Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kesehatan Gigi

Pelayanan kesehatan merupakan ranah yang tidak pernah terlepas

dari pengaruh era globalisasi yang sedang trend saat ini. Globalisasi telah

merubah gaya hidup setiap individu maupun kelompok yang mana mereka

akan menentukan pilihan-pilihan mereka sesuai dengan trend yang sedang

berjalan. Hal ini membuat banyak organisasi termasuk pelayanan

kesehatan untuk melakukan inovasi dalam memberikan pelayanan.

Pelayanan yang inovatif akan menguntungkan masyarakat sebagai

pengguna jasa tentunya akan lebih diminati 30.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari

pelayanan kesehatan secara keseluruhan telah menetapkan indikator status

kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang mengacu pada Global Goals

for Oral Health 2020 yang dikembangkan oleh FDI, WHO dan IADR.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah selain dilaksanakan

melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas juga

diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk

program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan upaya

kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan

kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang

ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi

individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan

mulut 31.
Upaya-uapaya yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan gigi dan

mulut, diantaranya :

a. Promotif

Upaya promotif kesehatan merupakan upaya yang dilakukan untuk

meningkatan promosi kesehatan agar seseorang atau masyarakat dapat

berprilaku hidup bersih dan sehat. Upaya promotif dilakukan dengan cara

peningkatan pengetahuan dan kesadaran seseorang contohnya seperti

penyuluhan kesehatan gigi 32.

b. Preventif

Upaya yang dilakukan dengan pencegahan kesehatan gigi dan mulut.

Dapat dilakukan dengan suatu tindakan yang dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya penyakit contohnya seperti menggosok gigi dan

pengolesan fluor pada gigi 33.

c. Kuratif

Upaya kuratif merupakan upaya pemeliharaan pengobatan yang ditujukan

untuk penyembuhan, pengurangan, pengendalian contohnya seperti

penambalan gigi 34.

d. Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan kegiatan untuk mengembalikan sehingga

dapat berfungsi lagi contohnya seperti pembuatan atau pemasangan gigi

palsu 35.

B. Karies Gigi

1. Pengertian

Para ahli banyak mengartikan pengertian karies namun jika

kita lihat dari bahasa karies berasal dari kata “ker” dalam bahasa
yunani artinya “kematian” sedangkan dalam bahasa latin artinya

“kehancuran” yang berarti karies gigi merupakan suatu pembentukan

lubang pada permukaan gigi yang disebabkan oleh kuman 36

Karies gigi termasuk kedalam penyakit inveksi dimana suatu

proses demineralisasi yang progresi terjadi pada suatu jaringan keras

permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang

mengandung gula, oleh karenanya karies menjadi penyakit yang

paling sering dijumpai di rongga mulut bersamaan dengan penyakit

periodontal lainnya sehingga menjadi masalah utama yang sampai

dengan saat ini 37

Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri yang

menghasilkan asam dimana asam tersebut dapat merusak karena

reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa dan glukosa.

Asam yang diproduksipun mempengaruhi mineral yang terdapat pada

gigi yang menyebabkan sensitif pada ph yang rendah sehingga sebuah

gigi akan mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Proses itu

terjadi ketika ph turun di bawah 5,5 yang dapat memicu


38
demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi . Jenis-jenis

bakteri yang berperan dalam pembentukan karies :

a. Streptococcus mutans

b. Lactobacillus

c. Lactobacillus acidophilus, actinomyces, viscocus,nocardia

d. Bifidobacterium dentium
2. Etiologi Terjadinya Karies Gigi

Karies gigi tidak terjadi dengan sendirinya tanpa adanya penyebab

primer yang langsung mempengaruhi lapisan tipis pada permukaan gigi

dan bukan termasuk kejadian penyakit menular tetapi disebabkan karena

serangkaian proses yang terjadi membutuhkan kurun waktu beberapa

lama. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktoral yaitu adanya

beberapa penyebab terbentuknya, diantaranya ada 4 faktor yang

memegang peranan utama yaitu faktor host, agent, environment dan

waktu 39

3. Pencegahan karies Gigi

Karies gigi dapat dicegah dengan dimana pelayanan yang diberikan

untuk mencegah karies difokuskan pada tahap awal, sebelum timbulnya

penyakit (pre-patogenesis), dan sesudah timbulnya penyakit (patogenesis),

pelayanan pencegahan karies diklasifikasikan menjadi 3 40, yaitu :

