Anda di halaman 1dari 58

PENGERTIAN DHE

Konsep pendidikan kesehatan gigi merupakan penerapan dari konsep pendidikan dan
konsep sehat. Pendidikan kesehatan gigi adalah suatu proses belajar yang ditujukan kepada
individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi
tingginya.
Beberapa pengertian pendidikan kesehatan gigi dikutip dari tarsilah. Soemantri
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan gigi adalah suatu usaha atau aktifitas yang
mempengaruhi orang sedemikian rupa sehingga baik untuk kesehatan pribadi ataupun
masyarakat.
Bastian berpendapat bahwa pendidikan kesehatan gigi adalah semua aktifitas yang
membantu menghasilkan penghargaan masyarakat akan kesehatan gigi dan memberikan
pengertian akan cara-cara bagaimana memelihara kesehatan gigi dan mulut. Jadi dengan
adanya pendidikan kesehatan gigi dan mulut ini diharapkan keadaan yang bertambah baik.
Yang akhirnya akan diperoleh derajat kesehatan mulut setinggi tingginya.

Tujuan Pendidikan Kesehatan Gigi

Mengubah perilaku individu merupakan perkerjaan yang mudah, dalm hal ini dibutuhkan
keterampilan khusus sebab perubahan tingkah laku individu selalu melibatkan perubahan
mental. Perubahn itu sendiri dapat terjadi secara alamiah yaitu karena lingkungan atau
masyarakat sekitarnya. Namun, ada pula perubahan yang terjadi secara terencan dan
dilaksanakan secara sistematis, yaitu yang dikenal sebagai perubahan melalui pendidikan.
Menurut Noor (1972), tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah :
1. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeliharan
kesehatan gigi dan mulut.
2. Menghilangkan atau paling sedikit mengurangi penyakit gigi dan mulut dan gangguan
lainnya pada gigi dan mulut.

Jadi tujuan pendidikan kesehatan gigi bertujuan :
1. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi.
2. Mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehtan gigi dan
mulut.
3. Menjabarkan akibat yang akan timbul dari kelalaian menjaga kebersihan gigi dan
mulut.
4. Menanamkan perilaku sehat dini melalui kunjungan sekolah.
5. Menjalin kerjasama dengan masyarakat melalui RT, RW, Kelurahan dalam
memberikan penyuluhan langsung kepada masyarakat, bila diperlukan dapat saja
dilakukan tanpa melalui puskesmas.






Komponen Pendidikan Kesehatan Gigi

Komponen pendidikan adalah:
1. Anak didik sebagai masukan akan diproses menjadi keluarga lulusan. Anak didik
biasa pula disebut sebagai peserta didik. Peserta didik adalah individu, kelompok atau
masyarakat yang sedang belajar dengan berbagai latar belakang. Secara teoritis anak
didik dilihat sebagai seorang yang harus mengembangakan diri. Untuk
mengembangakan dirinya, anak didik memperoleh bantuan dan pengaruh yang baik
dari invator (tenaga kesehatan, kader kesehatan).
2. Tujuan pendidikan sebagai target, kualifikasi yang ingin dicapai, yaitu perubahan
tingkah laku kea rah perilaku sehat untuk mncapai derajad kesehatan yang optimal.
3. Kurikulum, termasuk didalamnya metode, alt, materi atau bahan yang akan
disampaikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan atau program kesehatan yang
akan ditunjang.
4. Pelaksana pendidikan yaitu semua petugas kesehatn yang dapat mempengaruhi
individu atau masyarakat untuk meningkatkan kesehatan mereka (innovator
kesehatan).
5. Lingkungan didik, lingkungan didik berpengaruh besar terhadap pendidikan.
Lingkingan dan subyek didik berada dalam situasi pendidikan, keterlibatan pendidik
dan anak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Pada dasarnya pendidkan harus dilaksanakan seumur hidup sesuai dengan proses
perkembangan psikis dan biologi manusia. Demikian pula halnya dengan pendidikan
kesehatan. Oleh karena itu lingkungan pendidikan kesehatan dapat kita bedakan atas :

1. Keluarga
Lingkungan pendidikan ini biasanya disebut sebgai pendidikan informal dan
merupakan pendidikan dasar yang diperoleh oleh setiap individu sebelum
mendapatkan pendidikan lain. Penanaman pendidiakn kesehatn sedini mungkin oleh.
Orangtua terhadap anaknya akan berpengaruh besar dalam perubhan sikap pelihara
diri anaknya.
2. Sekolah
Pendidikan yang diperoleh disekolah disebut sebagai pendidikan formal. Sebagai
bukti bahwa seseorang telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan formal akan
memperoleh ijasah atau surat tenda tamat belajar. Pendidikan kesehatan disekolah
harus diterapkan melalui Mata Pelajaran Olah Raga dan Kesehatan. Penanaman
pendidikankesehatan akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap pelihara diri
yang diharapkan akan terus tertanam sampai akhir hayat.
3. Masyarakat
Pendidikan ini biasanya dilakukan untuk menambah atau melengkapi pendidikan di
sekolah.


Peran Tenaga Kesehatan dalam Memberikan Pendidikan Kesehatan Gigi

Peranan tenaga kesehatan dalam pendidikan kesehatan gigi adlah untuk mengubah
perilaku masyarakat dari perilaku yang tidak sehat kearah prilaku sehat. Seperti kita ketahui
bersama bahwa factor perilaku ini mempunyai kontribusi yang cukup besar di samping factor
lingkungan dalam mempengaruhi derajad kesehatan mesyarakat. Keadaan ini disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal itu. Untuk mengatasi permasalahan
kesehatan yang terjadi do masyarakat, biasanya dilakukan pendekatan dengan menggunakan
metodologi pemecahan masalah. Untuk memecahkan maslah dengan metode ini seorang
tenaga kesehatan harus mampu menjalankan peran ekspresif dan informative.
Dalam menjalankan peran ekspresif dan informatifnya, tega kesehtana harus mampu
menyadarka masyarakt tentang permasalahn yang terjadi. Adapun untuk mengetahui
permasalahn yang sedang terjadi, tenaga kesehtan harus dapat menggali permasalahan yang
terdapat pada masyarakat dengan cara melakuakan survey bersama antara tenaga kesehatan
dan masyarakat.jadi masyarakat betul- betul menyadari masalah yang sedang terjadi di
daerahnya. Setelah masalah dapat diidentifikasi, tenaga kesehtan perlu memberikan
penjelasan mengenai sebab- sebab timbulnya masalah, bagaimana cara mengatasinya
permasalah yang terjadi didaerahnya tersebut.
Langkah- langkah yang perlu ditempuh untuk menjalankan peran ekspresif adalah sebagai
berikut :

a. Melaksanakan sensus masalah
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui survey epidemiologis maupun sosiologis. Data
yang diperoleh dari hasil survey kemudian diolah dan disajikan. Penyajian data
biasanya dilaksanakan pada pertemuan desa yang dihadiri oleh aparat desa, tokoh
masyarakat instansi terkait serta masyarakat sendiri, sehingga masyarakat
mendapatkan gambaran tentang masalah yang terjadi di daerahnya.
b. Menentukan proritas masalah
Dari bebrapa masalah yang ditemukan, tentunya tidak semua dapat diselesaikan
sekaligus. Oleh karena itu, perlu dilakukan penentuan prioritas maslah, untuk
menentukan prioritas masalah biasnya dilakukan analisis, misalnya dengan metode
pembobotan.
c. Memecahkan masalah
Setelah menemukan maslah yang diprioritaskan, langkah selanjutnya adalah
menentukan jalan jalan kelur dari maslah tersebut. Kita mencari terlebih dahulu apa
penyebab masalah tersebut., setelah itu baru dapat dicari beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mencari jalan keluarnya. Baru setelah itu ditentukan jalan keluar
yang paling efektif dan efisien untuk penyelesaian masalah tersebut.
d. Mengambil keputusan pelaksanaan
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan pad tahap pemecahan masalah, dibuat
keputusan pelaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan. Di dalam keputusode
penyuluhan, penentuanan dalam pelaksaan tercakup proses seperti penentuan tujuan,
penentuan sasaran, jenis kegiatan, tenaga pelaksana, pemilihan metode penyuluhan,
penentuan materi penyuluhan, penentuan rencan penilaian.

CARA PERAWATAN GI GI DAN MULUT
???????? HENYYYY ????????
PLAK DAN PENGONTROLANNYA



Dewasa ini telah diketahui bahwa plak gigi ikut berperan pada patogenitas dari karies
dan penyakit periodontal. Mekanisme yang sebenarnya dari perkembangan penyakit
periodontal dalam hubungannya dengan plak, masih dalam penelitian. Tampaknya telah ada
kesepakatan bahwa koloni bakteri pada permukaan dan di dalam servik gingiva dapat
merangsang terjadinya reaksi peradangan karena produk toksik dari organisme pada plak;
aksi endotoksin dan reaksi host terhadap antigen.
Topik yang masih dalam penelitian dalam hubungannya dengan serangan karies
adalah aksi mikroorganisme pada plak, yang berhubungan erat dengan permukaan gigi.
Organisme ini bekerja melalui produk sukrosa yang masuk ke dalam plak setelah dilakukan
konsumsi karbohidrat dan membentuk asam pada pH tertentu (di bawah 5,5), sehingga
enamel mudah larut. Usaha pencegahan yang kita lakukan dalam hubungannya dengan karies
meliputi peningkatan ketahanan permukaan gigi terhadap asam (dengan menggunakan
fluoride), konsumsi karbohidrat yang berbatas, dan mengurangi plak, tetapi bila kita meninjau
metode pencegahan dalam hubungannya dengan penyakit periodontal, kita menemukan
hanya satu cara yang dapat diterima secara umum pengkontrolan plak.
Pembentukan plak tidak terjadi secara acak tetapi terjadi secara teratur. Pelikel yang
berasal dari saliva atau cairan gingival akan terbentuk terlebih dahulu pada gigi. Pelikel
merupakan kutikel yang tipis, bening dan terdiri terutama dari glikoprotein. Segera setelah
pembentukan kutikel, bakteri tipe kokus (terutama streptokokus) akan melekat ke permukaan
kutikel, yang lengket, misalnya permukaan yang memungkinkan terjadinya perlekatan dari
koloni bakteri. Organisme ini akan membelah dan membentuk koloni. Perlekatan mikro-
organisme akan bertambah erat dengan adanya produksi dektran dari bakteri sebagai produk
sampingan dari aktivitas metabolisme. Baru kemudian, tipe organisme yang lain akan
melekat pada massa dan flora gabungan yang padat, sekarang mengandung bentuk organisme
filament.
Plak dapat melekat pada gigi secara supragingiva atau subgingiva, pada servik gingiva
atau pada poket periodontal. Kedua tipe plak tersebut dapat bervariasi karena menyerap

substansi yang berbeda dari ludah dan diet pada plak supragingiva, dan eksudat gingiva dst.,
pada daerah subgingiva.
Bentuk awal dari plak lebih kariogenik sedang bentuk akhirnya dapat merangsang
terjadinya penyakit periodontal. Telah lama diketahui bahwa penyakit periodontal dapat
dicegah, dan bahwa pada tahap awal, perawatan dapat sangat sederhana. Dengan
berkembangnya penyakit, yaitu dengan peningkatan kerusakan jaringan pendukung,
diperlukan terapi yang lebih rumit, tetapi sebelum penyakit mencapai tahap akhir, dapat
diperoleh keberhasilan pada proses menghentikan penyakit dan mempertahankan gigi-gigi
dalam fungsi yang baik. Tetapi, keberhasilan dan kegagalan perawatan periodontal,
tergantung pada ketelitian dan perhatian yang konstan dari dokter gigi dan pasien.
Kita telah mencapai tahap pada pengkontrolan karies, dimana serangan karies dapat
dikurangi dan dengan niat baik dari semua pihak, karies tidak akan ada lagi dalam waktu
yang tidak terlalu lama. Dan semua ini, tampaknya dapat diperoleh dengan sedikit kerja sama
yang aktif dari pasien. Bila kita ingin merawat atau mengkontrol penyakit periodontal,
dibutuhkan bantuan yang cukup besar dari pasien, dan tanpa bantuan ini, perawatan
cenderung tidak berhasil.
Selama bertahun-tahun, dokter gigi telah diajarkan tentang pentingnya usaha
membersihkan kalkulus dan kotoran dan efeknya terhadap kesehatan gingiva. Selama masa
pendidikan, istilah plak belum digunakan, tetapi hasil yang baik telah diperoleh dengan
menghilangkan kalkulus dan kotoran bertahun-tahun yang lalu. Tetapi tetap ada sejumlah
keadaan yang memberi respon dengan sangat lambat atau tidak memberi respon sama sekali.
Perawatan untuk pasien ini, dan untuk keadaan yang parah dimana poket dengan kedalaman
lebih dari 3 mm tidak dapat dirawat secara konservatif, dapat dilakukan prosedur
gingivektomi. Sayangnya, beberapa hari keadaan tersebut dapat timbul kembali setelah
operasi dan salah satu alasan untuk hal tersebut (tetapi bukan alasan satu-satunya) adalah
bahwa penyebab utama bakteri belum diketahui dan dihilangkan. Dokter gigi dan
periodontist tidak menyadari bahwa plak bakteri sering tidak terlihat dank arena itu, mereka
terlalu mudah merasa bahwa prosedur kebersihan telah dialkukan sebaik mungkin. Oleh
karena itu, kegagalan sering dianggap karena faktor sistemis dan akan diikuti dengan periode
aktivitas yang besar di mana berbagai hormon, baik hormon pria maupun wanit, dan bahan-
bahan lain yang kurang, harus ditambahkan secara topikal maupun parenteral.
Telah sering dilakukan penelitian tentang pencegahan pembentukan plak (dengan
antibiotik dan metode kimia) misalnya, penggunaan klorheksidin tetapi belum ada bahan
yang dapat digunakan secara rutin. Jadi, tidak ada bukti periodontal tentang penggunaan
komponen fluoride dalam berbagai bentuk untuk pencegahan karies. Peranan dari tindakan
tersebut adalah bahwa dapat disediakan pelayanan kesehatan pada praktek maupun
masyarakat dan kesehaan masyarakat kesempatan untuk mengkontrol penyakit dengan
memberi tanggung jawab tertentu kepada pasien. Hal ini tidak dapat kita peroleh untuk
penyakit periodontal.
Ada perbedaan yang besar antara penelitian pada hewan dan pada manusia. Kita
semua dapat mengingat efek penemuan dektranase yang menggemparkan, yang dapat
mencegah pembentukan plak dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh plak. Beberapa
dari kita sekarang sering diminta untuk menggunakan dektranase dengan keluhan bahwa kita
ketinggalan zaman, karena bahan tersebut tidak termasuk pada bahan yang biasa kita

pergunakan. Untungnya, penelitian jangka panjang telah mengajarkan manfaat kesabaran
dalam menunggu hasil penelitian tentang perawatan ajaib yang dimuat di koran-koran.
Sebagian besar penelitian yang dilakukan dewasa ini sayangnya menunjukkan kurang
berhasilnya dektranase sebagai penghalang pembentukan plak.
Penelitian yang tercatat dengan baik, dengan hasil yang jelas (dan merupakan hal
yang sering diteliti oleh sebagian besar dokter gigi) dilakukan oleh Loe dan Schiott (1970).
Mereka menunjukkan bahwa dengan mempertahankan agar gigi terbebas seluruhnya dari
plak, peradangan gingiva juga dapat dicegah. Sebaliknya, dengan menunda pembersihan gigi,
plak akan dapat menumpuk pada daerah servik gingiva dan dapat terjadi gingivitis.
Loe dan kawan-kawan juga menemukan bahwa bila penyikatan gigi dilakukan dengan
baik, semua plak dapat dihilangkan, sehingga tidak akan terjadi penumpukan sampai 48 jam
dan oleh karena itu, pada keadaan ini, kita harus tetap menyikat gigi setiap hari. Karena
derajat kebersihan ini hampir tidak mungkin diperoleh pada hampir seluruh pasien, maka
dokter gigi harus mengajarkan cara standar untuk menghilangkan plak yang cukup efektif
agar pasien dapat menyikat gigi satu kali sehari.
Sebagian besar penelitian tentang plak ternyata memberi hasil yang berlawanan
dengan hasil penelitian kami. Kami selama bertahun-tahun telah menganjurkan agar pasien
menyikat gigi setelah makan, terutama setelah mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung gula. Tetapi, bila tidak ada plak pada gigi-gigi sebelum mengkonsumsi
makanan, maka tidak terdapat matrik untuk menahan gula dan substansi lain, berkontak
dengan gigi. Jadi, bila kita melakukan prosedur penghilangan plak yang menyeluruh dan
efektif dengan menyikat gigi dan cara-cara lain, terdapat pertentangan yang hebat terhadap
prosedur yang dilakukan sebelum makan. Tetapi sebelum kita mendapat skore pengkontrolan
plak yang memuaskan, mungkin lebih baik untuk tetap mempertahankan metode
konvensional dan meminta pasien untuk menghilangkan plak dan sisa-sisa gula, setelah
makan.
Axelsson dan Lindhe (1974) (1978) melakukan penelitian yang klasik, di mana pada
salah satu penelitian yang menjadi subjek adalah anak-anak dan pada penelitian yang lain,
adalah orang dewasa, yang diminta melakukan prosedur perawatan gigi sehari-hari, dengan
ditambah kunjungan yang teratur ke dokter gigi agar gigi-giginya dapat dibersihkan secara
profesional oleh orang yang berpengalaman dengan pemberian fluoride secara lokal.
Motivasi pasien harus diperbesar dan diperbaharui, dan dilakukan pengajaran tentang
prosedur perawatan mulut secara berulang-ulang. Hasil penelitian tersebut berupa penurunan
yang besar dari karies dan peradangan gingiva. Hasil ini menunjukkan pentingnya kunjungan
yang teratur untuk dilakukan penghilangan plak secara profesional yang memperkuat
motivasi pasien. Hasil penelitian tersebut membuktikan keadaan yang telah sering kita lihat
secara klinis, yaitu bahwa interval yang singkat dan teratur akan sangat membantu dalam
mempertahankan kesehatan mulut, bahkan pada pasien yang kurang mau bekerja sama dalam
melakukan perawatan gigi.













Gambar 9.
a, Gingiva meradang dan mudah berdarah pada pasien remaja.
b, Lapisan bakteri dan deposit yang besar dapat dilihat dengan Talbot iodine.
c, Perbaikan keadaan diperoleh dengan penyikatan yang teliti setelah dilakukan pengajaran
kebersihan mulut yang berulang kali.

MENUNJUKKAN ADANYA PLAK

Sebagian besar pasien tidak menyadari adanya lapisan bakteri pada gigi-gigi dan
kotoran dengan berbagai derajat perubahan warna. Dokter gigi sendiri, sering tidak
menyadari bahwa gigi yang terlihat sangat bersih sebenarnya memiliki deposit yang besar.
Penting untuk membuat deposit tersebut dapat dilihat :

1. Untuk menunjukkan adanya lapisan yang berbahaya dan memungkinkan
diinstruksikannya pasien, untuk membersihkan lapisan tersebut.
2. Memungkinkan dokter gigi atau hygienist selama prosedur skaling dan pemolesan
membuktikan bahwa permukaan gigi-gigi bebas dari deposit.

