TREMOR
Disusun oleh:
Alvita Suci Edgina 01073180008
Deandra Michella 01073180056
Gabriella Trisia 01073180065
Hubert Subekti
Michelle Lavinia Lee
Pembimbing:
dr. Imam Suhada, Sp.S
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya referat yang berjudul:
“Tremor”. Atas pengetahuan, serta bimbingan dan pengarahan dari para dokter dan staf
pembimbing di Rumah Sakit Marinir Cilandak, Jakarta saat kepaniteraan klinik berlangsung;
penulis ingin mengucapkan terima kasih. Penulis juga ingin berterima kasih khususnya kepada
dokter pembimbing yaitu dr. Imam Suhada, Sp.S, atas bimbingan, kritik, dan saran yang diberikan
sehingga karya tulis ini dapat selesai sebagaimana mestinya.
Penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan untuk laporan kasus ini selanjutnya. Penulis berharap laporan kasus ini dapat
berguna bagi pembaca.
April 2019,
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ............................................................................................................ 2
Daftar Isi ...................................................................................................................... 3
BAB I
1.1 Pendahuluan ................................................................................................... 5
1.2 Epidemiologi ................................................................................................. 4
1.3 Klasifikasi ..................................................................................................... 4
1.4 Anatomi yang Berperan dalam Patofisiologi Tremor ................................... 8
BAB II KLASIFIKASI TREMOR
2.1 Tremor Fisiologis ........................................................................................ 11
2.2 Tremor Essensial .......................................................................................... 12
2.2.1 Definisi ........................................................................................ 12
2.2.2 Epidemiologi .............................................................................. 12
2.2.3 Patogenesis dan Genetik ............................................................. 12
2.2.4 Manifestasi Klinis ...................................................................... 13
2.2.5 Diagnosis .................................................................................... 14
2.2.6 Diagnosis DIferensial ................................................................. 16
2.2.7 Terapi Tumor Essensial ............................................................... 17
2.3 Parkinsonian Tremor ................................................................................... 21
2.3.1 Penyakit Parkinson ...................................................................... 22
2.3.2 Idiopathic Parkinson Disease ..................................................... 24
2.4 Drug Induced Tremor .................................................................................. 28
2.4.1 Diagnosis ..................................................................................... 28
2.4.2 Faktor Resiko ............................................................................... 29
2.4.3 Tatalaksana Secara Umum .......................................................... 29
2.4.4 Tremor Inducing Drugs ............................................................... 30
2.5 Rubral Tremor ............................................................................................. 32
2.5.1 Definisi ......................................................................................... 32
2.5.2 Tanda dan Gejala ......................................................................... 33
2.5.3 Faktor Resiko .............................................................................. 33
2.5.4 Faktor Pencetus ........................................................................... 33
2.5.5 Patofisiologi ................................................................................ 33
2.5.6 Diagnosis ..................................................................................... 34
3
4
BAB I
1.1 Pendahuluan
Tremor didefinisikan sebagai gerakan involunter osilasi ritmis, yang timbul akibat
kontraksi otot-otot yang berlawanan secara bergantian atau ireguler dengan frekuensi dan
amplitudo tetap dalam periode waktu yang lama.1-4 Tremor merupakan gangguan gerakan yang
paling sering ditemukan, dapat terjadi dari waktu ke waktu pada kebanyakan individu normal pada
bentuk tremor fisiologis yang ditingkatkan.5
Menentukan penyebab tremor merupakan hal yang penting untuk menentukan prognosis
serta tatalaksana yang spesifik. Ketika menilai seseorang dengan tremor, fenomena daripada tremor
tersebut, ada atau tidaknya kelainan atau gejala neurologis lainnya, serta kemungkinan pengaruh
obat atau alkohol perlu diperhatikan. Riwayat penyakit pasien serta pemeriksaan neurologis
biasanya cukup untuk mendiagnosis penyebab dari tremor.6 Sebagian besar tremor mengenai
tangan, namun juga dapat terjadi pada bagian lain seperti lengan, kaki, kepala dan bahkan suara.
Secara klinis, tremor dapat dibagi menjadi dua. Resting tremor, dimana tremor terjadi pada
bagian tubuh yang sedang berelaksasi dan tidak sedang melawan gravitasi. Yang kedua adalah
Action tremor atau tremor aksi, yang terjadi dengan saat adanya kontraksi sadar dari otot dan dapat
dibagi lagi menjadi kinetic tremor, postural tremor, serta isometric tremor.8
1.2 Epidemiologi
Tremor fisiologis dapat terjadi pada semua orang normal pada saat istirahat atau bergerak
dengan amplitudo rendah dan frekuensi tinggi sehingga biasanya tidak terlihat oleh kasat mata dan
tidak dapat dirasakan sebagai gangguan. Tremor patologis yang paling sering ditemukan adalah
tremor esensial, yang mengenai sekitar 1% dari populasi di seluruh dunia dan kurang lebih 5% pada
orang tua usia lebih dari 60 tahun.7
1.3 Klasifikasi
Tremor dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni tremor fisiologis dan patologis.
