SGD 3 LBM 2
ANGGOTA KELOMPOK :
1. Bela Sarita F (31101700018)
2. Dea Nurus S (31101700024)
3. Galuh Eka S (31101700036)
4. Lulu Lailatal C (31101700045)
5. Meutia Vina P (31101700048)
6. Regilia Shinta M (31101700068)
7. Regita Bella A (31101700069)
8. Sella Dumaika D (31101700076)
9. Suprayogi Yoga P (31101700082)
10. Wiwik Dwi A (31101700088)
11. Yulya Dwi K (31101700089)
1
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUTORIAL
SGD 3 LBM 2
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................6
A. Landasan Teori.......................................................................................................6
1. Tingkatan upaya pencegahan penyakit...............................................................6
2. Aspek yang terlibat dalam kebijakan nasional dan peranannya........................10
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya pemerintah meningkatkan kesgilut
12
4. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam pecegahan
penyakit di Indonesia............................................................................................... 13
5. Masyarakat berperan aktif dalam upaya preventif dan rehabilitatif..................13
6. Indikator keberhasilan yang dicapai dari upaya pencegahan pada tingkat
preventive dan rehabilitatif....................................................................................... 14
7. Hambatan yang terjadi pada tingkatan upaya pencegahan penyakit.................15
8. Kebijakan Nasional Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut...............................16
9. Kebijakan global yang diadaptasi kebijakan nasional mengenai kesehatan gigi
dan mulut................................................................................................................. 20
B. Konsep Maping.................................................................................................... 24
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 25
A. Kesimpulan........................................................................................................... 25
B. Saran..................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian dari kesehatan tubuh yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena kesehatan gigi dan mulut
akan mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di
bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan nasional, yang
artinya pembangunan di bidang kesehatan gigi dan mulut tidak boleh
ditinggalkan. Upaya pada bidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian,
demi menunjang kesehatan yang optimal.
Upaya pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi
pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan.
Sasaran kegiatan diutamakan pada peningkatan derajat kesehatan individu dan
masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan,
penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan, serta usaha
rehabilitasi lingkungan.
Tujuan pencegahan penyakit adalah menghalangi perkembangan penyakit
dan kesakitan sebelum sempat berlanjut. Sehingga diharapkan upaya
pencegahan penyakit ini mampu menyelesaikan upaya pencegahan penyakit
ini mampu menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat dan menghasilkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Upaya pemerintah dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat
dijadikan acuan dalam kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Tujuan
pemerintah dengan dibuatnya kebijakan upaya menjaga kesehatan gigi dan
mulut dengan sasaran dan kegiatan yang dapat meningkatkan derjat kesehatan
gigi dan mulut masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tingkatan upaya pencegahan?
2. Siapa saja aspek yang terlibat dalam kebijakan nasional dan bagaimana
peranannya dari masing2?
3. Apa saja faktor2 yang mempengaruhi upaya pemerintah meningkatkan
kesgilut?
4
4. Apa saja upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam
pecegahan penyakit di indonesia?
5. Bagimana agar masyarakat ikut menyukseskan upaya preventiv dan
rehabilitatif?
6. Bagaimana indikator keberhasilan yang dicapai dari upaya pencegahan
pada tingkat preventive dan rehabilitatif?
7. Apa saja hambatan yang terjadi pada tingkatan upaya pencegahan ?
8. Jelaskan kebijakan nasional mengenai kesgilut, beserta contohnya dan
penggolongannya termasuk pada jenis apa!
9. Jelaskan kebijakan global mengenai kesgilut yang diadaptasi pada
kebijakan nasional!
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tingkatan upaya pencegahan penyakit
Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive Medicine For The Doctor
In His Community mengemukakan adanya tiga tingkatan dalam proses
pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit. Kedua tingkatan utama
tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Fase Pre-Pathogenesis fase yang ditandai dengan adanya
keseimbangan antara agent (kuman penyakit/ penyebab), host
(pejamu) dan environtment (lingkungan). Pada fase ini dilakukan
tingkat pencegahan berupa :
- Primordial Prevention (Pencegahan tingkat awal)
Merupakan upaya untuk mencegah terjadinya resiko atau
mempertahankan keadaan resiko tinggi dalam masyarakat terhadap
suatu penyakit secara umum.
