Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL

SGD 3 LBM 3

MODUL 6.3

Promotf And Preventif Dentistry

NAMA ANGGOTA:

1. Bella Sarita F (31101600018)


2. Dea Nurus S (31101600024)
3. Galuh Eka S (31101700036)
4. Lulu Lailatal C (31101700045)
5. Meutina Vina P (31101700048)
6. Regilia Shinta M (31101700068)
7. Regita Bella A (31101700069)
8. Sella Dumaika D (31101700076)
9. Suprayogi Yoga P (31101700082)
10. Wiwik Dwi A (31101700088)
11. Yulya Dwi K (31101700089)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUTORIAL
SGD 3 LBM 3
Modul 6.2

Promotif And Preventif Dentistry

Telah Disetujui oleh :

Semarang, 29 Maret 2020


Scriber Tutor

Regita Bella Ayunani drg. Rizal Saeful Drajat

2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................5
A. Topik...........................................................................................................................5
B. Konsep Mapping......................................................................................................12
BAB III.................................................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................................13
B. Saran.........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep gizi seimbang adalah suatu usaha untuk mencapai keseimbangan
antara kebutuhan tubuh (dinamis) akan zat gizi dengan asupan yang didapat melalui
makanan. Tujuan tubuh memerlukan asupan gizi seimbang adalah sebagai fungsi vital
yang meliputi kerja otak, jantung, paru, ginjal, usus,; sebagai aktivitas yang meliputi
kerja otot lurik; sebagai pertumbuhan meliputi pembentukan tulang, otot dan organ
lain; sebagai imunitas meliputi melindungi tubuh agar tak mudah sakit; sebagai
perawatan jaringan untuk mengganti sel yang rusak; sebagai cadangan gizi untuk
persediaan zat gizi dalam menghadapi keadaan darurat.
Nutrisi juga penting peranannya dalam setiap tahap tumbuh kembang gigi dan
dalam menjaga keseimbangan lingkungan mulut yang dihubungkan dengan kesehatan
gigi. Nutrisi untuk pertumbuhan optimal gigi sama dengan nutrisi yang diperlukan
tubuh karena masa pertumbuhan gigi sejalan dengan masa pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Nutrisi penting untuk kalsifikasi optimal gigi sulung, sedangkan nutrisi
pada masa balita dan anak-anak penting untuk pertumbuhan gigi tetap.          
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan
masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga juga menyangkut aspek
pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.
Mengetahui hubungan antara status gizi dan kesehatan gigi dan mulut menjadi
penting karena seringkali terdapat karakteristik yang khas dari berbagai jaringan
dalam rongga mulut yang lebih sensitif terhadap defisiensi nutrisi, sehingga apabila
tubuh mengalami defisiensi nutrisi seringkali jaringan dalam rongga mulutlah yang
pertama kali memperlihatkan efek defisiensi nutrisi tersebut (Moyers 1988)

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pedoman pemenuhan gizi pada food guide pyramid?
2. Apa pedoman pemenuhan gizi selain food guide pyramid?
3. Apa saja faktor lain yang mempengaruhi seseorang mengalami defisiensi
nutrisi?
4. Bagaimana patofisiologi dari defisiensi nutrisi terhadap munculnya sariawan?
5. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis?
6. Apa diagnosis dari kasus di skenario?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari kasus tersebut?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Topik

Judul : “Sariawanku kok ga sembuh – sembuh ya”


Skenario :
Seorang perempuan datang ke RSGM untuk memeriksakan pipi dalam sebelah
kanan ada sariawan yang tidak sembuh sembuh. Anamnesis diperoleh informasi
pasien sedang menjalankan program diet sehingga hanya makan 1 kali sehari. Dokter
memberikan edukasi bahwa kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh defisiensi
nutrisi seperti zat besi atau vit B 12. Asupan gizi yang cukup diperoleh dari pola diet
yang sesuai food guide pyramid.

B. Sub Topik
1. Pedoman pemenuhan gizi
a. Food Guide Pyramid
Food guide pyramid adalah suatu pedoman tentang nutrisi yang diperkenalkan
oleh USDA pada tahun 1992 dan diperbarui pada tahun 2005, pedoman ini dibuat
berbentuk seperti piramid sehingga masyarakat dapat mengonkumsi dari bagian
bawah piramid dan mengonsumsi makanan yang lebih sedikit pada piramid
bagian atas.