Tremor yang bersifat fisiologis memiliki frekuensi antara 8 sampai dengan 13 Hz, dengan nilai
rerata pada usia dewasa yakni 10 Hz dan lebih kecil pada anak-anak maupun usia lanjut. Tremor
fisiologis terjadi pada setiap orang pada kegiatan sehari-hari, dan pada umumnya getarannya tidak
5
dapat dilihat dengan kasat mata. Tremor patologis dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi,
frekuensi, amplitudo, ritmisitas, etiologi, serta berdasarkan perubahan patologik. Tremor dapat
terjadi unilateral maupun bilateral. Lokasi terjadinya tremor yang paling sering adalah pada
ekstremitas atas bagian distal jari-jari dan tangan, namun bisa juga didapatkan pada lengan, kaki,
telapak kaki, lidah, bibir, kelopak mata, rahang, kepala, suara, dan meliputi seluruh tubuh.
Frekuensi tremor bisa lambat (3-5 Hz), sedang (5-8 Hz), atau cepat (9-12 Hz). Amplitudo tremor
bisa kasar, sedang atau halus. Tremor juga dapat terjadi secara konstan atau intermitten pada saat-
saat tertentu.
Selain itu, berdasarkan gambaran klinis, tremor dapat juga dibagi menjadi action tremor
dan resting tremor. Diagram klasifikasi tremor ditunjukkan pada gambar 1.1 dibawah ini.
6
Tremor terjadi akibat kontraksi otot volunter. Tremor aksi yaitu tremor esensial, penyakit
serebellar, tremor Holmes, tremor fisiologis, obat-obatan tertentu, bisa juga ditemukan pada
Parkinsonism. Tremor aksi dibagi atas:
a. Tremor postural
Terjadi pada bagian tubuh yang mempertahankan posisi melawan gravitasi.
Misalnya menunjuk suatu objek, menjulurkan lidah, mengangkat kedua tangan di sisi
tubuh.9
b. Tremor kinetik
Terjadi pada gerakan volunter, terdiri dari :
● Tremor kinetik sederhana (simple kinetic tremor): Tremor yang berhubungan yang
pergerakan ekstremitas, seperti gerakan pronasi-supinasi atau fleksi-ekstensi
pergelangan tangan. Tremor terjadi secara konstan sepanjang pergerakan yang
dilakukan. 8,9
● Tremor intensi: Tremor ini terjadi pada gerakan menunjuk sasaran dengan
amplitudo yang semakin meningkat saat gerakan mendekati sasaran pada akhir
gerakan. Misalnya saat menuangkan teh, tes telunjuk hidung atau tes jari-jari.
Kemungkinan adanya tremor posisi tertentu atau tremor postural pada awal dan
akhir gerakan harus disingkirkan.8,9
● Task-specific kinetic tremor: Tremor kinetik ini dipicu oleh aktivitas tertentu yang
membutuhkan keterampilan, seperti menulis, berbicara, memainkan musik
instrumental (tremor okupasi).8,9
c. Tremor isometrik
Tremor yang terjadi pada kontraksi otot volunter melawan suatu tahanan konstan,
seperti mengepal bola, menekan telapak tangan pemeriksa.8,9
Walaupun klasifikasi tremor membantu dalam menentukan penyebab, sindrom-sindrom tremor
bervariasi, sehingga riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sangat penting saat memeriksa pasien
tremor.
7
8
Struktur lain yang juga berperan dalam terjadinya tremor, khususnya intention tremor
yakni serebelum. Serebelum adalah organ sentral untuk kontrol motorik halus. Struktur ini
memproses informasi dari berbagai jaras sensorik (terutama vestibular dan propioseptif), bersama
dengan impuls motorik dan memodulasi aktivitas area nuklear motorik di otak dan medula spinalis.
