Primary prevention
1)
2)
3)
Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Merupakan tindakan pencegahan dengan menemukan gejala penyakit sedini mungkin dan memberikan
perawatan sesegera mungkin. Tujuan agar terjadi penyembuhan yang sempurna, mencegah penyakit
berlanjut dan mencegah penularan kepada orang lain. Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan
karena masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi, sehingga
seringkali mereka membiarkan giginya yang berlubang tidak segera ditambal dan mengakibatkan
penyakit yang lebih parah.
Contoh usaha pencegahan ini pada bidang kedokteran gigi: pemeriksaan gigi dengan sinar-X secara
berkala, screening karies dan penyakit periodontal, penambalan gigi yang terkena karies, mendeteksi
penyakit jaringan lunak seperti kanker mulut sedini mungkin dimulai dari ciri awal misalnya terlihat
leukoplakia, diagnosis misalnya white spot yang akan menyebabkan karies, penambalan pada area yang
terinfeksi, melakukan ART (Atraumatic Restoration Technique)
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi
4)
Merupakan tindakan pencegahan dengan tujuan agar tidak terjadi kecacatan sehingga akan menyebabkan
terjadinya kelainan atau penyakit yang baru serta komplikasi yang mungkin timbul akibat kecacatan tersebut.
Pembatasan cacat merupakan tindakan pengobatan penyakit yang parah, misalnya pulp capping, PSA,
pencabutan gigi dan sebagainya. Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena mereka sering
tidak mengobati penyakitnya secara tuntas. Misalnya, pada perawatan saluran akar yang memerlukan
beberapa kali kunjungan atau mereka ingin segera mencabut giginya walaupun sebenarnya masih dapat
dilakukan penambalan.
5)
Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi merupakan upaya pemulihan atau pengembalian fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya,
misalnya pembuatan gigi tiruan, implant dan bridge. Pendidikan kesehatan pada tingkat ini masih diperlukan
untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengembalikan fungsi pengunyahan setelah dilakukan
pencabutan dengan pembuatan geligi tiruan. Selain itu, juga diberikan penerangan tentang kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi akibat tidak dilakukan pembuatan geligi tiruan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Preventif Penyakit Gigi dan Mulut
Pembuatan suatu kebijakan atau peraturan mengenai pencegahan penyakit gigi dan mulut dibutuhkan suatu
strategi yang tepat agar suatu kebijakan dapat menghasilkan suatu outcome yang baik. Salah satu konsep
dasar yang menjadi acuan negara-negara di dunia dalam menjaga kesehatan adalah konsep Blum. Suatu
kebijakan tidak boleh dibuat hanya berdasarkan sudut pandang sehat-sakit, namun terdapat faktor-faktor
determinan seperti yang dijelaskan dalam konsep Blum. Sehingga faktor-faktor tersebut sangat
mempengaruhi dalam strategi pembuatan kebijakan preventif penyakit gigi dan mulut.
Schulz, Rockwell & Johnson, AC. Management of Hospitals and Health Services: Strategic Issues and
Performance. 2003.
Gambar di atas merupakan spectrum kesehatan yang menunjukkan lingkungan, perilaku, keturunan, dan
pelayanan kesehatan sebagai input untuk kesehatan atau kesejahteraan psikososial (emosional dan mentak)
dan somatik (fisik). Empat input ini berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain melalui keseimbangan
ekologi, sumber daya alam, karakteristik populasi, sistem budaya, dan kesehatan mental.
1.
Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam membuat suatu kebijakan pencegahan
penyakit kesehatan gigi dan mulut. Karena berdasarkan konsep blum, penyakit timbul akibat dari kebiasaan
buruk sehari-hari seperti merokok, menyirih, minum-minuman alkohol, dll. Pembuatan peraturan tentang
berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada
masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan
dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role
model harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan. Misalnya salah satu
contoh seperti adanya larangan merokok, konsumsi minuman beralkohol, dll.
Contoh lain adalah kebiasaan anak-anak sekolah dasar di Indonesia cenderung memilih jajanan yang bersifat
kariogenik, sehingga tingkat dmf-t anak usia sekolah dasar di Indonesia cukup tinggi. Di beberapa negara
maju terdapat institusi pendidikannya telah menerapkan pola makan sehat di sekolahnya, dengan membuat
peraturan melarang menjual makanan yang kariogenik tinggi. Contoh lain seperi adanya peraturan atau
program sigiber dan cuci tangan di sekolah-sekolah dasar dapat mengajarkan perilaku dan kebiasaan sehat
sejak anak-anak.
2.
Lingkungan
Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Terjadinya
penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi
penyebab penyakit. Upaya menjaga lingkungan dan kebijakan dalam menjaga kebersihan sangat penting dan
menjadi tanggung jawab semua pihak. Dalam kesehatan rongga mulut lingkungan yang paling berpengaruh
adalah lingkungan sosial budaya. Sebagai contohnya masyarakat dengan tingkat pendapatan dan pendidikan
yang lebih rendah terbukti memiliki tingkat kesehatan gigi dan mulut lebih rendah serta memiliki kualitas hidup
yang rendah. Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal ini
dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Pendidikan adalah
faktor yang juga mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi
akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi
perilakunya untuk hidup sehat.
3.
individu dan oleh karena itu juga menjadi fokus utama untuk kebijakan umum dalam memfasilitasi
pengobatan. Pengujian genetik dan skrining untuk penyakit pada tahap ini hanya dapat mengidentifikasi risiko
(besar atau lebih kecil), dengan sedikit kemungkinan untuk intervensi kuratif langsung. Secara singkat, saat
ini hanya terdapat lingkup terbatas untuk intervensi kesehatan klinis atau masyarakat. Faktor genetik juga
berinteraksi dengan faktor sosial dan lingkungan dalam mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
4.
Kesehatan seseorang juga dapat dipengaruhi oleh akses dan kualitas dari layanan. Namun, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pengaruh medis dan layanan kesehatan pada kesehatan penduduk tetap
lebih kecil dari ketiga faktor lainnya. Akses menggambarkan kemampuan untuk memanfaatkan layanan dan
menggabungkan ekonomi, lokasi geografis, kelimpahan pelayanan kesehatan, dan sumber daya fisik dan
sosial. Jika pelayanan kesehatan tidak dapat diakses, ada kemungkinan bahwa akan ada kebutuhan yang
belum terpenuhi untuk perawatan kesehatan.
Dalam pelayanan medis dan kesehatan, tindakan preventif dalam bentuk imunisasi telah memajukan
kesehatan penduduk dan juga mengurangi ketidaksetaraan kesehatan. Dalam bidang kedokteran gigi, secara
umum telah diakui bahwa peningkatan ketersediaan fluoride berkontribusi secara signifikan terhadap
berkurangnya dental caries pada komunitas yang diberi fluoride maupun yang tidak. Pada komunitas yang
tidak diberi fluoride disebabkan oleh penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride dan bentuk lainnya.
Dalam kasus kanker mulut, skrining; deteksi dini dan pencegahan penyakit; serta profilaksis mungkin menjadi
tindakan yang baik yang dapat dilakukan oleh dokter gigi atau dokter keluarga. Namun, keterlambatan dalam
pengobatan, tidak tersedianya sistem perawatan terkoordinasi dapat menyebabkan penyakit transisi ke tahap
yang lebih lanjut, membuat kondisi klinis yang lebih kompleks.
Akses ke perawatan gigi tidak dibatasi jarak antara pasien ke dokter gigi, tetapi juga termasuk :
Misal, tidak adanya dokter gigi sering disebut sebagai alasan penting orang-orang miskin untuk tidak dapat
mengakses layanan kesehatan gigi.
2.
3.
http://ebd.ada.org/en/about/
EBD merupakan pendekatan yang bertujuan untuk:
1.
2.
3.
Hirarki Evidence
Beberapa desain penelitian dapat menjawab pertanyaan penelitian yang spesifik lebih efektif jika
dibandingkan dengan desain penelitian lain. Hierarchy of evidence menampilkan tingkat bukti ilmiah dan
menunjukkan desain studi mana yang harus mendapatkan bobot lebih ketika mengkaji suatu
pertanyaan. Systematic reviews dan meta analysis dengan randomized control trials menduduki peringkat
puncak hierarki. Urutan hierarchy of evidence adalah:
1.
Systematic reviews dan meta analysis. Review sistematis adalah sebuah sintesis dari studi-studi
penelitian primer yang menyajikan suatu topik tertentu dengan formulasi pertanyaan klinis yang
spesifik dan jelas, metode pencarian yang eksplisit dan reprodusibel, melibatkan proses telaah kritis
dalam pemilihan studi, serta mengkomunikasikan hasil dan implikasinya. Meta analisis adalah
metode statistik yang spesifik untuk menggabungkan hasil dari beberapa studi menjadi suatu
estimasi tunggal. Meta analisis mengumpulkan data dari semua studi yang tergolong review
2.
3.
4.
5.
Case reports, case series. Laporan kasus adalah laporan deskriptif dari satu pasien. Seri kasus
adalah laporan deskriptif dari serangkaian pasien dengan condition of interest. Tidak ada kelompok
6.
7.
8.
Kiriakou, J., Pandis, N., Madianos, P. and Polychronopoulou, A. (2014). Developing evidence-based dentistry
skills: how to interpret randomized clinical trials and systematic reviews. Progress in Orthodontics, 15(1),
p.58.
ADA CERP. (2014). Evidence-Based Decision Making: Introduction and Formulating Good Clinical Questions
Langkah-langkah EBD
1.
2.
Mencari informasi terkait kondisi pasien dengan memberikan pertanyaan klinis terfokus secara jelas.
Menentukan pertanyaan yang relevan dengan masalah klinis dan fokus untuk
mendapatkan hasil penelitian (evidence) yang baik menggunakan PICO Question.
P
: Population/patient/problem
I
: Intervention
C
: Comparison
O
: Outcome
Mengidentifikasi, meringkas, dan mensintesis semua studi yang relevan yang langsung menjawab
pertanyaan
Melakukan pencarian sistematis terhadap data-data hasil penelitian terkini yang dapat
3.
4.
5.
Selain menentukan kriteria inklusi eksklusi, sebelum melakukan systematic review praktisi juga perlu
merancang metode untuk merangkum data yang nantinya akan digunakan untuk menganalisis hasil review.