Penemuan sederhana dari media disklosing dapat mengubah arah perawatan
periodontal, dan kita perlu berterima kasih kepada Dr. Sumter Arnim (1963) yang telah
menemukan media ini (gambar 9,10). Sayangnya, pasien hampur dengan segera terbebani
masalah pengkontrolan plak, dan oleh karena itu, beban kerja pasien menjadi terlipat ganda
atau lebih merepotkan. Tetapi hasil pengkontrolan biasanya sangat baik. Cara ini,
memungkinkan dilakukan perawatan dari gingivitis pada tahap perdarahan sering kali tidak

lebih dengan memberitahu pasien tentang cara menyikat gigi yang efektif. Oleh karena itu,
kita harus menyadari bahwa pasien memiliki peranan penting pada pengkontrolan plak. baik
da-lam merawat dan mempertahankan jaringan yang telah dirawat. Tetapi, tidak cukup bila
dokter gigi hanya meminta pasien untuk melakukan prosedur tersebut. Sejak saat pasien da
tang untuk men-dapat perawatan, dokter gigi memiliki tugas yang tidak henti-hen-tinya,
untuk memperbaharui motivasi dan peranan pasien pada perawatan gigi dan hal tersebut
berlaku untuk semua bentuk perawatan gigi.












Sifat larutan disklosing yang baik, adalah:
a. Dapat memberi warna terhadap plak secara selektif sehingga tidak mempengaruhi daerah
gigi dan daerah sekitar gigi yang bersih.
b. Tidak mengubah warna dari struktur mulut yang lain pipi, bibir dan lidah.
c. Tambalan gigi depan jangan sampai berubah warna.
d. Tidak boleh mempengaruhi rasa.
e. Tidak memberi efek yang berbahaya pada mukous membran, juga tidak boleh
menimbulkan bahaya bila tertelan dan tidak boleh menimbulkan reaksi alergi.

Beberapa Larutan Disklosing

Tablet Disklosing yang Berwarna Merah Muda
Dr. Sumter Arnim memperkenalkan bahan yang di Amerika dikenal sebagai disklosing
wafer, yang pada dasaraya merupakan tablet dari pewarna makanan eritrosin - pewarna
makanan yang resminya disebut FDC red no 3 (6% larutan dalam air).

Larutan dengan Bahan Dasar Iodin
Rumus larutan ini dapat dilihat pada Lampina I. Keuntungan larutan dengan bahan
dasar iodin adalah dapat memberi efek yang dramatis. Plak mengalami pembahan warna
coklat atau hitam dan daerah yang berhubungan dengan peradangan gingiva akan terlihat
berwana gelap. Jadi, akan sangat mudah untuk memperlihatkan efek plak. Perubahan warna
akan hilang dalam waktu beberapa menit saja. Tipe bahan pewarna ini sangat ideal untuk
pembuatan foto klinis.

Keuntungan lain yang penting (kurang diperkenalkan oleh pabrik pembuat larutan)
adalah harganya yang murah. Larutan tersebut dapat dibuat oleh apotik lokal. Sedang kedua
kekurang-annya adalah:
1. Ada beberapa pasien yang alergi terhadap produk yang mengandung iodin.
2. Ada pula yang tidak menyukai rasanya.

Agent Disklosing Komersial yang Lain
Setelah dilakukan penelitian tentang agent disklosing, penggunaan tablet disklosing
untuk dikunyah atau diisap ternyata telah sejak bertahun-tahun yang lalu, ditinggalkan.
Terjadinya perubahan warna dari bibir, pipi, dan lidah, yang berlangsung selama berjam-jam,
tidak disukai pasien dan mereka akan segera meninggalkan penggunaan tablet ini, sering
walaupun masih dianjurkan untuk tetap menggunakannya. Alasan yang sama berlaku untuk
bentuk larutan kumur. Jadi, larutan disklosing yang dapat diterima seluruh pasien adalah yang
dapat dioleskan hanya pada daerah yang akan diperiksa biasanya dengan ujung kapas.
Dokter gigi harus dapat memeriksa semua contoh produk yang baru dengan mencoba
contoh yang dibagikan (pada dirinya sendiri - untuk membantu pengkontrolan plak pada
giginya sendiri!). Tampaknya, larutan yang paling efektif adalah Displak (Gambar 1 1).
Larutan tersebut dapat memberi warna secara selektif, pada berbagai ketebalan plak, dengan
warna yang berbeda-beda. Kieser dan Wade (1976) mengatakan bahwa 'ada bahan pewarna
makanan yang murah yang dapat dipergunakaa untuk menunjukkan adanya plak seperti agent
pewarna khusus dan kesulitan dalam memperoleh bahan pewarna khusus, jangan
menghalangi usaha memperbaiki kebersihan mulut.
Plaklite (Gambar 12): Alat ini terdiri dari lampu kerja yang kecil yang dapat
menghasilkan sinar putih melalui filter dichroic khusus. Dan dengan sebotol larutan dengan
bahan dasar fluoresein yang dua tetes di antaranya diteteskan dalam mulut dan pasien diminta
untuk mencampurnya dengan ludah dan menggerakkannya di seluruh mulut. Cairan pewarna
tersebut mempunyai efek tertentu terhadap plak, tetapi efeknya tidak terlihat sampai bahan
tersinari, dengan memberi warna kuning kehijauan. Efek larutan ini sangat hebat dan
dramatis, serta dapat berpengaruh pada motivasi pasien untuk rnenghilangnya warna gigi ini.













Gambar 11. Perubahan warna yang berbeda-beda menunjukkan ketebalan yang berbeda dan
keadaan plak (Displak)











Gambar 12. Plaklite. Lampu yang digunakan dengan larutan dengan bahan dasar fluoresein.
Dua tetes fluoresein yang digerakkan disekitar gigi-gigi. Plak menyerap fluoresein dan
bercahaya bila terkena sinar dari Plaklite.

Penentuan skore atau indek plak dari pasien selalu bermanfaat, walaupun tidak selalu
perlu dilakukan. Perbandingan skore tersebut pada tahap perawatan dapat menunjukkan
kemajuan pada latihan perawatan mulut yang paling sering digunakan.
0 = tidak ada plak.
1 = selapis plak pada daerah gingiva yang diketahui dengan cara menggoresnya dengan
probe atau dengan agent dis-klosing.
2 = penimbunan deposit dalarrr*jumlah sedang pada poketatau pada bagian tepi, yang
dapat dilihat dengan jelas.
3 = penimbunan yang besar dari deposit lunak yang mengisi daerah antara permukaan
gigi dan tepi gingiva atau daerah interdental.

Indek dihitung untuk semua permukaan gigi-gigi tertentu mesial, distal, oral dan
vestibular.
Skore untuk semua-permukaan gigi-gigi tertentu dijumlah dan dibagi dengan jumlah
gigi, untuk men dapat indek plak.
Indek gingiva dari Loe dan Silness (1963) berhubungan erat dengan indek plak dan
skore 0 untuk gingiva yang normal, sedang 3 untuk peradangan dan ulserasi yang parah.

MENGURANGI PEMBENTUKAN PLAK

Setelah memperlihatkan adanya plak, maka dokter gigi bertanggung jawab untuk (a)
menghilangkannya (b) meyakinkan pasien bahwa ia dapat menghilangkannya dan mencegah
terbentuknya plak (c) untuk memperbaiki anatomi mulut dan gigi, untuk menghalangi
pertumbuhan dan penimbunan bakteri. Oleh karena itu, dokter gigi harus me.mperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut, yang memungkinkan terjadinya penimbunan plak:
1. Tambalan yang overhanging (Gambar 13).
2. Kontak yang buruk dan terbuka di antara gigi-gigi.
3. Kontur mahkota yang buruk.



4. Lubang pada gigi

Plak dan Pengontrolannya




















Gambar 13. a, Tambalan dengan tepi yang buruk yang dapat menyebabkan rusaknya jaringan
periodontal. b, Tambalan dengan tepi dan fisur yang baik.

5. Kawah gingiva setelah terjadinya penyakit gingiva.
6. Perlekatan frenulum yang tinggi yang menghalangi penempatan sikat.
7. Susunan gigi yang tidak teratur sehingga ada beberapa daerah yang sulit dicapai (Gambar
14).
8. Gigi tiruan yang longgar, pesawat ortodonti dan pesawat lain yang kurang diperhatikan
kebersihannya (Gambar 15).
9. Penutupan bibir yang kurang sempurna (Gambar 32, halaman 97).
10. Penggunaan sukrosa dalam jumlah besar.

Usahakan sebisa-bisanya untuk mendorong pasien melakukan penyikatan gigi yang
efektif yang merupakan metode utama untuk menghilangkan problem plak. Hal tersebut akan
dibicarakan lebih terperinci pada bab berikut. Semua bahan disklosing yang dibi-carakan di
sini merupakan cara untuk mendorong pasien melaku-kan penyikatan gigi yang efektif dan
oleh karena itu, tanpapenyikatan semua bahan disklosing hanya membuang-buang waktu dan
uang saja.















Gambar 14. a, Penyikatan gigi terhalang oleh pencabutan salah sebuah gigi. b, Terlihat
perbaikan pada keadaan gingiva.

Tidak diragukan lagi bahwa ada beberapa orang yang memang memiliki kemampuan
yang baik dalam merawat mulut, misalnya dalam mengkontrol kotoran dengan lidah dan
ludah, tanpa bantuan lain. Mereka memiliki kewaspadaan yang tinggi tentang keadaan
mulutnya dan akan merasa cemas bila terdapat sejumlah kecil makanan atau bahan lain pada
atau di antara gigi-gigi. Seperti misal'nya, bila gigi tiruan sebagian (walaupun dibuat sebaik
mungkin) mulai dipasang, mereka biasanya mengeluh tentang penimbunan sisa makanan di
sekitar gigi tersebut selama satu atau dua minggu, dan perlunya dilakukan pembersihan yang
teliti setiap habis ma-kan. Tetapi dalam waktu yang singkat, mereka tidak lagi mengeluh, dan
hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mereka telah mampu membersihkan daerah sekitar
gigi tiruan dengan lidahnya. Keadaan ini terjadi sangat sering sehingga telah menjadi bagian
tidak terpisah dari anjuran dan pemberian nasehat pada pasien pada saat pemasangan pertama
dari gigi tiruan sebagian yang baru. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang kurang dan bahkafi
tidak memiliki kewaspadaan tentang keadaan mulutnya. Mereka tidak memiliki perasaan
tentang apa yang sedang terjadi pada mulutnya. Beberapa pasien datang dengan mahkota
geraham yang rusak, gigi yang fraktur dengan tepi yang tajam dan tanpa mengetahui apa
yang salah dengan keadaannya tersebut. Kedua gambar yang ter-lihat di sini {Gambar 16)
berasal dari seorang dokter, satu pria (Gambar 16a) dan yang lainnya wanita (Gambar 16b),
yang tidak mengetahui betapa buruk keadaan mulutnya!.










Gambar 15. Perawatan khusus diperlukan, bila digunakan pesawat ortodonti cekat. Pada
keadaan ini, prosedur kebersihan mulut kurang diperhatikan.


















Gambar 16. a, b, Gigi seorang dokter umum (lihat teks). Pada b tanda panah mengarah ke
sinus pada daerah geraham kecil kiri bawah.

Dokter wanita tersebut cukup cantik dan baru berumur 26 tahun. la menggunakan fjgi tiruan
sebagian dengan cengkram dan oklusal rest. Pada beberapa keadaan, pada saat dilakukan
pemeriksaan mulut, terlihat oahwa gigi tiruan terpasang sebagian dan cengkram serta rest
yang menonjol keluar dari gigi-gigi yang berbahaya bagi lidah dan pipi. Kadang-kadang
pasien menyadari bahwa gigi tiruan tidak terpasang dengan baik pada tempatnya. Dokter ini
tidak menyadari bahwa terdapat satu buah apek akar septik yang terlihat melalui cacat yang
besar pada alveolus (tanda panah pada Gambar 16b). Keadaan yang ekstrim tersebut dapat
dipergunakan untuk mendorong dilakukannya prosedur pembersihan mulut dan oleh karena
itu, diperlukan bantuan perawatan profesional yang teratur. Ada juga tipe pasien intermediate
yang dapat diminta dengan penuh kesulitan, untuk memperhatikan keadaan mulutnya. Kami
telah menemukan beberapa metode baru untuk membuat pasien memperhatikan keadaan
mulutnya pada beberapa keadaan tertentu.

METODE PENGKONTROLAN PLAK
1. Kimia.
2. Irigasi.
3. Mekanis.

1. Kimia
Walaupun beberapa antibiotik, yang digunakan secara topikal, dapat mengurangi
insiden plak, kemungkinan terbentuknya strain organisme yang tahan terhadap antibiotik
tersebut. timbulnya reaksi sensitisasi dan kandidiasis, menyebabkan obat tersebut sering
ditentang penggunaannya. Klorheksidin 0,2% yang digunakan setiap hari dalam bentuk
larutan kumur mulut terbukti efektif dalam menecegah pembentukan plak pada pasien di

mana tindakan menjaga kebersihan yang lain, telah dihentikan. Tetapi, efek samping
seperti perubahan warna dari gigi-gigi dan restorasi. serta rasa yang tidak enak,
membatasi penggunaan larutan tersebut dewasa ini.
Produk-produk modern, dalam usaha menghilangkan kesulitan tersebut, mencampur
bahan aktif sedemikian rupa sampai efisiensinya berkurang. Walaupun demikian, hasil
penelitian tentang hal tersebut tampaknya memberi hasil yang baik dan memperbesar
harapan.

2. Irigasi Air (Gambar 17)
Penggunaan alat irigasi air, yang mahal, kurang bermanfaat pada pengajaran
kebersihan mulut. Memang tidak diragukan bahwa

















Gambar 17. a, Plak yang diberi warna dengan Talbot iodin sebelum dilakukan irigasi air
(water pik). b, Plak tetap ada setelah penggunaan alat dalam waktu yang lama.



alat ini dapat menghilangkan plak, dan walaupun beberapa pabrik pembuatan alat tersebut
telah mengubah manfaat alat menjadi dapat mengubah sifat plak (sulit dibuktikan),

kesulitan yang ada tetap berupa penambahan tanggung jawab pasien. Tidak diragukan
lagi bahwa alat tersebut memungkinkan dokter gigi dan pasien merasa tenang
membiarkan poket yang dalam, karena tekanan semprotan air dapat membersihkannya.
Sayangnya anggapan tersebut sering menyebabkan diabaikannya perawatan dan kadang-
kadang terjadi pembentukan abses. Water pik ternyata tidak lagi terdapat pada daftar alat
yang diakui oleh American Dental Association (Council on Dental Materials and Device,
1974).
Schmid (1980) mengatakan irigasi air tidak dapat menghilangkan noda plak
daripermukaan gigi dan oleh karena itu, tidak dapat dianjurkan untuk mencegah karies,
gingivitis dan periodontitis.
Akan terlalu lama untuk membicarakan seluruh daftar bahan dan alat yang tersedia.
Beberapa di antaranya dibicarakan pada lampiran I. Dokter gigi diharapkan untuk selalu
waspada dan mencoba alat dan bahan tersebut terlebih dahulu, biar bagaimanapun kata
penjualnya. Bila pasien tetap merasa senang tiengan hasil perawatan setelah satu bulan,
dokter gigi dapat memikirkan kemungkinan penggunaan bahan lebih lanjut.

3. Metode Mekanis
Pemolesan suatu Keharusan Dasar
Salah satu aspek paling penting dari pencegahan adalah usaha mendapat permukaan
yang halus dan terpoles dengan baik yang kurang mudah tertutup plak dan berubah warna
daripada permukaan yang kasar atau tidak dipoles. Tetapi hal ini tidak dapat terlalu
ditekankan, dan jarang dibicarakan.

Teknik pemolesan digunakan pada keadaan sebagai berikut:
1. Permukaan gigi asli.
2. Gigi tambalan, misalnya untuk memoles restorasi.
3. Gigi tiruan.

Ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan.
Hampir selalu harus digunakan teknik dan bahan yang tidak menimbulkan panas.
Baik substansi gigi maupun bahan restorasi akan terpengaruh oleh panas yang terlalu
besar. Oleh karena itu, bila mungkin harus digunakan kecepatan rendah dan komposisi
ruber wheel, pasta dst. harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan bahwa tidak
mengandung bahan yang berbahaya bagi permukaan gigi atau bahan tambalan (misalnya,
amalgam dapat sangat dipengaruhi oleh sulpur yang terdapat pada beberapa disc rubber
untuk memoles).
Pasta pemoles yang kasar seperti pumice jangan digunakan pada keadaan normal,
pada permukaan enamel, kecuali bila goresan yang dalam diinginkan seperti pada teknik
etsa yang digunakan pada metode restorasi ujung insisal dengan komposit resin, atau pada
sealing fisur.

Metode Pemolesan

Peralatan

Alat dan bahan pemoles.
1. Permukaan Gigi Asli
Karena permukaan enamel yang halus dan terpoles dengan baik kurang mudah
tertutup plak daripada permukaan yang kasar, maka perlu untuk memoles semua
permukaan gigi setelah plak dan kalkulus dihilangkan sebagai tindakan propilaksis
yang rutin atau sebagai bagian dari perawatan periodontal. Banyak pasta propilaksis
dan pemoles yang terlalu abrasif, bahkan bubuk pumice dapat menghilangkan atau
menggores lapisan permukaan yang lebih tahan terhadap asam (Massler, 1969). Juga
terlihat bahwa dapat terjadi abrasi enamel yang berasal dari cara pemolesan yang
dilakukan dokter gigi daripada dari sikat gigi dan pasta yang digunakan (Brasch dkk.,
1969). Hal tersebut mendukung keluhan pasien bahwa gigi-gigi saya tampak lebih
cepat menjadi kotor sejak dibersihkan oleh dokter gigi. Hal tersebut juga dapat
merupakan dasar dari anggapan bahwa skaling dan pemolesan dapat menghilangkan
lapisan enamel. Tentu saja, semua keluhan tersebut ditolak dengan keras dan
dianggap terlalu mengada-ada', tetapi kadang-kadang ada juga segi yang benar, yang
diterima secara salah.
Pemeriksaan di atas membuktikan anggapan kami yang menyebabkan
ditinggalkannya sejak bertahun-tahun yang lalu, penggunaan pasta poles yang
mengandung pumice. Selain itu, sikat poles yang digerakkan dengan mesin juga
jarang digunakan pada permukaan enamel, pemolesan akhir dilakukan dengan cup
yang kecil (tipe Crescent) yang diletakkan pada kepala alat pemoles tertentu yang
bersudut atau contra-angle yang tua yang memang dipergunakan untuk tujuan
tersebut.
Oleh karena itu, bahan poles yang 'aman' seperti zirconium silikat (misal
Zircate), tin oxide, atau bahkan zinc oxide, harus digunakan. Pada prosedur skaling
yang dilakukan dalam tiga atau empat kunjungan, dan bila setiap kuadwan diskaling
pada satu kali kunjungan, tidak dilakukannya pemolesan memungkinkan plak kembali
tertimbun seperti semula. Selain itu, rasa bersih setelah pemolesan gigi, merupakan
pendorong yang besar bagi pasien untuk melakukan prosedur perawatan sehari-hari
untuk tetap mempertahankan rasa bersih dari mulut dalam waktu selama mungkin.