Secara anatomis, serebelum tersusun dari dua hemisfer dan vermis yang terletak di
antaranya. Secara fungsional, serebelum terbagi menjadi tiga komponen yakni vestibuloserebelum,
spinoserebelum dan serebroserebelum. Vestibuloserebelum menerima impuls aferen dari organ
vestibularis dan fungsinya adalah untuk mengatur keseimbangan. Vestibuloserebelum terdiri dari
flokulus dan nodulus pada serebelum, atau disebut sebagai lobus flokulonodular. Spinoserebelum
terutama mengolah impuls propioseptif dari traktus spinoserebelaris dan mengontrol postur serta
gaya berjalan. Spinoserebelum terdiri dari struktur anatomis kulmen dan lobulus sentralis dari lobus
anterior vermis. Serebroserebelum memiliki hubungan fungsional yang dekat dengan korteks
motorik telensefalon dan berperan untuk kehalusan dan ketepatan seluruh gerakan terkontrol halus.
Lesi serebelum akan memiliki manifestasi klinis berupa gangguan pergerakan dan keseimbangan.
9
10
BAB II
KLASIFIKASI TREMOR
11
seperti pengendalian rasa takut dan cemas, atau pemicu dari tremor tersebut. Namun, pada beberapa
kasus, tremor fisiologis ringan pun bahkan dapat menyebabkan rasa malu dan terganggu secara
fungsional. Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi tremor ini adalah golongan β-bloker
seperti propanolol direkomendasikan. Dosis obat-obat yang dapat diberikan pada tremor fisiologis
meninggi yaitu propanolol 160 mg/hari, atenolol 200 mg/hari, metoprolol 200 mg/hari, nadolol 80
mg/hari, timolol 20 mg/hari. Pemberian alkohol juga dapat mengurangi gejala tremor fisiologis
meninggi.3,9,1
2.2.2. Epidemiologi
Essential tremor adalah jenis tremor yang paling sering ditemukan, dengan prevalensi
dunia sekitar 1% dan 5% pada orang dewasa diatas 60 tahun. Insiden dari ET meningkat seiring
pertambahan usia, walaupun pada anak kecil dan remaja bisa terkena, terutama ketika ET familial.
Prevalensi antara pria dan wanita sama. Tremor jenis ini timbul pada frekuensi yang lebih rendah
daripada tremor fisiologis dan essential tremor tidak diasosiasikan dengan perubahan secara
neurologis. Essential tremor dihipotesiskan untuk menjadi faktor resiko terjadinya Parkinson.
Penelitian oleh Shahed dan Jankovic (2007) melaporkan adanya riwayat tremor bilateral, postural
pada kedua tangan. Selain itu, dilaporkan juga bahwa ada peningkatan prevalensi ET pada anggota
keluarga pasien dengan Parkinson, dan ditemukan adanya Lewy bodies pada beberapa pasien
dengan ET (15-24%).11
12
disebabkan karena essential tremor diturunkan dalam pola autosomal dominant. Sebanyak 80%
dari familial ET menunjukkan gejala sebelum usia 40 tahun, namun pada sebagian orang, ET dapat
muncul pada masa kanak- kanak dan bertahan. Terdapat beberapa jenis gen yang menjadi faktor
risiko terbentuknya ET seperti Leucine-rich repeat and immunoglobulin domain-containing
protein 1 (LINGO), solute carrier family 1 member 2 (SLC1A2), serine/threonine kinase 32 B
(STK32B), PPARG coactivator 1 alpha (PPARGC1A), catenin alpha 3 (CTNNA3).12
Pada ET, terjadi hiperaktivitas dari cerebellothalamocortical circuit , dimana disfungsi
GABAergic pada nukleus dentata dan batang otak, yang kemungkinan disebabkan oleh
neurodegenrasi pada daerah ini.13
13
● Essential tremor dapat timbul secara sporadis, adanya beberapa kasus dimana essential
tremor muncul tanpa adanya riwayat pada keluarga. Hal ini menunjukkan kemungkinan
adanya faktor lingkungan yang mungkin berperan.
● Memiliki frekuensi yang tinggi, yaitu 4-12 Hz.
Essential tremor diperburuk dengan emosi, olahraga, dan kelelahan. Essential tremor dapat
bertambah parah hingga tulisan tangan pasien menjadi tidak dapat dikenali ataupun pasien tidak
dapat makan dan minum sendiri karena komponen dalam sendok atau gelas tidak dapat dibawa ke
mulut tanpa menumpahkan makanan atau minuman tersebut. Pada tahap akhir, lama-kelamaan
seluruh tindakan yang membutuhkan keterampilan tangan menjadi sulit bahkan mustahil. 14.