Sasaran primordial prevention adalah pada total populasi dan
kelompok terpilih (kelompok masyarakat usia muda, remaja,
dengan tidak mengabaikan pada kelompok dewasa dan manula).
Contoh tindakan : usaha memelihara dan mempertahankan
kebiasaan atau pola hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang
6
dapat mencegah tingginya resiko penyakit dan melestarikan upaya
untuk hidup sehat.
7
Sasaran pada upaya pencegahan ini adalah pasien yang baru
terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit
tertentu (Asymptomatic patients)
Upaya yang dilakukan :
1) Diagnosis Dini dan pengobatan :
- Penemuan kasus tertentu
- Screening indivdu dan massal
- Mencegah penyebaran penyakit
- Mencegah komplikasi
2) Membatasi kecacatan
- Penyediaan pengobatan yang memadai untuk menghambat
proses penyakit dan mencegah komplikasi lebih lanjut
- Perbaikan fasilitas kesehatan
- Pencegahan Tersier
Merupakan usaha untuk mencegah bertambah beratnya penyakit
atau mencegah terjadinya cacat dan program rehabilitasi. Untuk
sasaran pada upaya pencegahan ini adalah pada pasien dengan
penyakit tertentu dengan late stage of disease (Symptomatic
patiens).
Upaya yang dilakukan :
1) Pemulihan dan Rehabilitasi
- Terapi tertentu di rumah sakit
- Penggunaan alat bantu tertentu
8
dan lain-lain) dan mampu, dapat melalui intervensi lingkungan
contohnya mendesain lingkungan sedemikian rupa agar masyarakat
dapat terbantu hidup sehat
- Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
- Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan
air bersih, pembuangan sampah.
- Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
- Anjuran diet dan kontrol plak untuk mencegah karies, fissure
sealent, fluoridasi air minum, pemeriksaan gigi rutin dan
diagnostik radiografi
b. Specific protection (perlindungan spesifik) primary prevention
Perlindungan spesifik adalah perlindungan yang diberikan kepada
orang-orang atau kelompok yang beresiko terkena suatu penyakit
tertentu. Perlindungan tersebut dimaksudkan agar kelompok yang
beresiko tersebut dapat bertahan dari serangan penyakit.
Contohnya adalah imunisasi yang diberikan kepada bayi dan balita,
waksin kepada jemaah haji, penggunaan APD pada para pekerja, dll.
9
- Melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker
- Penumpatan ART atau Glass Ionomer (GIC) untuk mengatasi
karies awal
d. Disability limitation (pembatasan kecacatan) secondary prevention
Merupakan tindakan penatalaksaan terapi yang adekuat pada
pasien dengan penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit
menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi
kemungkinan terjadi kecacatan yang akan timbul.
- Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak
melakukan gerakan – gerakan yang berat atau gerakan yang
dipaksakan pada kaki yang cacat.
- Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk
dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
e. Rehabilitation (pemulihan kesehatan) tertiary prevention
Rehabilitasi merupakan tahapan yang sifatnya pemulihan. Ditujukan
pada kelompok masyarakat yang dalam masa penyembuhan sehingga
diharapkan agar benar-benar pulih dari sakit sehingga dapat
beraktifitas dengan normal kembali.
- Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat. Misalnya, lembaga untuk
rehabilitasi mantan PSK, mantan pemakai NAPZA dan lain-lain.
- Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap
penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
- Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
- Penambalan gigi dengan karies dalam untuk mencegah agar karies
tidak lebih parah sampai menimbulkan pulpitis
10
a. Pemerintah : memberikan pengarahan ataupun gambaran kepada
masyarakat kegiatan apa yg akan direncanakan pemerintah.
Dalam peraturan menteri kesehatan RI Nomor 89 Tahun 2015,
a) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan memiliki kewenangan:
1. Menetapkan kebijakan perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan
gigi dan mulut, fasilitas pelayanan, perbekalan kesehatan gigi dan
mulut.