Oleh karena itu, prosedur pemolesan gigi harus dilakukan sedemikian rupa:
a. Skaling yang teliti dan bila digunakan unit ultrasonik maka sebagian besar stain
dapat dihilangkan dengan menggunakan bagi an ujung dari alat tersebut. Tetapi
harus tetap diingat bahwa stain pada pit yang dalam sulit dihilangkan dengan
metode pemolesan mekanis seperti dengan sikat yang digerakkan dengan motor
dan pasta tanpa mengurangi permukaan enamel di sekitarnya.
b. Bila mungkin, permukaan proksimal gigi-gigi dari daerah gingiva sampai ke titik
kontak harus dipoles dengan menggunakan strip. Gigi-gigi depan lebih mudah
dipoles dengan strip dengan cara tersebut dan strip 'Zirc' dengan lebar sedang (4
mm), yang dipe-gang pada bagian tengahnya, sangat efektif dan mudah untuk
digunakan pada daerah tersebut. Strip dapat dilewatkan melalui daerah embrasur
di bawah titik kontak dan bila perlu dapat digunakan strip yang kecil (2,5 mm).

Untuk menghemat waktu semua permukaan proksimal dipoles dengan strip yang
sama yang digerakkan ke belakang dan ke depan, untuk memoles semua
permukaan proksimal kanan.
c. Baru kemudian, larutan disklosing diulaskan pada gigi-gigi yang akan dipoles, dan
pasien diminta kumur setelah beberapa detik. Stain yang besar dapat dihilangkan
dengan alat yang dipegang tangan. Baru kemudian gigi-gigi dipoles dengan
menggunakan rubber cup yang diisi dengan pasta zirconium silikat (atau bubuk,
yang dibuat menjadi pasta dengan menambah air) yang digerakkan dengan
kecepatan rendah. Semua permukaan dipoles dan tepi cup dimasukkan pada
daerah embrasure, untuk memoles permukaan proksimal. Permukaan oklusal
jangan sampai tertinggal.
d. Pemolesan akhir (misalnya pada akhir perawatan pada orang dewasa) harus
meliputi penggunaan pasta poles yang mengandung fluoride yang dapat diperoleh
dengan menambah dua tetes campuran stannous fluoride dengan menambah dua
tetes campuran stannous fluoride 10% pada pasta Zircate untuk propilaksis pada
dappen glass atau bila stannous fluoride tidak bersedia, dapat digunakan larutan
APF. Disini juga dapat digunakan larutan disclosing dan sisa stain harus dipoles
ulang. Pasien diminta untuk melihat hasilnya setelah menggunakan larutan
disclosing pada gigi-gigi yang bersih dan kemudian pasien diminta untuk
mengggerakkan lidah pada permukaan gigi-gigi tersebut. Beritahukan bahwa
keadaan tersebut merupakan target yang harus dipenuhinya sejak sekarang
(Gambar 18).

2. Penyempurnaan dan Pemolesan Restorasi
Hanya restorasi cast gold yang memiliki kekuatan tepi yang baik untuk
menutupi bagian enamel yang tipis, tanpa kemungkinan pecahnya bagian tepi
restorasi yang menyebabkan daerah pertemuan gigi tambahan terbuka atau enamel rod
yang terbuka. Jadi restorasi dengan bahan yang lebih rapuh, amalgam, silikat,
komposit harus digunakan pada lubang yang tidak memiliki bevel enamel, untuk
menghindari agar enamel rod tidak terbuka tanpa di-sertai terjadinya serangan karies
rekuren pada 30 mikron permukaan enamel yang tahan terhadap asam.







Gambar 18. Efek pemolesan pada enamel. Gigi seri pada gambar kanan telah
dipoles dengan pasta zirconium silikat, sedang gigi seri kiri telah dipoles dengan tipe
pasta pumice. 3 minggu kemudian, hasil foto menunjukkan stain yang lebih sedikit
pada gigi yang dipoles dengan pasta zirconium silikat.
Amalgam

Sering dianggap tidak tepat untuk menghaluskan permukaan dan bagian tepi
tambalan amalgam yang masih baru karena tindakan tersebut dapat melemahkan
bagian tepinya. Hasil penelitian yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa
burnishing patut dilakukan karena dapat mengurangi jumlah kandungan merku-ri dan
porous pada bagian tepi (Kanai, 1966). Makin baik pengukiran dan penyempurnaan
pada tahap penempatan tambalan, makin sedikit pengasahan (dengan kemungkinan
terjadinya panas yang terlalu besar) yang diperlukan pada tahap akhir pemolesan.
Oleh karena itu, permukaan oklusal harus diukir (beberapa dokter gigi
menggunakan skapel yang tajam) dan diburnish, bila perlu. Baru permukaan tersebut
diusap dengan kapas kering untuk menghilangkan merkuri bebas.
Bila tambalan amalgam meluas ke permukaan proksimal (mesial atau distal),
permukaan tersebut harus ditambal terlebih da-hulu. Setelah wedge dan matrik
dilepas, tepi gingiva proksimal di-sapu dengan sisi sonde bengkok dari permukaan
bukal ke lingual untuk menghilangkan tambalan yang berlebih atau ketidakteratur-an.
Setelah itu, strip poles yang sangat halus dan kecil (2,5 mm) di-lewatkan melalui
daerah embrasur di bawah titik kontak (bila strip tidak dapat dilewatkan, akan terjadi
'problem embrasur', seperti disebut pada bab tentang aspek pencegahan dari kedokter-
an gigi restorasi) dan strip digerakkan bukolingual di sepanjang tepi gingiva untuk
menghaluskannya, pada saat amalgam masih da-lam keadaan lunak. Dengan cara ini
kita dapat mencegah terjadinya hubungan dokter gigi dan penyebab kerusakan
periodontal yang lokal - tambalan yang overhanging. Tentu saja, harus dilakukan
penambalan dengan hati-hati, agar tidak mengganggu bentuk daerah kontak antara
gigi-gigi, asalkan bentuk daerah tersebut cu-kup baik.
Penyempurnaan dan pemolesan dilakukan setelah 48 jam dan permukaannya
dihaluskan dengan bur atau stone yang digerakkan perlahan-lahan dengan
handpiece. Alat pemoles yang halus atau sandpaper disc dapat digunakan, bila
mungkin digerakkan dalam keadaan basah, serta diikuti dengan penggunaan cone
pemoles amalgam khusus (Dedeco).
Baru kemudian tambalan dipoles (bersama dengan permukaan enamel yang
kontinue) dengan pasta yang cukup abrasif dan sebaiknya lakukan pemolesan akhir
dari permukaan restorasi, terutama pada bagian tepi dengan pasta yang mengandung
fluoride dan hal ini memungkinkan dilakukannya penggantian fluoride yang hilang
selama prosedur penambalan (Horowitz dan Lucye, 1966).

Inlay Logam
Biasanya telah dipoles di laboratorium dan tidak membutuhkan penyempurnaan
atau pemolesan lain di dalam mulut. Semua bagian tepinya harus diburnish, dan bila
mungkin inlay harus disemen dengan semen yang mengandung fluor seperti misalnya
Fluo-rothin (S.S.W.) atau Poly F (De Trey). Pada kunjungan berikut, bagian tepi
harus dipoles dengan pasta zirconium silikat dan pasta flyoride dengan rubber cup
(lihat juga halaman 156).

Tambalan Gigi Depan

Baik komposit, silikat maupun tambalan akrilik langsung, ba-haya utamanya,
sama. Setiap overhanging pada atau di bawah tepi gingiva mungkin tidak terdeteksi
dan merupakan penyebab yang paling sering dari peradangan gingiva lokal. Oleh
karena itu, pen-ting untuk melindungi daerah proksimal selama penempatan bahan
dan untuk memeriksa kemungkinan adanya kelebihan tambalan dengan probe.
Diamond bur yang berujung runcing dapat digunakan untuk menghilangkan kelebihan
tersebut. Messing dan Ray (1972) menganjurkan penggunaan skapel yang tajam untuk
menghilangkan kelebihan komposit. Tetapi beberapa bahan komposit yang baru dan
lebih keras, yang beberapa di antaranya mengeras dengan bantuan sinar seperti Visio
Dispers, tidak mudah dirapikan, bahkan dengan alat diamond sekalipun dan oleh
karena itu, bagian tepinya harus dibuat sebaik mungkin atau untuk bahan yang
mengeras dengan bantuan sinar, dirapikan sebelum disinari. Tambalan komposit yang
terpoles dengan baik, sulit didapat. Permukaan utamanya sebaiknya dibiarkan dengan
bantuan 'selulose asetat strip'. Bila hdl ini tidak mungkin dilakukan, dapat dilakukan
pemolesan dengan stone karbide yang diikuti dengan disc poles komposit 3M mula-
mula dengan disc yang cukup halus, diikuti dengan disc yang sangat halus. Rubber
wheel yang halus juga tersedia di pasaran untuk memoles tambalan ini.

3. Gigi Tiruan Lepas
Pemolesan gigi tiruan, tentu saja, kurang membahayakan bagi struktur-struktur
yang lain karena pemolesan dilakukan di laboratorium. Berikut ini akan dibicarakan
tentang aspek yang penting dari pemolesan gigi tiruan yang berhubungan dengan
perawatan jaringan.
a. Permukaan luar harus dipoles sampai sangat mengkilat dan untuk gigi tiruan
akrilik pemolesan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan panas
yang terlalu besar pada bahan tersebut.
b. Permukaan jaringan gigi tiruan akrilik harus bebas dari semua kekasaran dan
ketidakteraturan dan permukaannya harus dipoles sampai kehalusan tertentu.
Tidak boleh ada 'tonjolan' atau ketidakteraturan pada permukaan karena hal
tersebut dapat meng-iritasi mukosa selama terjadinya pergerakan ringan dari gigi
tiruan yang terkena tekanan. Juga tidak boleh ada cekungan yang dalam yang
dapat merupakan daerah penimbunan plak atau kotoran dan organisme.
c. Semua bagian tepi yang tajam termasuk 'collet' yang tidak teratur harus
dihilangkan. Daerah-daerah tersebut dapat merusak lidah, pipi dan gingiva yang
terletak pada daerah cengkram gigi tiruan yang tajam. Bagian dalam cengkram
harus terpoles dengan baik dan pasien harus diberitahu tentang cara memoles
cengkram sebagai bagian dari prosedur perawatan sehari-hari.

Jembatan Cekat
Tentu saja, harus dipoles sebelum dilakukan pemasangan akhir. Prosedur
pemolesan berikutnya mungkin memerlukan ketelitian yang sama seperti pada inlay.
Oleh karena itu, diharapkan bahwa di sini cukup ditekankan bahwa prosedur
pemolesan yang baik bukan hanya merupakan prosedur tambahan yang dapat atau

tidak perlu dilakukan bila 'ada waktu', tetapi merupakan bagian penting dari semua
prosedur restorasi dan pencegahan yang kita lakukan.

SIKAT GIGI DAN MANFAATNYA


Ada berbagai ukuran, corak, bentuk dan pola sikat gigi yang dapat diperoleh
masyarakat. Sebagian besar sikat gigi ini, menurut pembelinya, dibeli karena anjuran dokter
gigi. Terdapat sikat dengan kepala yang panjang, kepala yang pendek, dengan tangkai yang
lunak, serta dengan berbagai derajat kekerasan dari bulu sikat alami dan bulu sikat plastik.
Beberapa sikat tampaknya tidak hanya kurang bermanfaat, tetapi juga berbahaya. Bagaimana
se-luruh sikat tersebut disebut dapat dibuat sesuai anjuran dokter gigi?
Alasan untuk mendapat sikat gigi yang baik, cukup banyak, tetapi belum pernah
dibicarakan secara menyeluruh pada lingkung-an profesional.
1. Design dan bentuk sikat gigi telah sering mengalami perubahan selama bertahun tahun,
tetapi walaupun demikian, banyak dokter gigi yang masih 'menggunakan' konsep lama
tersebut.
2. Pandangan kita terhadap 'pembersihan' telah berubah. Kita memandang lebih penting
untuk memperhatikan plak dan gingiva daripada menghilangkan sisa makanan dan memo
les atau 'memutihkan' enamel.

Pandangan terhadap Sikat Nilon
Banyak dokter gigi yang masih percaya dan berkeras untuk menganggap bahwa sikat
nilon berbahaya dan bahwa penggunaan sikat alami, merupakan keharusan. Tetapi dewasa
ini, konsep tersebut tidak benar dan telah timbul kesadaran tentang kualitas nilon sejak
seperempat abad yang lalu (Gambar 19).
Bila kita mengamati metode penyikatan dari sejumlah besar masyarakat, terlihat adanya
beberapa fakta yang penting.
1. Sebagian besar masyarakat membasahi sikat dengan air yang mengalir sebelum memberi
pasta gigi.
2. Penyikatan berlangsung terus sampai pasta gigi telah membentuk busa dalam mulut,
sehingga perlu dibuang dan kumur-kumur.

















Gambar .19. Perbandingan antara filamen alami dan buatan (dari Riethe, 1974).

Pada tahap ini, di mana baru sedikit yang diperoleh dari penyi-katan di sekitar gigi-gigi,
sebagian besar orang tidak melanjutkan penyikatan setelah ia mulai kumur-kumur. Hanya
sedikit yang mengisi kembali sikat giginya dan mulai menyikat kembali. Tetapi, persentase
yang besar cenderung tetap membasahi sikat giginya selama waktu pembersihan yang
singkat. Efek dari aksi membasahi sikat gigi baik pada awal atau yang terus menerus adalah
untuk membuat sikat alami lunak dan lembap. Untuk alasan ini, sebagian besar sikat gigi
yang dijual pada negara ini, adalah tipe Tceras' atau 'ekstra keras'. Tetapi sebelum saat
penemuan nilon, sikat ekstra keras setelah dibasahi dapat mirip dengan sikat yang lunak atau
sedang.
Pada awal penemuan sikat nilon, pembuatannya, tentu saja, mengikuti rumus kekerasan
yang sama yang tampaknya dis'enangi oleh sebagian besar masyarakat. Tetapi sikat buatan
manusia ku-rang dapat menyerap cairan dan oleh karena itu, bila dibasahi se-perti biasa tidak
dapat menjadi lunak, tetapi akan tetap keras, atau sangat keras. Gingiva (bahkan enamel)
sering mengalami kerusakan dan sikat nilon kurang memiliki reputasi yang baik. Tentu saja,
hal tersebut hanya berlaku untuk segi kekerasan sikat.
Baru-baru ini, filamen plastik yang tidak perlu dibasahi mulai diperkenalkan dan
dianggap lebih baik daripada sikat alami, dengan alasan sebagai berikut:
1. Kualitas dan ukuran sikat plastik dapat dikontrol sampai batas tertentu. Kita dapat
membuat sikat dengan ukuran sekehendak kita.
2. Sikat plastik lebih bersih daripada sikat alami, karena tidak mudah menyerap cairan dan
organisme.
3. Sikat alami membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengering daripada sikat
plastik. Jadi, bila diperlukan sikat yang kering untuk dua kali penyikatan per hari,
pasien me-merlukan sekurang-kurangnya 2 buah sikat.
Dengan berdasar pada keadaan tersebut, cukup menarik untuk mengetahui bahwa ada
dukungan yang kuat di Jerman dan Peran-cis untuk menghalangi pembuatan dan penjualan
sikat gigi 'alami'.




Pandangan terhadap Sikat dengan Bulu yang Lunak
Jenis sikat ini sering (dan masih) dianjurkan oleh dokter gigi untuk pasien yang
mengeluh bahwa 'menyikat gigi membuat gusi saya berdarah'. Sikat tersebut diperkenalkan
'untuk mencegah trauma pada gingiva'. Gingiva jarang berdarah dengan jenis sikat ini karena
aksinya yang sangat lembut, hampir tidak diperoleh manfaat apapun. Keadaan tersebut sangat
cocok dengan filosopi dari sebagian besar masyarakat (sampai sekarang) yang menyikat gigi
sebagai suatu refleks bagian dari prosedur kebersihan. Me-reka tidak perduli bahwa tidak ada
yang diperoleh dari cara pengontrolan plak tersebut; tujuannya adalah untuk melakukan
'tugas sehari-hari' dan untuk mendapat 'rasa pepermint' pada mulutnya.

Bila gusi pasien berdarah pada saat menyikat gigi, maka harus dipikirkan sebabnya.
Bila sebabnya berupa gingivitis yang berhubungan dengan plak (seperti biasa) maka perlu
dilakukan pengajaran tentang cara menyikat gigi dengan sikat gigi yang baik (sikat dengan
derajat kekerasan yang sedang harus digunakan lifiat keterangan di atas) dan pasien harus
tetap menyikat gigi walaupun hal tersebut menimbulkan perdarahan. Keadaan tersebut akan
membaik bila daerah peradangan tersebut mendapat cukup perhatian.

Pandangan tentang Filamen Berujung Bulat
Banyak pabrik pembuat sikat gigi (dan penelitian yang dilakukan oleh dokter gigi)
yang menunjukkan foto sikat gigi plastik yang diperbesar disertai dengan cerita yang
menyeramkan tentang sikat dengan ujung yang kasar dapat merusak gigi-gigi dan gusi dan
bahwa sikat dengan ujung bulat lebih aman dan sehat (kadang-kadang sikat tersebut disebut
'rondating' suatu istilah yang digunakan oleh salah satu pabrik pembuat sikat gigi).
Bila dokter gigi menganggap hal ini perlu, ia harus membulatkan ujung bulu sikat
gigi. Jadi, akan sangat menarik bila dokter gigi dapat memberi bukti tentang kerusakan yang
disebabkan oleh sikat dengan ujung yang tidak dibulatkan. Keadaan yang sebenarnya adalah
sikat gigi yang tidak bulat mudah rusak. Hal tersebut mirip dengan penggunaan sisir yang
baru, gigi-gigi sering terasa sangat kasar dan terjadi lecet pada kulit kepala pada penggunaan
sisir untuk pertama kali, tetapi setelah itu, sikat akan terasa lebih halus (dan kulit kepala
mungkin lebih sensitif daripada gingiva).


Pemilihan Sikat Gigi Kualitas yang diinginkan:
1. Filamen buatan (yang terkontrol) biasanya berukuran 0,008-0,01 inci.
2. Cukup lunak atau cukup keras.
3. Kepala pendek (1 inci) tangkai lurus dan dengan panjang 6 inci.
4. Lurus ramping.
5. Bulu berbaris banyak.
6. Tetapi seluruh kualitas di atas kurang penting bila dihu-bungkan dengan kualitas utama
harus dapat menghilangkan plak dari gigi-gigi.

Tipe yang dianggap paling memuaskan adalah sikat dengan filamen plastik yang
jamak. Pada tipe ini, filamen-filamen tersusun dikelompokkan dan kelompok-kelompok
tersebut disusun berde-katan sehingga dapat mencapai daerah permukaan gigi dan embrasur.