(2) Berdasarkan UH Health Science Center, terdapat lima langkah yang dilakukan untuk memperoleh
Evidence-Based Dentistry, seperti tertera pada bagan di bawah ini(3) :
Asses
the
patient
Ask
clinical
questio
ns
Acquire
the best
evidenc
e
Apprais
e the
evidenc
e
Apply
evidenc
e to
patient
care
2.
Elemen PICO
3.
4.
5.
6.
Desain penelitian
Membuat strategi pencarian data-data penelitian, dapat melalui :
Perpustakaan
Gray literature (thesis, disertasi, laporan hasil konferensi, abstrak, dan penelitian yang belum di
publikasi)
Mencari dan memilih penelitian
Dua orang reviewers membuat daftar penelitian yang diikutsertakan dan yang tidak
Mencari dan memilih penelitian dengan dua tahap (melihat judul dan abstrak dulu, kemudian melihat
full paper)
Membuat desain tabel sesuai dengan kolom yang disesuaikan dengan keperluan (co : desain
penelitian, metode, hasil, kriteria tambahan)
Menyelesaikan ketidaksetujuan
Menganalisis dan menampilkan hasil systematic review, dengan :
Tabel evidence
Ringkasan kualitatif dari penelitian-penelitian yang terlibat mencakup desain penelitian dan hasil
7.
penelitian
Ringkasan kuantitatif dari penelitian-penelitian yang terlibat mencakup heterogenitas, meta-analisis,
Keterbatasan review
Memperkuat evidence
Berikut ini merupakan contoh dari pernyataan klinis yang dapat dibuat untuk suatu program yang
Kasus :
Komunitas klinik kedokteran gigi Anda berinisiasi melakukan kerjasama dengan sekolah kedokteran gigi
untuk membuat program pemerikasaan kanker oral. Untuk membuat program baru tersebut, Anda harus
mencari penelitian-penelitian pendukung mengenai kemungkinan peningkatan deteksi kanker oral secara dini
apabila program tersebut dijalankan.
Pertanyaan klinis :
Apakah program Pemeriksaan kanker oral dapat meningkatkan kemungkinan terdeteksinya kasus kanker
oral secara dini?
P : Pasien dewasa
I : Program pemeriksaan kanker oral
P
I
C
O
Key Concept
Pasien dewasa
Program pemeriksaan kanker oral
Implied
Meningkatkan kemungkinan untuk
MeSH Term
Pasien dewasa 19-44 tahun
Pelayanan deteksi dini kanker oral untuk komunitas
Implied
Sudah dikategorikan memiliki neoplasma rongga
mulut
Tabel. Penilaian Evidence-Based Dentistry oleh SIGN (Sumber : Dental interventions to prevent caries in
children: a national clinical guideline)
Terdapat dua jenis pendekatan pada pencegahan karies yaitu berskala populasi seperti fluoridasi air
minum, dan terhadap individu atau populasi tertentu yang memang telah dinilai berada pada risiko tinggi.
Proses deteksi ini akan memberikan dampak preventif yang lebih terfokus pada populasi dengan risiko karies
yang berkembang dengan layanan yang efektif secara biaya, tanpa mengurangi keuntungan komunitas luas
dengan memberikan layanan berupa promosi kesehatan rongga mulut. SIGN merekomenasikan beberapa
indikator dalam memprediksi tingkat risiko dari karies yaitu menilai faktor makanan (diet), kebersihan rongga
mulut, mikrobiologis, sosiodemografis, dan pengalaman karies sebelumnya; serta untuk anak usia dini dapat
dipengaruhi pula oleh faktor ASI dan minum susu botol (level of evidence 2++). Beberapa contoh bukti
penelitian dan faktor yang berhubungan dengan risiko karies :
-
Faktor mikrobiologi
Pada faktor ini didapatkan bukti bahwa karies berasosiasi dengan kadar yang tinggi dari
Streptococcus mutans (2++)
Faktor sosiodemografis
Pada faktor ini didapatkan bukti bahwa prevalensi karies lebih tinggi pada status keluarga
sosioekonomi rendah. Pada keluarga yang tinggal di daerah rawan (keamanan rendah) dan kumuh
diketahui memiliki risiko karies yang lebih tinggi dibandingkan pada daerah yang lebih makmur. (2++)
Faktor lainnya
Saliva sebagai substansi protektif terhadap karies memegang peranan penting; di mana didapatkan
bukti bahwa individu dengan laju alir saliva yang lebih rendah, umumnya karena riwayat medis
maupun terapi obat-obatan memiliki risiko yang tinggi terhadap karies. (2++)
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, SIGN mengemukakan bahwa akan didapatkan konklusi item yang
diperlukan pada suatu pemeriksaan risiko karies (caries risk assessment) harus memuat mengenai bukti
klinis: pengalaman karies di masa lalu, kebiasaan makanan terutama makanan manis, status sosial
(sosioekonomi, sosiodemografi), penggunaan fluoride, kontrol plak, saliva, dan riwayat medis. Caries
risk assessment atau penilaian risiko karies diterbitkan oleh beberapa institusi, di antaranya American Dental
Association, American Academy of Pediatric Dentistry, serta Chairside Diet Assesment of Caries Risk oleh
ADA.
Gambar. Form Chairside diet assessment of caries risk (Sumber: Chairside Diet Assessment of Caries Risk)
Gambar. Rekomendasi ADA untuk caries risk assessment usia 0-6 tahun (Sumber: Caries Risk Assessment
Form Age 0-6)
Gambar. Rekomendasi ADA untuk caries risk assessment usia lebih dari 6 tahun (Sumber: Caries Risk
Assessment Form Age >6)
Gambar. Caries risk assessment rekomendasi AAPD (Sumber:Guideline of Caries-risk Assessment and
Management for Infants, Children, and Adolescents)
Langkah-langkah pencegahan karies yang telah diverifikasi berdasarkan pada Evidence-Based
Dentistry.
1.
Berkaitan dengan dampak langkah pencegahan ini dengan fluorosis, yaitu defek pada
mineralisasi email gigi karena konsumsi fluoride yang terlalu tinggi, saat perkembangan gigi sulung
maupun permanen, diketahui scara klinis bahwa usia risiko adalah 0-3 tahun. Oleh karena itu
dibuatlah suatu ketentuan tingkat atau kadar, frekuensi, dan pengawasan pemakaian fluoride yang
aman untuk anak, terutama untuk mencegah fluoridasi ().
Pada anak usia di bawah 3 tahun, gunakan pasta gigi dalam ukuran kecil (smear; gambar
kiri) suatu lapisan tipis kurang dari tiga per empat bagian bulu sikat. Ketika usia mencapai 3-6 tahun,
gunakan dalam ukuran kecil (pea ; gambar kanan).
Gambar. Ukuran pasta gigi pada anak-anak (Sumber: Delivering better oral health: an evidencebased toolkit for prevention)
Alat pembersih gigi lainnya
Selain sikat gigi yang dapat membersihkan gigi terutama pada sisi oklusal, lingual, dan
bukal, terdapat langkah pembersih lainnya yaitu dental floss dan sikat interdental yang dapat
membantu mencapai kesehatan rongga mulut yang lebih optimal dengan membersihkan daerah
mesial dan distal.
1)
Dental floss
Bukti mengenai tingkat efektivitas pemakaian dental floss belum dicapai suatu konklusi
bahwa metode ini sebagai pelengkap dari menggosok gigi dapat mengurangi tingkat karies.
Beberapa penelitian menyatakan dapat mengurangi karies proksimal, meski beberapa hasil
lainnya menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan secara statistik maupun bias. (2+ / 2++)
2)
Sikat interdental
Begitu pula dengan sikat interdental di mana pada beberapa penelitian belum tercapai
suatu konklusi rekomendasi bahwa pemakaian metode ini sebagai pelengkap menggosok gigi
dapat mengurangi tingkat karies. Hasil yang didapat cenderung bias dikarenakan penurunan
karies lebih disebabkan oleh aplikasi fluoride ataupun metode lainnya. (1-)
2.
mengubah ekologi plak dari kariogenik menjadi non kariogenik tanpa mengganggu bakteri lain
yang tidak berperan pada proses karies.
Namun berdasarkan penelitian belum didapatkan suatu kesimpulan rekomendasi karena
rendahnya kualitas metodologi dan hasil yang belum spesifik. Hasil masih bias dan belum
dilakukan dengan metode yang terukur untuk mendapatkan suatu kesimpulan. (1- / 1++)
2)
3)
4)
Gel fluoride
Gel fluoride dengan konsentrasi tinggi diaplikasikan ke gigi dengan harapan mencegah karies
dan meremineralisasi lesi karies dini. Berdasarkan hasil studi didapatkan peningkatan aplikasi
gel fluoride memberikan proteksi karies terutama pada pasien aktivitas karies tinggi. Meski
demikian pemakaian gel fluoride hanya dikondisikan jika tidak adanya pasta gigi berfluoride,
sehingga rekomendasi belum dapat diberikan untuk pemakaian ini. (1+ / 1++)
5)
6)
7)
Kombinasi pemakaian topikal antikaries diketahui dapat meningkatkan efek reduksi insidensi
karies. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi penurunan 10% dmfs , serta dinilai lebih
efektif mencegah karies. Meski demikian belum diteliti mengenai efek samping. Hasil yang
maksimal namun belum dikeluarkan rekomendasi secara resmi oleh SIGN. (1++)
3.
4.
yaitu dalam buku Delivering Better Oral Health: an evidence-based toolkit for
prevention, digunakan tingkat EBD I-V oleh Gray untuk pencegahan karies (Lampiran 1).