1) USDA Food Guide Pyramid 1992


Ada 4 tingkatan menurut USDA food guide pyramid 1992:
 Piramid paling bawah : roti, sereal, nasi dan kelompok pasta disajikan
dengan 6-11 porsi dengan tambahan lemak dan gula dengan kadar
yang seimbang.
Roti, gandum dan bijian bijian terletak pada bagian dasar dari
pyramid dikarenakan bahan tersebut mengandung karbohidrat yang

6
berguna bagi tubuh. Dimana karbohidrat sebagai sumber energi utama
bagi tubuh untuk membantu dalammenjalankan aktivitas sehari –hari.
 Piramid kedua dari bawah : kelompok buah disajikan 2-4 porsi, dan
sayuran 3-5 porsi.
Kelompok buah dan sayur membentuk tingkat selanjutnya dari
Piramida Panduan Makanan. Makanan-makanan ini juga tinggi
karbohidrat. Mereka juga mengandung vitamin dan mineral
utama.dimana vitamin merupakan zat organik kompleks yang tidak
dapat dibentuk oleh tubuh sehingga harus didatangkan dari makanan.
 Piramid ketiga dari bawah : susu, yogurt, dan kelompok keju disajikan
2-3 porsi.
Kemudian daging, masakan dari unggas, ayam, kacang-kacangan, dan
telur 2-3 porsi.
Dua kelompok ini menyediakan protein, vitamin dan mineral.
Protein adalah zat pembangun serta memelihara sel – sel dan jaringan
tubuh.
 Level terakhir ialah kelompok lemak, gula dan minyak. Memakan
makanan ini bukan tidak boleh dilakukan tetapi harus dalam batasan
rendah hingga sedang. Lemak itu sendiri merupakan simpanan energi
utama dalam tubuh.

7
Gambar 1 Food Guide Pyramid USDA 1992

2) USDA Food Guide Pyramid 2005


Food Guide Piramid diperbarui pada tahun 2005 USDA
Ada 5 tingkatan piramid dan pemenuhan gizi sesuai dengan pyramid ini
diimbangi dengan olahraga yang teratur.
Tingkatan dari bawah :
1. Biji-bijian seperti gandum dan beras
2. Sayuran
3. Buah
4. Susu
5. Daging dan kacang-kacangan

8
Gambar 2 Food Guide Pyramid USDA 2005

b. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014: 5-7)


Pedoman gizi seimbang tahun 2014 memiliki empat pilar gizi
seimbang diantaranya adalah :
1) Mengkonsumsi makanan beragam
Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis
zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan
mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk
bayi baru lahir sampai usia 6 bulan. Mengkonsumsi makanan harus
memperhatikan keanekaragaman jenis dan proporsi yang seimbang.
Jumlah konsumsi makanan yang mengandung gula, garam, dan
lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa penyakit tidak
menular dianjurkan untuk dikurangi.
2) Membiasakan perilaku hidup bersih
Membiasakan perilaku hidup bersih akan menghindarkan
seseorang dari paparan sumber infeksi. Penyakit infeksi merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang secara
langsung. Kurang gizi erat kaitannya dengan penyakit infeksi
karena diantara keduanya terdapat hubungan timbal balik.

9
3) Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu upaya untuk
menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi dan
dapat memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh. Aktivitas
fisik memerlukan energi. Aktivitas fisik tersebut meliputi segala
macam kegiatan tubuh termasuk olahraga.
4) Mempertahankan dan memantau berat badan normal
Tercapainya berat badan yang normal bagi orang dewasa
merupakan salah satu indikator bahwa zat gizi di dalam tubuh
seimbang. Oleh karena itu, pemantauan berat badan normal
merupakan hal yang menjadi bagian dari pola hidup dengan gizi
seimbang. Sehingga dapat mencegah penyimpangan dari berat
badan normal dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera
dilakukan langkah pencegahan dan penanganannya.

