BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tomografi single dari struktur wajah yang termasuk kedua lengkung rahang
maksila dan mandibula dan struktur jaringan penyangga dengan distorsi dan
overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontra lateral. Foto panoramik
kedokteran gigi karena teknik yang sederhana, gambaran seluruh jaringan gigi
yang luas dari tulang fasial dan gigi, dosis radiasi yang rendah, pemeriksaan yang
panoramik memerlukan waktu yang singkat sekitar tiga sampai empat menit, dan
terpenting adalah analisis sistematis dari gambaran dan melalui pengertian dari
struktur anatomi yang terlihat (White and Pharoah, 2009). Interpretasi struktur
anatomi normal pada radiologi panoramik dan proses patologis cukup rumit
2009).
rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan (White
Teknik dan posisi yang tepat, bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya,
tetapi memiliki beberapa tahapan umum yang sama pada semua alat dan dapat
dirangkum, meliputi:
a. Persiapan alat :
1. Mempersiapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital, kemudian
4. Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naikkan atau
turunkan tempat kepala sesuai posisi kepala yang benar sehingga pasien
dapat diposisikan
digunakan
b. Persiapan pasien
dan jika perlu dilakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat telah
berfungsi
3. Pasien diminta memakai pelindung apron, pastikan pada bagian leher tidak
4. Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk
8. Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu
c. Persiapan operator :
tempatnya
2.2. Mandibula
Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat
dan kuat. Mandibula berfungsi dalam proses pengunyahan, penelanan dan bicara.
Mandibula merupakan tulang rahang yang kuat, tetapi juga sering mengalami
cedera disebabkan posisinya yang menonjol pada tulang wajah, dan tulang rahang
yang umum menerima benturan, baik yang sengaja maupun tidak sengaja (Pearce,
sebagai tulang panjang, dengan dua prosesus untuk perlekatan otot dan prosesus
panjang mandibula disebabkan adanya aposisi di sisi posterior ramus dan terjadi
pada dagu tetapi tidak terjadi lagi sesudah masa remaja. Pertumbuhan berakhir
pada usia 15 tahun untuk wanita dan sekitar 17 tahun untuk pria (Raharjo,2009).
a. Korpus
1. Permukaan eksternus
10
Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini terdapat suatu
linea oblique yang meluas dari ujung pinggir anterior ramus menuju ke bawah dan
ke muka serta berakhir pada tuberkulum mentale di dekat garis tengah, dan
terdapat juga foramen mentale yang terletak di atas linea oblique dan simphisis
menti yang merupakan rigi garis tengah yang tidak nyata di bagian atas pada
tengah yaitu tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari korpus mandibula
(Thomson, 2000).
2. Permukaan internus
Permukaan internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak sebuah
linea mylohyodea, yang meluas oblique dari di bawah gigi molar ke tiga menuju
ke bawah dan ke muka mencapai garis tengah, linea mylohyodea ini menjadi
masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk
gigi premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua setelah gigi- gigi tanggal
lekuk- lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan
dengan pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir bahwa ini terletak pada
batas gigi molar tiga, di tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa
digastrika yang merupakan lekukan oval terletak pada masing masing sisi dari
garis tengah pada bagian origo dari venter anterior, muskulus digastrikus atas
b. Ramus
licin berhubungan dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan ini merupakaan
dari kanalis mandibularis yang dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh-
kondiloideus.
b) Pinggir bagian anterior, memanjang ke bawah dengan garis oblique.
c) Pinggir bagian posterior, terdapat alur-alur tebal yang merupakan
penyusun utama tulang adalah protein yang di sebut kolagen serta mineral tulang
(kalsium fosfat). Lebih dari 99% kalsium dari tubuh terdapat dalam tulang dan
12
gigi, 1% terdapat dalam darah. Tulang dalam tubuh terdiri dari dua tipe, yaitu
cortical dan trabecular. Tulang korteks adalah tulang yang padat dan merupakan
bagian terluar dari tulang. Tulang trabekular adalah jaringan halus seperti spons
yang berada dalam tulang padat atau tulang korteks. Massa trabekular adalah 20%
dari massa tulang, sedangkan massa tulang korteks 80% dari massa tulang (White,
2002).
Massa tulang ditentukan oleh faktor genetik, namun yang paling penting
saat masih janin dan umumnya akan bertumbuh dan berkembang terus sampai
dan usia yang lebih panjang, maka perempuan lebih beresiko mengalami
tulang pada wanita karena osteoklas menjadi lebih aktif, sehingga terjadinya
penurunan massa tulang pada laki-laki lebih lambat dari pada perempuan
diantaranya:
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan karakteristik biologis yang dikenali dari
kali lebih besar dari laki-laki untuk terkena osteoporosis disebabkan kehilangan
13
estrogen mulai menurun kadarnya sejak usia perempuan 35 tahun dan menopause
yang dapat terjadi pada usia 45 tahun, sehingga menyebabkan aktivitas sel
none mass laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Laki-laki usia muda
2. Usia
usia akan semakin berkurang kemampuan saluran cerna untuk menyerap kalsium,
sehingga sel osteoblast akan lebih cepat mati. Hal ini disebabkan adanya sel
osteoklas yang menjadi lebih aktif, sehingga tulang tidak dapat diganti dengan
baik, dan terjadi penurunan tulang terus menerus (Barker, 2002). Pada usia 70
tahun lebih rentan untuk terjadi penurunan massa tulang, karena sejak usia 30
tahun terjadi peak bone mass (puncak massa tulang), massa tulang akan semakin
3. Gaya Hidup
c) Malas olahraga
yang malas bergerak atau olahraga. Olahraga akan membuat otot memacu tulang
d) Merokok
Pada negara maju seperti Amerika dan Japan, antara laki-laki dan
sejak dini, meskipun sudah terbukti bahwa merokok berhubungan erat dengan
tubuh menurun dan pada wanita dapat menyebabkan menopause, serta mudah
kehilangan massa tulang, sehingga lebih besar mengalami patah tulang karena
proses pembentukan tulang sulit terjadi akibat zat-zat kimia dalam rokok.