Pada anak usia 0-6 tahun:
-
Sejak usia 6 bulan, bayi diajarkan untuk minum susu dari gelas khusus (free flow cup) dan sejak
usia 1 tahun dikurangi minum susu botol (III)
Orang tua atau penjaga harus membersihkan atau menyikat dan mengsupervisi menggosok gigi
(I)
Ketika gigi telah eruspi, bersihkan dua kali sekali dengan sikat gigi berfluor (I)
Sikat gigi pada malam hari dan satu kali pada kesempatan lain dalam 1 hari (III)
Gunakan pasta gigi berfluor dengan kadar tidak kurang dari 1000 ppmF (I)
Dapat digunakan pastagigi dengan ukuran sedikit (smear) (GP good practice)
Frekuensi dan jumlah makanan atau minuman dengan kandungan gula harus dikurangi (I,III)
Sikat gigi setidaknya dua kali sehari dengan pasta gigi befluor (I)
Sikat gigi pada malam hari dan satu kali pada kesempatan lain dalam 1 hari (III)
Menggosok gigi harus disupervisi oleh orang tua atau penjaga (I)
Gunakan pasta gigi berfluor dengan kadar tidak kurang dari 1000 ppmF (I)
Dapat digunakan pastagigi dengan ukuran sedikit (pea) (GP good practice)
Keluarkan ludah setelah menggosok, jangan dibilas, untuk menjaga kadar fluor (III)
Frekuensi dan jumlah makanan atau minuman dengan kandungan gula harus dikurangi (I,III)
Sikat gigi setidaknya dua kali sehari dengan pasta gigi befluor (I)
Sikat gigi pada malam hari dan satu kali pada kesempatan lain dalam 1 hari (III)
Gunakan pasta gigi berfluor dengan kadar tidak kurang dari 1.350-1.500 ppmF (I)
Dapat digunakan pastagigi dengan ukuran sedikit (pea) (GP good practice)
Keluarkan ludah setelah menggosok, jangan dibilas, untuk menjaga kadar fluor (III)
Frekuensi dan jumlah makanan atau minuman dengan kandungan gula harus dikurangi (I,III)
Langkah pencegahan untuk anak-anak terutama dengan risiko karies tinggi dilakukan melalui tiga
tahap pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer meliputi modifikasi perilaku
dengan edukasi kesehatan rongga mulut, edukasi agar anak menggosok gigi, mengurangi konsumsi
makanan dengan kadar gula tinggi, konsumsi makanan rendah gula, serta memilih obat tanpa salut gula.
Selain itu dilakukan proteksi gigi dengan sealant dan rutin ke dokter gigi, fluoride tablet atau varnish dapat
digunakan ataupun varnish klorheksidin.
Pencegahan sekunder dimaksudkan untuk menurunkan efek karies pada stase awal serta
pencegahan tersier dengan rehabilitasi gigi yang telah mengalami karies dengan perawatan preventif
lanjutan. Langkah yang dilakukan adalah dengan diagnosis karies menggunakan radiograf khususnya
bitewing untuk pemeriksaan awal dan pemeriksaan lanjutan. Pada tahap ini tahap pencegahan primer tetap
dilaksanakan. Manajemen lesi karies dilakukan dengan merestorasi gigi, memberikan sealant jika perluasan
masih terbatas, pada karies smooth surface tanpa kavitas segera dilakukan tata laksana. Gunakan varnish
fluoride untuk upaya preventif karies proksimal.
Pada tingkat komunitas, pencegahan karies dapat dilakukan melalui beberapa cara salah satunya
dengan model preventif melalui enam tingkat pencegahan. Pada tingkat pertama dilakukan upaya promosi
kepada masyarakat agar setiap pribadi dapat membuat pilihan yang sehat untuk hidupnya. Strategi ini dapat
melalui pendekatan material, sosial, ekonomi, maupun budaya sehingga terjadi suatu perubahan perilaku.
Pendekatan dapat dilakukan pada tingkat masyarakat seperti sekolah, lingkungan kerja, dan perumahan.
Sedangkan pendekatan secara struktural dapat dilakukan dengan peraturan mengenai gula pada obatobatan, ataupun regulasi makanan yang dijual di sekolah.
Pada tingkat kedua dilakukan upaya persuasi kepada setiap orang untuk merubah perilakunya.
Diperlukan edukasi dan bukti-bukti untuk meningkatkan kepercayaan orang untuk merubah perilaku. Tingkat
ketiga merupakan tahap diagnosis awal dari suatu penyakit, dilakukan dengan screening gejala awal dari
karies. Setiap individu dapat diajak untuk memeriksakan diri dan mengetahui kondisi gigi dan mulutnya.
Sedangkan pada tingkat keempat dilakukan upaya preventif non operatif untuk mencegah progresi lesi karies
yang sudah ada. Dapat digunakan pemakaian fluoride melalui varnish ataupun pasta gigi, serta perubahan
gaya hidup.
Jika tahap keempat belum memberikan hasil yang signifikan, dapat dilanjutkan ke tingkat lima yaitu
terapi rehabilitasi dengan memberikan terapi restorasi. Tahap terakhir atau tingkat keenam merupakan
deteksi dan pencegahan dari kondisi dampak dan kehilangan dari suatu penyakit yang telah berkembang.
Contoh dari tingkat enam ini adalah penggantian gigi yang hilang dan perawatan gigi yang mengalami
diskolorasi.
Tabel. Enam tingkat pencegahan pada komunitas (Sumber: Dental Caries: the disease and its clinical
management)
Pemanfaatan EBD dapat menghasilkan suatu bentuk rekomendasi yang sesuai untuk membuat
strategi yang tepat sehingga program pencegahan penyakit gigi dan mulut, khususnya karies dapat
dilaksanakan. Harapan utama adalah agar menurunkan prevalensi dan meningkatkan kualitas kesehatan gigi
dan mulut, baik tingkat individu (self care), keluarga, dan komunitas.
Intervensi promotif kesehatan gigi dan mulut difasilitasi oleh menyikat gigi setiap hari menggunakan
pasta gigi yang mengandung fluoride
Sealants
Resin-based fissure sealant diaplikasikan pada gigi Molar permanen anak- anak secepatnya setelah
terjadi erupsi gigi.
1.
2.
Deteksi pada populasi atau individu dengan resiko perkembangan karies gigi yang tinggi memungkinkan
upaya preventif seperti oral health promotion.
Penilaian resiko karies pada anak usia pra-sekolah menggunakan faktor-faktor berikut sebagai pendekatan :
Diet
Oral hygiene
Mikrobiologi
Sosiodemografi
Pengalaman karies sebelumnya
Saliva
Faktor resiko yang berpotensi pada karies gigi di anak-anak usia < 7 tahun antara lain adalah :
Oral hygiene
Diet
Paparan bakteri
Status sosioekonomi sosioekonomi rendah
Faktor yang berhubungan dengan konsumsi ASI atau penggunaan botol
Paparan fluoride
Kebiasaan merokok orang tua
Namun, kehadiran faktor-faktor ini tidak selalu dijadikan acuan untuk memprediksi terjadinya karies. Seorang
anak akan lebih beresiko karies jika ia memiliki streprococcus mutans (s.mutans) di usia muda. Jumlah dari
streptococcus mutans mungkin sebagian dapat dikompensasi oleh faktor-faktor yang sudah disebutkan
sebelumnya, yaitu, seperti oral hygiene yang baik dan diet non-kariogenik.
B. AAPD
B.1 AAPDs Guideline on Caries-risk Assessment and Management for Infants, Children, and
Adolescents
American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) menyadari pentingnya penilaian resiko karies
dapat membantu dokter gigi untuk memberikan keputusan mengenai perawatan (misal : diagnosis,
pemberian fluoride, diet, dan prosedur restorative) berdasarkan resiko karies dan kepatuhan pasien
untuk bayi, anak-anak, dan remaja.
Dalam pedoman ini kelompok usia dibagi menjadi 3, yaitu usia 1-2 tahun, 3-5 tahun, dan di atas 6 tahun.
Risk Assessment :
1.
2.
3.
4.
Sumber : AAPD. 2013. Guideline on Caries-risk Assessment and Management for Infants, Children, and
Adolescents. AAPD Journal.
Sumber : AAPD. 2013. Guideline on Caries-risk Assessment and Management for Infants, Children, and
Adolescents. AAPD Journal.
Rekomendasi :
1.
Menghitung faktor risiko karies harus berdasarkan usia anak, faktor biologis, faktor pelindung dan
2.
3.
Sumber : AAPD. 2013. Guideline on Caries-risk Assessment and Management for Infants, Children, and
Adolescents. AAPD Journal.
Sumber : AAPD. 2013. Guideline on Caries-risk Assessment and Management for Infants, Children, and
Adolescents. AAPD Journal.
Sumber : AAPD. 2013. Guideline on Caries-risk Assessment and Management for Infants, Children, and
Adolescents. AAPD Journal.
B.2
Guideline
on
Periodicity
of
Examination,
Preventive
Dental
Services,
Anticipatory
Berdasarkan pemeriksaan visual, dokter gigi dapat menggunakan alat bantu diagnostik tambahan
(misal : foto radiografi, hasil lab, dll). Interval waktu yang paling umum untuk pemeriksaan adalah 6 bulan
sekali.
preventif yang dilakukan sehari-hari dalam menunjang kesehatan gigi dan mulut.
Pemeriksaan radiografi
Waktu pemeriksaan radiografi awal tidak harus didasarkan pada usia pasien. Sebaliknya, setelah
meninjau riwayat dan temuan klinis pada pasien, perlu ditentukan apakah dibutuhkan pemeriksaan
radiografi. Karena, pemeriksaan radiografi dapat mengoptimalkan hasil pemeriksaan pasien.
Treatment maloklusi
Penggunaan alat hanya diindikasikan bila pasien anak ingin menghentikan kebiasaan buruk dan
mendapatkan keuntungan dari alat tersebut. Pada setiap tahap perkembangan oklusi, tujuan
intervensi/perawatan termasuk :
keadaan, posisi, dan perkembangan dari gigi M3. Jika terjadi impaksi, maka, dapat berpotensi menjadi
patologik. Kondisi patologi pada umumnya lebih sering terjadi seiring dengan pertambahan usia.
Sehingga, perlu dilakukan pertimbangan untuk mengekstraksi atau mempertahankan gigi tersebut
sebelum pertumbuhan mencapai 1/3 tengah dari gigi M3. Komplikasi pasca operasi dapat diminimalisir
jika dilakukan pada usia dini.
Rujukan untuk perawatan gigi teratur dan periodic
Penting untuk mengedukasi pasien dan orangtua mengenai transisi kepada dokter gigi yang lebih
berkompeten dalam hal perawatan kesehatan mulut dewasa. Pada saat yang telah ditentukan, pasien
harus dirujuk ke seorang dokter gigi untuk melanjutkan perawatan gigi secara rutin.
Rekomendasi berdasarkan usia :
6-12 bulan
1. Melengkapi pemeriksaan oral klinis dengan alat bantu diagnostik tambahan (misal : radiografi,
temuan klinis, dan kerentanan terhadap penyakit oral) untuk menilai perkembangan dan
2.
pertumbuhan, patologi, dan/atau injury pada rongga mulut untuk menunjang diagnosis
Memberikan konseling mengenai oral hygiene kepada orangtua, termasuk implikasi kesehatan oral
3.