2. Melakukan pengadaan tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan
kesehatan, perbekalan kesehatan gigi dan mulut
3. Melakukan advokasi dalam mendorong kecukupan alokasi dana
palayanankesehatangigidanmulutditingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota
b) Wewenang Gubernur :
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan Upaya Kesehatan Gigi
dan Mulut di wilayahnya;
b. Merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan gigi dan mulut, fasilitas
pelayanan kesehatan, perbekalan kesehatan gigi dan mulut skala
Provinsi;
c. Penyediaan pendanaan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut skala
provinsi;
d. Melakukan pengadaan tenaga kesehatan; dan
e. Melakukan pembinaan, pengawasan dan peningkatan mutu tenaga
kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, perbekalan kesehatan gigi
dan mulut
c) Wewenang Bupati
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan Upaya Kesehatan Gigi
dan Mulut di wilayahnya;
b. Merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan gigi dan mulut, fasilitas
pelayanan kesehatan, perbekalan kesehatan gigi dan mulut skala
Kabupaten/Kota;
11
c. Penyediaan pendanaan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut skala
kabupaten/kota;
d. Melakukan pengadaan tenaga kesehatan; dan
e. Membina, mengawasi, dan meningkatkan mutu tenaga kesehatan,
fasilitas pelayanan kesehatan, perbekalan kesehatan gigi dan mulut;
melalui pelaksanaan kegiatan perizinan.
Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari
banyak penyakit
2) Lingkungan : Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga
berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga
peningkatan pencegahan penyakit juga terwujud
3) keturunan (genetik)
4) fasilitas kesehatan : Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan
yang baik akan mempercepat perwujudan derajat kesehatan
masyarakat.
12
Faktor yang mempengaruhi upaya pemerintah dalam meningkatkan
kesgilut yaitu :
- masih kurangnya jumlah dokter dibanding dgn total populasi
- letak geografis yg tidak menguntungkan menyebabkan kesempatan
mendapat perawatan kesehatan tidak merata.
- kurangnya informasi dan publikasi terkait pencegahan.
13
- Pelaksanaan pengendalian penyakit melalui pemeriksaan kesehatan
di Pelabuhan dan Bandara
- Dengan memberikan reward pada kelompok masyarakat yang
melaksanakan program kesehatan yang ada.
- Peningkatan kemandirian melalui edukasi dan peran serta
masyarakat dalam pemelihara diri termasuk kesehatan gigi dan m
ulut
mulai dari janin sampai lansia
- Peningkatan kemandirian dalam upaya pencegahan pada anak
- Pengelolaan UKGS dan UKGM sesuai standar dengan indik ator
keberhasilan :
a. Jumlah kunjungan ke sekolah
b. DMFT < 3
c. Persentase prevalensi karies menurun
d. OHlS menurun
14
- Meningkatnya jumlah masyarakat untuk perawatan kesehatan gigi
dan mulut dalam rangka tindakan preventif bukan tindakan kuratif.
15
2007, sebanyak 36,1 % anak usia 2 tahun menderita gigi berlubang dan
program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) masih belum dijalankan
oleh 14 % Puskesmas di Indonesia- Masyarakat takut untuk ke dokter gigi,
dengan alasan sakit dan biaya mahal.
16
b. Meningkatkan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan gigi dan
mulut
- Tersedianya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama
- Optimalisasi fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut dalam
pelayanan kesehatan gigi dan mulut
c. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut
- Tersedianya sarana dan prasarana sesuai standar pelayanan
kesehatan gigi dan mulut
- Tersedianya tenaga kesehatan gigi dan mulut yang berkompeten
dan berbudaya kinerja
- Optimalisasi upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut melalui
program UKM dan UKP di fasilitas layanan kesehatan
d. Meningkatkan peran serta Stakeholders terkait pelayanan
kesehatan gigi dan
mulut
- Tersedianya dukungan dan regulasi pelayanan kesehatan gigi dan
mulut
- Sistem kolaborasi peningkatan kompetensi tenaga kesehatan gigi
dan mulut
- Terwujudnya kemitraan yang berdaya guna tinggi
- Tersedianya kemitraan yang berdaya guna tinggi yang proporsional
untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
a. (usia balita)
- pelayanan kesehatan harus memberikan informasi tentang waktu
erupsi gigi pada anak
17
- menganjurkan untuk tidak memberikan anak susu botol saat tidur
malam tidak menambah rasa manis pada susu anak
b. (usia anak sekolah)
- Untuk mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut anak sekolah
yang optimal, Usaha Kesehatan Gigi Sekolah harus diutamakan
pada upaya meningkatkan kemampuan self care (pelihara diri)
melalui kegiatan UKGS.
