Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Upaya Kesehatan Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif dan Contohnya - Di dalam

bidang ilmu kesehatan kita kenal usah-usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Berikut ini masing-masing pengertian promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dan berikut
contoh upayanya agar dapat semakin memahami pengertiannya.

1. Pengertian upaya promotif adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Contoh upaya promotif
adalah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.
2. Pengertian upaya preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit. Contoh Preventif adalah pengolesan fluor pada gigi.
3. Pengertian upaya kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin. Contoh Kuratif adalah penambalan gigi.
4. Pengertian upaya rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi
sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya. Contoh Rehabilitatif adalah pembuatan atau
pemasangan gigi palsu.
5. A. PROMOSI KESEHATAN DALAM TEORI
Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion.Penerjemahan
kata health promotion atau tepatnya promotion of health kedalam bahasa Indonesia pertama kali
dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan
pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E. G. Clark dalam buku preventive medicine
for the doctor in his community.

Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan kesehatan masyarakat melalui


pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,
serta mampu berperan secara aktif dalam masyarakat sesuai sosial budaya setempat yang didukung
oleh kebijakan public yang berwawasan. (Depkes RI)

Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan
dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan
(Green dan Ottoson,1998).

Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik,
mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya
dan sebagainya). Dalam konferensi ini ,health promotion di maknai sebagai perluasan dari healt
education atau pendidikan kesehatan.

Menurut Leavell dan Clark (1965), dari sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat 5 tingkat
pencegahan terhadap penyakit, yaitu :

1. Promotion of healt

2. Specifik protection

3. Early diagnosis and prompt treatment

4. Limitation of disability dan

5. Rehablitation.

Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan
:

“ Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health.
To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able
to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment “.

(Ottawa Charter,1986).

B. USAHA KESEHATAN MENURUT GARIS BESAR

Dalam garis besar usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu :

1. Usaha pencegahan (usaha preventif)

Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang
tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenireyang artinya datang
sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas,
prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan,
kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat

Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.

Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :

a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll) melalui posyandu, puskesmas,
maupun kunjungan rumah
b. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah

c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui

d. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit).

e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

2. Usaha pengobatan (usaha kuratif)

Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok yang menderita
penyakit atau masalah kesehatan.

Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :

a. Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis penderita TB

b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit

c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin dan nifas

d. Perawatan payudara

e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir

f. Pemberian obat : Fe, Vitamin A, oralit.

3. Usaha rehabilitasi

Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat dirumah, maupun
terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.

Usaha yang dilakukan, yaitu:

a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang, kelainan bawaan

b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC (latihan nafas dan batuk), Stroke
(fisioterapi).
Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama, karena dengan
usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi.

C. TINGKAT-TINGKAT USAHA PENCEGAHAN

Leavell dan Clark dalam bukunya “ Preventive Medicine for the Doctor in his Community” , membagi
usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada
masa sakit.

Usaha-usaha pencegahan itu adalah :

a) Masa sebelum sakit

1. Mempertinggi Nilai Kesehatan (Health Promotion)

Promotif adalah usaha mempromosikan kesehatan kepada masyarakat. Upaya promotif dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan individu,keluarga, kelompok dan masyarakat. Setiap individu berhak untuk
menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di segala aspek
pemeliharaan kesehatannya.

Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Beberapa usaha
diantaranya :

a. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.

b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air rumah tangga yang baik,
perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.

c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat sesuai kebutuhannya.

d. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.

2. Memberikan Perlindungan Khusus Terhadap Suatu Penyakit (Specific Protection)


Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu yang gangguan
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Beberapa usaha diantaranya adalah :

a. Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah terhadap penyakit-penyakit
tertentu. Contohnya : imunisasi hepatitis diberikan kepada mahasiswi kebidanan yang akan praktek di
rumah sakit.

b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular. Contohnya : isolasi terhadap pasien penyakit flu
burung.

c. Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-tempat umum dan di tempat kerja.