Gambar 3 Pedoman gizi Seimbang (Permenkes RI No.41, 2014)

c. US Dietary Guidelines for Americans, 2010


Pedoman ini adalah serangkaian rekomendasi diet dan gaya
hidup lainnya untuk orang sehat yang berusia dua tahun keatas dan

10
diperbarui setiap lima tahun. US Dietary Guidelines for Americans
melayani untuk mempromosikan nutrisi dan kesehatan yang memadai
dan mengurangi risiko beberapa penyakit yang berhubungan dengan
nutrisi utama, seperti penyakit kardiovaskular dan alkoholisme.
Rekomendasi US Dietary for Americans, 2010 mencakup dua konsep
yang mencakup semuanya:
1. Pertahankan keseimbangan kalori dari waktu ke waktu untuk
mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.
2. Fokus pada konsumsi makanan dan minuman padat gizi.
d. Nutrition Objectives for the Nation: Healthy People 2010 and 2020
Menekankan kesetaraan kesehatan; ini membahas penentu
sosial kesehatan dan mempromosikan kesehatan di semua tahap
kehidupan.

2. Etiologi defisiensi nutrisi


a. Menstruasi yang terlalu banyak mengeluarkan darah (menorrhagia)
Penyebab menorrhagia meliputi: fibroid rahim atau polip, penggunaan
IUD (alat kontrasepsi intrauterin), endometriosis, ketidakseimbangan
hormon reproduksi seperti yang kadang-kadang terjadi pada masa
remaja atau ketika mendekati masa menopause, tiroid yang kurang
aktif dan kadang kanker rahim. Dampak menorrhagia untuk keadaan
gizi adalah menyebabkan anemia atau kekurangan zat besi ringan.

b. Kehamilan
Selama kehamilan ada peningkatan kebutuhan untuk nutrisi
bayi yang sedang berkembang serta pertumbuhan rahim, plasenta,
darah dan jaringan lainnya. Tuntutan ini harus dipenuhi oleh diet
seimbang yang sehat, tetapi dalam kenyataannya hal ini jarang terjadi.
Persentase peningkatan nutrisi yang seharusnya adalah antara 10% dan
50%, namun peningkatan asupan makanan hanya berkisar antara 10%

11
dan 30%. Hal ini menyebabkan terjadi kekurangan berbagai zat,
misalnya yang paling umum zat besi, seng, dan kalsium Kekurangan
nutrisi sebelum dan pada trimester pertama kehamilan lebih
mempengaruhi bayi. Sedangkan pada dua trimester terakhir lebih
cenderung memengaruhi ibu karena plasenta sangat efisien dalam
memusatkan nutrisi untuk janin yang sedang tumbuh.

c. Konsumsi Alkohol
 Kekurangan Vitamin B1 - tiamin menyebabkan nyeri otot betis saat
berolahraga, perubahan suasana hati, kebingungan mental,
ketidakstabilan, kehilangan ingatan jangka pendek dan gagal jantung
dengan pembengkakan kaki. Defisiensi yang tidak terkoreksi dapat
menyebabkan kerusakan neurologis permanen akibat sindrom
Wernicke- Korsakoff.
 Kekurangan magnesium dan kalium, yang dapat menyebabkan
kelelahan dan nyeri otot dan berkontribusi terhadap hipertensi yang
diinduksi alkohol
 Kekurangan folat yang dapat menyebabkan depresi, lekas marah serta
meningkatkan risiko kanker payudara
 Kekurangan seng yang dapat menyebabkan kebutaan malam,
kemandulan pria, perubahan kulit dan kekebalan yang buruk
 Kalsium dan vitamin D mengakibatkan osteoporosis

d. Penyakit Kronis
Banyak penyakit kronis memiliki efek buruk pada
keseimbangan banyak nutrisi karena berkurangnya asupan makanan,
peningkatan kehilangan nutrisi atau perubahan metabolisme nutrisi.
 Penyakit hati dapat membahayakan keseimbangan vitamin A, D dan K
serta banyak vitamin B, kalsium dan zink

12
 Penyakit ginjal kronis sering mengakibatkan anemia serta defisiensi
vitamin D dan seng 
 Penyakit paru kronis sehingga memengaruhi aktivitas sehari-hari dapat
mengakibatkan berkurangnya asupan makanan serta meningkatnya
kebutuhan protein dan nutrisi lain karena meningkatnya upaya
bernafas
 Infeksi kronis atau berulang juga dapat dikaitkan dengan peningkatan
kebutuhan protein, vitamin dan mineral
 Penyakit kulit kronis jika tersebar luas dapat meningkatkan kebutuhan
folat dan nutrisi lainnya
 Kanker yang tumbuh cepat juga dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi
 Kedua tipe I dan II diabetes dikaitkan dengan kehilangan vitamin B1 -
tiamin yang sangat meningkat