2.2.5. Diagnosis
Tahap awal mendiagnosis ET adalah menentukan apakah pasien mengalami tremor atau
gangguan gerak lainnya. Tremor menunjukkan adanya gerakan ritmik dan oskilasi terhadap central
plane, serta involunter. Terdapat beberapa gangguan gerakan yang dapat mirip dengan tremor,
salah satunya adalah chorea. Chorea dapat dibedakan dari tremor melalui karakterisitiknya yaitu
nonoskilasi dan arritmik. Myoclonus juga dapat menyerupai tremor, namun biasanya bersifat
aritmik dan ketika dilakukan palpasi pada otot yang berkontraksi, dapat dirasakan adanya kejutan
( shock-like nature of movement). Distonia kadang sulit dapat dibedakan dengan tremor, namun
tremor biasanya tidak menyebabkan gerakan berputar ( twisting or turning) dari ekstremitas yang
terkena.
ET merupakan suatu diagnosis klinis yang harus dicurigai pada pasien yang mengeluhkan
adanya tremor berkepanjangan yang mengganggu aktivitas sehari- hari dan memiliki riwayat
tremor pada keluarga. Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan neurologis. Jika tremor hanya
terbatas pada tangan, tremor akan muncul pada saat pasien melakukan ekstensi lengan dan
melakukan manuver seperti finger to nose atau menuang air ke dalam gelas. Karakteristik tremor
pada ET adalah fleksi ekstensi dari bahu, pergelangan tangan atau jari. Penting juga meminta pasien
untuk menulis dan menggambar spiral ( Archimedes spiral). Pada pasien dengan ET, biasanya
tulisannya memiliki karakteristik yaitu besar dan tidak beraturan ( scribbly) dan berbeda dengan
Parkinson Disease yang menunjukkan adanya micrographia. Jika menggambar spiral, biasanya
berbentuk gelombang.
14
- Isolated tremor consisting of bilateral upper limb action ( kinetic or postural) without other
motoric abnormalities
- At least three years in duration
- With or without tremor in other location ( leg, head, voice, and etc.)
- Absence of other neurologic signs such as dystonia, ataxia or parkinsonism.
15
Parkinsonian Tremor
- Parkinsonian tremor memiliki karakteristik yaitu tremor saat istirahat dan biasanya muncul
unilateral.
- Biasanya memiliki gangguan neurologis lainnya seperti bradidiskinesia dan rigiditas.
- Namun dalam beberapa kasus, terdapat tumpang tindih antara ET dan Parkinsonian tremor.
Pasien dengan Parkinson Disease dapat memiliki tremor postural yang singkat, biasanya
sebelum muncul gejala lainnya. Jika ditemukan adanya bradidiskiniesia, rigiditas, dan
micrographia pada awal tahap Parkinsonian Postural Tremor, maka dapat dicurigai adanya
Parkinson Disease, walaupun tanda ini tidak muncul lagi pada tahap selanjutnya.
- Keterlibatan anggota tubuh juga dapat membedakan ET dengan PD. Tremor pada bagian
kepala dan leher lebih mengarah pada ET, sedangkan tremor pada rahang dan bibit lebih
mengarah ke PD.
16
Spasmodic Dysphonia
- Manifestasi fokal berupa tremor vokal jarang ditemukan pada ET. Namun jika ada, penting
untuk membedakan antara tremor vokal et causa ET atau spasmodic dysphonia. Hal ini
dapat dibedakan dengan meminta pasien untuk mengucapkan steady note seperti aaaaaa
atau eeee. Jika ditemukan adanya serak, tegang, seperti terjepit atau pecah suara —>
Spasmodic dysphonia.
17
A. Propranolol 17
Essential tremor dapat diinhibisi oleh beta-adrenergic antagonist yaitu propanolol secara
oral untuk periode yang lama. Berdasarkan Guideline dari the American Academy of Neurology (
AAN) pada tahun 2011 menyimpulkan dosis penggunaan propanolol yaitu 60-320 mg/hari. Efek
dari obat baru dapat dilihat setelah beberapa hari hingga minggu. Pada pasien, sekitar 50-70%
pasien memiliki pengurangan gejala, namun beberapa melaporkan adanya efek samping berupa
kelelahan, disfungsi ereksi, bradikardia, dan bronchospasm. Mekanisme dan tempat kerja beta-
blocker tidak diketahui secara pasti dalam mengurangi tremor. Propranolol dikontraindikasikan
pada pasien dengan heart block, asma, dan DM tipe I. AAN menganjurkan untuk konsultasi dengan
kardiologis sebelum memulai terapi propanolol pada pasien dengan penyakit jantung. Terdapat
beberapa jenis beta bloker lainnya :
- Atenolol → selective beta adrenergic blocker, mungkin dapat menurunkan gejala tremor pada
anggota gerak karena ET. Atenolol dapat digunakan pada pasien dengan asma dan bronkospasme.
Namun masih terdapat pro dan kontra. Efektivitas dalam menurunkan gejala tremor masih belum
dapat dibuktikan.