Standar diInggris (1979) BS 5757
Dewasa Remaja Anak-anak
Ekstra lunak (1) Ekstra lunak (1) Ekstra lunak (1)
Lunak (2) Lunak (2) Lunak (2)
Sedang (3) Sedang (3) Sedang (3)

Keras (4)
Contoh:
Sensodyne gentle (1)
Wisdom 'mouthmaster' (2)
Boot Oral Hygiene (3 )
Smokers' (4)
Contoh:
Wisdom 'mouthmaster
Junior (1)
Gibbs Junior (2)
Wisdom Junior (3)
Pada standar Inggris yang baru (1979) BS 5757, sikat dikelompokkan menurut
panjang dan lebarnya, menjadi sikat untuk orang dewasa, remaja dan anak-anak. Tidak ada
sikat gigi keras yang bo-leh dipergunakan remaja dan anak-anak.
Standar yang baru mengharuskan dilakukan perubahan pada corak atau kekerasan
sikat gigi yang dikelompokkan secara acak menjadi lunak dan lunak/sedang. Ada
kebimbangan tentang sikat yang harus digunakan karena adanya ketidaksamaan tentang klasi-
fikasi lunak atau sedang yang digunakan pabrik pembuat sikat gigi. Tetapi, efek standar yang
baru tampaknya menyebabkan diameter filamen yang sangat kecil (0,007 inci) yang dicela
pada edisi pertama buku ini, telah diubah menjadi lebih besar dan menjadi diameter filamen
yang lebih dapat diterima, sekitar 0,01 inci.
Untuk teknik penyikatan 'roll' sikat gigi dengan derajat ke-kerasan sedang dapat
digunakan dengan baik oleh pasien. Untuk teknik penyikatan vibrator (seperti yang
dianjurkan pada metode Bass), lebih baik gunakan sikat yang lebih lunak. Karena bulu sikat
ditujukan agar dapat berputar pada daerah servik gingiva, dokter gigi mungkin merasa bahwa
perlu sikat yang berujung halus. Bahkan pada kenyataannya sebagian besar pabrik
menghasilkan sikat dengan ujung bulat. Kadang-kadang masih ada anjuran untuk
menggunakan sikat yang sangat lunak dengan diameter filamen 0,007 inci atau kurang. Sulit
untuk mendorong dan mempertahankan penggunaan sikat tersebut karena pasien sering tidak
menyenangi 'sikat yang terlalu lunak'. Seperti telah disebut di atas. ke-adaan ini sekarang
telah berubah dengan diperkenalkannya standar yang baru. Pasien biasanya mau tetap
menggunakan sikat gigi dengan filamen yang sedikit lebih ramping. Tampaknya hanya
membuang-buang waktu untuk mengajarkan metode yang mehputi penggunaan sikat yang
kita anjurkan, tetapi yang tidak dilakukan pasien. Sikat seperti wisdom mouthmaster
tampaknya dapat diterima dengan mudah.

Sikat Automatis
Pengalaman dalam menggunakan sikat ini sejak ditemukannya menyebabkan dapat
disimpulkan bahwa hanya sikat listrik atau tanpa baterei yang benar-benar dapat diterima
pasien. Sikat konvensional dengan baterai yang harus sering diganti memiliki keku-rangan
berupa mudah menurunnya kekuatan sikat sejak hari per-tama digunakan.
Semua sikat listrik yang dapat diterima, memiliki kepala yang kecil dengan beberapa
kelompok filamen.
Kemungkinan terjadinya kerusakan dari gigi dan gingiva karena sikat automatis, suatu
hal yang kadang-kadang dipertanyakan oleh dokter gigi, dapat dibatasi dengan adanya bukti
bahwa tidak ada sikat yang dapat menghasilkan tekanan yang sama seperti yang diperoleh
dari sikat gigi manual. Sikat automatis akan mati sebelum dapat menghasilkan tekanan yang

berlebihan, Tetapi, walaupun begitu, pasien harus diajarkan secara cermat tentang cara
menggunakan sikat dengan baik. Hal ini tidak mudah, bahkan dengan sikat gigi tersebut.
Keuntungan dari sikat listrik dapat jauh lebih mudah daripada sikat listrik dapat jauh lebih
mudah daripada sikat manual untuk mendapat hasil tertentu dan bila pasien telah menguasai
penggunaan sikat tersebut, sikat listrik dapat menghemat waktu bila disbanding dengan sikat
manual. Kekurangan alat ini adalah pasien terbuai dengan anggapan bahwa satu-satunya yang
perlu ia lakukan adalah membeli salah satu sikat gigi tersebut dan semua akan beres!.
Tampaknya ke ruang ada perbedaan dari efek sikat gigi automatis yang memiliki gerak
horizontal atau kombinasi keduanya. Sikat gigi automatis biasanya dipasarkan dengan empat
buah kepala sikat untuk digunakan oleh berbagai anggota keluarga. Hasil penelitian
menunjukkan campuran ludah dan pasta gigi pada tangkai sikat dan kecuali bila dapat
dilakukan prosedur pembersihan dan desinfeksi yang baik setiap saat sebelum digunakan,
penggunaan sikat bersama-sama dengan orang lain, tidak dilanjutkan.
Tampaknya pembuat sikat gigi automatis yang paling popular di Inggris, cenderung
menariknya dari pasar. Oleh karena itu, tampaknya hanya akan tersedia beberapa (Pifco-
Broxodent untuk penggunaan utama) sikat saja. Hal ini perlu mendapat perhatian karena sikat
automatis sangat bermanfaat, terutama untukorang cacat. Tetapi, sikat gigi ini juga dapat
menimbulkan kesulitan pada daerah dimana kurang terdapat arus listrik yang cukup besar.

Penyikatan Manual vs Automatis
Semua pasien bila mungkin harus diajarkan tentang teknik menghilangkan plak yang
efektif dengan sikat manual. Bila secara manual, pasien tidak mampu (atau tidak bisa) atau
bahkan terlalu malas untuk membuang waktu dan tenaga, maka sikat automatis dapat
dianjurkan dan diajarkan. Beberapa pasien yang dapat menggunakan sikat manual dengan
baik, mungkin ingin juga mencoba sikat otomatis. Pada keadaan ini, penting untuk
mengajarkan kembali

METODE PENYIKATAN

Walaupun merupakan tujuan yang diinginkan, bukan tidak mungkin untuk mendapat
pengkontrolan plak 100% pada semua keadaan, kecuali pada pasien tertentu. Kita mungkin
harus berusaha sekuat tenaga untuk mengajarkan berbagai teknik dan instruksi penggunaan
floss serta pembersih interdental. Karena bila tidak, banyak atau sebagian besar pasien tidak
dapat mencapai tujuan tersebut. Juga penting untuk menekankan di sini bahwa sebagian besar
pasien akan mengalami perbaikan keadaan gingiva, dan bahkan beberapa di antaranya tidak
lagi terserang peradangan. Jadi, terlihat bahwa ketahanan jaringan dari sebagian besar pasien
dapat menahan sejumlah sisa plak dan hal tersebut menunjukkan bahwa dokter gigi atay
hygienist jangan langsung menentukan pada kunjungan pertama tentang metode perawatan
gigi yang diperlukan pasien. Perlu ditentukan terlebih dahulu respon pasien setelah beberapa
kunjungan dan mungkin setelah beberapa bulan pada setiap kunjungan ulang. Setelah satu
atau dua kunjungan akan terlihat berapa besar usaha atau kesungguhan yang diperlukan untuk
menghilangkan plak pada setiap pasien. Ada beberapa pasien yang mengalami sedikit
peradangan gingiva tetapi tidak terserang karies, tetapi terlihat sejumlah plak di sekitar gigi-
giginya; sedang pada yang lain mungkin terdapat sejumlah kecil mikroorganisma tetapi

dengan peradangan akut. Oleh karena itu, kita harus mengubah cara pendekatan terhadap
setiap pasien, tergantung pada reaksinya.
Bagi pengajar juga harus diperhatikan bahwa istilah-istilah seperti cara menyikat gigi
yang benar (tidak benar) jangan digunakan. Tidak ada cara menyikat gigi yang benar atau
salah. Hasilnya lebih penting dari metode yang dipergunakan. Oleh karena itu, bila pasien
mengatakan bahwa ia dapat menghilangkan polka dan kotoran dengan caranya sendiri, dan
dapat menunjukkan bahwa metode tersebut efektif, kita tidak benar bila memintanya untuk
membersihkan gigi-gigi dengan cara kita. Di sini kita berhubungan dengan cara menyikat
gigi yang efektif. Pasien sering berkata: Gigi saya kan tidak kotor, saya menyikatnya 20 kali
sehari. Jawaban untuk ucapan tersebut adalah sama seperti kalau anda memiliki 20 tiket
lotre. Tiket tersebut tidak berguna kecuali tiket pemenang.
Pengajaran metode menyikat gigi yang hanya bersifat mekanis saja, cenderung gagal
pada sebagian besar pasien. Perlu dijelaskan pada pasien tentang mengapa ia diminta untuk
melakukan prosedur yang kadang-kadang sulit dan memakan waktu. Alasan tersebut jangan
bersifat umum, tetapi harus berhubungan dengan kesulitan yang dialami pasien dan
merupakan bagian permasalahan yang sebenarnya.



Motivasi
Sifat plak dan gaya perlekatannya pada gigi harus dijelaskan dengan hati-hati.
Peranan plak pada keries dan penyakit periodontal juga harus diterangkan. Pada tahap
tersebut, pasien tanpa diterangkan cara menyikat gigi, tetap akan dapat diperbesar
motivasinya.

Pengajaran
Tidak adanya satu cara menyikat gigi yang benar dapat dijelaskan pada pasien. Cara
paling baik adalah salah satu dari sejumlah metode yang sesuai untuk pasien tertentu.
Pada tahap ini, gigi-gigi dapat diulasi dengan larutan disklosing dan plak yang
melekat pada gigi diperluhatkan pada pasien. Dengan cara ini, daerah-daerah yang terlewat
dapat diperlihatkan. Plak dibuang dari gigi dengan sisi probe untuk menunjukkan betapa
mudah untuk menghilangkan plak secara mekanis,
Pilihlah sikat gigi yang sesuai untuk pasien dan beritahukan bahwa itu sikatnya yang
akan disimpan untuk nanti digunakan pada setiap kunjungan. Oleh karena itu, dianjurkan
untuk membeli sikat yang memiliki kemasan yang dapat ditutup kembali (misalnya Oral B40
atau wisdom mouthmaster).

Cara Metode Menyikat
Berbagai metode menyikat yang dikenal kedokteran gigi, dibedakan berdasarkan gerakan
yang dibuat sikat. Pada prinsipnya terdapat enam pola dasar :
1. Metode vertikal
2. Metode horizontal
3. Metode berputar
4. Metode vibrasi/bergetar

5. Metode sirkular
6. Metode fisiologis




1. Metode Vertikal
Permukaan bukal pada waktu yang sama disikat dengan gerakan naik turun dari
lipatan mukobukal dengan elemen-elemen depan dalam posisi end to end. Sikat diletakkan
dengan bulunya tegak lurus pada permukaan bukal. Untuk permukaan lingual dan
palatinal sikat gigi dipegang severtikal mungkin. Permukaan-permukaan ini juga digosok
dengan gerakan vertikal, tetapi tentu saja tersendiri.
Metode ini ditulis oleh Hirschfeld (1945) dan Shick dan Ash (1961). Pada umunya
metode ini tidak dianjurkan, karena hasilnya kurang baik.

2. Metode Horizontal
Pada metode ini permukaan oklusal, bukal, dan lingual digosok dengan sikat yang
digerakkan maju-mundur/ke depan ke belakang, dengan bulu-bulunya tegak lurus pada
permukaan yang dibersihkan. Metode ini disebutkan juga metode menggosok. Istilah
terakhir ini guna jelasnya lebih baik tidak dipakai karena dapat terjadi asosiasi yang salah.
Metode horizontal dianjurkan untuk anak-anak sampai sekitar umur 12 tahun. Di sini
jangan digunakan sikat gigi yang berkas bulu-bulunya sedikit (space-tufted) atau banyak
(multi-tufted) yang terlalu lunak. Untuk seorang dewasa cara ini tidak dianjurkan karena
adanya risiko besar keausan yang berlebihan pada permukaan bukal gigi-gigi.

3. Metode Berputar
Metode berputar merupakan varian (bentuk yang dirubah) metode vertikal. Disini
sikat dengan bulu-bulunya ke arah apikal ditempatkan setinggi mungkin pada gingiva
cekat, kemudian dengan gerakan berputar tangkai sikat, bulu-bulunya dipandu melalui
permukaan bukal kemudian lingual ke arah permukaan oklusal. Disarankan untuk
membersihkan tiap daerah dengan delapan gerakan horizontal.
Pada metode berputar yang dimodifikasi pada akhir penyikatan dilakukan beberapa
gerakan horizontal melalui permukaan tegak elemen-elemen, agar daerah melalui tepi
gingiva menjadi lebih bersih.
Metode berputar ternyata kadang-kadang sukar dilakukan dengan baik dan karenanya
tidak perlu dianjurkan sekali. Pada metode ini digunakan sikat dengan bulu sedikit yang
medium sampai keras.

4. Metode Vibrasi/bergetar
Termasuk di sini adalah metode menurut Charters (1928), Stillman (1932) dan Bass
(1954).
Pada metode Charters bulu-bulu sikat ditempatkan pada sudut 45
0
terhadap poros
elemen-elemen pada arah permukaan oklusal dan agak ditekan pada ruang aproksimal.
Kemudian dibuat tiga sampai empat gerakan bergetar dengan sikat. Setelah itu sikat
diangkat dari permukaan gigi untuk mengulanngi tiga sampai empat kali gerakan yang
sama bagi tiap daerah yang dapat dicapai oleh ujung sikat. Dengan metode ini
dimaksudkan memberikan ruang interproksimal. Pada metode Bass bulu-bulu sikat
ditempelkan pada elemen-elemen searah apeks pada sudut 45
0
dengan arah poros. Ujung
sikat harus dijaga sejajar dengan permukaan oklusal.kemudian dengan tekanan ringan
dibuat gerakan dibuat gerakan bergetar kea rah horizontal. Sementara itu bulu-bulu dibawa

ke ruang interproksimal dan sulkus gingivalis sehingga daerah-daerah ini juga dibersihkan.
Permukaan horizontal disikat dengan gerakan horizontal yang panjang.
Pada metode stillman bulu-bulu sikat ditempatkan pada sudut kecil terhadap elemen-
gigi geligi pada arah apeks. Ini dilakukan sedemikian sehingga ujung bulu-bulu sikat
terletak baik pada gingival marginal maupun bagian servikal mahkota.
Kemudian dibuat gerakan bergetar dengan sedikit tekanan. Tekanan yang diberikan
menyebabkan gusi terlihat pucat. Kemudian kontak sikat dengan jaringan dipatahkan
untuk mengalirkan darah ke gingival kembali. Prosedur ini diulangi sehingga tiap daerah
mendapat giliran. Berlawanan dengan metode Base bergetarnya sikat dilakukan dengan
gerakan sirkular. Permukaan oklusal dibersihkan dengan menggerakkan bulu-bulu sikat
tegak lurus dengan permukaan oklusal.
Pada metode stillman yang dimodifikasi bulu-bulu sikat ditaruh jauh ke arah lipatan
mukobukal. Di sini metode berputar digabung dengan gerakan vibrasi tanpa merubah
tempat sikat pada arah horizontal. Dengan lain perkataan dari gingival sikat diputar ke
oklusal, sedang gerakan vibrasi terjadi pada arah horizontal. Permukaan oklusal juga
dibersihkan dengan gerakan bergetar.
Metode bergetar dimaksudkan untuk orang dewasa dan terutama ditujukan pada
pembersihan gusi selama ini dimungkinkan dengan sikat gigi. Pada umumya metode
menyikat tersebut di atas dapat memberikan hasil yang baik, tetapi instruksinya kepada
pasien meminta perhatian khusus dan memakan waktu relative lama. Pada metode vibrasi
dianjurkan sikat dengan berkas bulu-bulu banyak.

5. Metode sirkular
Disini dengan gerakan memutar permukaan elemen-elemen dibersihkan. Pada metode
Fones (1993) lengkung gigi-geligi dalam oklusi dan permukaan bukal dibersihkan dengan
meletakkan sikat tegak lurus pada poros elemen-elemen dan membuat gerakan memutar
gerakannya juga meluas sampai gusi. Permukaan lingual dibersihkan dengan gerakan
sirkular kecil dan permukaan oklusa dengan gerakan menggosok. Metode ini hamper tidak
diterapkan lagi dan tidak dikenal penelitian tentang evaluasinya.

6. Metode fisiologis
Metode ini diintroduksi oleh smith (tahun 1940) dan beranjak dari pendirian bahwa
gerakannya pada waktu menyikat harus mempunyai arah yang sama seperti arah makanan.
Dengan sikat linak elemen-elemen dibersihkan dengan gerakan menyapu dari mahkota ke
gusi. Disamping itu pada daerah molar dianjurkan beberapa gerakan horizontal untuk
membersihkan sulkus. Mengenai efektifitas cara ini tidak banyak dikenal.

Evaluasi metode menyikat gigi
Interpretasi hasil penelitian mengeai efek berbagai cara menyikat dipersukar karena
terdapat sejumlah besar variable yang sebetulnya dapat mempengaruhi hasilnya, seperti:
- Umur pasien
- Ketrampilan tangan pasien
- Kecerdasan pasien
- Pengetahuan awal pasien

- Pengutamaan dan kebiasaan pasien
- Cara member intruksi pasien
- Ukuran bimbingan pasien selama fase belajar
- Kedudukan elemen gigi gelidgi pada lengkung gigi
- Jenis sikat gigi
- Saat menyikat gigi
- Lamanya menyikat gigi
- Adanya restorasi dan atau protesa yang kurang memenuhi syarat.

Pada waktu mengintegrasi hasil penelitian dan waktu menginstruksi individu dan kelompok
harus diperhatikan butir-butir tersebut diatas.
Yang paling banyak dianjurkan adalah metode berputar. Dari penelitian perbandingan yang
sedikit mengenai metode menggiosok, metode berputar tidak keluar sebagai yang terbaik.
Metode charters adalah suatu metode yang cukup sulit dan banyah memakan waktu.
Beberapa peneliti memberitakan hasil yang relative jelek dengan metode ini, Sedang yang
lain menganggap metode ini salah satu yang paling efektif.
Mengenai metode sirkular, Metode stillman (yang dimodifikasi) dan metode vertical
tidak banyak yang dapat dikatakan berdasarkan penelitian yang diperbandingkan.
Pada umumnya hasil penelitian pada orang dewasa agak controversial. Pendapat umum
adalah bahwa metoede horizontal untuk anan-anak, memberikan hasil yang baik.
Metode horizontal memerlukan sedikit waktu dan merupakan suatu tehnuk sederhana. Bagi
orang dewasa karena adanya pengaruh periodontologi maka ada kecenderungan untuk
memilih metode vibrasi. Pembersihan sulkus gingivalis dengan metode ini mendapat prhatian
khusus, seperti pada metode Bass. Suatu argument lain yang pada dasarnya lebih
mengunggulkan penerapan metode vibrasi, Adalah kenyataannya bahwa metode ini dilihat
dari gerakannya tidak banyak menyimpang dari metode horizontal, sehingga perpindahan
dari metode horizontal ke metode vibrasi pada masa remaja, atau sebelumnya, merupakan
suatu langkah yang masuk akal. Bagi pasien tidaklah begitu membingungkan karene metode
vibrasi dapat dianggap sebagai metode menggosok yang diperbaiki tetapi tidak ada satupun
penelitian yang menunjukkan secara meyakinkan superioritas metode ini atau yang lain pada
orang dewasa.
Pada pasien perorangan adalah bijaksana untuk terlebih dahulu minta penjelasan
metode apa yang dapat dia gunakan dan kemdian mengontrol apakah dia berhasil dengan
metodenya mencapai pembersihan gigi geligi dan gusi yang baik. Bila memang demikian
halnya maka tak ada alasan untuk menganjurkannya cara lain bila dia hanya berhasil untuk
menghilangkan sebagian plak yang mudah dicapai maka harus dilihat kembali apakah dengan
petunjuk-petunjuk kecil dia dapat mencapai hasil yang lebih baik. Baru bila pasien
menggosok kurang efektif maka dapat dipertimbangkan penggunaan metode yang sama
sekali lain. Tentu saja waktu memilah metode menyikat faktor-fator yang ada pada pasien
sendiri juga memainkan peran seperti umur, ketrampilan, radan periodonsium dan kedudukan
gigi-gigi. Arti yang menentukan bagi hasilnya adalah bahwa pasien harus menyikat giginya
secara sisitematis menganai harus diperhatikan benar pada waktu melakukan evaluasi tanpa
memperdulikan metode yang dipakai.