e. Obat obatan Efek yang lebih langsung dari obat-obatan adalah efek
buruk yang dimiliki beberapa orang terhadap keadaan gizi dengan
mempengaruhi nafsu makan, mengurangi penyerapan, peningkatan
kehilangan atau perubahan dalam metabolisme nutrisi:
 Steroid jika dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu meningkatkan
risiko defisiensi kalium dan osteoporosis yang sering diberikan
suplemen kalsium dan vitamin D.
 Diuretik seperti furosemide dan bendroflumethiazide meningkatkan
kehilangan kalium dan magnesium dalam urin. Furosemide juga dapat
meningkatkan risiko kekurangan vitamin B1 - tiamin
 Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid dapat sedikit menurunkan
kadar vitamin C dalam darah
 Penggunaan antibiotik secara terus-menerus dapat menghancurkan
bakteri di usus yang menghasilkan vitamin K, yang kekurangannya
dapat menyebabkan pendarahan atau memar.

13
 Beberapa antikonvulsan dapat menyebabkan defisiensi folat atau
vitamin D.

Tabel 1 Faktor resiko defisiensi nutrisi

3. Patologi Manifestasi Defisiensi Nutrisi pada Rongga Mulut

14
Salah satu manifestasi rongga mulut akibat defisiensi nutrisi adalah
terjadiya lesi ulcer. Dimana patologinya adalah :
Dengan pola diet tidak benar  tidak ada pemenuhan zat besi dan vit B 12
 defisiensi nutrisi (zat besi dan vit B 12)  enzim – enzim pada
mitokondria sebagai sumber energi pada sel tidak terpenuhi 
terganggungan transport oksigen (respirasi sel)  terhambatnya transport
sel epitel pada stratum korneum  mukosa akan kehilangan keratinisasi
nya adanya sifat atrofi pada sel epitel  mukosa lebih tipis  mudah
terjadi ulserasi.

4. Pemeriksaan kasus
1) Pemeriksaan Subjektif
a. Anamnesis : digali untuk mendapat penyebab utama dari sariawan,
pola makan, kondisi psikis, riwatyat medis  mendapatkan
etiologi (defisiensi nutrisi)
2) Pemeriksaan Objektif
a. Intra Oral : dilihat kondisi dari lesi ulser
3) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Lab
Jenis anemia ditentukan dari pemeriksaan darah lengkap, yaitu
berdasarkan nilai mean corpuscular volume (MCV) adalah volume sel
darah merah rata-rata, mean corpuscular haemoglobine (MCH) adalah
kandungan hemoglobin eritrosit, dan mean corpuscular haemoglobine
concentration (MCHC) adalah konsentrasi hemoglobin dalam eritrosit.
Sel darah merah normal apabila hasil pemeriksaan darah lengkap
menunjukkan MCV antara 80-96 fl, MCH 28-33pg, MCHC 33-36 g/dl.
Klasifikasi anemia berdasarkan patofisiologinya dilihat dari ukuran sel
darah merah :
- mikrositik MCV<80fl
- normositik MCV antara 80-96 fl
- makrositik MCV>96 fl)

15
- konsentrasi hemoglobin (hipokromik MCH<28 pg, normokromik
MCH antara 33-36 pg).

5. Diagnosis
Diagnosis pada skenario adalah SAR (Stomatitis Apthous Recurrent) et
causa nutrisional anemia yang menurt WHO suatu kondisi dengan kadar
Hb kurang drai normal karea kurang nya vit B 12 dan karena karakteristik
adalah lesi yang tidak diikuti suatu penyakit.
Dengan diagnosis SAR et causa nutrisional anemia akan didapatkan hasil
MCV dan MCHC yang kurang dari normal, Ferritin menurun dan TIBC
yang meningkat. Dalam kasus anemia defisiensi B12 dan asam folat
termasuk dalam klasifikasi anemia makrositik.