a. Pencegahan primer

Pencegahan pada tahap awal yang dilakukan dengan upaya promosi

kesehatan gigi diantaranya mengenalkan sejak dini bagaimana

menggosok gigi dengan baik dan benar.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan yang dilakukan pada tahap kedua dengan cara

menghambat atau memperlambat terjadinya perluasan karies upaya

ini dilakukan diantaranya dengan vara pemberian fisure sealant atau

dengan CPp-ACP (Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium

Phosphate)
c. Pencehahan Tersier

Tahap akhir yang dilakukan adalah dengan memberikan penambalan

pada gigi yang mengalami karies menghentikan agar karies tidak

menyebar terlalu luar pada wilayah gigi tersebut.

C. Performance Treatment Index (PTI)

PTI (Performance Treatment Index) adalah angka presentase dari

jumlah karies gigi yang sudah dilakukan penambalan atau tumpatan

terhadap angka DMF-T. PTI merupakan gambaran perilaku dari

seseorang yang peduli terhadap karies gigi dan mau dilakukan

penambalan dalam upaya mempertahankan gigi tetapnya 41

Indeks DMF-T adalah indikator status kesehatan gigi tetap yang

merupakan penjumlahan dari D-T, M-T dan F-T yang menunjukkan

pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Decay (berlubang),

Mising (gigi hilang karena pencabutan), Filling (gigi yang dilakukan

penambalan), dihitung setiap teeth (gigi) 42

Perilaku penambalan gigi adalah salah satu cara untuk

memperbaiki kerusakan gigi yang disebabkan oleh karies agar gigi bisa

berfungsi kembali seperti semula dan bisa kembali dengan baik tanpa

terganggu adanya rasa sakit, indikator keberhasilan penambalan gigi

adalah dengan membandingkan jumlah gigi tetap yang terkena karies dan

jumlah gigi yang sudah dilakukan penambalan sehingga angka yang di

peroleh dalam presentase yang di sebut dengan PTI 43


D. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku menurut Sarwono (1993) dalam linda Warni (2009),

diartikan sebagai suatu bentuk pengalaman dan interaksi individu

dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan,

sikap serta tindakan kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan

individu masing-masing 14.

Menurut Notoatmojo (2009), perilaku dapat dilihat dari segi

biologis dimana dalam kegiatan atau aktivitas organisme individu

yang bersangkutan. Perilaku manusia yaitu semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak

dapat diamati oleh pihak luar 44

Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert

behaviour) dan perilaku terbuka (overt behaviour). Perilaku tertutup

adalah respon seseorang terhadap stimulus yang masih tertutup yang

ada dalam diri individu, yang terbatas hanya pada perhatian, persepsi,

pengetahuan, kesadaran dan sikap, sehingga belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain. Sedangkan, perilaku terbuka dapat dilihat

dari respon seseorang terhadap stimulus sudah dalam bentuk tindakan

nyata yang mudah diamati dan dilihat oleh individu lain 45

Peningkatan perilaku kesehatan perlu dilakukan dengan cara

pembinaan atau pendekatan yang tepat yaitu dengan pendidikan

kesehatan atau promosi kesehatan, yang bertujuan agar perilaku

individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif


terhadap pemelihataan kesehatan. Diperlukan melakukan diagnosis

sebelum dilakukan promosi kesehatan terhadap individu atau

kelompok masyarakat terhadap masalah perilaku tersebut agar upaya

promosi kesehatan tersebut efektif untuk terus dilakukan 46

Konsep untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Green

(1980), dimana perilaku di pengaruhi 3 faktor utama 47, diantaranya :

a. Faktor predisposisi

Faktor yang mencangkup pengetahuan dan sikap terhadap

kesehatan, sistem ini menganut nilai masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain-lain.