4.
diindikasikan
Menilai keadaan sistemik dan status topical fluoride pada anak (termasuk jenis susu formula yang
sedang dikonsumsi dan paparan pasta gigi berfluoride) dan memberikan konseling yang berkaitan
dengan fluoride. Berikan suplemen fluoride sistemik jika di indikasikan, berikut penilaian dari total
5.
konsumsi fluoride dari meminum air, diet, dan penggunaan produk yang menunjang oral hygiene.
Menilai dan memberikan konseling mengenai kesesuaian pemberian asupan makanan, termasuk
6.
7.
8.
9.
orofacial
Memberikan konseling mengenai non-nutritive oral habit (misal : penggunaan botol susu)
Memberikan perawatan yang diperlukan dan/atau merujuk yang sesuai untuk setiap penyakit atau
10.
11.
12.
13.
injury
Memberikan panduan antisipatif
Konsultasikan dengan dokter anak jika diperlukan
Melengkapi penilaian resiko karies
Menentukan interval untuk reevaluasi secara periodik
12 24 bulan
1.
Ulangi seluruh prosedur untuk usia 6-12 bulan setiap 6 bulan sekali atau seperti yang ditunjukkan
2.
3.
4.
oleh status resiko individu pasien / kerentanan terhadap penyakit. Berikan instruksi mengenai oral
2.
3.
pasien
Memberikan pit & fissure sealent untuk gigi yang rentan terhadap karies (gigi anterior, premolar, dan
4.
5.
orofacial
Memberikan penilaian / perawatan dan rujukan jika terjadi perkembangan maloklusi sesuai dengan
6.
kebutuhan pasien
Memberikan perawatan dan/atau rujukan yang sesuai dengan penyakit, kebiasaan, atau injury pada
7.
rongga mulut
Menilai perkembangan bicara dan bahasa serta memberikan rujukan yang sesuai jika diindikasikan.
6 12 tahun
1. Ulangi prosedur yang ada pada usia 2 6 tahun setiap 6 bulan sekali atau seperti yang ditunjukkan
2.
3.
alcohol, tobacco)
Memberikan konseling mengenai bahaya piercing pada area intraoral/perioral
> 12 tahun
1. Ulangi prosedur yang ada pada usia 6 - 12 tahun setiap 6 bulan sekali atau seperti yang
2.
Pada saat usia yang sudah ditentukan, dokter gigi anak boleh merujuk pasien ke dokter gigi umum
untuk melanjutkan perawatan gigi dan mulut
Oral Health Program Periodontal Disease
Prinsip dasar dalam menjaga kesehatan jaringan periodontal dan mencegah terjadinya penyakit
periodontitis menurut Public Health England adalah sebagai berikut :
1.
Mencegah terjadinya Gingivitis. Menurut Lang, Schatzle dan Loe (2009) Gingivitis merupakan
langkah awal dari terjadinya periodontitis dan kehilangan gigi ( tooth loss) . Pencegahan Gingivitis
dimulai dari kontrol plak untuk menjaga OH tetap baik.Kontrol Plak diawali dengan Dokter Gigi
memberikan saran yang meliputi:
Menginstruksikan teknik menyikat gigi yang benar, seperti seluruh permukaan gigi disikat,
batas antara gigi dan gusi ( margin gingiva) serta daerah interdental harus dibersihkan.
Menyarankan penggantian sikat gigi secara rutin, misal setiap 1-3 bulan mengganti sikat
gigi yang lama dengan yang baru. Kriteria Sikat gigi yang baik yaitu kepalanya kecil dengan
struktur bulu yang medium ( tidak kasar dan tidak terlau halus)
Memberikan motivasi kepada pasien untuk membersihkan daerah interdental dengan
2.
Deteksi dini periodontitis menggunakan Basic Periodontal Examination (BPE). British Society of
Periodontology mengatakan bahwa periodontitis dapat dimulai dari usia anak-anak hingga masa
remaja. Namun pada masa ini (7-11 tahun) pemeriksaan tidak menggunakan probing, cukup dilihat
secara visual. Berikut pemeriksaan BPE berdasarkan kategori umur: 7-11 tahun dan 12-17 tahun
Smoking Cessation and Training (NCSCT) merumuskan pertanyaan yang digunakan konsultan
kepada perokok :
Menurut penelitian Jha et al pada tahun 2013 di England, perokok yang mau mencoba untuk
berhenti merokok akan melaksanakan tekadnya apabila ada bantuan dari smoking service
tertentu dibandingkan dengan mereka yang hanya diberi saran.
b.
Diabetes
Diabetes dapat meningkatkan risiko periodontitis kearah yang lebih parah.
periodontitis
Memberikan motivasi kepada pasien untuk mengontrol penyakit diabetesnya ( diet,
medikasi, rutin olahraga dll) dan harus sering kontrol ke dokter spesialis penyakit
dalam.
c.
Konsumsi Obat-obatan
Mulut kering- disebabkan oleh obat anti depressant dan anti histamine
Gingival Enlargement obat yang dikonsumsi oleh orang yang memiliki penyakit
cardiovascular.
Dokter gigi menanyakan pasien apakah pernah mengalami mulut kering/ pelebaran gusi
setelah mengonsumsi obat-obatan tertentu atau tidak. Dokter gigi melakukan pemeriksaan
klinis, misal pada mulut kering cenderung memiliki karies, infeksi candida, perubahan mukosa
dan terdapat deposit plak; pada Gingival Enlargement cenderung mengalami pembengkakan
gusi. Pasien disarankan untuk menghubungi dokter yang meresepkan obat- obatan tersebut
untuk menanyakan apakah ada kemungkinan untuk diganti atau tidak. Pasien dianjurkan untuk
berkumur menggunakan clorhexidine.
4.
Kondisi Akut
Acute Necrotizing ulcerative gingivitis and periodontitis membutuhkan perawatan yang segera dan
dalam jangka panjang berupa terapi periodontal.
Kondisi Kronis
Gingivitis pubertas. Pasien perlu diedukasi dalam merawat OH ( cara menyikat gigi yang baik dan
benar, flossing) etiologi penyakit, karakteristik dan pencegahan ke tahap yang lebih parah. Apabila
tinggi.
Faktor risiko periodontitis yang dapat mempengaruhi kehamilan
Terapi periodontal yang sesuai dan motivasi pasien untuk menjaga kesehatan jaringan periodontal.
Sumber : Preiodontal Screening and Recording: Early Detection of Periodontal Disease by Tanya
Villalpando (2014)
Setelah setiap gigi dalam sextant telah diperiksa,hanya kode yang dicatat dan hanya satu nilai yang
dicatat untuk setiap sextant. Jika sextant edentulus beri tanda X. Pengukuran dicatat dalam grafik
khusus.
Sumber : Preiodontal Screening and Recording: Early Detection of Periodontal Disease by Tanya
Villalpando (2014)
Interpretasi Kode
o Kode 0 : bagian berwarna dari probe terlihat semua pada celah terdalam dari sextant, tidak ada
kalkulus atau defektif margin, jaringan gingiva sehat tidak ada perdarahan setelah probing
Kode 1 : bagian berwarna dari probe terlihat semua pada kedalaman probing terdalam dari
sextant, tidak ada kalkulus atau defektif margin, namun terdapat perdarahan setelah probing
Kode 2 : bagian berwarna dari probe terlihat semua pada kedalaman probing terdalam dari
sextant, terdapat kalkulus supra/subgingiva dan/atau defektif margin
Kode 3 : bagian berwarna dari probe terlihat sebagian pada kedalaman probing terdalam dari
sextant
Kode 4 : bagian berwarna dari probe sama sekali tidak terlihat, mengindikasikan kedalaman
probing lebih dari 5,5 mm
Simbol * harus ditambahkan pada skor sextant ketika ditemukan : keterlibatan furkasi,
mobilitas, masalah mukogingiva, atau perluasan resesi ke daerah berwarna dari probe
Pedoman Perawatan
o Kode 0 : perawatan pencegahan yang sesuai harus diberikan juga review dari daily plaque
o
o
control habits
Kode 1 : instruksi kebersihan mulut individu, dan terapi yaitu menghilangkan plak subgingiva
Kode 2 : instruksi kebersihan mulut individu dan terapi yaitu menghilangkan plak subgingiva
o
o
o
o
requirements
Limitasi
o Tidak dapat menggantikan pemeriksaan full-mouth periodontal
o Sulit untuk membedakan pseudo-pocket dari true pocket pada pasien anak
o Tidak perlu dilakukan pada pasien yang sudah menerima perawatan untuk penyakit periodontal
dilakukan pemeriksaan periodontal komrehensif
2.
3.
Usia
Riwayat merokok
Diagnosis diabetes
Riwayat bedah periodontal
Kedalaman poket
Keterlibatan furkasi
Restorasi/kalkulus di bawah margin gingival
Radiographic bone height
Lesi tulang vertical
Bobot penilaian :
Diklasifikasikan dari 1 (least risk) 5 (highest risk)
Tingkat penyakit : 1 (health) 100 (severe disease)
-
Kanker mulut dan faringeal merupakan istilah untuk berbagai kelompok tumor
yang mempengaruhi rongga mulut dan faring, yang paling sering terjadi adalah squamous cell
carcinomas. Biasanya kanker terjadi pada bibir, lidah, faring, dan rongga mulut. Lebih dari 30.000
kasus baru kanker mulut dan faringeal didiagnosis tiap tahunnya di Amerika, dan lebih dari 8.000
orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini.
-
tembakau dan alkohol, dan untuk lip cancer karena terpapar sinar matahari. Tembakau dan alkohol
secara langsung meningkatkan risiko kanker mulut dan faring, dan kedua faktor tersebut bekerja
secara sinergis, sehingga individu yang mengonsumsi keduanya memiliki risiko yang lebih tinggi
daripada seseorang yang hanya mengonsumsi salah satunya. Faktor risiko lain termasuk konsumsi
buah dan sayuran yang kurang, tidak menggunakan perlindungan ultraviolet, atau karena infeksi
virus tertentu.
-
untuk mengembangkan strategi dalam mencegah dan mengendalikan kanker mulut dan faring di
Amerika Serikat. Konferensi yang disponsori oleh Natioanl Institute of Dental and Craniofacial
Research dan ADA, terdiri atas lebih dari 125 ahli dalam pencegahan dan pengendalian,
perawatan, dan penelitian mengenai kanker mulut dan faring. Para ahli ini mengembangkan
rekomendasi mengenai advokasi publik, kolaborasi, dan membangun koalisi; edukasi publik;
edukasi dan praktik profesional; dan pengumpulan data, evaluasi, dan penelitian. Sebuah subgrup
multidisiplin dari konferensi tersebut saling bertemu kembali dan berbagi informasi tentang
progress dari program mereka dan membahas langkah-langkah dalam melaksanakan national
plan. Grup tersebut juga mengembangkan beberapa model program untuk pencegahan dan
deteksi dini kanker mulut dan faring.