FREKUENSI MENYIKAT GIGI
??????

SIKAT GIGI
???????



Menyikat gigi
Walaupun kita selalu mengatakan telah menyikat gigi dua kali sehari, namun sebagian besar
orang tetap memiliki plak dalam mulutnya. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembersihan
yang dilakukan belum tepat. Ada beberapa metode yang disarankan para ahli namun belum
dapatdibuktikan metode mana yang terbaik(Pratiwi,2009).
Metode tersebut diantaranya
1. Scrub memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakakan sikat secra horizontal.
Ujung bulu sikat diletakkkan pada area batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan
maju dan mundur berulang-ulang(Pratiwi,2009).
2. Roll memperkenalkan cara menyikat gigi dengan gerakan memutar mulai dari
permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh permukaan gigi sisanya. Bulu
sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi dengan posisi paralel dengan sumbu
tegaknya gigi(Pratiwi,2009)
3. Bass meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut
45 dengan sumbu tegak gigi. Sikat gigi digetarkan ditempat tanpa mengubah-ubah
posisi bulu sikat(Pratiwi,2009).
4. Stillman mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat dari arah gusi ke gigi
secara berulang. Setelah sampai di permukaan kunyah, bulu sikat digerakkan
memutar. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk
sudut 45 dengan sumbu tegak gigi seperti metode bass(Pratiwi,2009).
5. Fones mengutarakan metode garakan sikat secara horizontal sementara gusi ditahan
pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh
permukaan gig atas dan bawah(Pratiwi, 2009).
6. Charters meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat menghadap
permukaan kunyah atau oklusal gigi. Arahkan 45 pada daerah leher gigi. Tekan
pada daerah leher gigi dan sela sela gigi kemudian getarkan minimal 10 kali pada tiap
tiap area dalam mulut. Gerakan berputar dilakukan terlebih dulu untuk membersihkan
daerah mahkota gigi. Metode ini baik untuk membersihakan plak di daerah sela-sela
gigi, pada apsien yang memakai alat orthodontik cekat atau kawat gigi dan pada
pasien dengan gigi tiruan yang permanen(Pratiwi,2009).
Setiap metode yang telah disarankan olrh beberapa Dokter Gigi ahli memiliki
kesulitan tersendidi. Bagi anak-anak disarankan memulai dengan metode scrub dan
dilanjutkan dengan metode bass. Secara umum sampai saat ini disimpulakan bahwa
cara sikat gigi yang paling efektif adalah dengan mengkombinasikan metode-metode
tersebut(Pratiwi,2009).


Sikat gigi listrik
Sudah sejak 1885 oleh Frederik Wilhelm di Inggris dan Swedia diberikan hak peten
sikat gigi mekanis, tetapi tidak diketahui apakah sikat gigi ini memang pernah dipasarkan.
Studi evaluasi mengenai sikat-sikat ini terbit setelah 1960. Hasilnya ditimbang dari ukuran
penghilangan plak atau pengurangan gingivitis. Keuntungan sikat gigi listrik terutama adalah
kemudahan yang dicapai dengan sikat gigi tersebut. Orang hanya perlu memusatkan pada
sistemik menyikat dan tidak pada gerakan yang pada sikat gigi tangan, tidak perlu metode
apa yang diterapkan. Ini terutama berlaku pada mereka yang tidak terampil untuk melakukan
kebersihan mulut yang efektif, seperti anak-anak dan orang cacat. Makin meningkat
keterampilan menual dan motivasi bagi kebersihan mulut yang baik, maka efek sikat gigi
listrik yang diperkirakan melebihi efek sikat gigi biasa menjadi lebih kecil. Studi yang
dilakukan pada anak-anak dan para remaja dengan kesehatan mulut yang baik melaporkan
bahwa hasil sikat gigi listrik tidak lebih baik.
Di pasaran dapat diperoleh sikat gigi listrik yang dapat dihubungkan dengan jaringan
penerangan listrik, sikat gigi dengan sel-sel yang dapat diisikan tenaga listrik atau energinya
didapat dari baterai. Kerugiannya adalah bahwa persediaan energi setelah beberapa waktu
berkurang dan sikat gigi dihubungkan dengan tenaga listrik isolasinya harus memenuhi
tuntutan yang tinggi sehingga alat ini relatif lebih mahal.
Gerakan yang dihasilkan sikat gigi listrik satu merk dengan merk lain berbeda. Riethe
(1974) membandingkan empat macam dan sampai pada kesimpulan bahwa sikat yang
bergerak berputar dan dalam arah panjang bergerak maju mundur dalam gerkan mengitari
poros memberi pengaruh yang terbaik dan bahaya yang terkecil.
Secara ringkas dapat ditentukan bahwa penggunaan sikat gigi listrik bagi rata-rata
orang yang dimotivasi baik tidak memberikan hasil yang lebih baik. Masih ada peringatan
sedikit tentang jarinagan lunak gigi tetapi oleh jaringan keras gigi oleh penggunaan sikat gigi
listrik dalam waktu lama hanya sedikit atau sama sekali tdak ada yang diketahui. Bagi
mereka yang tidak mempunyai ketrampilan manual atau menganggap bahwa menyikat
dengan tangan itu sukar, maka sikat gigi listrik jelas mempunyai keuntungan. Terutama
orang-orang cacat dan perawatnya.

Alat bantu untuk membersihkan ruang interproksimal
Dengan sikat gigi kita tidak dapat membersihkan ruang interproksimal dengan baik justru
pada daerah ini gusinya sering meradang dan dijumpai karies. Untuk dapat membersihkan
plakdari ruang interproksimal, dapat berbagai alat bantu seperti :
Sutera gigi (flos gigi / pita gigi, benang gigi )
Tusuk gigi ( berbentuk baji, dari kayu lunak)
Sikat gigi interdental
Sikat gigi yang berkas bulu tunggal (single tufted)
Ujung karet (rubber tip)
Obat kumur



Penggunaan benang gigi


Penggunaan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Kita ikatkan ujung sepotong
benang yang panjang tetapi jangan terlalu panjang melingkari jari tengah dan jari manis
tangan kiri dan tangan kanan untuk pegangan sehingga tertinggal sepotong benang yang
cukup panjang diantara jari tengah dan jari manis. Benang ditarik tegang diantar kedua
tangan dan kedua ibu jari dan jari telunjuk dilewatakan titik kontak dengan kekuatan yang
sesuai dosis dan dengan gerakan menggergaji. Kemudian benang diletakkan pada sulkus
ginggiva dan diregangkan pada permukaan mesial distal elemen. Kemudian permukaan ini
dikorek bersih dengan menggerakkan benang pada arah oklusal. Tiap permukaan gerakan
diulangi empat sampai enam kali. Dengan cara yang sama permukaan aproksimal yang

bersebelahan dibersihkan. Dengan demikian ruang interproksimal mendapat giliran satu per
satu. Seperti pada menggosok gigi peggunaan benang gigi ini sistematik pekerjaan penting.
Cara lain adalah untuk membuat simpul pada sepotong benang gigi sehingga terbentuk suatu
lingkaran dan mengatur peregangan tali dan kedua tangan dengan menarik tali lebih tegang
atau dibuat kendor. Dapat diperoleh juga alat pemegang benang gigi untuk meregangkan
benang. Dengan alat ini lebih sukar untuk mengatur posisi kekuatan untuk mengambil benang
melalui titik kontak. Penggunaan benang gigi menuntut keterampilan manual yang baik dan
pada penggunaan yang kurang hati hati dapat melukai gusi. Karena sebagian besar orang
hampir tidak mempunyai pengetahuan sama sekali mengenai penggunaanya yang tepat, hal
ini harus diajarkan secara pribadi. Selain itu penggunaan tepat benang gigi relatif memakan
banyak waktu. Penggunaan secara teratur benang gigi adalah suatu cara yang efektif melawan
karies.

Tusuk gigi

Tusuk gigi disarankan pada pasien yang lebih tua yang papilnya sudah agak tertarik. Tusuk
gigi seharusnya dibuat dari kayu lunak. Dalam potongan melintang tusuk gigi adalah
bersudut tiga dan dalam arah memanjang harus berakhir pada suatu ujung. Sebelum
digunakan tusuk gigi dilunakkan dengan ludah dalam mulut, kemudian denga dasar segitiga
pada gusi dimasukkan kedalam ruang interproksimal sehingga tidak dapat masuk terus.
Waktu memasukkan tusuk gigi kedalam ruang interproksimal hanya boleh dilakukan dengan
tekanan ringan. Bila tusuk gigi tertahan ditarik kembali tanpa mengambil seluruhnya dari
ruang interproksimal. Kemudian tindakan diulangi empat sampai lima kali tiap daerah.

Sikat interdental


Sikat dengan berkas bulu tunggal ujung karet dan sikat interproksimal digunakan bila ruang
interproksimal besar, seperti misalnya pada pasien yang telah menjalani operasi
periodonsium atau yang mempunyai jembatan yang dibagian bawahnya dapat dibersihkan
dengan berkumur. Biasanya dapat dialihkan pada penggunaan alat alat tersebut diatas bila
tusuk gigi tidak lagi mengisi ruang interproksimal. Sikat interdental adalah sikat konis yang
pendek. Bilu bulunya disusun dalam spiral melingkari poros sikat. Sikat interproksimal
dimasukkan dalam ruang interproksimal dan ditempat digerakkan maju mundur pada arah
horizontal untuk melepasakan plak. Sikat interproksimal dilihat dari kontruksinya
menyerupai sikat interdental tapi jauh lebih panjang. Pada dasarnya penggunaannya hampir
sama dengan sikat interdental.

Sikat bulu tunggal

Pada sikat dengan berkas bulu tunggal sebagai yang telah dikatakan dengan hanya satu
berkas bulu , bulunya dari lingual dimasukkan kedalam ruang interproksimal dan disini
diputar. Kemudian berkas bulu melalui gingiva marginal diangkat kearah mesial dan distal.

Obat kumur
Terdapat banyak macam obat kumur. Beberapa digunakan untuk berkumur sebelu sikat gigi
yang lain digunakan setelah sikat gigi. Obat kumur yang digunakan sebelum sikat gigi
dimaksudkan untuk melepaskan sedikit plak, sedang yang dimaksudkan obat kumur dipakai
setelah penyikatan gigi adalah untuk melepaskan plak yang sudah terlepas.
Pembersihan mulutyang teliti biasanya dapat dicapai dengan gabungan sikat gigi dan benang
gigi atau tusuk gigi. Bagi pasien pribadi sesuai dengan kebutuhan nya juga dapat digunakan
alat-alat lain. Diperlukan instruksi dan bimbingan yang hati-hati, karena pasien rata-rata tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagi Dokter Gigi.
Pasta Gigi
Pasta gigi pada umumnya mengandung bahan-bahan berikut :
Bahan abrasif 20-50%
Air 20-40%
Pelembab atau Humectant 20-35%
Bahan perekat 1-2%
Deterjen atau surfectan 1-3%
Bahan penambah rasa 0-2%
Bahan terapeutik 0-2%
Bahan pemutih 0,05-0,5%
Bahan pengawet 0-05-0,5%

Pasta gigi umumnya berwarna putih. Keberadaan warna merah adalah bahwa pasien tidak
akan melihat bila gusi pada waktu disikat berdarah. Sebenarnya pendarahan tersebut
merupakan suatu peringatan bagus bahwa ada sesuatu yang tidak sehat.
Sebagai bahan abrasif biasanya digunakan kalsium fosfat, kalsium karbonat atau aluminium
hidroksida. Maksudnya adalah agar dapat menghilangkan lebih baik endapan berwarna atau
stain pada gigi geligi. Juga bahan pengaktif permukaan dimaksudkan untuk meningkatkan
pembersihan. Dewasa ini terutama digunakan detergensia (sabun tiruan) sebagai Sodium
Lauryl Sulfat (SLS). Bahan bahan ini menurunkan tegangan permukaan. Melalui pengaruh
emulsi dan berbusa bahan bahan tersebut menambah gaya pembersihan. Bahan pengikat air,
biasanya gliserol menjaga agar pasta gigi tidak menjadi kering. Bahan tambahan dalam pasta
gigi adalah getah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti tragacanth, dan dipakai agar
konsistensi pasat menjadi lebih kental. Getah tersebut juga bersifat higroskopis.
Sebagai zat rasa biasanya digunakan minyak eteris (minyak permen) dan alkohol gula
(sorbitol) bahan pemanis yang tidak difermentasi (sakarin). Untuk menghindari kebiasaan
lebih baik kalau anak-anak tidak menggunakan pasta gigi manis.
Bahan terapi misalnya flouride dengan berbagai macam, misalnya yang sering ada pada pasta
gigi Stannous Flouride, Sodium Flouride dan Sodium monofluorofosfat. Penambahan

flouride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel dengan cara membuat resisten terhadap
asam dan menghambat bakteri untuk memproduksi asam.
Ada macam macam bahan pemutih yang digunakan antara lain Sodium Bicarbonat, Nitrogen
pedroksida. Dan juga bahan yang ditambahkan dalam sikat gigi adalah bahan pengawet
gunanya mencegah pertumbuhan bakteri dalam pasta gigi. Umumnya bahan pengawet yang
ditambahkan dalam pasta gigi adalah Sodium benzoate, Methilparaben, Ethilparaben.

Sifat abrasive pasti gigi dipelajari karena adanya dugaan pasta gigi yang menggosok
terlalu kuat menyebabkan lesi bernbentuk baji secara cepat pada leher gigi (sementum dan
dentin) yang terbuka. Volpe et al. (1975) meneliti efek pasta gigi dengan sifat abrasive sedikit
dan kuat pada 127 orang dari umur 12 70 tahun. Mereka menemukan ukuran sama abrasi
servikal bagi kedua jenis pasta gigi. Mereka menduga bahwa metode menggosok dan sikat
gigi memepunyai peran yang sama pentingnya seperti pasta gigi. Pertanyaan seberapa jauh
sifat abrasive pasta gigi dibolehkan ternyata sukar dijawab secra umum. Robinson (1969)
menyarankan untuk mengindividualisasi pilihan pasta gigi. Pada 90% orang pada gigi-geligi
mereka terbentuk suatu lapisan berwarna, yang tidak dapat dihilangkan tanpa pasta gigi.
Sebeb itu penggunaan pasta gigi disukai.untuk menghindari abrasi yang berlebih cukup
dengan suatu pasta gigi yang menolong mengambil pewarnaan ini, tetapi ini secara pribadi
berbeda. Metode Robinson (1969) untuk memilih pasta gigi yang cocok adalah mencoba tiap
dua minggu sekali pasta gigi yang sifat abrasive nya meningkat. Segera sesudah pasta gigi
mampu menghilangkan pewarnaan, tujuannya tercapai. Harus diawasi apakah efk ini
dipertahankan dalam jangka lebih panjang.
Pada tempat ketiga digunakan pasta gigi karena merupakan vehikel (bahan untuk
mencairkan obat) yang cocok untuk memasukkan obat-obatan ke dalam mulut. Terdapat juga
pasta gigi yang dikembangkan dengan tujuan mencegah pembentukan karang gigi, dan
menyerang plak dan untuk mencegha gingivitis. Beberapa mengandung bahan-bahan
merugikan seperti antibiotika sehingga efektif terhadap sesuatu. Kadang-kadang keadaannya
tidak demikian. Terhadap karies hanya fluoride yang betul-betul aktif.
Telah lama sekali dicari tambahan pasta gigi yang lebih baik daripada pasta gigi biasa
yang akan dapat memberantas gingivitis dan mencegah atau mengurangi pembentukan
karang gigi. Untuk kedua bidang pada tahun delapan puluhan terjadi suatu terobosan.
Kesukaran pencegahan gingivitis adalah bahwa pembentukan plak harus direduksi
sedemikian sehingga kemudian gingivitis dapat dicegah atau dikurangi. Bila hanya plak saja
yang berkurang, tetapi efek itu tidak cukup besar untuk mengurangi gingivitis maka
sebenarnya kita sama sekali tidak mencapai sesuatu yang pokok. Bahan bahan yang benar-
benar mencegah radang semuanya (kecuali klorheksidin; tetapi ini tidak cocok untuk
pemakaian umum) hingga waktu ini, didalam mulut terlalu cepa dibuang atau dipatahkan.
Pemecahannya adalah menemukan suatu bahan, Gantrez, sehingga bahan yang aktif tinggal
lebih lama didalam mulut. Suatu gabungan yang sekarang digunakan adalah misalnya
Triclosan sebagai penghambat bakteri + Gantrez.
Masalah pada pencegahan karang gigi kimiawi lebih besar lagi. Kesukarannya adalah
bahwa karang gigi dan email secara kristal-kimiawi adalah identik keduanya untuk sebagian
besar terdiri atas apatit. Ini sekaligus berarti bahwa pasta gigi menghilangkan karang gigi
dengan melarutkannya. Sebad itu email juga akan terlarut. Oleh karenanya harus dicari

bahan-bahan yang mencegah bahwa apatit di dalam plak membentuk kristal. Dengan
demikian pasta juga akan bekerja optimal bila mula-mula elemen-elemen dibersihkan secra
professional. Sampai sejauh ini keadaannya masih sederhana. Maslah sebenarnya yang masih
harus dipecahkan adalah bahwa bahan yang mencegah pembentukan apatit, tidak boleh
mempengaruhi secara negative maturasi email muda dan remineralisasi karies bercak putih.
Kedua proses esensial sebenarnya adalah pembentukan apatit. Kelihatannya keadaan ini
dapat diatasi.
Bahan aktif pada tempat pertama adalah pirofosfat. Dari pirofosfat, pada semua orang
bahan ini biasa dijumpai di dalam ludah, sudah lama diketahui bahwa bahan ini menghambat
pertumbuhan kristal dan sifat tersebut dapat dimanfaatkan. Dengan menggabungkan dengan
flourida dan suatu bahan yang memperpanjang keberadaannya efektifitasnya masih dapat
diperbaiki. Jelas yang dapat dihambat hanyalah karang gigi supragingival. Bahan tidak
bekerja sampai daerah subgingival dan selain itu proses pembentukan karang gigi di daerah
ini juga lain daripada supragingival.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa penggunaan pasta gigi adalah bermanfaat dan
dapat dipertanggung jawabkan dan bagaimanapun pasta gigi dengan flourida lebih
diutamakan. Beberapa pasta gigi yang khusus ditujukan pada hal diatas mempunyai kegunaan
tambahan guna pemberantasan karang gigi berperan pada penghilangan pewarnaan (siain)
pada email dan pada abrasi leher gigi yang terbuka, tetapi rupa-rupanya tidak begitu penting
dalam penghilangan plak. Pada yang terakhir ini peran diperuntukan bagi detergen.
Bagi anak-anak umur satu sampai empat tahun terdapat pasta gigi yang berflourida
yang khusus cocok untuk anak balita.