- Sotalol → nonselective beta adrenergic receptor blocker mungkin dapat menurunkan gejala tremor
pada ET.
- Nadolol → nonselective beta adrenergic receptor blocker, mungkin dapat menurunkan gejala
tremor pada ET.
- Metoprolol → selective beta adrenergic receptor blocker. Efektifitas obat ini masih belum terbukti.
B. Primidone 18
Barbiturat yaitu primidone juga efektif dalam kontrol essential tremor dan obat ini dapat
digunakan untuk pasien yang tidak dapat merespon atau tidak dapat mentoleransi medikasi beta-
blocking, namun banyak pasien tidak dapat mentoleransi efek samping barbiturat yaitu rasa teler,
mual, ataupun ataxia. Pengobatan dapat dimulai pada 25 mg sehari dan ditingkatkan setiap harinya
18
sampai mencapai 75 mg sehari untuk meminimalisir efek samping. Berdasarkan AAN guideline,
menyimpulkan bahwa penggunaan primidone sampai dengan 750 mg/hari efektif untuk mengobati
tremor karena ET. Efek samping dari primidone meliputi sedation, drowsiness, kelelahan, depresi,
mual, muntah, ataksia, malaise, pusing, unsteadiness, bingung, vertigo, dan acute toxic reaction.
Efek samping ini lebih parah saat permulaan penggunaan obat, dan bukan merupakan
kontraindikasi untuk penghentian penggunan obat. Gabapentin, topiramat, mitrazipine, dan
benzodiazepine dan obat-obatan lain dapat digunakan sebagai terapi lini kedua..
C. Gabapentin 19
Gabapentin sebagai monoterapi kemungkinan dapat mengurangi tremor karena ET.
Efektifitas telah diuji dalam penelitian, dimana didapatkan penggunaan gabapentin 1200 mg/ hari
mengurangi tremor daripada placebo, dan menurunkan magnitude tremor pada hari ke 15 sebesar
77% yang diukur menggunakan accelerometry. Gabapentin memiliki efek samping yang lebih
rendah dibandingkan primidone, akan tetapi dapat menyebabkan rasa kantuk, dizziness, gait
unsteadiness terutama pada orang tua. Dosis awal 300 mg per hari ( dibagi dalam 3 dosis) lebih
dipilih daripada 900 mg per hari ( dibagi dalam 3 dosis ) pada orang tua.
D. Topiramate 20
Topiramate dapat mengurangi tremor pada anggota gerak karena ET dan memperbaiki
disabilitas fungsional. Namun penggunaan obat tersebut berhubungan dengan efek samping yang
tinggi seperti paresthesia, hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, somnolens, gangguan
konsentrasi dan gangguan memori. Dosis awal penggunaan Topiramate adalah 25 mg 1-2 kali
perhari, diikuti peningkatan 25-50 mg/hari setiap minggu nya hingga dosis maksimal 400 mg per
hari.
E. Nimodipine
Nimodipine adalah calcium channel blocker dan mungkin efektif dalam penanganan ET
dengan dosis 30 mg 4 kali sehari.
F. Toksin Botulinum 21
Injeksi toksin botulinum tipe A (BoNT-A) secara lokal pada ektremitas dapat mengurangi
keparahan dari essential tremor secara lokal, namun, akan ada gejala lemas pada lengan dan tangan
yang dapat mengganggu pasien. Medikasi yang sama juga dapat digunakan injeksi pada pita suara
untuk mengurangi tremor pada suara, namun dapat menyebabkan efek samping seperti breathiness,
19
serak dan gangguan menelan. Adapun dosis yang diberikan adalah sebanyak 1 U toxin diinjeksi
pada masing-masing pita suara.
G. Alkohol
Alkohol telah lama dikenal untuk memperbaiki ET, namun mekanisme kerjanya masih
belum diketahui. Pasien akan mengatakan bahwa mengkonsumsi alkohol sebelum makan atau
acara sosial dapat mengontrol tremor, walaupun tremor cenderung lebih buruk ketika efek dari
alkohol sudah habis.
Pada kasus dimana essential tremor bersifat persisten, DBS meliputi implantasi elektroda
(lead) dengan empat atau lebih kontak pada nukleus ventral intermediate (VIM) dengan metode
stereotaktik. Lead lead tersebut dihubungkan dengan wayar ke pulse generator yang di implantasi
pada dinding dada di bawah clavicula. Berdasarkan bukti penelitian dari AAN menyimpulkan
bahwa DBS efektif untuk mengurangi tremor pada anggota gerak kontralateral. DBS bilateral dapat
memperbaiki tremor kepala dan suara, namun lebih sering menyebabkan disarthria. Komplikasi
dari pemasangan DBS meliputi komplikasi surgikal, komplikasi dari alat, serta komplikasi dari
stimulasi.