-
berhubungan dengan primary prevention (misalnya, mengurangi faktor risiko) dan deteksi dini.
Salah satu rekomendasinya adalah bahwa orang- orang dengan risiko tinggi terkena kanker mulut
lebih banyak mengunjungi dokter daripada dokter gigi, padahal pemeriksaan yang dilakukan oleh
dokter umum berbeda dengan pemeriksaan oral yang dilakukan oleh dokter gigi, semua primary
care provider sebaiknya lebih bertanggungjawab terhadap konseling pasien mengenai perilaku
(behavior) yang menempatkan mereka pada risiko berkembangnya kanker; melakukan
pemeriksaan kanker mulut pada semua pasien yang memiliki risiko tinggi terhadap perkembangan
penyakit tersebut karena penggunaan tembakau atau komsumsi alkohol yang berlebih; dan
sebaiknya merujuk pasien ke spesialis yang sesuai untuk perawatan lesi oral yang dicurigai.
-
tersebut. Edukasi yang komprehensif dari praktisi medis dan dental dalam mendiagnosis dan
menangani lesi dengan segera direkomendasikan untuk memfasilitasi kolaborasi multisiplin dalam
mendeteksi kanker mulut pada earliest stages. Dan karena kurangnya pengetahuan publik
mengenai faktor risiko kanker mulut dan faring yang dapat dideteksi pada tahap awal, sehingga
Sangat perlu membangun evidence base strategi efektif dan intervensi untuk
meningkatkan deteksi dini kanker mulut dan faringeal dan untuk mengurangi insidensi dan
mortalitas. Surveillance juga diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok yang berisiko tinggi dan
berhubungan dengan perilaku, termasuk penggunaan tembakau dan alkohol.
-
Community-based Interventions
Upaya pencegahan yang ditujukan untuk usia muda sangat penting karena
hampir semua inisiasi penggunaan tembakau di Amerika Serikat terjadi pada usia 18 tahun.
Semakin cepat mereka memulai merokok, ketika mencapai usia dewasa kemungkinan akan
menjadi perokok berat, membuat program pencegahan penggunaan tembakau semakin susah.
-
Pedoman
Program
Kesehatan
Sekolah
untuk
Mencegah
Penggunaan
dan
3.
4.
5.
atas.
Memberikan pelatihan program khusus untuk para guru.
Melibatkan orang tua atau keluarga dalam mendukung program berbasis sekolah untuk mencegah
6.
penggunaan tembakau.
Mendukung upaya penghentian penggunaan tembakau di kalangan siswa dan semua staf di
7.
sekolah.
Menilai program tobacco-use-prevention secara berkala.
-
penggunaan tembakau telah berfokus pada merokok. Hal ini berawal dari NCI yang melakukan
randomized trial terhadap intervensi untuk mencegah kegiatan merokok pada remaja dan
mempromosikan penghentian merokok pada orang dewasa. Nilai dari intervensi multipel
dikonfirmasi NCIs COMMIT. Kesimpulan utama dari studi ini, bahwa pengurangan dalam skala
besar prevalensi merokok tidak mungkin terjadi jika intervensi berfokus pada individu, akan tetapi
intervensi akan efektif ketika dilakukan di komunitas (community-based). Lebih lanjut, peneliti
menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam proporsi perokok ringan sampai
sedang (tidak berat) yang berhenti di masyarakat intervensi dibandingkan dengan masyarakat
kontrol.
-
Penemuan dari COMMIT dan penelitian lain di Amerika Serikat dan negara
lainnya memunculkan planning ASSIST (American Stop Smoking Intervention Study for Cancer
Prevention). ASSIST model menggunakan sistem survailens yang memungkinkan untuk timeseries analysis membandingkan komunitas intervensi dan komunitas kontrol.
-
Meskipun fokus mayor dalam mengurangi risiko kanker oral dan faring adalah
misalnya karena interaksi gen-lingkungan yang terjadi sejak pembuahan. Defek kraniofasial juga
dapat terjadi karena embrio atau fetus rentan terkena teratogen lingkungan, suplai oksigen
berkurang, atau karena defisit nutrisi. Terdapat laporan bahwa terdapat hubungan antara low-birthweight, bayi prematur yang mungkin menunjukkan anomali kraniofasial, dan ibu dengan penyakit
oral kronik infeksius. Selain itu, diet asam folat yang buruk meningkatkan risiko spina bifida dan
kemungkinan terjadinya cleft.
-
Mengedukasikan
berbagai
macam
hal
yang
dapat
mempengaruhi
UUD 1945
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
-
Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar
iuran, meliputi :
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan
penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.
2.
Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari :
Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya
o
Pegawai Negeri Sipil
o Anggota TNI
o Anggota Polri;
o Pejabat Negara
o Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri
o Pegawai Swasta
o Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima Upah.
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan e yang mampu membayar iuran.
Penerima Pensiun, terdiri dari :
Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun
Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak
pensiun
Penerima pensiun lain
Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang mendapat
hak pensiun.
-
1.
Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung, anak tiri dan/atau anak
Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, dengan
kriteria:
-
a. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;
b. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun
yang masih melanjutkan pendidikan formal.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja : Peserta dapat mengikutsertakan anggota
keluarga yang diinginkan (tidak terbatas).
3. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi anak ke-4 dan
seterusnya, ayah, ibu dan mertua.
4. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi kerabat lain seperti
Saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll.
1.
2.
Iuran
Bagi peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar oleh Pemerintah.
Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah non
pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 3%
3.
(tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh peserta.
Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar
4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat
4.
persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh Peserta.
Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya,
ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji atau upah per
5.
6.
b.
c.
7.
1.
Keterlambatan pembayaran Iuran untuk Pekerja Penerima Upah dikenakan denda administrative
sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3
2.
(tiga) bulan, yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak oleh Pemberi Kerja.
Keterlambatan pembayaran Iuran untuk Peserta Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja
dikenakan denda keterlambatan sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang
tertunggak paling banyak untuk waktu 6 (enam) bulan yang dibayarkan bersamaan dengan total
iuran yang tertunggak.
-
a.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup:
a. Administrasi pelayan
b. Pelayanan promotif dan preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
b.
b.
sub spesialis
iii. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
iv. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
v. Pelayanan alat kesehatan implant
vi. Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis
vii. Rehabilitasi medis
viii. Pelayanan darah
ix. Pelayanan kedokteran forensik
x. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
Rawat Inap yang meliputi:
i. Perawatan inap non intensif
ii. Perawatan inap di ruang intensif
iii. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
-
1.
Kontak pertama/first contact. Dokter gigi sebagai pemberi pelayanan yang pertama kali ditemui
2.
3.
luas.
Pelayanan paripurna/comprehensive. Dengan cara memberikan pelayanan menyeluruh dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative) sesuai kebutuhan pasien. Dengan demikian
4.
5.
6.
Dokter
Gigi
dan
pasien
dengan
pelayanan
kesehatan
gigi
dan
mulut
yang
7.
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
Pendaftaran
penunjang lain)
Peserta mendapatkan
Puskesmas/klinik
Tidak ada pendaftaran peserta ke Dokter Gigi lain.
-
pelayanan
gigi
di
Dokter
Gigi
yang
menjadi
jejaring
2.
dengan mengisi Daftar Isian Peserta (DIP) yang disediakan oleh BPJS Kesehatan.
Pelayanan gigi kepada peserta diberikan oleh Dokter Gigi sesuai pilihan Peserta.
Penggantian Fasilitas Kesehatan Dokter Gigi diperbolehkan minimal setelah terdaftar 3
b.
Peserta membawa identitas BPJS Kesehatan serta surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
Peserta melakukan pendaftaran ke RS dengan memperlihatkan identitas dan surat
rujukan
dan/atau pemberian tindakan dan/atau obat dan/atau Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Setelah mendapatkan pelayanan, Peserta menandatangani bukti pelayanan pada lembar
yang disediakan oleh masing-masing Fasilitas Kesehatan.
-
A. Cakupan Pelayanan
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
B. Prosedur Pelayanan
Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan memperoleh resep protesa gigi/gigi palsu yang
mencantumkan jumlah dan lokasi gigi.
Protesa gigi/gigi palsu dapat diperoleh dari :
a. Dokter Gigi praktek mandiri/perorangan
b. Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan dokter gigi dan/atau jejaring dokter gigi
c. Klinik yang memiliki tenaga kesehatan dan/ atau jejaring dokter gigi; atau
d. Rumah Sakit.
Peserta menandatangani bukti tanda terima, setelah mendapatkan protesa gigi/gigi palsu
Protesa gigi/gigi palsu dapat diberikan kembali paling cepat 2 (dua) tahun sekali atas indikasi
medis untuk gigi yang sama.
-
1.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
2.
yang berlaku
Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan
3.
4.
5.
6.
1.
Dokter Gigi Praktek Mandiri/Perorangan dibayarkan langsung ke Dokter Gigi berdasarkan jumlah
peserta terdaftar.
-
A.
Pengertian
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
pelayanan kesehatan gigi yang berorientasi pada komunitas melalui unsur keluarga sebagai target
utama serta memandang individu-individu baik yang sakit maupun sehat sebagai bagian dari unit
keluarga dan komunitasnya. Selain itu, dokter gigi keluarga juga harus mampu melayani
masyarakat melalui unit keluarga yang berfungsi sebagai kontak pertama, menganalisis kebutuhan,
rencana perawatan dan asuhan serta melaksanakan pelayanan kedokteran gigi pada tingkat
individu dan keluarganya sesuai lingkup.
B.
Visi
-
C.
terjangkau.
Memberikan pelayanan, memelihara, dan meningkatkan kesehatan gigi perorangan serta
masyarakat (keluarga binaan) sehingga tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang
D.
E.
diharapkan.
Meningkatkan profesionalisme dokter gigi keluarga dalam mengemban peran, tugas, dan
fungsinya.
Meningkatkan kemitraan dengan profesi, institusi pendidikan, dan pihak-pihak terkait.
Tujuan
Tercapainya kemandirian keluarga dalam menjaga dan memlihara kesehatan gigi dan mulut.
Terpenuhinya kebutuhan keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi yang optimal,
bermutu, terstruktur, dan berkesinambungan.
Tertatanya pembiayaan dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga.