Contohnya : di tempat umum, misalnya adanya rambu-rambu zebra cross agar pejalan kaki yang akan
menyebrang tidak tertabrak oleh kendaraan yang sedang melintas. Sedangkan di tempat kerja : para
pekerja yang memakai alat perlindungan diri.

d. Peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik. Contohnya :


kursus-kursus peningkatan keterampilan, seperti kursus menjahit, kursus otomotif.

e. Penanggulangan stress. Contohnya : membiasakan pola hidup yang sehat , dan seringnya melakukan
relaksasi.

b) Pada masa sakit

1. Mengenal dan Mengetahui Jenis Penyakit pada Tingkat Awal Serta Mengadakan Pengobatan yang
Tepat dan Segera (Early Diagnosis And Prompt Treatment)

Early diagnosis mengandung pengertian diagnosa dini atau tindakan pencegahan padaseseorang atau
kelompok yang memiliki resiko terkena penyakit.Tindakan yang berupaya untuk menghentikan proses
penyakit pada tingkat permulaan sehingga tidak akan menjadi parah. Prinsipnya diterapkan dalam
program pencegahan, pemberantasan dan pembasmian macam penyakit baik menular ataupun tidak
dan memperhatikan tingkat kerawanan penyakit terhadap masyarakat yang tinggi. Misalnya : TBC paru-
paru, kusta, kanker, diabetes, jantung dll. Sedangkan Prompt treatment memiliki pengertian pengobatan
yang dilakukan dengan tepat dan segera untuk menangani berbagai masalah yang terjadi. Prompt
treatment merupakan tindakan lanjutan dari early diagnosis. Pengobatan segera dilakukan sebagai
penghalang agar gejala tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah.

Tujuan utama dari usaha ini adalah :

a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari seytiap jenis penyakit sehingga tercapai
penyembuhan yang sempurna dan segera

b. Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya menular

c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit


Beberapa usaha diantaranya :

a. Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan misalnya pemeriksaan darah,
rontgen, paru-paru dsb, serta memberikan pengobatan

b. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact
person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat diberikan segera pengobatan dan tindakan-
tindakan yang lain misalnya isolasi, desinfeksi, dsb.

c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit pada
tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau
tidaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian tenaga
kesehatnnya, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan. Pengobatan yang
terlambat akan menyebabkan usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat
sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat. Kemungkinan kecacatan terjadi
lebih besar penderitaan si sakit menjadi lebih lama, biaya untuk pengobatan dan perawatan menjadi
lebih besar.

2. Pembatasan Kecacatan dan Berusaha Untuk Menghilangkan Gangguan Kemampuan Bekerja yang
Diakibatkan Suatu Penyakit (Disibility Limitation)

Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita
sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan, maka dicegah agar kecacatan tersebut
tidak bertamabah berat (dibatasi), fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan
semaksimal mungkin.peran bidan dalam hal tersebut yaitu memberikan pelayanan kesehatan secara
professional, melakukan pendampingan pada pasien untuk mendapatkan kesehatan secara sempurna,
serta memberikan pendidikan kesehatan untuk masyarakat sejak dini

3. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimalnya
sesuai dengan kemampuannya.

Rehabilitasi ini terdiri atas :


a. Rehabilitasi fisik

Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya. Misalnya, seorang yang karena
kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah yaitu
denganmempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang sesungguhnya.

b. Rehabilitasi mental

Yaitu agar bekas penderita dapat menyusuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social secara
memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badania muncul pula kelainan-kelaianan
atau gangguan mental.untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum
kembali kedalam masyarakat

c. Rehabilitasi social vokasional

Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas
kerja yang semaksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.

d. Rehabilitasi aesthetis

Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-
kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya: misalnya penggunaan
mata palsu.

Usaha pengembalian bekas penderita ini kedalam masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian
dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keandaan mereka (fisik mental
dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuian dirinya dalam
masyarakat dalam keadan yang sekarang ini.

Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang berdasarkan
unsur kemanusian dan keadailan social. Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap
warga masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasian semata-mata, melainkan juga berdasarkan
hak asasinya sebagai manusia.