b. Faktor kemungkinan

Faktor ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

yang di peruntukan bagi masyarakat seperti ketersediaan sikat gigi

dan pasta gigi di rumah sebagai dasar perawatan diri untuk

kesehatan gigi dan mulut.

c. Faktor penguat

Faktor yang meliputi sikap dan perilaku masyarakat, petugas

pelayanan kesehatan, tenaga pengajar dan lainnya. Tidak hanya

pengetahuan, sikap dan dukungan fasilitas diperlukan juga perilaku

contoh yang baik dari para tokoh panutan tersebut agar masyarakat

berperilaku sehat.
2. Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut Blum (1981), status kesehatan individu, kelompok

dan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor penting diantaranya : faktor

lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan 48.

Mengacu pada teori tersebut, maka status kesehatan gigi dan

mulut individu ataupun masyarakat di pengaruhi oleh empat faktor

penting diantaranya : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan

keturunan. Perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi

faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan 49.

Perilaku kesehatan gigi dan mulut individu ataupun

masyarakat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

perilaku individu ataupun masyarakat tersebut positif atau negatif,

perilaku yang positif dimana individu atau masyarakat melakukan

perawatan dini dalam memelihara kesehatan gigi salah satunya

menggosok gigi tentunya akan memberikan manfaat serta

kelangsungan hidup yang baik bagi individu ataupun masyarakat itu

sendiri, perilaku negatif dimana individu atau masyarakat

mengabaikan kebersihan dan kesehatan gigi tentunya akan

mendapatkan dampat dari perilaku buruknya tersebut diantaranya

dampak yang akan didapatkan adalah kondisi mulut yang buruk serta

gigi yang mudah berlubang 50

3. Penilaian Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003), membagi aspek perilaku dalam 3

penilaian yang terdiri dari : pengetahuan, sikap dan tindakan. Cara


mengamati atau pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung dan

tidak langsung. Pengukutan secara langsung dilakukan dengan metode

observasi (direct observation) dengan tahap melalui uji praktek,

sedangkan pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

tahap melalui wawancara menggunakan pertanyaan-pertanyaan

(quesitionnaires) 51

Mengukur indikator perilaku untuk pengetahuan sikap dan

tindakan tentunya berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan

dan sikap dapat dilakukan dengan wawancara, baik wawancara terstruktur

maupun wawancara mendalam, sedangkan untuk mengetahui pengukuran

tindakan atau praktek dapat diperoleh melalui observasi atau

pengamatan 52.

4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, terjadi setelah individu

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan yang

terjadi adalah melalui panca indera manusia diantaranya penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan

didapatkan melalaui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk pribadi seseorang dalam

bertindak 53.

Pengetahuan (knowladge) hasil belajar dari pengalaman yang

diperoleh secara sengaja ataupun tidak sengaja, formal ataupun informal.

Mendapatkan pengetahuan dibutuhkan proses kognitif yang sangat

kompleks. Agar pengetahuan dapat disimpulkan dengan baik dan diterima


dengan tepat perlu melibatkan semua indera. Pengetahuan berkaitan

dengan empat faktor yaitu : ingatan, belajar, berfikir dan intelegensi,

pengetahuan merupakan aspek yang sangat penting bagi pembentukan

perilaku individu. Hal tersebut, akan merangsag pengetahuan yang terjadi

sebagai perubahan sikap bahkan tindakan dari seorang individu terhadap

sesuatu hal 54.

Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan 55,

diantaranya :

a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya oleh individu itu sendiri.

b. Memahami (comprehension), kemampuan untuk mampu

menjelaskan kembali secara benar objek yang sudah diketahui dan

menginterpretasikannya dengan baik.

c. Aplikasi (aplication), kemampuan dalam menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya (real).

d. Analisis (analize) kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek

kedalam komponen-komponan, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (syntesis), kemampuan meletakkan bagian-bagian dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru, kemampuanyan menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation), kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap sesuatu objek atau materi.