Tertatanya administrasi dan manajemen pelayanan kedokteran gigi keluarga.
Terbinanya profesionalisme dokter gigi keluarga secara berkesinambungan.
Sasaran
Pada tahun 2010 jumlah keluarga yang dibina dokter gigi keluarga mencapai
28% dari jumlah penduduk dan 80% dokter gigi dan perawat gigi telah
memperoleh pelatihan/pendidikan kedokteran gigi keluarga sehingga sistem
F.
dan etis
Ujung tombak dalam sistem pelayanan kesehatan nasional dan berhadapan langsung dengan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Di samping itu
berfungsi sebagai penapis rujukan upaya kesehatan gigi dan mulut keluarga ke fasilitas yang
lebih mampu.
Koordinator dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien dan keluarhnya serta
H.
mulut.
Bidang Garapan Dokter Gigi Keluarga
Ditinjau dari fase tumbuh kembang, maka lingkup masalah dari kesehatan
-
I.
based dentistry.
Penggalang peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan gigi dan
NO
-
1
-
MASALAHNYA)
Fase janin:
Tumbuh kembang
Diet, gizi
Ibu/ibu hamil:
Gangguan hormonal
Penyakit gimul
OH
Perilaku dan motivasi calon ibu
Anak-anak:
Masalah klinis pedodontia
Kebiasaan buruk anak
Awal masalah maloklusi
KOMPETENSI YANG
DIPERLUKAN
Perubahan perilaku
Penatalaksanaan pasien anak
Diagnosis dini dan perawatan yang tepat
Identifikasi faktor-faktor risiko
Orthodonti untuk diagnosis dini dan
perawatan segera
Intervensi klinik pasien dewasa
Kontrol terhadap perokok
Manajemen stress
Manajemen faktor risiko
Pengaturan dana kesehatan keluarga
Keluarga masalahnya:
Pelanggaran etik
Malpraktik
Perlanggaran perjanjian oleh pihak
-
ketiga
Pelanggaran hukum
1.
-
bila perlu.
Mengurangi rasa sakit atau mengeliminasi infeksi / pertolongan pertama pada gigi dan mulut
2.
-
J.
3.
4.
K.
gigi
Tindakan penanganan dini yaitu scaling dan rootplaning
Memberi advokasi untuk menanggulangi kelainan saliva dan masalah nutrisi gizi / diet
Pelayanan medik gigi dasar / simple care
Tumpatan gigi (glassionomer/komposit/kombinasi)
Ekstraksi gigi (gigi sulung persistensi/gigi tetap karena penyakit/keperluan ortodonti)
Perawatan pulpa (pulpcapping/pulpotomi/perawatan saluran akar gigi anterior)
Perawatan atau pengobatan abses
Penanganan dry socket
Mengobati ulkus recurent
Pengelolaan halitosis
Pelayanan medik gigi khusus / moderate care
Konservasi gigi
Pedodonsia
Periodonsia
Bedah mulut
Orthodonsia
Prostodonsia
Oral medicine
Strategi
Agar terciptanya pelayanan kedokteran gigi keluarga yang bermutu, disusun
-
strategi sbb:
Mengembangkan kebijakan dan manajemen pelayanan kedokteran gigi keluarga
pengendalian,
dan
penilaian
pelayanan
kedokteran gigi keluarga yang mengacu pada kebijakan, standar, pedoman, dan indikator
nasional.
Kedudukan
-
L.
M. Organisasi
-
Unit pelayanan kedokteran gigi keluarga dilaksanakan oleh tim yang terdiri
dari dokter gigi keluarga dan perawat gigi dengan diskripsi tugas yang jelas.
Tata Kerja
Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Dengan Puskesmas dalan wilayah kerjanya
Dengan jenjang pelayanan kesehatan rujukan
Dengan Rumah Sakit terdekat
Dengan lintas sektor, khususnya institusi sekolah dasar
O. Upaya
Upaya pelayanan kedokteran gigi keluarga wajib yang meliputi
Perawatan kegawatdaruratan
Asuhan pencegahan
Perawatan sederhana
Upaya pelayanan kedokteran gigi keluarga pengembangan yang dilakukan berdasar
N.
sarana penunjang/rujukan
Azaz Penyelenggaraan
Azaz Pertanggungjawaban Wilayah
Dokter gigi keluarga yang berada di wilayah kerjanya bertanggung jawab meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Setiap dokter gigi
-
murid
Kader Posyandu Usila, Panti Wreda
Kader Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
Tokoh Agama
Tokoh Masyarakat
Swasta dan Masyarakat
-
Penyusunan dan pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan gigi dan mulut
dengan
pendekatan
terintegrasi
dengan
program
kesehatan
lainnya
yang
memperhatikan sasaran yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan, yang tertuang dalam
Rencan Strategi Kementerian Kesehatan. Adapun program, kegiatan dan sasaran pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dilakukan melalui :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
di RS)
Lintas Sekto (Kerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional, swasta, FKG/CHS/
profesi, dunia usaha dalam pengadaan ART, pasta fluor generik, sikat gigi generik, tim
penggerak PKK)
7.
A.
-
dan balita
3. Penyusunan pedoman pembinaan kesehatan gigi melalui polides
4. Perlindungan kesehatan gigi anak dengan sikat gigi sesudah makan
c. Program peningkatan perilaku hidup bersih sehat sejak dini
1. Penyusunan buku pendidikan kesehatan gigi remaja
2. Penyusunan lembar balik penyuluhan kesehatan gigi
3. Penyusunan standar pelayanan kesehatan gigi bagi anak berkebutuhan khusus
4. Penyusunan materi kesehatan gigi dan mulut untuk RS
5. Penyusunan pedoman standar peralatan kedoktern gigi RS
d. Program lingkungan pemakaian air dan udara sehat
e. Program kesehatan keluarga
f. Program pencegahan kecelakaan dan rudapaksa termasuk keselamatan lalu lintas
g. Program integrasi dengan penyakit tidak menular
Ibu Hamil Dan Usia Balita
Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan tentang pedoman
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dan anak usia balita bagi tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan tahun 2012.
Manfaat Pedoman :
1. Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan yang menangani ibu hamil dan balita
2. Sebagai materi pendidikan kader kesehatan
3. Sebagai materi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut bagi ibu hamil dan balita
4. Sebagai materi untuk memberikan konsultasi kepada calon ibu baik dalam merencanakan
Tenaga kesehatan yang bertugas menangani calon ibu hamil, ibu hamil, dan ibu dengan anak
balita
-
Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dan anak usia balita
-
Perawatan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil sebaiknya dimulai sejak dini yaitu
sebelum masa kehamilan. Sehingga didapatkan perawatan kesehatan secara menyeluruh. Maka dari
itu, setiap tenaga pelayanan kesehatan diharapkan dapat berperan dalam :
mendorong calon ibu hamil memeriksakan kondisi gigi dan mulut ke fasilitas pelayanan kesehatan
-
gigi;
meningkatkan kesadaran calon ibu tentang pentingnya kesehatan gigi mulut;
meluruskan kesalahpahaman di budaya setempat bahwa kehilangan gigi dan perdarahan di
kehamilan, menyebabkan kelahiran premature dan berat bayi lahir rendah serta munculnya indikasi
pencabutan yang dilakukan saat kehamilan. Adanya perubahan hormonal saat kehamilan dan faktor
lokal seperti plak atau karang gigi dapat menimbulkan pembesaran dan peradangan pada gusi.
Sehingga kondisi gigi dan mulut sebelum kehamilan menjadi buruk.
KEHAMILAN
Waktu kehamilan kurang lebih 280 hari atau 40 minggu semenjak hari pertama menstruasi terakhir.
Terdapat tiga bagian atau trimester masing-masing selama 13 minggu. Pada wanita hamil umumnya
terjadi perubahan-perubahan sebagai berikut :
Perubahan Fisiologis (perubahan normal pada tubuh) : penambahan berat badan,
gigi dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit gigi dan mulut. Beberapa hal dalam kesehatan gigi
dan mulut yang perlu mendapat perhatian selama masa kehamilan antara lain :
er 1
Trisemest
Merasa
lesu,
mual,
Hindari
menghisap
suasana asam
Peningkatan plak karena
permen
terus-
menerus
-
Setelah
muntahmuntah segera
bersihkan
mulut
dengan
kumur
larutan
soda
kue
sodium
bicarbonate
dan
menyikat
gigi setelah 1
jam
-
Hindari minum
obat
anti
muntah,
penghilang
rasa
sakit
tanpa
persetujuan
dokter
(cacat
bawaan seperti
-
Trisemest
er 2
Hal
sama
dengan
Peradangan
pada
celah bibir)
gusi (warna
menyikat gigi
Timbul benjolan pada gusi (epulis
gravidarum) terutama pada bukalis, warna
menjadi
Trisemest
er 3
Epulis
mencapai
keunguan
hingga
biru,
gravidarum
di
puncak
bulan
memelihara
ketujuh.
Manifestasi di Rongga Mulut
Beberapa gangguan pada rongga mulut dapat disebabkan oleh perubahan hormonal atau
kelalaian perawatan gigi dan mulut, antara lain :
1. Gingivitis Kehamilan / Pregnancy Gingivitis
Perubahan pada gusi selama kehamilan diakibatkan kurangnya kesadaran
menjaga
kesehatan
gigi
dan
mulut,
meningkatnya
keras
(kalkulus,
margin
restorasi
2.
mudah
pertumbuhan
pada
berlebih
gingiva.
Istilah
ataupun
granuloma
kehamilan.
Granuloma
ini
tidak
berbahaya
tetapi
dapat
menyebabkan
3.
Karies Gigi
-
menimbulkan
pusing,
sakit
berdenyut
bahkan
A.2. Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Masa Kehamilan
Penanggulangan Pertama Gangguan
sampai
Ibu hamil, langsung disarankan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi,
saat terjadi keluhan pada gigi dan mulutnya. Pada keadaan darurat untuk mengatasi rasa sakit gigi,
tenaga kesehatan dapat memberikan obat analgesik. Penggunaan obatobatan yang tidak terkontrol
dapat membahayakan dan mengganggu kehamilan seperti keguguran, bayi lahir cacat, dsb.