16
6. Penatalaksanaan Kasus
a. Terapi lokal
Terapi lokal yang diberikan pada pasien ialah preparat topikal, dan sediaan
topikal merupakan medikasi utama yang digunakan pada terapi SAR.
Agen topikal yang digunakan adalah klorheksidin glukonat, dimana pada
beberapa studi terkontrol menunjukkan adanya perbaikan pada insiden,
durasi, dan keparahan ulserasi SAR atas penggunaan klorheksidin.
Klorheksidin bermanfaat dalam proses penyembuhan luka dengan cara
mencegah infeksi sekunder dan pembentukan lapisan coating putih yang
berfungsi sebagai barier protektif.
b. Terapi Sistemik
Terapi sistemik yang diberikan ditujukan untuk memperbaiki keadaan
anemia defisiensi besi yang terjadi pada pasien, dan juga
mempertimbangkan kondisi SAR.
- Diberikan suplemen yang berisi zat besi, vitamin, dan mineral 2x1
sehari yang diminum selama 2 minggu.
- Melanjutkan suplemen 1x1 sehari selama sebulan sebagai dosis
maintenance. Suplemen tersebut berisi Fe glukonat 250 mg, mangan
sulfat 0,2 mg, tembaga sulfat 0,2 mg, vitamin C 50 mg, asam folat 1
mg, vitamin B12 yang diindikasikan salah satunya untuk anemia
karena kekurangan nutrisi
- Suplemen tersebut berisi :
ferrous glukonate 250mg yang merupakan zat besi yang penting untuk
metabolisme energi.
Mangan sulfat 0,2mg dan tembaga sulfat 0,2mg adalah zat yang
membantu membawa zat besi agar dapat diserap usus kemudian
dibawa serum darah ke sirkulasi darah.
Vitamin C 50mg berfungsi membantu zat besi agar berbentuk cair
sehingga mudah diserap oleh usus.

17
Vitamin B12 dan asam folat menjadi kofaktor yang penting untuk
sintesis DNA sel darah
c. KIE :
- Intruksi kepada pasien untuk mengehntikan dietnya terlebih dahulu
- Meningkatkan konsumsi makanan sumber zat besi.
- Diet kaya besi meliputi daging, ikan, unggas, kacang lentil, kacang
kering, sayur-sayuran, buah kering, dan molasses. Sumber besi heme
dari hemoglobin dan mioglobin yang ditemukan pada daging, ikan,
dan unggas dapat diabsorbsi dengan efektif oleh reseptor di usus.
- Disarankan juga untuk membatasi konsumsi kopi, teh, minuman
berkarbonasi, makanan rendah gizi, dan konsumsi susu yang
berlebihan (lebih dari 4 cangkir per hari); karena akan menghambat
penyerapan besi.

18
C. Konsep Mapping

ANAMNESIS

Diet makan 1x sehari

PDL

Penegakan diagnosis

Defisiensi nutrisi (zat besi dan vit


B12)

Anemia

Stomatitis yang tidak


kunjung sembuh

Penatalaksanaan

KIE (food guide Medikasi


pyramid)

19
BAB III
A. Kesimpulan
Food Guide Pyramid merupakan suatu pedoman tentang nutrisi yang
diperkenalkan oleh USDA pada tahun 1992 dan diperbarui pada tahun 2005,
pedoman ini dibuat berbentuk seperti piramid sehingga masyarakat dapat
mengonkumsi dari bagian bawah piramid dan mengonsumsi makanan yang
lebih sedikit pada piramid bagian atas.
Ketika keseimbangan antara gizi dan nutrisi tidak terpenuhi dapat
mengakibatkan suatu keadaan yaitu defisiensi nutrisi, dimana hal ini bisa
menimbulkan manifestasi dalam rongga mulut salah satunya adalah Stomatitis
Apthous Reccurent et causa nutrisional anemia hal ini dikarenakan defisiensi
zat besi dan vitamin B12.

B. Saran
Untuk masyarakat sebaiknya lebih diperhatikan lagi untuk mekakuan
diet. Diet harus disesuaikan dengan pedoman food guide pyramid agar
kebutuhan pemenuhan nutrisi dalam tubuh terpenuhi sehingga tidak
menimbulkan suatu manifestasi dalam rongga mulut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Greenberg G. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis And Treatment. 10th Ed. BC
Decker Inc; p. 430-2.
Guo, L Emily et al. 2017. Diet and hair loss : effects of nutrient deficiency and supplement
use. NCBI

Monteiro, C. 2011. World Nutrition. Journal of the World Public Health Nutrition
Association. 2(1) : 22 – 41
Ronal, A., dan Aliyah, S. 2017. Strategi Penatalaksanaan Stomatitis Aftofa Rekuren
Pada Anemia Defisiensi Besi. Majalah Sainstekes. 4(2) : 33-42
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang

21

Anda mungkin juga menyukai