Meskipun perilaku menjadi salah satu bentuk respon atau reaksi

terhadap rangsangan dari luar ataupun dari dalam, respon tersebut

tergantung pada karakteristik atau faktor dari orang yang bersangkutan.


56
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang ,

diantaranya :

a. Faktor internal

b. Faktor eksternal

c. Faktor pendekatan belajar

5. Sikap

Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan

dengan persepsi dan tingkah laku. Attitude suatu cara bereaksi terhadap

suatu perangsang, kecenderungan untuk merespon suatu rangsangan,

menurut kamus besar bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwodarminto arti

sikap yaitu perbuatan yang didasari oleh keyakinan individu ataupun

masyarakat itu sendiri. Namun demikian kegiatan yang akan dilakukan

oleh individu ataupun masyarakat biasanya di sesuaikan dengan

permasalah yang terjadi serta benar-benar berdasarkan keyakinan serta

kepercayaan yang dimiliki oleh individu ataupun masyarakat 57.

Sikap juga diartikan “suatu konstruk untuk mengemukakan

terlihatnya suatu aktivitas”. Sikap itu sendiri dapat di pandang dari

berbagai unsur yang terkait seperti sikap dengan kepribadian, motif,

tingkah laku, keyakinan dan lainnya. Sikap dalam persamaan karakteristik

ialah tingkah laku yang terkait dengan kesediaan untuk merespon objek

sosial yang membawa dan menuju ke tindakan yang nyata dari individu
maupun masyarakat, hal ini berarti suatu tingkah laku yang dapat

diprediksi apabila telah diketahui sikapnya. Walaupun manifestasi sikap

itu tidak dapat dilihat langsung tetapi sikap dapat ditafsirkan sebagai

tingkah laku yang masih tertutup tidak dapat terlihat langsung 58.

Anwar (2005) dalam Nur Fitria (2015), mengatakan sikap

merupakan suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara

sederhana. Sikap merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang telah

terkondisikan, terdapat tiga komponen struktur sikap yang saling

menunjang diantaranya: kompenen kognitif, komponen afektif, komponen

konatif. Komponen kognitif merupakan representasi atas apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap terhadap apa yang berlaku atau

yang benar bagi objek sikap. Komponen efektif merupakan perasaan yang

menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek

sikap. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku

tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Interaksi

diantara tiga komponen adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila

dihadapkan dengan suatu objek sikap yang sama maka ketiga komponen

ini harus membuat pola arah sikap yang sama. Apabila salahsatu diantara

ketiga komponen sikap tidak konsiste dengan yang lain, maka akan terjadi

ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan

sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai 59


6. Tindakan

Sikap belum dapat dilakukan tanpa adanya tindakan yang

dilakukan dari terbentuknya sikap dalam diri. Mewujudkan sikap menjadi

sebuah tindakan yang nyata diperlukan faktor dukungan yang

memungkinkan dalam suatu kondisi, baik itu suport dari orang terdekat

ataupun suport dari lingkungan 60.

Setelah individu ataupun masyarakat mengetahui dan memahami

objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian serta pertimbangan

terhadap apa yang diketahui, proses berjalan selanjutnya diharapkan

individu ataupun masyarakat mampu melakukan dan mempraktekan apa

yang diketahui atau yang disikapinya yang dianggapnya baik untuk

kesehatan dalam kelangsungan hidupnya, inilah yang disebut sebagai

tindakan 61.

E. Pendidikan Kesehatan Gigi

1. Pengertian

Pendidikan kesehatan gigi adalah suatu penerapan konsep

pendidikan dalam bidang kesehatan dengan proses belajar mengajar

yang ditujukan baik kepada individu, ataupun kelompok masyarakat

untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, pada

hakekatnya pendidikan ini ditujukan kepada seluruh masyrakat yang

bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut 62

Proses pendidikan yang diterapkan adalah adanya perubahan

manusia yang sesuai dengan tujuan kesehatan baik individu maupun

masyarakat. Pendidkan kesehatan bukan hanya sesuatu yang dapat


diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula suatu

rangkaian pelaksanaan yang hasilnya sesuai dengan tujuan, namun

suatu proses perkembangan yang dapat berubag dinamis dimana

didalamnya seseorang dapat menerima ataupun menolak

pengetahuan baru, sikap baru serta perilaku baru yang hubungannya

sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan

dapat diberikan melalui penyuluhan ataupun promosi kesehatan serta

pelatihan 63

2. Tujuan

Tujuan dari pendidikan kesehatan gigi 64, diantaranya :