Sedangkan peran bidan dalam rehabilitasi (pemulihan) yaitu:

1. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan melibatkan masyarakat

2. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali

3. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu
mempertahankan diri.
4. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh
dari suatu penyakit

5. Memberikan konseling pada penderita kecacatan

6. Memberikan keyakinan dalam kesembuhan, menumbuhkan kepercayaan diri untuk bersosialisasi


dgn masyarakat

7. Memberikan pendidikan kesehatan

\\\\
Pada peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-49 yang jatuh pada 12 November 2013 ini, pemerintah
memilih subtema yaitu Menuju Indonesia Sehat dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang Bermutu dan pelaksanaanya akan dimulai pada 1 Januari 2014. Sesuai dengan Tema Hari
Kesehatan Nasional periode 2010-2014 ‘Indonesia Cinta Sehat’, harapannya subtema yang dipilih ini
sebagai jembatan untuk pencapaian tujuan dari Indonesia Cinta Sehat pada akhir 2014 nanti. Yang
tentunya, harapan saya dengan adanya JKN ini baik pihak tenaga kesehatan bersiap untuk
memberikan pelayanan yang terbaik dan memberikan kemudahan akses dan mutu layanan kepada
masyarakat.JKN ini akan memberikan kepastian jaminan kesehatan bagi setiap rakyat Indonesia.
Jaminan ini diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan perseorangan yang komprehensif, yaitu
mencakup peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan
(kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif), termasuk obat dan bahan medis dengan teknik layanan
terkendali mutu dan biaya (managed care).

Promotif : Upaya meningkatkan status kesehatan seseorang semakin meningkat. Hal ini bisa
dilakukan dengan pemberian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif yang dapat
membantu meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Hal ini agar si anak tidak mudah
terkena penyakit.Preventif : Melakukan Pencegahan agar seseorang jangan sampai terkena
penyakit atau bisa juga dengan menjaga supaya orang yang sehat agar tetap sehat. Hal ini biasanya
memberikan penyuluhan dengan membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar agar tidak terkena
penyakit diare. Membiasakan buang air besar di jamban, atau membiasakan dengan menggosok gigi
2 kali sehari, sesudah makan pagi dan sebelum tidur pada malam hari.

2 hal diatas adalah tugas tenaga kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas yang
memang dalam hal ini harus berusaha sangat keras menyadarkan masyarakat yang sehat agar
mampu dan mau terus menjaga kesehatannya. Dalam hal ini, pada subtema HKN 2013 ‘Jaminan
Kesehatan Nasional yang Bermutu’ sangat mengutamakan langkah Promotif-Preventif, karena
dengan meningkatkan kesehatan dan memberikan penyuluhan secara menyeluruh dan bertahap
semakin dekat untuk mencapai Indonesia Cinta Sehat.
Namun, memang disini tenaga kesehatan harus berjuang keras dalam preventif. Berhadapan dengan
masyarakat miskin atau kaum dhuafa yang sangat diakui susah sekali untuk merubah perilaku
hidup bersih dan sehat, sangat susah untuk menyadarkan mereka agar tetap menjaga kesehatannya.
Menurut saya, yang paling diprioritaskan dalam promotif dan preventif ini adalah
masyarakat miskin/dhuafa. Kenapa ?

Saya sendiri malah tidak setuju dengan istilah ‘Orang miskin dilarang sakit’, justru yang seharusnya
itu ‘Orang miskin jangan sampai sakit’. Sebagai tenaga kesehatan yang bertugas harapannya
tepat sasaran jika melakukan penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat di desa. Masyarakat desa
akan merasa males dan bosan atau menganggap penyuluhan tidak ada gunanya. Namun disini bisa
diakali dengan melibatkan masyarakat itu sendiri. Ajak mereka untuk bersama-sama mempraktikan
bagaimana cara mencuci tangan yang benar menggunakan sabun. Penyuluhan kepada masyarakat
bisa disesuaikan dengan masalah kesehatan di desa, misalnya contoh kasus, masih banyak
masyarakat didesa belum mempunyai jamban, sehingga mereka membuang air besar di sungai atau
di kebun. Disini kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan memang kurang, membuang air di
sungai dapat menyebabkan penyakit, misalnya gatal-gatal pada kulit karena terkena air sungai yang
kotor.