Komplikasi surgikal meliputi sakit kepala, iskemia, dan kejang.
Komplikasi dari alat meliputi malfungsi, infeksi, migrasi dari lead.
20
Komplikasi dari stimulasi meliputi dysarthria, paresthesia pada wajah atau anggota gerak
kontralateral, dystonia, gait instability.
Terdapat tiga tipe prosedur talamotomi, yaitu konvensional, gamma knife, dan MRI guided
focused ultrasound. Semua prosedur ini menyebabkan lesi permanen pada nukleus VIM pada
thalamus untuk mengobati tremor anggota gerak kontralateral. Bilateral talamotomi sudah tidak
lagi dilakukan pada ET karena dapat menyebabkan gangguan artikulasi berbicara.
- Thalatomi konvensional unilateral : menggunakan stereotactic surgical dan
electrophysiologic techniques untuk menentukan lokasi dari nukleus VIM. Sebuah probe
diarahkan ke thalamus dan menggunakan radiofrequency untuk membentuk lesi. Metode
ini sudah digantikan dengan DBS karena menyebabkan lesi permanen.
- MRI-guided focused ultrasound thalamotomy : menggunakan high energy ultrasound
beams untuk membentuk lesi pada VIM nukleus di thalamus. Walaupun tidak
membutuhkan kraniotomi, namun termasuk dalam tindakan invasif karena merusak
jaringan otak.
- Thalamotomi Gamma Knife unilateral : menggunakan radiasi dosis tinggi dan ditargetkan
ke VIM nukleus di thalamus. Komplikasinya meliputi hemiparesis transien atau permanen,
disphagia, transien/sustained facial sensory loss.
21
2.3.1.2. Patofisiologi
Penyakit Parkinson terjadi ketika sel saraf atau neuron yang mengontrol pergerakan
mengalami kerusakan atau mati. Pada keadaan normal, neuron ini akan menghasilkan
senyawa kimia penting di otak, yaitu dopamin. Ketika neuron mengalami kerusakan atau
mati, maka produksi dopamin akan berkurang sehingga dapat menyebabkan gangguan
pergerakan pada penyakit Parkinson. Pada penyakit parkinson terdapat kerusakan pada
traktus nigro-striatum yang bersifat dopaminergik sehingga terjadi suatu penurunan kadar
dopamin dalam ganglia basalis. Hal inilah yang dianggap sebagai penyebab terjadinya
rigiditas, bradikinesia atau akinesia, dan tremor yang merupakan gambaran utama penyakit
tersebut.3,25
22
Pasien dengan penyakit parkinson juga kehilangan ujung saraf yang menghasilkan
norepinefrin, senyawa kimia utama yang membawa pesan sistem saraf simpatis yang
mengatur fungsi otonom tubuh, seperti denyut nadi dan tekanan darah. Hilangnya
norepinefrin dalam otak ini yang akan mengakibatkan gejala-gejala non-motor pada
penyakit parkinson, seperti kelelahan, tekanan darah yang ireguler, penurunan
metabolisme pencernaan, dan menurunnya tekanan darah secara mendadak ketika
perubahan posisi saat bangun dari duduk atau tidur.24
Tremor 70%
Stiffness 10%
Slowness 10%
Muscle aches 8%
Loss of dexterity 7%
Handwritting disturbance 5%
23
Speech disturbance 3%
Gejala awal umumnya sulit untuk ditegakkan karena perjalanan penyakit yang
berkembang secara lambat dan cenderung terlihat sebagai gejala penuaan pada umumnya.
Bicara yang menjadi lembut, monotonus, dan tidak jelas. Pasien mungkin tidak menyadari
penyakit yang dideritanya dalam jangka waktu yang lama. Pada awalnya gejala yang
dialami pasien mungkin hanya sebatas nyeri punggung, leher, dan bahu atau pinggul, dan
kelemahan yang hilang timbul. Adanya sedikit kekakuan dan kelambatan dalam
pergerakan yang minimal membuat pasien seringkali terlambat datang mencari perhatian
medis. Berkurangnya pergerakan kecil pada daerah otot wajah menyebabkan pasien
tampak tidak berekspresi “masked” appearance (hypomimia).3
Tremor postural dapat terjadi bersamaan dengan tremor istirahat atau dapat juga muncul
sendiri pada beberapa pasien dengan penyakit Parkinson, terkadang dapat disalah artikan dengan
tremor esensial.24
Tremor-dominant Parkinson disease – amplitude yang rendah pada tremor istirahat daerah tangan
atau rahang, tidak diikuti dengan manifestasi lain dari parkinsonism, terkadang dapat terjadi
sebagai satu-satunya manifestasi dan tidak berkembang menjadi penyakit Parkinson yang lebih
umum. Meskipun demikian, tremor merupakan tanda pertama dari penyakit Parkinson yang
seringkali menjadi progresif dan timbul gejala-gejala disabilitas seperti bradykinesia umum,
gangguan gaya berjalan, dan ketidakstabilan postural.