ZAT PEWARNA PLAK

Zat pewarna plak bertujuan untuk mengarahkan perhatian pasien akan adanya dan
tempat plak dan untuk dapat melihat efektifitas tindakan kebersihan mulut. Oleh karena itu
bahan-bahan ini, dalam bentuk tablet, pada penyuluhan pasien disebut juga mata-mata plak.
Untuk ini dulu terutama digunakan fuksin, larutan vodium dan larutan merkurokrom, tetapi
penggunaan bahn-bahan tersebut dapat merugikan. Fuksin mewarnai plak dan selaput lender
selama beberapa jam; yodium dan merkurokrom mempunyai rasa yang tidak enak dan sukar
dihilangkan.
Yang banyak digunakan dewasa ini adalah bahan pewarna dengan dasar eritrosin.
Bahn ini mewarnai pelikel, plak dan selaput lender menjadi merah. Arnim (1963)
memperkenalkan penggunaan eritrosin karena menututnya bahwa bahan pewarna harus
menampakkan plak dengan warna merah yang mengesankan. Kemudian muncul publikasi
yang mengumumkan zat pewarna lain. Mereka mentukan bahwa plak harus ditampakkan
untuk dapat menegur orang-orang. Warna merah tidak memberikan kontras kuat dengan
gingival. Beberapa pasien yang dirumah tidak mampu menghilangkan plak, mengeluh bahwa
plak dengan eritrosin tidak cukup tampak. Oleh karenanya meraka melihat keuntungan dalam
penggunaan zat pewarna yang disusun dari warna merah dan hijau. Zat pewarna ini
mempunyai keuntungan bahwa pelikel dan plak baru yang tipis menjadi merah, tetapi plak
kama yang tebak menjadi biru. Dengan ini dapat dibedakan umur plak. Didalam praktek
perbedaan ini sukar dibuat.

Metode lain untuk menampakan plak adalah dengan cairan yang mempunyai sifat
mengeluarkan cahaya (Na-fluoresensi) dan suatu lampu khusus. Cairan mengabsorbsi sinar
dengan frekuensi antara 2000-5400 A, sedangkan lampu memencarkan sinar dalam daerah
frekuensi 4200-5600 A. pasien memasukkan beberapa tetes cairan kedalam mulut dan
kemudian kelebihan nya diludahkan. Plak menjadi kuning bila lampu diarahkan kea rah plak,
tetapi pada sinar normal hampir tidak terlihat. Keuntungan system ini adalah mereka segera
setelah itu dapat dibersihkan. Zat warna kuning mewarnai plak pada gigi-gigi, gingival dan
lidah, tetapi pelikel tidak. Kerugian system pewarnaan plak ini bahwa cukup mengeluarkan
biaya besar.
Seberapa jauh penggunaan zat pewarna plak benar-benar membawa kepada kesehatan
mulut yang lebih baik tidak banyak diteliti; sebgai alat Bantu kegunaannya nyata.

PENYEMPROT MULUT

Untuk membantu kesehatan mulut di pasaran dijual penyemprot mulut. Ini adalah
alat, yang dengan tekanan tertentu menekan air melalui suatu pipsa/selang. Pada akhir pipa
terdapat suatu ujung plastic keras yang dimasukkan kedlam mulut. Ujung dipandu diatas
lengkung gigi untuk dengan kekuatan membersihkan mulut. Penyemprotan mulut dapat
mengeluarkan aliran air secara kontinyu atau terputus-putus. Cara kerja kedua jenis aparat
telah diselidiki dan ternyata jaringan mulut dapat mengatasi tekanan air yang besar tanpa
terjadi kerugian yang ireversibel. Aliran yang terputus-putus lebih baik daripada aliran yang
terus-menerus, karena pada waktu intirahat antara dorongan aliran air, debris dapat diangkut.
Beberapa penelitian tentang kemungkinan adanya bakteriemi akibat pengguanan
penyemprot mulut berkesimpulanbahwa mngenai hail ini tidak perlu ditakutkan. Sebaliknya
penelitian lain mengenai kemungkinan adanya efek merugikan penyemprot mulut tidak men
utup kemungkinan bakteriemi, OLeary et al (1970) menambahkan bagian-bagian zat arang
pada tiga jenis penyemprot mulut. Dengan bantuan biopsy dan preparer histologis diselidiki
apakah ditemukan kembali bagian-bagian zat arang pada jaringan lunak. Ini kenyataannya
memang demikian pada epitel krevikular dan jaringan ikat dibawahnya. Karena bagian-
bagian zat arang lebih besar daripada bakteri maka dapat diperkirakan bahwa pada
penggunaan penyemprot mulut, mikroorganisme ditekan kedalam jaringan.
Penyikatan dengan metode berputar dan metode Bass yang di teliti dengan cara yang
sama seperti pada penyemprot mulut, tidak menemukan bagian-bagian zat arang pada
jaringan. Sehubungan denga efek membersihkan penyemprot mulut terbukti bahwa plak tidak
termbil. Yang terambil adalah sisa makanan.
Pada pasien yang menderita radang periodontal parah, penyemprotan mulut dapat
menolong mengurangi keparahan radang.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa penggunaan penyemprot mulut tidak
menggantikan penggosokan gigi, tetapi sebagai tambahan pada waktu menyikat gigi dapat
menyenangkan untuk membuang plak yang telah terlepas.


PEMBERANTASAN PLAK DENGAN BAHAN KIMIAWI.

Pemberantasan plak melalui cara kimiawi pada dasarnya bersandar pada mekanisme
berikut:
- Pencegahan pembentukan plak
- Gangguan plak
- Menetralkan patogenitas pal
- Mencegah kalsifikasi plak
Mencegah pembentukan plakberarti mengambil tindakan dalam proses yang rumit
yang telah dimulai begitu terjadi endapan pertama musin ludah. Pada kenyataannya sehingga
tidak terjadi adsorpsi mukoprotein. Pada dasarnya hal ini dapat dcapai dengan meletakkan
suatu lapisan yang dapat mengaktifkan permukaan dan sesuatu yang bekerja antibacterial.
Bahan-bahan yang bekerja menurut dasar ini adalah guanidine, amina, garam
ammonium kuartener dan sejumlah anton dan kation. Pengaruh klorheksidin anatara lain
dijelaskan karena adsorpsi bahan ini pada permukaan gigi. Dengan demikian klorheksidin
dapat memperpanjang aktivitas antibakterialnya.
Untuk menggangu pembentukan plak juga digunakan enxim. Disini dekstranase
merupaka suatu contoh. Dari eksperimen binatang terbukti bahwa dekstranase melalui
pengahmbatan sintesis dekstran lekat, dapat mengurangi pembentukan plak. Studi lain
memberikan sedikit dasar bagi semua harapan yang terlalu optimis pada preparat enzim.
Antibiotika diuji untuk menekan flora bacterial, tetapi karena reproduksi bakterinya
yang cepat bahan-bahan ini hanya dapat bekerja untuk jangka waktu pendek, Penicilline,
vancomycine dan erythromycine terbukti bahwa bahan-bahan ini mengahmbat pembentukan
plak. Penggunaan antibiotika sebagai pencegahan plak secara rutin sangat memberatkan
(seperti kemungkinana adanya sensibilitas dan resistensi) dan harus ditolak.
Juga mengenai efek ikatan bakterisid dan bakteriostatik dilakukan penelitian. Contoh
terkenal untuk ini dalah aleksidin dan klorheksidin. Kedua bahan mampu menhghambat
pembentuka plak, tetapi pada penggunaan klinis mempunyai efek samping yang tidak
diharapkan, seperti diskolorasi pada gigi-gigi, tumpatan dan lidah, rasa tambahan sesudah
digunakan yang tidak menyenangkan dan lesi deskuamatif mukosa. Juga digunakan bahan-
bahan untuk mengurangi atau meniadakan efek merugikan plak. Bahan-bahan ini ditujuakan
pada asam yang di dalam plak dibentuk dari gula. Pasta gigi alkalis dan fosfat dimaksudkan
untuk menetralkan asam, tetapi tidak ada penelitian yang menunjukan secara jelas pengaruh
bahan-bahan ini. Kapasitas buffer ludah mempunyai efek menetralkan lebih besar.
Sehubungan dengan bahan-bahan yang harus menghalang-halangi kalsifikasi plak,
seperti ureum dan sengsitrat, ternyata hasil penelitian juga tidak konssten. Dlam kader ini
difosfonat sedang diteliti.
Suatu pengembangan baru-baru ini adalah penggunaan Triclosan, sesuatu yang sudah
lama dikenal dan dalam kosmetika banyak digunakan sebagai bakterisida. Di dalam mulut
tidak bekerja sebagi bahan-bahan lain yang pada dasarnya baik karena terlalu cepat
dibuang oleh ludah. Dengan menggabungkan Triclosan dengan suatu kopolimer, Gantrez
(polyvinylmethylether / asam maleine) makan akan bertahan lama di dalam mulut dan
menghambat pertumbuhan bakteri. Gabungan ini agak mengurangi pembentuak plak dan
karenanya agak mencegah / mengurangi gin givitis.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun ikatan kimiawi yang cukup
didukung oleh hasil penelitian yang dapat digunakan secara rutin dan dalam jumlah besar.
Sementara ini plak masih harus dibersihkan secara mekanis.

Cara Menyikat Gigi
Pasien diminta untuk membawa sikat yang biasa digunakan di rumah, tetapi bukan
membeli yang baru. Sikat dapat diperiksa kualitasnya dan kemudian pasien diminta untuk
menunjukkan cara menyikat gigi yang biasa dilakukannya. Harus dijelaskan bahwa sebaiknya
diperagakan seluruh cara menyikat gigi yang biasa dilakukan sehari-hari. Akan sangat
membantu bila dokter gigi juga menggunakan stop watch. Beritahukan waktu yang biasa
digunakan pasien untuk menyikat gigi (biasanya 20 30 detik, walaupun pasien sering
mengatakan bahwa ia menyikat gigi tidak lebih dari 2 menit!).
Kesalahan penyikatan, daerah-daerah yang terlewat, kurang teraturnya metode yang
digunakan, harus diberitahukan pada pasien. Kesalahan yang paling sering terlihat adalah
pasien membasahi sikat sebelum mulai menyikat giginya. Mereka harus diberitahu bahwa hal
tersebut salah dan kemungkinan adanya prosedur yang lebih buruk, penggunaan air panas,
yang merusak bulu sikat gigi. Model gigi dengan ukuran sebenarnya dapat digunakan untuk
menunjukkan cara menyikat gigi (model yang terlalu besar jangan digunakan kecuali untuk
menunjukkan cara menyikat gigi pada sekelompok murid di kelas).
Tiap kuadran dibagi menjadi tiga daerah, belakang, tengah dan depan, dan untuk
tujuan penyikatan, daerah tersebut harus dibagi lagi menjadi sisi bukal / labial dan lingual
atau palatal (Gambar 20). Pasien dianjurkan untuk menyikat setiap daerah tersebut dengan 8
gerakan sikat jadi seluruhnya ada 48 gerakan untuk tiap kuadran atau 200 untuk seluruh
mulut. Seperti terlihat di atas, terbukti bahwa pasien kurang mengetahui waktu yang
digunakan untuk menyikat gigi tetapi dapat dengan mudah menghitung 200 gerakan. Selain
itu, gerak menyikat pada daerah tertentu mulut, walaupun diukur dengan alat pengukur waktu
(misalnya egg timer), tetap tidak dapat memastikan bahwa pasien akan menyikat gigi secara
lebih metodis.








Gambar 20. Pembagian rahang menjadi 12 daerah penyikatan (lingual dan labial). Setiap
daerah harus disikat seluruhnya sebelum berpindah ke daerah yang lain.

Ada berbagai cara menyikat gigi. Dokter gigi atau hygienist tidak boleh terlalu
banyak menggunakan teknik-teknik tersebut, tetapi harus dapat melakukan sekurang-
kurangnya 2 metode (Gambar 21, 22).

Teknik Roll

Teknik menyikat gigi yang efektif tidak mudah dilakukan oleh pasien. Oleh karena
itu, teknik yang rumit dan aneh sebaiknya dihindari. Mungkin teknik yang paling sering
diajarkan (secara rutin) adalah metode roll walaupun metode ini tetap sulit untuk dilakukan
pasien yang kurang memiliki kemampuan manual, kesabaran atau pasien dengan keterbatasan
gerak lengan. Sikat diletakkan pada daerah pertama dari kedua belas daerah rahang dengan
bulu-bulu yang terletak pada mukosa alveolar, menghadap ke luar dari permukaan oklusal.
Sisi-sisi sikat menekan attached gingiva dan daerah sulkus. Bulu sikat kemudian diputar
melewati gingiva ke arah oklusal dengan tetap mempertahankan sisi sikat yang menekan
jaringan (ja ringan tampak pucat) dan dengan bulu sikat yang menyapu daerah embrasur.
Gerakan ini diulangi 8 kali untuk tiap daerah. Den.gan menganggap bahwa daerah bukal telah
disikat, maka penyikatan dapat dilanjutkan di lingual dan diulangi untuk seluruh rahang. Baru
kemudian permukaan oklusal disikat dengan gerak ke depan dan ke belakang. Yang perlu
diperhatikan pada penyikatan adalah sikat harus digunakan seperti sapu, bukan seperti sikat
untuk menggosok. Sikat sering digerakkan secara vertikal untuk permukaan lingual gigi seri
atas dan bawah.







Gambar 21. Penempatan sikat yang tidak tepat. Di sini ujung bulu sikat menekankan gigi-
gigi, tetapi tidak dapat beradaptasi dengan bentuk gigi-gigi dan oleh karena itu, tidak dapat
masuk ke embrasur. Tidak penting apakah pasien menggerakkan sifat ke atas dank e bawah
atau melewati daerah penempatan tersebut. Di sini efeknya tetap kurang memadai dan malah
dapat menimbulkan kerusakan.













Gambar 22. a. Penempatan sikat yang tepat untuk beradaptasi dengan bentuk gigi-gigi dan
gingiva. b, Daerah lingual bawah sering sulit disikat

Teknik Bass

Merupakan salah satu teknik yang popular dan tergantung pada penggunaan sikat
plastik yang kecil dan berbulu jamak. Sikat digunakan pada daerah yang sama dengan cara
serupa tetapi dengan sikat yang membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi-
gigi dan mengarah ke sulkus gingiva. Sikat diusahakan untuk masuk ke sulkus dan diputar
perlahan-lahan dalam putaran kecil tanpa menggerakkan ujung sikat dari daerah servik.
Dengan cara ini, daerah gingiva dari gigi dan poket dapat dibersihkan. Gerakan tersebut
diulangi pada daerah yang berdekatan dengannya. Ada beberapa dokter gigi yang
menganjurkan gerak sikat ke depan dank e belakang pada daerah sulkus bukan gerak
melingkar. Tampaknya kurang ada pilihan lain dari kedua gerak tersebut. Daerah lingual dari
gigi-gigi depan disikat dengan gerak yang sama tetapi dengan letak sikat yang vertikal.

Teknik Charter
Dewasa ini telah jarang digunakan tidak seperti metode Bass dan terdiri dari gerak
yang pada dasarnya sama kecuali bahwa sikat diletakkan ke arah oklusal pada sudut 45
derajat, tidak terdapat gerak sikat pada sulkus gingiva tetapi terdapat gerak berputar untuk
membersihkan embrasur proksimal.
Berbagai metode ini jangan diajarkan secara umum pada pasien tetapi kemampuan
pasien untuk melakukan pengkontrolan plak yang baik dengan metode yang paling sederhana
harus dievaluasi terlebih dahulu dan perbedaan susunan gigi, bentuk rahang dan besarnya,
inklinasi dan kemampuan manual dadpat mengubah cara pengajaran kepada pasien. Hal ini
menunjukkan perlunya pengajaran pribadi dan kekurangan dari pengajaran kelompok.

Pemeriksaan
Setelah dilkakukan pengajaran, pasien diminta untuk menyikat gigi-giginya dengan
cara tersebut, dan dokter gigi atay hygienist dapat membantu dengan menempatkan sikat
pada posisi yang tepat dan menuntut gerak tangan atau lengan. Setelah ini, dapat digunakan
larutan disklosing dan diperlihatkan jumlah plak yang masih tersisa.
Prosedur yang sama juga harus dilakukan pada kunjungan berikut kira-kira 1 minggu
kemudian, dengan menggunakan discklosing plak untuk menunjukkan daerah-daerah yang
terlewatkan.
Harus tetap diberikan penjelasan lebih lanjut, diperlukan waktu 3 4 kunjungan agar
pasien benar-benar menguasai cara pengkontrolan plak.


Pasta Gigi
Walaupun cara penghilangan debris dan plak dari permukaan gigi dan gingiva bersifat
mekanis, tetapi kita jangan melupakan peranan pasta gigi yang baik. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh suatu lembaga non dental (Lembaga konsumen, 1974) tentang pasta gigi,
mengatakan bahwa pasta gigi tidak perlu digunakan, karena sikat gigilah yang berfungsi
untuk membersihkan. Juga dianjurkan kepada pembaca untuk membeli pasta gigi yang
semurah mungkin (tetapi yang mengandung fluoride) dengan disertai daftar harga dari
supermarket lokal.
Sebagai seorang dokter gigi dan penasehat profesional, kita mempunyai tanggung
jawab yang lebih besar. Pasien biasanya mengharapkan nesehat lain selain gunakan pasta
gigi yang mempunyai rasa yang paling anda sukai atau gunakan pasta gigi yang paling
murah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga yang sama (Lembaga konsumen,
1980) dan dipublikasikan dalam artikel Perawatan Gigi, mencantumkan daftar dari sikat
gigi, pasta gigi dan alat-alat Bantu lain untuk pembersihan gigi.
Walaupun kita tidak perlu memilihkan jenis pasta gigi tertentu untuk pasien, tetapi
sebaiknya beritahukan kepada pasien satu atau dua merek pasta gigi yang anda anggap baik
dan aman, serta yang anda perkirakan mempunyai rumus yang konstan. Salah satu bahaya
dari memperkenalkan jenis pasta gigi yang ada di supermarket adalah bahwa pasta gigi
tersebut merupakan produk buatan dari pabrik yang tidak dikenal dan yang kadang-kadang
dijual hanya pada saat pasta gigi tersebut sedang populer saja. Tanpa jaminan dari pabrik
yang sudah punya nama, pembuatan produk dapat dihentikan atau formulanya diubah agar
lebih dapat dijangkau oleh masyarakat banyak. Karena sebagian besar pabrik pembuat pasta
gigi yang diakui dewasa ini mempunyai lisensi, maka sebaiknya dokter gigi menganjurkan
penggunaan pasta gigi dari pabrik-pabrik yang sudah mempunyai lisensi tersebut.
Bila dilihat dari segi terapeutik, pasta gigi yang dapat dianjurkan kepada pasien
adalah yang mengandung fluoride, dan yang dibuat dan dipasarkan setelah penelitian dan
pemeriksaan yang teliti.