a. Mengurangi penyakit gigi dan mulut serta gangguan penyakit

gigi dan mulut lainnya

b. Mengenalkan kesehatan gigi kepada masyarakat

c. Mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga

kesehatan gigi dan mulut

d. Menerangkan secara rinci akibat yang akan ditimbulkan dari

kelalaian menjaga dan mengabaikan kebersihan gigi dan mulut

e. Menanamkan rasa peduli dan perilaku yang baik sedini

mungkin dengan upaya yang dilakukan seperti dilakukannya

kunjungan ke sekolah, ataupun masyarakat yang bekerjasama

dengan RT/RW, serta Kelurahan dalam memberikan

penyuluhan langsung kepada masyarakat serta pelatihan

menggosok gigi.
3. Upaya Pendidikan Kesehatan Gigi

Upaya pemerintah Indosesia dalam mencegah penyakit gigi

dan mulut pada anak usia sekolah adalah melalui program Usaha

Kesehatan Gigi Sekolah yang terintegrasi dengan kegiatan UKS

(Usaha Kesehatan Sekolah). Pelayanan kesehatan dalam program

UKGS antara lain upaya promotif, preventif dan kuratif terbatas

yang dilakukan untuk peserta didik dilingkungan sekolah 65

UKGS sampai dengan saat ini belum berjalan secara

optimal, hal tersebut dibuktikan oleh penelitian Sariyem (2011)

yang menunjukkan bahwa jumlah SD/MI yang mendapat program

UKGS Puskesmas cakupan pelayanan promotif mencapai 27% dan

preventif 37%, angka tersebut tergolong rendah bila dibandingkan

target nasional pelayanan promotif sebesar 100% dan pelayanan

preventif sebesar 80% 66

4. Promosi Kesehatan Gigi

Promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari

istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti :

Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi,

Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan

merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya

dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan

peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata,

akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam

rangka perubahan perilaku masyarakat 67


WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses

untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai

derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial

masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya,

kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi

lingkungannya. Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi

pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,

politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan

perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan 68

Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian

informasi atau pesan kesehatan berupa kesehatan untuk

memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang

kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku sehat . Salah satu

bentuk promosi kesehatan yaitu dengan adanya penyuluhan 69

5. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salah satu upaya dalam pendidikan

kesehatan gigi untuk mencegah masalah kesehatan gigi dan mulut.

harapan melalui program penyuluhan ini dapat meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran baik individu ataupun masyarakat

sehingga dapat berperan aktif dan ikut berpartisipasi dalam

meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut 70

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan

dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau


instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku

manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk

meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan

sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat.

Penyuluhan yang dilakukan terhadap kesehatan gigi dan

mulut tetntunya memerlukan media, karena media merupakan

bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau

informasi, seperti yang sudah diketahui media banyak bentuknya

diantaranya media power point, flip chart, poster, film, video dan

lainnya 71

F. Paper Magic Models

1. Pengertian

Magic paper adalah media pembelajaran yang digunakan

untuk menyimpan dan selanjutnya digunakan untuk menyampaikan

pesan secara lisan dengan bercerita, magic paper berupa kertas

berukuran 4x4 centi meter yang berisi rangkuman materi dalam


27
bentuk garis-garis besar (outline), diagram, table atau gambar .

Kertas tersebut dijadikan media yang di buat dalan bentuk media

pembelajaran dan promosi kesehatan dalam membantu memberikan

perilaku kepada anak-anak untuk mau merawat kesehatan gigi dan

mulutnya serta mau dilakukan penambalan gigi yang berlubang.