Pasien dapat bertahan selama bertahun-tahun dengan penyakit ini dengan hanya gejala
tremor yang dominan. Keadaan seperti ini disebut sebagai “tremor-dominant PD”.24
24
Penyakit lain yang berhubungan dengan tremor istirahat yaitu penyakit Wilson, degenerasi
non-Wilsonian hepatoserebral, dan injuri thalamus atau midbrain akibat stroke, trauma, atau
penyakit demielinasi. rest tremor dapat juga terjadi sebagai fenomena ”spillover” pada berbagai
macam penyakit, seperti penyakit Wilson, bentuk severe dari tremor esensial, dan sindrom serebral
atau extrapyramidal lainnya.3,24
2.3.2.1. Terapi
2.3.2.1.1. Levodopa3
Levodopa mengendalikan kadar dopamin substansia nigra, di dalam neuron
tersebut levodopa akan berkonversi menjadi dopamin sehingga menggantikan dopamin
striatal yang hilang. Pemberian levodopa sebaiknya dimulai dengan dosis rendah, dan
ditingkatkan secara sedikit-sedikit, dosis akhir sebaiknya serendah mungkin. Interval antar
dosis sebaiknya ditentukan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Levodopa diberikan bersama dengan suatu inhibitor dopa-dekarboksilase
ekstraserebral yang akan mencegah konversi perifer levodopa menjadi dopamin, sehingga
efek samping seperti mual, muntah dan efek kardiovaskular dapat dikurangi. Oleh karena
itu, kadar efektif dopamin-otak dapat dicapai dengan dosis levodopa yang lebih rendah.
Inhibitor dopa-dekarboksilase ekstraserebral yang digunakan bersama dengan levodopa
adalah benserazid (pada co-beneldopa) dan karbidopa (pada co-kareldopa).
25
komplikasi yang melumpuhkan. Dopamin agonis juga telah berhasil digunakan sebagai
monoterapi pada pasien de novo dengan maksud menunda pengobatan dengan levodopa
dan efeknya dapat menunda timbulnya komplikasi. Dopamin agonis tidak dimetabolisme
oleh jalur oksidatif sehingga tidak menyebabkan pembentukan radikal bebas sitotoksik
yang mungkin terkait dengan metabolisme dopamin. Dengan menekan pelepasan dopamin
endogen, dopamin agonis dapat melindungi neuron dopaminergik dari cedera.
● Bromokriptin
Bromokriptin telah digunakan secara teratur sebagai terapi tambahan pada
pasien yang menerima levodopa untuk memungkinkan dosis levodopa yang lebih
rendah untuk digunakan dan untuk meningkatkan fluktuasi motor "akhir dosis".
● Pergolide
Pergolide juga telah terbukti meningkatkan gejala penyakit Parkinson baik
ketika digunakan sebagai monoterapi dan dalam kombinasi dengan levodopa.
Pengobatan dengan monoterapi pergolide lebih dari 6 bulan pada pasien de novo
telah terbukti memberikan kemanjuran simtomatik dan kejadian efek samping
yang sama dengan levodopa. Pada beberapa pasien dengan penyakit Parkinson
yang rumit, dosis tinggi pergolide (4 mg) telah terbukti mengurangi fluktuasi
motor dan mencapai kontrol yang baik terhadap tanda parkinson dan gejala tanpa
memerlukan pengobatan levodopa secara bersamaan.
● Lisuride
Seperti bromokriptin, lisuride merangsang reseptor dopamin mirip D2.
Lisuride sama efektif dan ditoleransi dengan baik seperti bromokriptin ketika
digunakan dalam kombinasi dengan levodopa pada pasien dengan penyakit
Parkinson lanjut yang mengalami respons yang memburuk terhadap levodopa dan
fluktuasi motor. Dalamsalah satu sebuah studi, terapi kombinasi dengan lisuride
dan levodopa, lebih dari 10 tahun , telah terbukti mengurangi dan menunda
perkembangan fluktuasi motorik dan diskinesia pada pasien dengan penyakit awal
26
● Cabergoline
Cabergoline adalah agonis ergonomis dopamin kerja panjang dengan
afinitas selektif untuk reseptor dopamin seperti D2 dan paruh plasma yang panjang
selama 65 jam. Monoterapi Cabergoline hingga 1 tahun telah terbukti hanya sedikit
kurang efektif daripada pengobatan levodopa.