- Sikat gigi masal, dibawah bimbingan guru, kader dan petugas
kesehatan
- Berkumur dengan larutan fluor yang dilakukan 1 kali dalam 2
minggu selama 2 tahun
- Pembersihan karang gigi
- Pengolesan fluor
- Penumpatan pit dan fissure sealent
18
a. Melakukan kolaborasi internasional dengan pihak yang terkait upaya
kesehatan gigi dan mulut
b. Melakukan penyebaran/sosialisasi informasi kepada masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya, terkait upaya kesehatan gigi dan mulut
c. Membuat dan melaksanakan program-program:
- UKGS : penyuluhan, flouridasi (primery preventiv )
- UKGS : tingkat lanjut
- Pelayanan promosi dan pencegahan pada lansia : edukasi kesgilut
(primery preventiv )
- Pelayanan kesehatan gigi dan mulut peyangdang disabilitas :
penyuluhan kepada orang tua menjaga kesehatan gigi dan mulut
(primery preventiv )
- Posyandu : imunisasi , flouridasi(primery preventiv ) Screening
(sekunder preventiv )
- Upaya Promotif dan Preventiv : gosok gigi bersama pada
anak sekolah dasar (primery preventiv )
- Program donnut irene: Program ini dimaksud menyadarkan orang
tua murid atau murid tentang faktor risiko karies (primery
preventiv )
- Bakti sosial : pengobatan gigi gratis (Tersier preventiv )
d. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung awab terhadap
penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut yang aman,
bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat
e. Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan tugas
dan kewenangan masing-masing
f. Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota bertanggung jawab menjamin
ketersediaan tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan
perbekalan kesehatan dalam rangka memberikan Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.
19
9. Kebijakan global yang diadaptasi kebijakan nasional
mengenai kesehatan gigi dan mulut
20
e. WHO “think globally act locally” kebijakan nasiomnal yang mengacu
pd kebijakan global tetapi disesuaikan dengan keaadan suatu negara
masing2.
f. Sedangkan dalam naskah Strategy for oral health in South East Asia
2013-2020, WHO
menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi pada anak-anak usia
sekolah di Asia Tenggara mencapai 70-95% à kebijakam nasional
fluoridasi sejak dini
g. Berdasarkan konferensi Oral Health through Fluoride for China and
Southeast Asia, jointly convened by WHO, FDI, IADR and the
Chinese Stomatological Association in 2007, konsesus final
memformulasikan di the Beijing Declaration bahwa “wilayah asia
pemakaian pasta gigi berfluoride diutamakan dan menjadi tanggug
jawab pemerintah untuk mensosialisasikan manfaat dan pemakaiannya
pada warga negaranya” kebijakan nasional melakukan promosi
kesehatan untuk menyikat gigi menggunakan pasta gigi ber - fluoride”.
21
1) Identifikasi faktor penentu kesehatan, mekanisme untuk
meningkatkan kapasitas dan mengimplementasikan intervensi
yang meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
2) Implementasi masyarakat dalam upaya promotif kesehatan gigi
dan mulut, dengan referensi khusus untuk populasi pada
kelompok yang kurang beruntung.
3) Membangun kapasitas dalam perencanaan dan evaluasi
program nasional untuk promotif kesehatan gigi dan mulut dan
evaluasi intervensi promotif kesehatan gigi dan mulut
4) Pengembangan metode dan alat untuk menganalisis proses dan
hasil kesehatan promotif intervensi kesehatan gigi dan mulut
sebagai bagian dari program kesehatan nasioanal
5) Pembentukan jaringan dan aliansi untuk memperkuat tindakan
nasional dan internasional untuk promosi kesehatan gigi dan
mulut.