Pasta Gigi Khusus
Pada beberapa pasien dengan daerah servikal gigi yang sensitif, dapat digunakan pasta
desensitisasi seperti misalnya Sensodyne atau emoform (Thermodent). Walaupun ada
beberapa pasien yang mengatakan bahwa mereka dianjurkan untuk menggunakan pasta gigi
ini untuk merawat gingivitis atau periodontitis, tetapi penggunaan pasta gigi ini belum
terbukti manfaatnya untuk hal tersebut. Satu-satunya manfaat dari pasta gigi tersebut adalah
untuk menghilangkan gejala-gejala dari sensitivitas dentin bukan untuk merawat gingiva.
Sebelum merawat daerah yang menimbulkan rasa sakit dengan cara ini, harus dilakukan
penelitian yang lebih menyeluruh tentang penyebabnya.
Bila pasta ini digunakan, pasien harus diminta untuk menggunakannya dalam jumlah
sedikit seperti pada penggunaan pasta gigi yang biasa dan diikuti dengan pengulasan pasta
ke daerah yang sensitif.


ALAT-ALAT PEMBERSIH YANG LAIN

Dental Floss
Dental floss dapat dilapisi atau tidak dilapisi dengan malam. Dental floss dengan lebar
ganda, Dentotape mungkin merupakan dental floss yang paling mudah digunakan. Dewasa
ini, ada kecenderungan untuk menggunakan floss yang tidak dilapisi dengan malam, karena
floss ini dianggap dapat mendorong dan mengeluarkan plak dan debris, serta dapat
membersihkan daerah interdental dengan lebih baik. Floss yang dilapisi dengan malam telah
sejak lama digunakan dengan hasil yang baik, tetapi hanya ada beberapa pasien yang
sekarang tetap menggunakannya. Walaupun pasien umumnya mau menerima penggunaan
sikat gigi sebagai bagian dari prosedur perawatan sehari-hari, tetapi floss tidak semudah itu
diterima, dan cara penggunaannyapun cukup sulit. Walaupun teknik penggunaan floss
tampaknya sudah dikuasai dengan baik, tetapi hasil penelitian yang kami lakukan
menunjukkan bahwa terlalu banyak pasien yang meninggalkan cara ini dalam waktu yang
tidak terlalu lama.


Teknik Penggunaan Floss
Harus selalu diajarkan penggunaan floss secara lisan. Instruksi tertulis hanya dapat
berguna, bila telah diberikan instruksi lisan dan latihan praktis. Floss dipotong sepanjang 6
inci, dan ujung-ujungnya diikat untuk membentuk suatu lingkaran. Lingkaran dipegang
seperti telihat pada Gambar 24a, di antara gigi-gigi bawah. Floss dipegang dengan kuat
antara jari, dan dimasukkan perlahan-lahan, dari permukaan oklusal, melewati daerah titik
kontak, ke bawah ke cervix gingiva, di mana bila mungkin floss harus dapat melewati
permukaan gigi, ke bawah cervix, dan kedua tangan digerakkan sedekat mungkin, sehingga
floss terletak di sekitar setengah keliling gigi. Pada posisi ini, floss ditarik perlahan-lahan ke
oklusal, dengan tetap berkontak dengan permukaan gigi ini harus diulangi dan kemudian
permukaan gigi tetangga di dekat daerah embrasure dibersihkan dengan cara yang sama.
Instruksikan kepada pasien untuk membersihkan semua daerah proksimal, dengan mengganti
posisi jari seperti telah disebut di atas. Bila floss tidak dapat dilewatkan melalui daerah
kontak, (misalnya, kontak penyolderan dari pontic bridge atau splint) maka dapat diguankan
floss dalam bentuk benang, yang dapat dilewatkan melalui daerah titik kontak (misa Nupon
dan Zon).
Pasien biasanya akan mengalami kesulitan yang lebih besar pada penggunaan floss
yang tidak dilapisi malam dan sangat meragukan apakah manfaatnya dapat melebihi kesulitan
yang ada, atau apakah penggunaan ini dapat mempunyai manfaat selain untuk salesmannya,
hill, Levi dan Glickman (1973) menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang besar dari
penurunan jumlah plak interdental dan peradangan interdental gingiva baik karena penyikatan
gigi maupun karena penyikatan gigi yang diikuti dengan penggunaan floss baik yang dilapisi
atau yang tidak dilapisi malam. Ada banyak alat pemegang floss yang dijual di pasaran, tetapi
tidak ada satupun yang dianjurkan penggunaannya, karena penggunaan alat ini tidak lebih
mudah daripada flossnya sendiri (lihat bab 5).

Tusuk Gigi Kayu (Gambar 25)
Banyak pasien yang dapat dengan mudah menggunakan tusuk gigi kayu ini
(Sanodent, dll. lihat Lampiran I). Tusuk gigi dan alat-alat pembersih yang lain, hanya dapat
digunakan bila ada ruang interdental yang cukup lebar, yang tidak terisi oleh jaringan
gingiva. Kita harus berhati-hati dalam mengajarkan penggunaan tusuk gigi kayu ini. Tusuk
gigi ini jangan digunakan sebagai penyongkel suatu hal yang cenderung dilakukan oleh
pasien tetapi tusuk gigi tersebut harus diletakkan pada daerah embrasure dengan bagian
ujung yang runcing terlebih dahulu, dengan membentuk sudut 45 derajat terjadap sumbu
panjang gigi, dan bagian yang tajam dari tusuk gigi kayu terletak menjauhi gingiva. Tusuk
gigi digerakkan 12 kali pada setiap daerah, dengan bagian ujungnya yang menghadap ke
koronal. Sebaikny ajarkan kepada pasien cara pemberihan yang teratur, yaitu pasien harus
mulai melakukan pembersihan pada suatu daerah tertentu dan melanjutkannya ke seluruh
daerah rongga mulut yang lain, sampai kembali ke daerah semula. Harus ada peraturan
tentang penggunaan tusuk gigi kayu, sehingga tidak ada daerah yang terbaikan. Kadang-
kadang sulit untuk mencapai ruang di bagian belakang rongga mulut, untuk ini ada beberapa
alat dan teknik lain yang dapat dipakai. Tusuk gigi Portia (yang merypakan tipe tusuk gigi
yang asli) harganya tidak terlalu mahal dan umumnya dapat digunakan untuk hampir semua
pasien, tetapi karena tusuk gigi ini terbuat dari kayu yang keras, dan tidak mengerut bila

digunakan, maka tusuk gigi ini memerlukan ruang yang sedikit lebih besar daripada yang
diperlukan oleh tusuk gigi Stimudent, yang lebih dapat mengerut.

Sikat Interdental (Gambar 26, 27)
Sikat Halex interspace atau Wisdom Spacemaster (lihat Gambar 26), mempunyai
kelebihan yaitu bahwa sikat dapat mencapai daerah belakang rahang dengan mudah dan
pasien jarang mengalami kesulitan dalam penggunaannya. Selain itu, sikat gigi ini juga tidak
mahal. Dengan sikat gigi ini kita juga dapat membersihkan embrasure baik dari lingual
maupun labial, sikat-sikat interdental yang kecil lainnya umumnya disposable dan dipasang
pada pegangan logam dengan bantuan screw ring (Perio-aid, Perio-pak). Sikat interdental ini
biasanya mahal tipe sikat yang dapat di bersihkan (bottle washing type) dapat dengan
mudah menghilangkan plak dari gigi-gigi belakang: sikat serupa yang dapat digunakan
adalah tipe sikat yang kecil yang dipasarkan untuk membersihkan tangkai dari alat cukur
listrik. Semua jenis sikat interdental ini digunakan dengan cara menempatkannya di
embrasur, pada sudut yang sama dengan penggunaan tusuk gigi kayu.

Strip Kasa (Gambar 28)
Bila ruangan dii antara gigi-gigi lebar, maka permukaan proksimal gigi-gigi dapat
dibersihkan dengan strip kasa yang berukuran inci (untuk ini sebaiknya gunakan gulungan
kasa).

Kain untuk Memoles
Dapat digunakan kain (handuk kecil yang dipotong sesuai dengan bentuk jari, dan
kadang-kadang dijahit berbentuk tertentu oleh staf dokter gigi, pada saat ia tidak sibuk) untuk
memoles permukaan semua gigi-gigi sebelum disikat. Walaupun tindakan ini tampaknya
lebih merepotkan pasien, tetapi akan sangat berguna sebagai alat khusus untuk keadaan-
keadaan tertentu, misalnya pada anak cacat, di mana si ibu atau anggota keluarga yang lain
akan dapat membersihkan gigi dengan mudah bila digunakan kain dari pada sikat gigi.

Cara Membersihkan Lidah
Pada beberapa pasien, lidah dapat mempunyai peranan yang penting dalam terjadinya
infeksi rongga mulut, terutama pada kasus halitosis. Keadaan ini dapat mempunyai hubungan
dengan penimbunan sisa makanan di sekitar gigi-gigi dan ketidakaktifan lidah, yang
merupakan salah satu faktor penyebab penimbunan sisa makanan tersebut. Kami menemukan
bahwa pada perokok berat, terutama yang menggunakan pipa, aktivitas lidah akan berkurang,
mungkin disebabkan oleh terbakarnya ujung lidah. Aktivitas liudah akan kembali normal, 3
bulan setelah pasien berhenti merokok. Timbunan sisa makanan yang terdapat di lidah dapat
dihilangkan dengan menggunakan sikat gigi atau dengan pengerok lidah (Gambar 29),
dengan sedikit kecenderungan untuk terjadinya goresan.


FREKUENSI MAKAN DAN KESEHATAN GIGI


Frekuensi makan dan minum tidak hanya menentukan timbulnya erosi, tetapi juga
kerusakan karies. Sejak studi Stephan dan Miller (1943) diketahui, bahwa penerimaan gula
dalam plak hanya berakibat suatu pembentukan asam sementara.
Jumlah dorongan asam yang banyak itu pada pemakaian frekuensi tinggi makanan
dan minuman yang mengandung gula dalam waktu lama member serangan asam dan
dekalsifikasi jaringan keras gigi. Bagaimana relevan pendapat teoritis ini adalah juga praktis
telah ditunjukkan oleh Vipeholm pada 436 anak cacat mental dalam suatu insitutusi. Dalam
suatu eksperimen karies secara longitudinal dengan berbagai fase dan kelompok penelitian,
responden mendapatkan gula antara atau hanya pada waktu makan utama. Jumlah besar gula
yang eksterm sekalipun (sampai 330 gram sehari) asal digunakan dalam empat waktu makan,
menyebabkan rata rata kurang dari pada satu kavitas karies yang baru pada setiap individu
setiap tahun, sedangkan 30 sampai 100 gram adalah sangat kariogenik, apabila digunakan
tersebar antara waktu makan dalam bentuk makanan kecil (gambar 8.4).
Juga dalam eksperimen tikus dapat ditunjukkan korelasi positif antara frekuensi makan
dan aktivitas karies (gambar 8.5).


Hasil penelitian ini menganjurkan supaya makanan yang mengandung gula dan
minuman yang mengandung gula jangan digunakan tersebar sepanjang hari tetapi pada tiga
waktu makan utama. Saran yang diberikan atas pertimbangan pencegahan karies sehubungan
dengan aspek medis pengetahuan tentang makanan terhadap masalah ini masih akan
diuraikan lagi.



MODEL PENYULUHAN TENTANG MAKANAN
Baik di negara berkembang maupun di negara maju timbul masalah yang ada
hubungannya dengan makanan. Anjuran anjuran untuk memilih makanan sehat sangat
tergantung pada keadaan setempat. Anjuran anjuran dalam keadaan tidak cukup makanan
terutama diarahkan untuk mendapatkan jumlah energi yang diperlukan. Di negeri Belanda
misalnya lebih terletak pada belajar mengatasi penawaran makanan yang begitu besar dan
bervariasi. Pada kasus ini tampaknya ada masalah energy yaitu masing masing dengan
kekurangan dan kelebihan energy makanan. Selanjutnya untuk kedua keadaan ini ada suatu
masalah mengenai persediaan makan yang mengandung zat makanan yang baik. Dalam
keadaan kekurangan, terutama menyangkut kekurangan protein dan berbagai vitamin dan
mineral. Dalam keadaan kebanyakan masalahnya terletak pada pemasukan terlalu tinggi
lemak jenuh, gula dan pemasukan rendah hasil nabati yang tidak dihaluskan. Frekuensi
makan dan minum dalam keadaan berlebihan pada umumnya cukup tinggi.
Sebagai rangkuman dapat ditentukan bahwa pada umumnya berlaku bahwa kualitas
pemasukan makanan ditentukan oleh tiga ciri yaitu pemasukan energi yang memadai,
pemasukan bahan gizi yang memadai dan akhirnya pembatasan tertentu penggunaan
makanan kecil antar waktu makan yang mengandung gula. Meskipun diuraikan berbeda,
ketiga sifat ini diterapkan dalam keadaan makanan yang berbeda. Cara menangkapnya
dengan sendirinya berbeda. Kalau perbaikan kekurangan pangan, terutama pada tingkat

politik-ekonomis, pada keadaan negara barat individu lebih dapat mengatur diri sendiri untuk
selalu membuat pilihan yang bijaksana. Karena itu penyuluhan juga harus bicara kepada
individu. Di negeri Belanda digunakan sejumlah model penyuluhan yang menunjukkan
kesamaan yang besar. Di biro penyuluhan untuk makanan, oleh suatu tim orang-orang pandai
di bawah pimpinan Dr. Ir. G. de Bekker dirancang cakram waktu makan sebagai pengganti
cakram lima. Pada cakram waktu makan yang lebih diperhatikan adalah masalah
kemakmuran. Suatu pembatasan pada cakram waktu makan adalah bahwa aspek pemasukan
energi yang memadai dan pembatasan makanan antara waktu makan yang mengandung gula
tidak diuraikan. Model penyuluhan ini seianjutnya adalah lebih sesuai sebagai pembantu
penyuluhan untuk kelompok besar daripada untuk individu. Suatu model yang terutama
memperhatikan keadaan individual adalah tiga pembagian bahan makanan yang dapat dipakal
dalam hubungannya dengan alat ukur makanan. Ini adalah suatu peta yang dapat
menggambarkan pilihan makanan sendiri sepertl halnya pemakaian energi (Garnbar 8.6).
Ketiga ciri pemasukan makanan yang balk yang telah disebut tadi kemudian dapat dievaluasi
secara visual. Pada paragraf berikut akan didalaml tentang kualitas pcmasukan makanan.



Kualitas pemasukan makanan
Pemasukan makanan ditandal oleh : pemasukan jumlah energi, susunan bahan gizi dan
frekuensi berbagai saat makan. Timbul pertanyaan seberapa jauh pemasukan jumlah energi
maslng-masing susunan bahan gizi dan frekuensi makan benar-benar tidak tergantung yang
satu dengan lainnya. Ketidaktergantungan ini di dalam praktek lebih besar dari-pada yang
disangka dahulu. Dari Gambar 8.7 misalnya dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara pemasukan energi total dari masing-masing makanan kaya lemak, dan makanan kaya
karbohidrat (Van Stratum etaL, 1978). Semakin banyak energy digunakan semakin
meningkat kebutuhan energi.
Menurut Astrand dan Rodahl (1970) rasa lapar tidak seirama dengan pemakaian energi.
Pada pemakaian yang sangat rendah relatif dijumpai banyak keinginan, sedangkan pada taraf
yang sangat tinggi, relatif terdapat terlalu sedikit keinginan (gambar 8.8). Mekanisrne ini
dipandang lebih memenuhi untuk penjelasan masalah timbangan badan yang berlebih
daripada mencari penyebabnya dalam susunan bahan gizi yang tidak menguntungkan, seperti
misalnya pemasukan lemak yang terlalu tinggi. Karena itu dipandang bijaksana untuk
menganggap pemasukan jumlah energi sebagai tanda tersendiri kualitas pemasukan makanan.
Pemasukan energi cukup sesuai dengan pemakaian energi individu. Hubungan ini disebut
keseimbangan energi.

Gambar 8.7 Pemasukan energi rata-rata kelompok responden yang diberi makanan
yang masing-masing sangat kaya lemak (47 persen energi lemak) dan miskin lemak (24
persen energi lemak), Kelompok 1 mulai dengan makanan yang kaya lemak dan berakhir
dengan makanan miskin lemak. Kelompok 2 mulai dengan makanan miskin lemak.
Eksperimen ini berjalan empat minggu dan memperlihatkan bahwa kadar lemak makanan
sedikit atau tidak berpengaruh pada pemasukan energi total (Van Stratum et aL, 1978).

Susunan zat gizi dinilai berdasarkan kadar zat gizi makro seperti zat protein, lemak
total, lernak jenuh, asam linol, polisakarida, monosakarida dan disakarida dan kadar zat
makanan mikro seperti vitamin-vitamin dan serabut-serabut. Selanjutnya bahan-bahan yang
tidak menguntungkan seharusnya tidak termasuk dalam bahan makanan. Dari zat gizi makro
dan mikro ini telah diketahui secara global apa komposisi yang benar itu. Dalam situasi
dengan ketidakcukupan makanan yang telah disebutkan lebih dahulu, ada masalah mengenai
persediaan zat protein dan zat gizi mikro, pada apa yang dinamakan penyakit makmur
terutama banyak perhatian ditujukan pada pemasukan zat gizi makro seperti jumlah total
lemak dan komposisi lemak-lemak ini.
Mengenai frekuensi, akhirnya studi Vipeholm yang terkenal itu telah menjelaskan
bahwa karies didasari oleh frekuensi tinggi makan makanan kecil dan tidak disebabkan oleh
komposisi zat gizi yang keliru. Jadi karies tidak disebabkan oleh ketahanan email gigi yang
berkurang, tetapi oleh aktivitas mikroorganisme di dalam mulut sebagai akibat sering
memakai makanan dan minuman yang mengandung gula.
Sebagai rangkuman kualitas pemasukan makanan jadi ditandai oleh:
- Pemasukan energi yang memadai;
- Suatu pembatasan yang memenuhi jumlah yang dianjurkan;
- Suatu pembatasan jumlah pemasukan bahan makanan yang mengandung gula
(monosakarida dan disakarida).
Pada paragraf berikutnya diblcarakan lebih lanjut pada susunan zat gizi bahan makanan
dan pembagian bahan makanan berdasarkan susunan zat gizi.