Kebiasaan merokok sejak dini pada wanita akan lebih awal untuk mengalami
menopause.
dapat meningkatkan resiko terjadinya fraktur. Kafein dalam kopi lebih banyak dari
pada teh. Orang yang sering minum teh selama lebih 5 tahun, akan kehilangan
4. Ras/ Suku
Amerika memiliki massa tulang yang lebih besar dan tekanan akan meningkat,
15
sehingga akan memperlambat turunnya massa tulang. Orang yang rangka tulang
kecil lebih sering mengalami osteoporosis, daripada orang dengan rangka besar
(Lane, 2003)
5. Keturunan
tulang, maka pada anak perempuannya akan mengalami penurunan tulang (Lane,
2003).
Faktor genetik mempengaruhi ukuran dan densitas tulang, selain itu juga
riwayat dari keluarga juga mempunyai pengaruh dalam melakukan aktivitas fisik
dan kebiasaan makan seseorang, sehingga dengan aktivitas fisik yang kurang,
kebiasaan makan yang tidak baik, maka beresiko terjadinya penurunan tulang
6. Menopause dini
berhentinya masa haid, biasanya terjadi usia 50-51 tahun. Perempuan yang
merokok akan mengalami menopause 1 tahun lebih cepat dari pada perempuan
yang tidak merokok. Seseorang yang mengalami menopause akan mengalami fase
Fase klimaksterium memiliki 3 masa, yaitu pra menopause yang terjadi sekitar 4-5
16
tahun sebelum menopause, masa menopause, dan pasca menopause yang terjadi
Pada masa pra menopause, biasanya ditandai dengan haid yang mulai tidak
teratur, dan rasa nyeri saat haid, sampai akhirnya haid tersebut berhenti. Terjadi
tulang (osteoblast) akan terhambat, dan kadar mineral akan berkurang. Kadar
7. Mengkonsumsi Obat
penyakit asma dan alergi bila sering dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi akan
tulang (osteoblast). Jenis obat heparin dan anti kejang menyebabkan penyakit
8. Faktor Medis
anemia). Oleh karena itu, paparan obat tertentu dapat memperburuk massa tulang
Menurut Van Staa, leufkens, dan Abenhaims. (2005) wanita paska menopause
yang sudah memliki massa tulang yang rendah akan mencapai ambang fraktur,
17
width (MCW) ditandai adanya penipisan korteks pada tepi bawah mandibula pada
bilateral berpatokan dengan sisi distal sudut antegonial sampai foramen mentalis
mandibula dilakukan dengan menggambar garis paralel di sebelah kanan dan sisi
kiri mandibula ke arah sumbu, satu lagi garis singgung pada batas inferior
mandibular, kemudian sebuah garis yang melewati tengah foramen mental dan
tegak lurus pada garis singgung tersebut. Garis tegak lurus ini berpotongan
dengan batas inferior foramen mentalis, dan jarak diantara dua garis paralel diukur
plastik asetat yang jelas dan dicetak dengan menggunakan millimeter gradasi yang
Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas tulang
kortikal mandibula pria dan wanita pada usia 40-60 tahun terdapat perbedaan yang
yang berbeda, status gigi, dan umur mengungkapkan secara signifikan lebih kecil
pada wanita yang lebih tua, sedangkan itu lebih besar untuk laki-laki yang lebih
tua, rata-rata nilai MCW adalah 4,80 mm untuk laki-laki dan 4,30 untuk
perempuan. Jika ketebalan kortikal mandibula yang dimiliki kurang dari nilai
tersebut, maka dilakukan pengujian kepadatan mineral tulang, atau test bone
pemeriksaan tersebut, selain dapat dilakukan deteksi dini, juga dapat dilakukan
Bone mineral density (BMD) adalah jumlah jaringan massa tulang agar
mengetahui kepadatan tulang tersebut. BMD berbeda-beda pada regio rahang dan
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Pemeriksaan dengan bone mineral density
(BMD) dapat berguna dan dibutuhkan untuk mengetahui situasi klinis seperti
penyakit rongga mulut, penyakit sistemik, implant, dan evaluasi terapi. (Gulisahi
et.al., 2010).
dan sebagai screening awal terhadap DEXA (dual energy X-ray absorptiometry)
dalam menilai risiko penuaan dini yang mungkin kasusnya akan ditemui secara
dihitung dengan menentukan area korteks dan trabekula yang terlihat dari
mandibula. Tinggi asli dari korteks dan tulang yang tersisa juga dihitung pada
et al, 2004).
yang rendah dan tidak bisa terdeteksi (Taguchi, 2010). Ketebalan kortikal
mandibula dihitung secara bilateral pada daerah mentale, pada sebuah garis
pararel terhadap sumbu panjang mandibula dan menyinggung batas inferior dari
kedua sisi mandibula disebut sebagai mandibular cortical width (Sylviana dan
Fahmi, 2011).