunakan larutan disclosing atau tablet, dan memeriksa tiap permukaan
gigi (kecuali permukaan oklusal) untuk melihat keberadaan plak yang tercat di
dentogingival junction. Plak yang tercat, dicatat pada sebuah kotak yang yang dibagi
menjadi 4 bagian yang mewakili sisi permukaan gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Carranza, A. Fermin, Takei, H. Henry, and Newman, G Michael, 2002, Clinical Periodontology,
Saunders Company, USA.
Hauwink et al., 1993. Ilmu kedokteran gigi pencegahan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Itjinningsih, 1995, Anatomi Gigi, Buku Kedokteran, Jakarta.
Lindhe, Jan, 1993, Textbook of Clinal Periodontology, Munksgaard, Copenhagen.
Mount, J. Graham and Hume, W.R., 2005, Preservation and Restoration of Tooth Structure,
Knowledge Book and Software, Australia.
Pilot,T. 1993, Penyakit Periodontal, dalam Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Howink, B., dkk.,
Penerjemah : Sutatmi Suryo, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Terigan, R., 1995, Kesehatan Gigi dan mulut, EGC, Jakarta