Nah, cara penyuluhan untuk membiasakan masyarakat buang air besar di jamban adalah dengan
membuatkan mereka minimal jamban umum/kamar mandi umum. Disamping itu, berikan
penyuluhan tentang penyakit yang bisa didapat dari kebiasaan buruk membuang air besar di sungai.
Dalam hal apapun, masyarakat ingin dilibatkan dengan begitu mereka mudah mengingat dan
melaksanakannya. Lebih tepat lagi, sasaran penyuluhan adalah anak SD. Mereka dididik untuk
menjaga kesehatan sejak kecil, membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat bisa melakukan
progam cuci tangan ke anak SD atau TK.

Program cuci tangan dan menggosok gigi memang sudah dilakukan oleh pihak Puskesmas. Secara
berkala 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali program ini dijalankan di sekolah dasar. Namun, pada
kenyataannya di lapangan memang masyarakat masih kurang sadar akan kesehatannya. Memang
tidak menyelesaikan masalah kesehatan, namun setidaknya penyuluhan rutin yang dijalankan akan
sedikit mengurangi resiko terserang penyakit.
Di tempat saya berasal, Kab.Sragen telah memberikan Jamkesmas untuk masyarakatmiskin. Hal
ini juga bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan pada masyarakat Sragen dengan memberikan
pelayanan kesehatan. Masyarakat diberi Kartu Saraswati Menur, Melati dan Kenanga.Pemilik Kartu
Melati (warna merah) akan mendapatkan pelayanan rawat jalan dan rawat inap gratis di puskesmas,
rujukan rawat jalan dari PPK I ke PPK II khusus penyakit kronis yang berlaku selama 30 hari. Selain
itu pelayanan rujukan rawat jalan dan rawat inap gratis di kelas III RSUD dr.Soeratno Gemolong
dan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen serta pelayanan hemodialisa atau cuci darah gratis.

Sedangkan untuk Kartu Saraswati Menur ( warna kuning) mendapatkan pelayanan sama namun ada
sedikit perbedaan yaitu pada pelayanan hemodialisa. Apabila pemilik Kartu Melati gratis tanpa
batas, pemilik kartu Menur mendapatkan gratis pelayanan hemodialisa maksimal 10 kali dalam satu
tahun. Dan pemilik Kartu Saraswati Kenanga (warna hijau) akan mendapatkan pelayanan rawat
jalan dan inap gratis di puskesmas. Layanan lain yang bisa didapatkan pemilik Kartu Saraswati
Kenanga adalah pelayanan rujukan rawat inap ke PPK II kelas III wajib menunjukkan kartu dan
akan mendapatkan bantuan biaya perawatan sebesar Rp 250.000,00 maksimal dua kali dalam satu
tahun. Selain itu juga mendapatkan pelayanan hemodialisa gratis maksimal lima kali dalam satu
tahun di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

Jamkesmas untuk masyarakat miskin sudah didistribusikan, saya tidak tahu dengan wilayah lain.
Kalau di Sragen, memang seperti itu yang saya lihat. Mereka mendapat Kartu Saraswati untuk
berobat ke Puskesmas dan Rumah Sakit dengan gratis, mendapatkan pelayanan yang baik sesuai
kebutuhannya. Hal ini juga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berobat, tidak ada
istilah Orang miskin dilarang sakit, tapi sekarang bagaimana kita merubah istilah kejam itu dengan
Orang miskin jangan sampai sakit.