Magic paper models merupakan salah satu media yang dapat

dipraktikan oleh anak sesuai kompetensi dan keahlian mereka dengan

cara yang lebih unik, menyenangkan, serta meningkatkan


perkembangan kognitif dan dapat menggali informasi baru yang

mungkin tidak anak dapatkan sebelumnya baik di pelajaran sekolah

ataupun di lingkungan rumah, bertujuan untuk merubah perilaku anak

dalam perawatan kesehatan gigi dan mulutnya, keunggulan magic

paper models yaitu memiliki metode yang dapat diaplikasikan oleh

anak sebagai pengetahuan dengan konsep bercerita menggunakan

media yang baru sehingga dapat dijadikan media pengetahuan yang

inovatif, kreatif dan menarik.

Magic paper models berupa lipatan-lipatan kertas yang

dimodifikasi sedemikian rupa dengan gambar yang telah didesain

sesuai dengan alur cerita yang akan diberikan kepada anak. Alur cerita

dapat memberikan informasi kepada anak mengenai manfaat menjaga

kesehatan gigi dan mulut serta akibat apabila anak mengabaikan

kesehatan gigi dan mulut, sehingga diharapkan anak-anak dapat

memahami dengan baik alur pendidikan kesehatan gigi yang dapat

meningkatkan perilaku anak mengenai kesehatan gigi dan mulut.

Magic paper models merupakan media yang dapat

membangkitkan perilaku dan pengaruh psikologis bagi peserta didik,

media magic paper dapat membantu efektifitas proses pembelajaran

karna berfungsi untuk 4 fungsi pembelajaran pada

anak sekolah dasar 72, diantarannya :

a. Fungsi atensi

Media magic paper models diberikan sebagai alat sentral dalam

proses pembelajaran, tampilan atau bentuk media gamifikasi yang


menarik akan mengarahkan peserta didik untuk berkonsentrasi

pada materi yang disampaikan.

b. Fungsi afektif

Media magic paper models mampu membangkitkan minat anak

sekolah dasar untuk memperhatikan materi yang disampaikan.

c. Fungsi kognitif

Media magic paper models akan mempermudah dalam memahami

dan mengingat terhadap pesan yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris

Media magic paper models yang dipergunakan dapat

mengakomodir kelemahan peserta didik dalam memahami materi

yang ditampilkan dalam bentuk media bergambar.

Empat fungsi yang disebutkan diatas tentunya dapat membantu

anak sekolah dasar yang lemah dalam memahami materi yang

disampaikan dalam bentuk verbal akan terbantu dengan penggunaan

media gamifikasi. Metode pembelajaran gamifikasi berarti

menerapkan konsep kerja sebuah permainan (game) ke dalam proses

kegiatan belajar mengajar, dengan tujuan untuk menumbuhkan

perilaku belajar dan mengubah perilaku anak yang lebih baik 73.

2. Tujuan

Untuk memberikan pendidikan kesehatan gigi kepada anak

memperbaiki perilaku yang buruk menjadi lebih baik pada

penambalan gigi yang berlubang, sehingga dapat mengurangi karies


gigi yang terjadi dan dapat mencegah karies gigi lainnya serta dapat

menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

3. Kegunaan

Kegunaan paper magic models, yaitu :

a. Untuk membantu memperbaiki perilaku anak

b. Untuk menumbuhkan minat sasaran pendidikan

c. Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan

d. Membantu sasaran pendidiakn untuk belajar mengenal lebih

banyak

e. Menumbuhkan keinginan orang untuk mengetahui lalu

mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih

baik

4. Kelebihan

Kelebihan yang dimiliki magic paper models dalam kesehatan gigi

dan mulut, yaitu :

a. Membantu memperbaiki perilaku anak terhadap perawatan gigi

dan mulut khususnya pada penambalan gigi yang berlubang.