Pada pelayanan kesehatan di pelosok desa, pemanfaatan obat tradisional dapat mengatasi
masalah kesehatan gigi dan mulut di saat darurat sebelum dirujuk ke klinik atau dokter gigi, antara
lain :
1. Bahan pereda sakit gigi : bunga cengkeh, garam dapur, bawang putih
2. Bahan pengurang bau mulut :Daun sirih, bunga cengkeh
3. Bahan sebagai obat sariawan : Jeruk nipis, daun sirih, daun saga
4. Bahan sebagai obat pengurang bengkak pipi : asam kawak, jahe
Pentingnya Pemeliharaan Kesehatan Gigi & Mulut Bagi Ibu Hamil
-
Seluruh tenaga pelayanan kesehatan harus menyarankan kepada ibu hamil bahwa:
Perawatan gigi dan mulut aman dan efektif dilakukan selama kehamilan. Perawatan gigi dan mulut
dan pengobatan. Jika akan dilakukan harus disertai proteksi yang maksimal
(menggunakan apron dan dosis radiasi yang rendah).
Pengobatan yang diperlukan dapat diberikan selama kehamilan, namun periode waktu sangat ideal
berkembang secara sehat & sempurna, mencegah terjadi berat bayi lahir rendah atau prematur.
Makanan yang dianjurkan untuk kesehatan gigi dan tubuh ialah makanan dengan kandungan serat
tinggi seperti buah-buahan dan sayuran. Selain baik untuk pencernaan, makanan yang berserat
juga secara tidak langsung dapat membersihkan sisa makanan yang lengket dan menempel pada
gigi.
Pelaksanaan program kontrol plak penting dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi dan
mempengaruhi perkembangannya.
Ada beberapa hal yang perlu ditekankan kepada ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan, yaitu:
1. Bila ibu hamil mengalami muntah-muntah, segera bersihkan mulut dengan berkumur-kumur
dengan secangkir air ditambah 1 sendok teh soda kue (sodium bicarbonat) dan menyikat gigi 1 jam
2.
setelah muntah.
Mengatur pola makan sesuai dengan pedoman gizi seimbang atau angka kecukupan gizi dan
3.
4.
sebelum tidur.
Memeriksakan keadaan rongga mulut ke dokter gigi karena kunjungan ke dokter gigi pada masa
Supaya ibu hamil terhindar dari penyakit gigi & mulut selama kehamilan, dianjurkan melakukan hal-
4.
5.
terhadap karies.
Menghindari makanan yang manis & lengket
Memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi
Beberapa hal yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil dalam perawatan kesehatan, antara lain:
Pencabutan gigi pada ibu hamil jika sangat diperlukan dapat dilakukan pada umur kehamilan
trimester II (4-6 bulan), sedangkan penambalan dan pembersihan karang gigi dapat dilakukan
Walaupun menurut American College of Radiology, dosis radiasi tunggal x-ray tidak cukup
signikan untuk menyebabkan efek buruk pada perkembangan embrio atau janin, tetapi lebih
baik untuk menghindar dari segala risiko.
-
yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di
sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi
individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
-
Pendidikan kesehatan gigi oleh guru, sikat gigi bersama dengan menggunakan pasta gigi
beruor, penilaian kebersihan mulut oleh guru/dokter kecil.
Pembinaan oleh tenaga kesehatan
Intervensi lingkungan
b.
yang membutuhkan perawatan kesehatan gigi dan mulut meliputi : surface protection, ssure sealant,
kegiatan skeling, penambalan dengan metode ART (Atraumatic
Restorative
Treatment technique)
penambalan, pencabutan, aplikasi uor atau kumur-kumur dengan larutan yang mengandung uor, bisa
dilaksanakan di sekolah, di Puskesmas atau di praktek dokter gigi perorangan/dokter gigi keluarga.
Tujuan
-
Tujuan Umum UKGS : Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta
Tujuan Khusus:
Meningkatnya pengetahuan, sikap dan tindakan peserta didik dalam memelihara kesehatan gigi
dan mulut.
Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam upaya promotif-preventif.
Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi peserta didik yang memerlukan.
Sasaran
-
1.
2.
3.
disetiap jenjang.
Sasaran tersier:
a. Lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai pada sekolah lanjutan tingkat
atas, termasuk perguruan agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya.
Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan.
Lingkungan, yang meliputi : sekolah, keluarga, masyarakat
Ruang Lingkup
b.
c.
Ruang lingkup program UKGS sesuai dengan Tiga Program Pokok Usaha
Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS) yang meliputi : pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat,
maka ruang lingkup UKGS yaitu:
1.
b.
c.
2.
3.
1.
Latihan atau demonstrasi cara memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.
Penanaman kebiasaan pola hidup sehat dan bersih agar dapat di implementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk:
a. Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut peserta didik;
b. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perorangan;
c. Pencegahan/pelindungan terhadap penyakit gigi dan mulut;
d. Perawatan kesehatan gigi dan mulut;
e. Rujukan kesehatan gigi dan mulut.
Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah kerjasama antara masyarakat sekolah (guru, murid,
pegawai sekolah, orang tua murid, dan masyarakat).
Kebijakan
Untuk mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut anak sekolah yang optimal, Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah harus diutamakan pada upaya meningkatkan kemampuan self care (pelihara diri)
2.
3.
4.
profesional terutama oleh guru / dokter kecil sebagai bagian integral dari UKS.
Upaya kesehatan perorangan dilaksanakaan oleh tenaga profesional (dokter gigi, perawat gigi).
UKGS diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, di bawah binaan Puskesmas dan TP
UKS.
Strategi
-
Untuk pemerataan jangkauan UKGS dan adanya target kesehatan gigi dan
mulut tahun 2010 yang harus dicapai maka diterapkan strategi pentahapan
UKGS yang disesuaikan dengan paket-paket UKS sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
UKGS
tahap I/ minimal
-
Sasaran
Pelatihan kepada
Murid SD
UKGS
Murid SD
UKGS
tahap III /
Optimal
Murid SD
dan MI yang
dan MI yang
dan MI yang
belum terjangkau
sudah terjangkau
sudah terjangkau
oleh tenaga
oleh tenaga
oleh tenaga
&fasilitas
&fasilitas
&fasilitas
kesehatan gigi
kesehatan gigi
kesehatan gigi
yang terbatas
-
yang optimal
-
guru
UKS
Pembina
&
dokter
kecil
tentang
pengetahuan
kesehatan
mulut
gigi
secara
terintegrasi.
Pelatihan
dilaksanakan
oleh
dinas
pendidikan
dengan
nara
sumber
tenaga
kesehatan gigi
-
Pendidikan
dan
penyuluhan
kesehatan
gigi
dilaksanakan
oleh
guru
penjaskes/guru
pembina
UKS/dokter kecil
sesuai
dengan
kurikulum
yang
berlaku
untuk
semua
murid
kelas
1-6,
dilaksanakan
minimal satu kali
tiap bulan.
-
Pencegahan
penyakit gigi &
mulut
dengan
melaksanakan
kegiatan
gigi
sikat
bersama
setiap
minimal
hari
untuk
oleh
guru
dengan
memakai
pasta
gigi
yang
mengandung
uor.
-
Pengobatan
darurat untuk
menghilangkan
rasa sakit oleh
guru.
-
Penjaringan
kesehatan gigi
dan mulut untuk
kelas I pada awal
tahun ajaran
diikuti dengan
pencabutan gigi
sulung yang
sudah waktunya
tanggal, dengan
persetujuan
tertulis (informed
consent) dari
orang tua dan
tindakan
dilakukan oleh
tenaga
kesehatan gigi.
Surface
protection pada
gigi molar tetap
yang sedang
tumbuh
(dilakukan di
sekolah atau
dirujuk sesuai
kemampuan),
bila pada
penjaringan
murid kelas I
dijumpai murid
dengan gigi
tetap ada yang
karies atau bila
gigi susu karies
lebih dari 8 gigi
dilakukan sure
sealant pada gigi
molar yang
sedang tumbuh.
-
Rujukan bagi
yang
memerlukan.
-
Pelayanan medik
gigi dasar atas
permintaan pada
murid kelas I
sampai dengan
kelas VI (care on
demand).
UKGS INOVATIF
UKGS Inovatif adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini yaitu
teknologi motivasi untuk membangkitkan peran serta masyarakat dan teknologi pencegahan dan
perlindungan gigi untuk memotong mata rantai karies. Teknologi pencegahan dan perlindungan
utamanya adalah teori karies terkini, khususnya dalam pengertian demineralisasi versus
reminerasisai, dan Minimum Intervention, khususnya dalam rangka proteksi gigi yang rawan
karies. Pada dasarnya prinsip perawatan Minimum Intervention dan intervensi seawall mungkin
terbukti memiliki nilai tambah, dalam arti lebih efektif dan terukur.
1.
DONUT IRENE
Program Donut Irene
- Program Interaktif Simulator Risiko Karies Donut Irene sebagai aplikasi teknik motivasiwawancara (Motivational interviewing - Miller and Rollnick 1991) dalam bentuk singkatan FRAMES
sebagai unsur konseling sederhana (Brief Counseling Element) yaitu:
o
o
o
o
o
o
Feedback
Responsibility
Advice
Menu
Empathy
Self-ecacy
(berdasarkan
disertasi
DR.
Indikasi:
Untuk dipresentasikan kepada orang tua murid TK/SD kelas 1 pada awal pelajaran baru
Pada dasarnya peran orang tua terhadap kesehatan gigi anaknya seusia TK / SD kelas I
sangat menentukan.
2.
Suatu cara terapi pencegahan karies dengan mengoleskan Casein Phospho Peptide Amorphous
Calcium Phosphate (CPP-ACP) pada gigi dalam kondisi awal karies yang bermanifestasi sebagai
White Spot. IPTEK terkini menunjukkan bahwa karies gigi bukan sekedar gigi berlubang, tetapi
adalah proses Demineralisasi versus Remineralisasi yang terjadi dalam struktur gigi. White spot
(bercak putih pada gigi) adalah proses karies masih reversible dan dapat disembuhkan dengan
memasukkan kembali ion Calcium dan ion Phosphate ke dalam struktur gigi yang telah hilang, melalui
sediaan CPP-ACP.
-
khusus agar terjadi proses kembalinya calcium dan phosphate ke dalam email gigi yang mengalami
demineralisasi, yaitu hilangnya mineral gigi dalam proses karies pada gigi. Dengan terapi
remineralisasi proses karies dapat dihentikan bahkan dikembalikan seperti semula.
-
Tujuan:
3.
bahan tambal yang bersifat adesif seperti glass ionomer kaya uor dan mempunyai kemampuan
mengalir (owable) agar pada email terjadi pematangan dengan terbentuknya ikatan uorapatite yang
tahan asam. Dengan demikian walaupun kemudian lapisan lepas, email gigi telah terproteksi.