10.6 FREKUENSI MENYIKAT GIGI
Kesehatan plak mulut tidak dapat lepas dari etiologi, dengan plak sebagai faktor
bersama pada terjadinya karies dan radang periodonsioum. Penting disadari bahwa plak pada
dasarnya dibentuk terus- menerus. Dengan susah payah gigi geligi dan gusi dibebaskan dari
plak segera setelah pelikel baru terbentuk lagi, dan dalam waktu setengah jam bakteri
berkolonisasi di atasnya. Oleh karena itu sama sekali bebas olak secara maksimal hanyalah
dalam waktu yang sangat pendek. Pertanyaanya apakah perlu tiap kali menghilangkan plak
adalah sangat tepat. Pada orang- orang yang gusinya secara klinis kelihatan sehat, secara
mnyebar ditemukan beberapa plak. Rupa- rupanya sejumlah kecil plak tertentu masih dapat
ditoleransi, tanpa menimbulkan gingivitis. Jumlahny pada tiap indivudu bervariasi.
Disamping itu tidak dapat dilupakan bahwa penentuan plak pertama- tama adalah proses
alami, yang belum dapat dikatakan bahwa plak menimbulakan kerugian pada gusi ynag dapat
dilihat. Sebab itu plak harus dihilangkan sebelum berakibat merugikan. Terbukti bahwa
gingivitis cukup dapat dicegah bila gigi- geligi dan gusi sekali dalam dua hari dibebaskan
sama sekali dari plak.
Namun bagi banyak orang adalah sulit untuk mencapai kebersihan mulut mencegah
karies, lebih sikar dijawab. Literature melaporkan tentang penelitian yang berusaha membuat
korelasi antara frekuensi menyikat dan frekuensi karies. Didapatkan hasil yang bertentangan.
Lagi pula suatu hubungan yang positif anatara frekuensi menyikat gigi dan frekuensi karies
belum merupakan bukti bahwa karies gigi dapat dicegah dengan mengosok gigi; itu hanyalah

hubungan antara kedua faktor. Suatu hubungan antara sebab dan akibat yang nyata, seperti
antara menyikat gigi dan gingivitis, tidak ditunjukan antara menyikat gigi dan
berkurangannya kerusakan gigi.
Beberapa orang berdasarkan teori menganggap bahwa agar menyikat gigi itu efektif
terhadap pembentukan asam, maka hal ini harus dilakukan segera setelah makan. Derajat
asam (pH) plak akan turun dalam waktu 5 menit pertama. Beberapa orang bahkan
menentukan lebih baik menyikat gigi dulu sebelum makan, sehingga tidak terdapat bakteri
untuk mengubah karbohidrat menjadi asam. Jelas bahwa nilai praktis perkiraan ini sedikit
karena tidak realistis untuk mengharapkan bahwa orang- orang setiap kali segera setelah atau
sebelum makan menyikat giginya dengan teliti.
Secaara ringkas dapat ditentukan bahwa pada dasarnya cukup untuk sekali dalam 2 hari
membebaskan gigi-geligi dan gusi dari plak untuk mencegah gingivitis. Tetapi sangat sukar
untuk dengan menyikat membuat gigi- geligi sama sekali bebas plak; bahkan bila ditambah
dengan sutera gigi atau lain- lain alat bantu sekalipun. Sehubungan dengan pencegahan
karies, efek meyikat gigi sebagai yang rataa- rata dilakukan, jelas tidak pasti. Meski demikian
berdasarkan keadaan sekarang, public harus diberi penyuluhan. Disini diharapkan adanya
kejelasan dan maksud yang sama. Oleh karena itu harus dibuat perbedan antara penyulahn
umum pada public luas dan penyuluhan pada individu yang telas mempunyai kesehatan
mulut yang memeadai sampai baik.
Bagi public besar berlaku nasihat menyikat gigi 2 atau 3 kali setiap hari. Saat yang
dipilih adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Bagi pasien yang telah
dimotifasi penekatan nasihat dapat diubah sekali sehari dibersihkan dengan baik lebih baik
dari apda sering meyikat tetapi tidak efektif; sebelum tidur malam gigi- geligi dibersihkan
dengan teliti dan disamping itu tentu saja akan lebih menguntungan lagi kesehatan mulut
untuk membersihkan mulut tiap kali setelah makan.

SIKAT GIGI
Sikat gigi dapat dibedakan dalam sikat gigi tangan biasa dan sikat gigi dengan tenaga
listrik.
Sikat gigi tangan yang sangat banyak macamnya yang dijumpai di pasaran berbeda
dalam :
- Bentuk dan besarnya tangkai dan kepala;
- Posisi kepala terhadap tangkai;
- Bulu alami atau tiruan;
- Bulu-bulunya multi-tufted (banyak bekas bulu tiap kesatuan luas) atau Space-tufted
(sedikit berkas bulu tiap kesatuan luas);
- Bulu dipotong membulat atau lurus;
- Kekakuan dan kelenturan bulu;
- Posisi berkas bulu terhadap kepala dan terhadap masing-msaing berkas.
Terdapat penelitian-penelitian yang menghubungkan faktor-faktor tersebut di atas
dengan kemampuan menghilangkan plak dan atau memberantas gingivitas. Beberapa penulis
berkesimpulan bahwa besarnya kepala tidak memperlihatkan beda efek, tetapi sebagian besar
lebih senang dengan sikat yang berkepala pendek, sebab dengan sikat macam ini dapat
mencapai tempat-tempat yang ruangannya terbatas.

Penelitian yang berhubungan dengan jumlah berkas bulu pada kepala sikat memberikan
hasil yang sama baik atau lebih baik pada sikat yang mempunyai berkas bulu banyak.
Sehubungan dengan jenis bulu yang digunakan pada sikat gigi pada umumnya orang
berpendapat bahwa bulu tiruan lebih disenangi berdasarkan pertimbangan kesehatan,
bekerjanya abrasif, kemungkinan standarisasi atau sifat fisis lainnya. Kekakuan bulu-bulu
sikat yang merupakan suatu variabel yang berhubungan dengan efek pembersihan dan trauma
akibat menyikat juga diselidiki. Kekakuan bulu-bulu sikat yang merupakan suatu variabel
yang berhubungan dengan efek pembersihan dan trauma akibat menyikat juga diselidiki.
Kekakuan bulu sikat trauma ditentukan oleh ketebalan dan panjang bulu. Makin tebal atau
pendek bulu-bulunya kekakuan makin meningkat; kebanyakan disebut sikat keras.
Diperkirakan bahwa sikat keras mempunyai abrasivitas yang besar, tetapi berbagai penelitian
tidak menemukan perbedaan antara sikat keras dan sikat lunak. Masih merupakan pertanyaan
apakah sikat sendiri mempunyai pengaruh abrasif yang penting. Lain-lain faktor seperti pasta
gigi dan frekuensi menyikat dalam hal ini mungkin lebih penting. Kekacauan akan menjadi
lebih besar kalau terbukti bahwa kualifikasi keras dan lunak ditangani tanpa pedoman.
Sifat medium merek yang satu lebih keras daripada luar biasa keras merek yang lain.
Bahkan dalam satu macam merek yang sama ternyata dijumpai variasi yang besar.
Pada pertanyaan seberapa lama kita dapat menggunakan sikat gigi sebelum diganti
dengan yang lain, tidak terdapat jawaban standar. Bergstrom (1973), berdasarkan
penemuannya pada penelitian tentang koleksi sikat yang diujicobakan pada 1045 orang di
Swedia, menganjurkan suatu periode 3,3 bulan. Bagi pasien pribadi penting diarahkan bahwa
cara menggunakan sikat lebih penting daripada lamanya pemakaian. Lebih baik
memperlihatkan kepada pasien suatu contoh sikat yang perlu diganti daripada menyebutkan
suatu periode (lihat gambar 10-1). Waktunya adalah bila bulu-bulunya berdiri saling
berjauhan dan ujung-ujungnya mulai membengkak. Pemilihan sikat gigi karena adanya
penemuan yang kontroversial menjadi tidak lebih mudah. Justru karena terdapat banyak
variabel yang sukar diawasi yang mempengaruhi hasil penelitian, maka tidak mungkin untuk
menilai masing-masing bagian suatu sikat gigi tertentu pada nilainya yang pasti. Dalam
situasi dengan banyak ketidakjelasan, secara teratur dilihat usaha-usaha untuk menghindari
keadaan yang membingungkan. Ini terjadi antara lain karena adanya konsep baru, yang
semuanya tentu saja kelihatannya memberikan banyak harapan. Dalam literatur sekali-sekali
terbit laporan mengenai sikat gigi rancangan baru. Tidak ada alasan sementara ini untuk
memberikan arti pada rancangan baru ini. Seringnya jenis baru sikat gigi dijumpai di pasar
membuktikan penciuman tajam beberapa instansi komersial untuk mengeruk keuntungan.
Pengajuan hak milik / klaim yang merekat buat mengenai kualitas gemilang sikat
mereka hanya dapat bertahan selama profesi tidak berhasil menyusun kriteria yang ada dasar-
dasarnya.
Secara ringkas mengenai sikat gigi dapat dikatakan bahwa disini berlaku bila pasien
dapat mencapai kebersihan mulut yang efektif dengan jenis sikat tertentu, lebih baik
dibiarkan saja. Lebih baik digunakan sikat dengan berkas bulu-bulu banyak. Alasan untuk ini
adalah bahwa kenyataannya luas elemen-elemen dan gingiva yang berkontak dengan bulu
sikat adalah terbesar pada sikat gigi dengan berkas bulu yang banyak. Hal yang merugikan
adalah bahwa pembersihannya sukar. Sikat gigi dengan kepala yang tidak begitu besar
biasanya lebih mudah digerakkan dibagian belakang mulut. Akhirnya : Konig (1971)

menyatakan bahwa sikat gigi yang terbaik adalah sikat gigi yang paling sering digunakan
pasien.
Melihat kembali hasil penelitian dapat ditentukan bahwa tidak terdapat banyak data
yang disediakan, berdasarkan data menurut pengetahuan, untuk memformulasi secara teliti
tuntutan yang harus dipenuhi oleh sikat gigi. Dalam batasan ini pedoman berikut dapat
digunakan sebagai petunjuk:
- Kepala sikat hendaknya jangan terlalu besar: untuk orang dewasa maksimal 29 x 10mm;
sikat gigi anak maksimal 24 x 8 mm bila gigi molar kedua telah erupsi dan maksimal 20 x
7 mm setelah gigi-gigi molar pertama muncul; sikat anak balita khusus untuk gigi-geligi
sulung maksimal 18x7 mm;
- Bulu-bulu sikat harus dipotong lurus horisontal;
- Ujung bulu-bulu sikat harus membulat;
- Panjang bulu-bulu sikat harus membulat;
- Panjang bulu-bulu sikat untuk orang dewasa maksimal dapat 10 x 12 mm, sikat anak-anak
8 x 10 mm dan sikat anak balita 7 x 8 mm;
- Bulu sikat sebaiknya dengan berkas bulu banyak;
- Tangkai seharusnya merupakan kepanjangan dari kepala sikat;
- Tangkai sikat seharusnya cukup kuat agar terletak baik dalam tangan;
- Pada sikat gigi anak-anak tangkai harus relatif agak panjang, sehingga orang tua/perawat
juga dapat berpegang dengan baik pada sikat gigi (minimal 14 cm).
Pada gambar 10-1 terdapat contoh sikat gigi yang dapat digunakan dengan baik.


2. Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut
Untuk mengukur kebersihan gigi mulut kita menggunakan Oral Hygiene Index
Simplified dari Green dan Vermilion. OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan Debris
Index dan Kalkulus Index.


Atau



Untuk menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang yang dilihat adalah adanya debris (plak)
dan kakulus pada permukaan gigi. Pemeriksaan klinis yang dilakukan untuk memudahkan
penilaian. Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan
tertentu dari gigi tersebut yaitu :
Untuk rahang atas yang diperiksa :
a. Gigi M 1 kanan atas pada permukaan bukal.
b. Gigi I 1 kanan atas pada permukaan labial.
c. Gigi M 1 kiri atas pada permukaan bukal.
Untuk rahang bawah, yang diperiksa :
a. Gigi M 1 kiri bawah, permukaan lingual.
b. Gigi I 1 kiri bawah bawah pada permukaan labial.
OHI-S = Debris Index + Kalkulus Index
OHI-S = DI + Cl

c. Gigi M 1 kanan bawah pada permukaan lingual.
Bila ada kasus salah satu dari gigi gigi tersebut tidak ada (telah dicabut atau tinggal sisa
akar), penilaian dilakukan pada gigi gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk
mewakilinya, yaitu :
a. Bila gigi M 1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi
M 2 rahang atas atau rahang bawah.
b. Bila gigi M 1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M 3 rahang atas atau pada rahang bawah.
c. Bila M 1, M 2 dan M 3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
d. Bila gigi I 1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada I 1 kiri rahang atas.
e. Bila gigi I 1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
f. Bila gigi I 1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I 1 kanan
rahang bawah.
g. Bila gigi I 1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
Bila terdapat kasus beberapa gigi diantara keenam gigi yang seharusnya di periksa tidak ada,
debris index dan kalkulus masih dapat di hitung apabila terdapat paling sedikit 2 gigi yang
dapat dinilai.
Penilaian dapat diperoleh dengan melakukan pemeriksaan hanya pada gigi permanen.
Pelaksanaan pemeriksaan untuk penilaian debris index dan kalkulus index :
a. Sebelum kita menilai untuk debris atau kalkulus, pertama-tama permukaan gigi yang
akan dilihat dibagi dengan garis garis khayalan menjadi 3 bagian yang sama
luasnya.
Bagian A1 = 1/3 permukaan gigi bagian servikal.
Bagian A2 = 1/3 permukaan gigi bagian tengah.
Bagian A3 = 1/3 permukaan gigi bagian incisal.
b. Penilaian debris index
a) Untuk pemeriksaan kita menggunakan alat sonde atau periodontal exploare.
Pertama-tama lakukan pemeriksaan debris pada 1/3 permukaan incisal / oklusal
gigi, jika pada daerah ini ada debris yang terbawa sonde, nilai yang akan diperoleh
untuk gigi tersebut adalah 3. Sonde diletakkan secara mendatar pada permukaan
gigi.
b) Bila pada daerah 1/3 incisal / oklusal tidak ada debris yang terbawa sonde,
pemeriksaan dilanjutkan pada bagian 1/3 tengah. Jika ada debris yang terbawa
oleh sonde dibagian ini, nili untuk gigi tersebut adalah 2.
c) Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 tengah tidak ada debris yang terbawa sonde,
pemeriksaan dilnjutkan ke 1/3 bagian servikal. Jika ada debris yang terbawa sonde
dibagian ini, penilaian untuk gigi tersebut adalah 1.
d) Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 servikal tidak ada debris yang terbawa sonde
(bersih), penilaian untuk gigi tersebut adalah 0. Pemeriksaan dilakukan pada gigi
selanjutnya.
Penilaian kalkulus indeks

a. Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu kita perhatikan jenis karang gigi yang berada
pada permukaan gigi. Apakah karang gigi supragingival atau subgingival?? Posisi
karang tersebut
1) Karang gigi supragingival terletak di atas tepi gingival margin.
2) Karang gigi subgingival terletak diatas tepi gingival margin.
b. Untuk memperoleh kalkulus indeks, cara pemeriksaan hamper sama dengan
pemeriksaan untuk memperoleh debris indeks.
Untuk penilaian debris indeks dan kalkulus indeks perhatikan dengan seksama criteria
kriteria penilaiannya. Hasil debris indeks dan kalkulus indeks biasanya dalam bentuk
pecahan, ini harus diubah menjadi decimal (dua angka dibelakang koma).



KRITERIA PENILAIAN DEBRIS
KRITERIA NILAI GAMBAR
1. Pada permukaan gigi yang terlihat,
tidak ada debris atau perrawatan
ekstrinsik.
0

2. a. Pada permukaan gigi yang terlihat,
ada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas 1/3
permukaan atau kurang dari 1/3
permukaan.
b.Pada permukaan gigi yang terlihat,
tidaka ada debris lunak, tetapi ada
pewarnaan ekstrinsik yang menutupi
permukaan gigi sebagian atau
seluruhnya.
1

3. Pada permukaan gigi yang terlihat
ada debris lunak yang menutupi
permukaan tersebut seluas lebih dari
1/3 permukaan gigi, tetapi kurang
dari 2/3 permukaan gigi.
2

4. Pada permukaan gigi yang terlihat,
ada debris yang menutupi
permukaan tersebut seluas lebih dari
2/3 permukaan atau seluruh
permukaan gigi.
3







Contoh:

b.kr M 1 b.kn I 1 b.kn M 1
2 0 3
1 2 -
M 1
1. kr
I 1
1. kn
M 1
1. kn








Contoh :
a. Pasien A : DI = 4
b. Pasien B : DI = 3
c. Pasien D : DI = 2
d. Pasien E : DI = 1


Penilaian debris indeks adalah sebagai berikut :
1) Baik (good), apabila nilai berada diantara 0 0,6.
2) Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 0,7 1,8.
3) Buruk (Poor), apabila nilai berada diantara 1,9 3,0.





KRITERIA PENILAIAN KALKULUS
KRITERIA NILAI GAMBAR
5. Tidak ada karang gigi 0
6. Pada permukaan gigi yang terlihat
karang gigi supragingival menutupi
permukaan gigi kurang dari 1/3
permukaan gigi.
1

7. a. pada permukaan gigi yang terlihat,
ada karang gigi supra gingival
menutupi permukaan gigi lebih dari
2/3 permukaan gigi.
b. sekitar bagian servikal gigi
terdapat sedikit karang gigi
subgingival.
2

8. a. Pada permukaan gigi yang terlihat,
ada debris yang menutupi
3


permukaan tersebut seluas lebih dari
2/3 permukaan atau seluruh
permukaan gigi.
b. pada permukaan gigi ada karang
gigi subgingival yang menutupi dan
melingkari seluruh servikal ( a
continous band of subgingival
kalkulus).







Contoh:
b.kr M 1 b.kn I 1 b.kn M 1
1 0 1
- 0 2
M 1
2. kr
I 1
2. kn
M 1
2. kn








Contoh :
e. Pasien A : CI = 1
f. Pasien B : CI = 0
g. Pasien D : CI = 2
h. Pasien E : CI = 1.5


OHI-S Atau Oral Hygine Index Simplifed Ini Merupakan Hasil Penjumlahan Debris Index
Dan Kalkulus Index.
Rumus OHI-S = Debris Index + Kalkulus Index
Contoh :
Pasien A : DI = 2 Ca I = 1
Maka OHI-S pasien A = 2 + 1 = 3
OHI-S rata rata merupakan jumlah total OHI-S Dibagi jumlah pasien / anak yang diperiksa.




Contoh :
Pasien A : DI = 2, Ca I = 1, maka OHI-S = 3
Pasien B : DI = 3, Ca I = 2, maka OHI-S = 5

Pasien C : absen
Pasien D : DI = 1, Ca I = 0, maka OHI-S = 1
Pasien E : DI = 0, Ca I = 0, maka OHI-S = 0



Penilaian OHI-S skore adalah sebagai berikut :
4) Baik (good), apabila nilai berada diantara 0 1,2.
5) Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 1,3 3,0.
6) Buruk (Poor), apabila nilai berada diantara 3,1 6,0.

Anda mungkin juga menyukai