Berdasarkan konferensi Oral Health through Fluoride for China
and Southeast Asia, jointly convened by WHO, FDI, IADR and the
Chinese Stomatological Association in 2007, konsesus final
memformulasikan di the Beijing Declaration bahwa wilayah asia
pemakaian pasta gigi berfluoride diutamakan dan menjadi tanggug jawab
pemerintah untuk mensosialisasikan manfaat dan pemakaiannya pada
warga negaranya. Dalam naskah ini juga disarankan perlunya menambah
jumlah dan menyebarkan tenaga kesehatan gigi di wilayah - wilayah
perkotaan dan pedesaan dalam Negara dan harus menjadikan hal ini
sebagai rencana kesehatan nasional. Kebijakan nasional diambil dari
konsep WHO tetapi dijabarkan lebih lanjut sesuai dengan keadaan
nasional. Jadi, peraturan WHO sebgai landasan. Tetapi pemerintah dalam
suatu negara sendiri yang memutuskan peraturan yang ada pada kebijakan
nasioanl.
Berdasarkan beijing declaration kesehatan gigi dan mulut dapat
dilakukan :
22
1. Mempromosikan penggunaan pasta gigi fluoride yang efektif dua kali
sehari untuk pencegahan kerusakan gigi.
2. Menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride seukuran kacang polong pada
anak kecil hingga usia 6 tahun harus diawasi oleh orang dewasa yang
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasta gigi dalam jumlah
besar tidak tertelan.
3. Rekomendasi khusus untuk penggunaan pasta gigi fluoride pada anak-
anak yang sangat muda harus mengikuti pedoman dari otoritas nasional
masing-masing.
4. Instansi pemerintah yang mempromosikan kesehatan mulut dan kesehatan
umum, profesi medis dan gigi, sistem pendidikan (misalnya promosi
kesehatan di sekolah) dan industri harus mengambil tindakan untuk
memastikan bahwa populasi tahu manfaat dari penggunaan pasta gigi
berfluoride secara teratur dan pasta gigi fluoride dapat diakses dan
terjangkau. Paparan fluoride yang tepat, khususnya melalui pasta gigi
fluoride, akan meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan pencapaian
tujuan pembangunan milenium dengan mengurangi beban penyakit gigi
yang tinggi dari seluruh populasi, terutama untuk anak-anak.
5. Mempersiapkan langkah langkah tersetruktur dan tersistem melalui
komitmen yang kuat dari para pakar, akademisi serta stake holder terkait
dalam menyusun suatu rencana strategi pelayanan kesehatan gigi dan
mulut indonesia. Yang dapat dijadikan rujukan bagi pelaksana baik pusat,
provinsi dan kebupaten/ kota.
23
B. Konsep Maping
Kebijakan Global
Kebijakan Nasional
Upaya Pencegahan
Primary Prevention Penyakit
Health
Secondary Tertiary Prevention
Specific Prevention
Promotion
Early Disability Rehabilitation
protection diagnosis and
limitation
prompt
treatment
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Target Dunia terbaru di bidang kesehatan gigi dan mulut dan program-
program preventif untuk mencapainya diprakasai oleh organisasi kesehatan
dunia yaitu terutama oleh WHO, FDI worl dental federation , dan IADR
(International Association for Dental Research). Preventive Medicine For The
Doctor In His Community mengemukakan adanya tiga tingkatan dalam proses
pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit yaitu Primary Prevention,
Secondary Prevention dan Tertiary Prevention. Dalam melukakan upaya
pencegahan penyakit terdapat suatu hambatan, mulai dari keyakinan atau adat
yang melekat ini termasuk-ketakutan akan profesi kesehatan atau medis,
kebingungan dari pesan sebelumnya, pesan salah dan lain-lain.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari
banyaknya sumber Penulis akan memperbaikinya kembali. Oleh sebab itu
penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan laporan dan
kesimpulan di atas.
25
DAFTAR PUSTAKA
Hiremath, S. (2011). Textbook of Preventive and community dentistry. 2nd
edition.
26