Tujuan:
Mematangkan permukaan email yang baru erupsi, yang masih banyak mengandung karbonat,
agar terjadi pematangan email karena terjadinya ikatan Fluorapatit yang tahan asam.
Melindungi permukaan oklusal gigi yang ada sur hitamnya yang rawan karies menjadi ikatan
Kontra indikasi:
Tidak untuk gigi dengan permukaan oklusal dengan sur yang dangkal yang tergerus oleh gigi
antagonisnya.
-
1.
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut professional yang komprehensif, terpadu,
2.
3.
dan mulut
Mengembangkan tenaga kesehatan gigi melalui pendidikan dan pelatihan tambahan baik
4.
5.
6.
1.
Pembinaan dalam hal pencegahan, pengendalian, dan penurunan prevalensi penyakit gigi dan
2.
3.
4.
1.
dan sehat.
Membuat media promosi yang inovatif dan efektif, baik melalui media cetak, elektronik dan
secara langsung pada semua kelompok umur pada masyarakat seperti mencetak leaflet,
c.
2.
poster, CD, lembar balik, serta dialog interaktif di TV, radio, tayangan pendek.
Melakukan pendidikan tentang pentingnya perawatan gigi dan mulut yang teratu oleh tenaga
Fluoridasi air adalah pendekatan untuk populasi yang lebih luas namun
pelaksanaannya tergantung dari infrastruktur suatu Negara. Penambahan
fluor pada pasta gigi kurang mendapat perhatian publik dibanding
penambahan fluor dari air minum, meskipun kandungan fluor pada pasta
gigi di Indonesia sudah sesuai dengan yang disarankan BPOM.
Menyikat gigi dengan pasta gigi mengandung fluor harus diupayakan sejak
usia dini. Memasyarakatkan sikat gigi dengan pasta gigi ber-fluor dalam
bentuk kegiatan sikat gigi bersama dapat dilaksanakan pada kegiatan:
dan guru. Kegiatan tersebut dimasukkan dalam kegiatan PHBS (Program Hidup Bersih dan Sehat)
dan diintegrasikan dengan upaya kesehatan pokok lain di Puskesmas seperti kesehatan ibu
anak/KIA, gizi, kesling, posbindu, dan PKPR.
-
karies gigi dengan cara menyikat gigi adalah frekuensi menyikat gigi dan
berkumur hanya satu kali setelah menyikat. Namun direkomendasikan
menyikat gigi dua kali sehari, karena cara ini meningkatkan efektivitas fluor
dibandingkan dengan menyikat gigi sekali sehari. Selain itu berkumur
setelah menyikat gigi dapat mengurangi efektivitas fluor karena akan
mengurangi jumlahnya dipermukaan gigi sampai konsentrasi dibawah
optimal.
-
3.
biji kacang polong (0,05 0,1 gram) atau sesuai tanda (berwarna biru) pada sikat gigi
Anak usia 2-6 tahun seukuran biji kacang polong atua selebar sikat gigi khusus anak
(0,25 gram)
o Usia >6 tahun seukran biji kacang polong atau selebar sikat gigi yang digunakan
Setelah menyikat gigi ludahkan pasta gigi dan berkumur perlahan sekali saja dengan air
Konsentrasi fluor 1000-1500 ppm (minmal 800 ppm ion fluoride bioavailable)
Konsentrasi fluor tersebut lebih tinggi untuk pasta gigi orang tua
Rasa pasta gigi anak harus menarik bagi anak, namun tidak terlalu enak untuk ditelan
Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
a. Penyusunan pedoman promotif preventif dengan pendekatan UKGM
b. Penyusunan pedoman pembinaan kesehatan gigi melalui desa siaga
c. Penyusunan petunjuk pemeliharaan kesehatna gigi keluarga seri ibu hamil dan balita
d. Penyusunan lembar balik penyuluhan kesehatan gigi
e. Penyusunan buku usaha kesehatan gigi sekolah di taman kanak-kanak
f. Penyusunan buku usaha kesehatan gigi sekolah dan UKGS inovatif
g. Penyusunan buku pendidikan kesehatan gigi dan mulut remaja
h. Penyusunan buku pedoman usaha kesehatan gigi sekolah lanjutan
i.
Penyusunan pedoman pencegahan karies gigi berupa brosur, poster, leaflet, flyer, booklet,
j.
k.
kader posyandu dalam mempersiapkan dan memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
kepada masyarakat sasaran, serta melakukan pencegahan penyakit gigi dan mulut. Metode yang
digunakan yaitu dengan pendekatan Primary Oral Health Care Approach. Berdasarkan penelitian
kegiatan ini dapat menghasilkan kader posyandu mampu memberikan penyuluhan kesehatan gigi
dan mulut, mendemonstrasikan cara menyikat gigi yang baik dan benar serta melakukan
pemeriksaan deteksi dini karies gigi (Wardani R, Suryanti N, Setiawan AS, 2012).
yang berbeda-beda. Kelompok tersebut antara lain lansia, perokok, ibu hamil, dan anak-anak.
Kelompok tersebut perlu ditelaah untuk menyesuaikan program yang disusun dengan kelompok
yang dituju.
1.
Lansia
-
membawa implikasi pada perumusan dan arah kebijakan pembangunan, salah satunya untuk
memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan lansia. Dalam rangka mengupayakan
peningkatan kesejahteraan lansia, upaya harus dilakukan secara terpadu dan lintas sektor. Sampai
sekarang ini, Departemen Kesehatan RI mempunyai program kesehatan bagi lansia secara umum
yaitu Posyandu Lansia dan Puskesmas Santun Lansia.
a.
Posyandu Lansia
Merupakan wadah pelayanan kesehatan masyarakat bersumber daya masyarakat
(UKBM) untuk melayani penduduk lansia, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial, dll dengan menitikberatkan pada
b.
a.
Sasaran langsung
o Pra lansia 45 59 tahun
o Lansia 60 69 tahun
o Lansia Risti > 70 tahun/ 60 tahun dengan masalah kesehatan
b.
gigi
Tulang mandibula mengalami resorbsi, osteoporosis
Saliva xerostomia
Otot dan sendi rahang degenerative sehingga terjadi penurunan tonus, kaku sendi
Masalah gigi tiruan longgar, aus, rusak, debris
Manivestasi dari kelainan sistemik
-
Fungsi
Keluhan/ symptom
Keadaan patologis
Estetik
-
Seiring bertambahnya usia maka gigi geligi terutama permukaan akar lama-
kelamaan akan tereskpos, hal tersebut dapat menjadi tempat rentan berkembangnya karies.
Dalam melakukan pencegahan karies diperlukan penilaian faktor risiko karies, dan mengetahui
bahwa penilaian tersebut dapat berganti. Misalnya pasien dapat berpindah dari risiko rendah ke
tinggi dengan merubah pola dietnya.
-
Caries risk assessment pada lansia merupakan penilaian terhadap faktor risiko
yang menyebabkan lesi karies dapat berkembang pada seseorang. Hal ini selain bertujuan untuk
mengingatkan pasien untuk melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi, juga dapat membantu
operator dalam menentukan intervensi atau pencegahan yang diperlukan. Faktor- faktornya
meliputi diet, waktu, permukaan yang rentan terkena, tingkat plak. Dalam hal ini suatu individu
dapat dinilai risiko kariesnya dan dikelompokkan sebagai risiko tinggi, sedang dan rendah. Orang
dengan faktor risiko karies tinggi yaitu pasien yang memiliki mayoritas faktor risiko yang tinggi.
sedangkan risiko sedang yaitu orang yang memiliki penilaian tabel faktor risikonya seimbang.
a.
-
bulan
Menyikat gigi dua kali sehati dengan pasta gigi berfluoride
Membilas rongga mulut dengan fluoride mouthwash (0,05% NaF) selama 1 menit sebelum tidur
malam
Membilas rongga mulut rutin minguan sekali dengan larutan chlorhexidine selama 6 minggu
6 bulan setelah dilakukan radiografi dasar, ulangi prosedur radiografi untuk memonitor lesi
proksimal dan merestorasi lesi lain, yang biasanya telah mencapai sepertiga dentin. Jika tampak
suatu progress lesi, tingkatkan aplikasi chlorhexidine dan fluoride varnish 2-3x selama 6 bulan.
Instruksi menjaga oral hygiene dan konseling diet diperlukan untuk menunjang faktor keberhasilan
b.
-
periode 3 bulan dalam setiap tahunnya untuk pasien yang tetap berada dalam risiko karies sedang
Menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride
Membilas rongga mulut dengan mouthwash fluoride (0,05% NaF) selama 1 menit diwaktu sebelum
tidur malam
Memonitor ukuran dan kedalaman lesi, dan memantau apakah terdapat lesi karies baru dalam
internal 6-12 bulan sampai risiko karies berubah menjadi low risk. Jika lesi berprogres atau tampak
c.
lesi baru, maka perlu ditingkatkan aplikasi fluoride varnish dan berikan anjuran diet yang lebih jauh
Orang dengan risiko karies rendah
Pencegahannya dibatasi pada menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride, yang
ditinjau kembali setiap interval 12-18 bulan untuk memeriksa apakah terdapat pembentukan white
spot dan radiolusesnsi di proksimal
-
Pasien lansia sering kali mengalami kehilangan jaringan gigi yang bukan
diakibatkan oleh karies/ NCTTL. Hal ini bersifat multi-faktorial dan
merupakan kombinasi dari faktor ekstrinsik, intrinsic, abrasi dan atrisi. Erosi
ekstrinsik disebabkan oleh adanya asam pada pilihan makanan yang dapat
mempengaruhi permukaan labial dan gigi anterior sampai permukaan
oklusal gigi molar permanen bawah. Sedangkan erosi intrinsic disebabkan
oleh gastric acid yang dapat mempengaruhi integritas permukaan palatal
gigi atas, dan dapat juga terjadi pada molar permanen bawah. Efek NCTTL
ini bersifat kumulatif dan irreversible.
Pencegahan NCTTL
Menilai apakah pasien memiliki masalah diet terkait dengan erosi ekstrinsik. Dalam hal ini perlu
occulusal adjustment
Bila pasien memiliki riwayat muntah, maka anjurkan pasien untuk tidak menyikat giginya setelah
muntah. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak membuat gigi yang erosif terabrasi.
Untuk mencegah kehilangan jaringan gigi, anjurkan pasien untuk membilas rongga mulut dengan
0,05% NaF atau air mineral basa