Kecerdasan bahasa saat mendengarkan cerita dengan media magic

paper, anak akan belajar untuk berimajinasi dan menentukan

prioritas.

b. Cerita bergambar, hampir semua anak menyukai cerita bergambar

terlebih dalam hal yang sebelumnya belum mereka ketahui karena

rasa ingin tahu yang dimiliki anak sangat tinggi.

c. Meningkatkan keterampilan sosial pada perkembangannya


d. Meningkatkan kemampuan berbahasa saat bercerita dan

meningkatkan imajinasi yang ada pada diri anak

e. Melatih motorik, msnumbuhkan empati, dan menumbuhkan

kemandirian.

f. Magic paper models, membantu anak untuk mengetahui

bagaimana agar merubah perilaku yang sebelumnya buruk

menjadi baik dalam melakukan perawatan penambalan pada gigi

yang berlubang serta mengetahui caranya merawat gigi dirinya

sendiri dengan perpaduan magic paper dan cerita tentang materi

kesehatan gigi dan mulut. Sikap anak saat bercerita menggunakan

magic paper dapat membantu memperbaiki perilaku anak dan ini

akan berguna untuk kehidupannya sehari-hari. Bercerita mampu

membuat anak untuk belajar bagaimana caranya peduli kepada

orang lain, cara merawat diri dan meningkatkan pengetahuan.

5. Kekurangan

Magic paper mempunyai kelebihan juga kekurangan, kekurangan

yang dimiliki diantaranya :

a. Dibutuhkan kemampuan membaca dan perhatian dari anak karena

tidak bersifat auditif dan visual

b. Harus mampu membuat layout dengan tepat agar tidak

membosankan

c. Kurang efektif untuk kelompok yang berjumlah banyak lebih dari

4 kelompok
G. Kerangka Teori

Salah satu penyebab yang menjadi masalah kesehatan gigi dan

mulut anak sekolah dipengaruhi oleh perilaku anak sendiri. Dengan

perilaku yang baik, diharapkan anak dapat melakukan aktivitas mandiri

dalam melakukan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Namun jika perilaku anak kurang baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut sehingga timbul masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering

dialami oleh anak antara lain : gigi berlubang (caries gigi), gigi tidak

beraturan (maloklusi), radang gusi (gingivitis), karang gigi (calculus), dan

kebersihan gigi dan mulut yang buruk.

Upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam mencegah

masalah kesehatan gigi dan mulut terdiri dari upaya promotif melalui

tindakan pendidikan kesehatan gigi, upaya preventif melalui tindakan sikat

gigi masal, pemberian flour, penutupan pit dan fissure, serta upaya kuratif

tindakan yang dilakukan pencabutan dan penambalan. Salah satu upaya

untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut melalui kegiatan pendidikan

atau edukasi. Pemberian pendidikan kesehatan biasanya membutuhkan

media atau alat peraga karena merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi proses pedidikan serta mempermudah dalam penyampaian

materi sehingga sasaran dapat menerima pesan yang disampaikan. Media

pendidikan berbasis gamefikasi yang dikemas dengan baik, menarik bisa

dijadikan suatu alternatif kegiatan penyuluhan yang menarik minat anak,

salah satunya dengan magic paper models dengan kombinasi dari

permainan media pendidikan kesehatan yang dapat dijadikan sebuah paket


pendidikan yang dapat saling melengkapi diantaranya : edukasi,

demonstrasi, simulasi dan evaluasi sehingga tercapailah peningkatan nilai

PTI anak sekolah dasar. Berikut adalah skema kerangka teorinya:

Kerangka teori dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini


Anak Sekolah Dasar

Faktor Yang Masalah Kesehatan


Mempengaruhi : Gigi dan Mulut :
 Perilaku  Gigi berlubang (karies)

Promotif Kuratif

Pendidikan Kesehatan
Penambalan Gigi
Gigi Dan Mulut

Promosi Kesehatan Gigi Dan Mulut

Magic Paper Models : Community


Culture

Edukasi
Simulasi Evaluasi Gamefikasi Media
Demonstrasi

Audio
Visual
Pengetahuan Sikap Tindakan

Meningkatnya Nilai PTI

Gambar 2.1 Kerangka Teori Modifikasi dan Reaplikasi Perilaku Kesehatan


(Notoatmodjo, 2012) Perubahan Perilaku Rogers (Sriwiendrayanti, 2017)

Anda mungkin juga menyukai