Kita sama-sama memberikan pengetahuan tentang kesehatan terhadap masyarakat, libatkanlah


mereka dalam praktik langsung dengan begitu mereka akan tau sebab akibat jika mendapat masalah
kesehatan dari kebiasaan buruknya. Masyarakat miskin harus mendapatkan kesejahteraan
kesehatan, dari yang sehat harus tetap sehat, jika sakit berobat sampai sembuh dan berupaya agar
sakit yang diderita tidak kambuh lagi. Dalam bidang preventif, harus terus aktif turun langsung ke
masyarakat.

Jika masih ada ketidakmerataan layanan kesehatan untuk masyarakat miskin secara gratis, maka
tenaga kesehatan dan pemerintah harus berupaya keras dan mengevalusi. Dalam hal ini, jangan
salahkan pemerintah atau tenaga kesehatan, mereka disana juga sudah bekerja dan berupaya untuk
bisa memberikan layanan kesehatan secara merata.

Layanan kesehatan tidak hanya datang dari pemerintah saja, bisa jadi dari swasta, koperasi atau
LSM. Sejak berkiprah pada tahun 2001, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet
Dhuafa turut andil memberikan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat dhuafa. Hingga saat ini
tercatat lebih 25.000 Kepala Keluarga yang telah terdaftar untuk mendapatkan haknya. Selama 12
tahun berjalan, LKC Dompet Dhuafa menggunakan dana Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (ZISWaf)
dan kerja sama dengan berbagai perusahaan melalui program CSR untuk memberikan layanan
kesehatan yang Ramah, Amanah dan Profesional.

Nah, masyarakat miskin atau dhuafa akan terbantu dengan adanya program Layanan Kesehatan
Cuma-Cuma ini, karena memang layanan yang diberikan tepat sasaran kepada masyarakat yang
benar-benar sangat membutuhkan. Program ini bisa saling melengkapi dari program layanan gratis
dari pemerintah, keduanya sama-sama membantu masyarakat miskin terutama dalam hal
kesehatan.

Berkeluh kesah kepada pemerintah boleh saja. Tetapi kami percaya, turun tangan
lebih menyelesaikan masalah - Anies Baswedan

Saya dukung program Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) untuk masyarakat miskin dan dhuafa.
Melalui program ini, saya harapkan tidak ada lagi masyarakat yang terlantar di Puskesmas karena
tidak adanya biaya. Pemerintah sudah berupaya untuk memberikan layanan gratis kepada
masyarakat miskin. Marilah kita sama-sama untuk menjaga kesehatan kita semua. Bagi masyarakat
ayo kita dukung program tenaga kesehatan berupa promotif-preventif guna meningkatkan
kesehatan dan pengupayakan pencegahan kesehatan. Marilah sama-sama kita benahi bersama
kebiasaan buruk yang mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan, karena sehat adalah milik kita
semua.

Dalam mengutamakan upaya promotif-preventif apabila bisa dikedepankan para masyarakat akan
mencegah terjadinya penyakit dan masalah kesehatan serta menurunkan pembiayaan kesehatan.
Dengan ini pembangunan kesehatan termasuk pelaksanaan JKN menjadi lebih efektif.
Suksesnya Menuju Indonesia Sehat dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
Bermutu ini harus ada turut serta peran masyarakat. Karena sasaran dalam program ini adalah
masyarakat luas, kelompok masyarakat disuatu daerah. Saya sangat berharap, masyarakat yang
menjadi sasaran tenaga kesehatan untuk menjalankan program Promotif-Preventif ini turut
mendukung, karena hal ini sangat berhubungan dengan jaminan kesehatan. Semakin banyak
masyarakat mendukung, makin tinggi tingkat kesehatan masyarakat. Ayo!! Mari Sukseskan
Indonesia Cinta Sehat 2014.

Semoga, dengan adanya Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) ini dapat menginspirasi masyarakat
untuk membantu mereka yang kurang mampu. Untuk bersama-sama menjaga kesehatan dan peduli
sesama. Dan untuk pembaca blog saya, semoga cerita ini dapat merubah menset orang miskin
dilarang sakit menjadi orang miskin jangan sampai sakit.

Anda mungkin juga menyukai