Efek Samping Dopamin Agonis derivatif ergot, antara lain mual, muntah,
hipotensi ortostatik, halusinasi, delusi, dan ketika digunakan sebagai tambahan
untuk levodopa, eksaserbasi diskinesia
● Ropinirole
Ropinirole adalah agonis reseptor tipe-D2 dopamin yang kuat dan selektif
dan merupakan agonis dopamin aktif dopamin aktif non-ergolin pertama yang
tersedia. Studi telah menunjukkan bahwa ropinirole efektif ketika digunakan
sebagai monoterapi pada penyakit Parkinson awal, memberikan bantuan gejala
hingga 5 tahun. Penelitian 6 bulan terakhir pada pasien dengan fluktuasi motor
menunjukkan bahwa penggunaan ropinirol memungkinkan penurunan> 20%
dalam dosis levodopa.
● Pramipexole
Studi elektrofisiologis in vitro menunjukkan bahwa pramipexole memiliki
potensi yang lebih besar untuk merangsang reseptor dopamin daripada agonis
ergoline.47 Pramipexole merangsang reseptor mirip D2, dengan afinitas tertinggi
untuk reseptor D3. Kemanjuran pramipexole pada pasien dengan penyakit
Parkinson telah dibuktikan dalam beberapa jangka pendek, uji coba terkontrol
plasebo.
27
Tremor biasanya diklasifikasikan tergantung pada sikap tubuh ketika gejala tremor timbul. Action
tremor (termasuk postural dan kinetic tremor) timbul pada amplitudo dan frekuensi berbeda (4-12 Hz) dan
timbul ketika seseorang mempertahankan postur atau gerakan tertentu. Intention tremor memiliki frekuensi
<5Hz dan biasanya timbul pada amplitudo yang lebih besar pada saat seseorang melakukan gerakan yang
memiliki tujuan (target directed movement). Resting tremor timbul pada frekuensi 4-6 Hz, dan biasanya
timbul saat ekstremitas sedang melawan gaya gravitasi, dan gejala akan berkurang dengan adanya gerakan.
Ada perbedaan dari jenis tremor yang timbul sesuai dengan pemakaian obat pasien.27
2.4.1. Diagnosis
Untuk membedakan apakah tremor timbul karena efek suatu obat ataupun membedakan jenis
tremor membutuhkan adanya anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Beberapa faktor yang
mengarahkan kepada suatu drug induced tremor adalah :
1. Eksklusi adanya penyebab medis lain yang dapat menimbulkan tremor (misalnya hipertiroidism,
atau hipoglikemia)
28
Drug induced tremor biasanya bersifat simetris untuk banyak obat, namun pada drug-induced parkinsonism
(DIP), pasien biasanya memiliki tremor istirahat unilateral.
29
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) paling banyak menyebabkan tremor. Tremor
merupakan gangguan yang paling sering ditemukan pada pengobatan. Tremor ini biasanya merupakan
tremor postural dan actional, dan biasanya akan muncul 1-2 bulan setelah terapi dimulai. Selain itu, dapat
30
timbul juga serotonin syndrome yang dapat timbul oleh pengobatan dengan SSRI ataupun dengan obat lain.
Tremor biasanya menjadi manifestasi awal sindroma ini, dan biasa terjadi pada kaki. Adapun SSRI
withdrawal memiliki gejala adanya getaran yang sediki, irritable, kecemasan, dan parestesia. Sindroma ini
biasanya timbul pada SSRI dengan waktu paruh yang lebih pendek seperti fluvoxamine dan paroxetine.35
Tremor merupakan salah satu efek samping dari penggunaan lithium, tremor biasanya tidak terlalu
parah dan tidak menyebabkan disabilitas. Pada penggunaan lithium, tremor biasanya timbul lebih banyak
pada laki-laki dibandingkan pada wanita, dan biasanya muncul pada pasien usia tua. Tremor pada
penggunaan lithium masuk pada kategori tremor fisiologis yang meningkat, dan biasanya timbul pada
tangan. Mekanisme bagaimana litium dapat menyebabkan tremor belum diketahui, namun tatalaksana awal
dapat berupa penurunan dosis obat, dan dapat diberikan b-adrenergic antagonis yaitu propranolol yang
dapat membantu menurunkan gejala tremor pada pasien.36
4. Antiepileptic
Asam valproate merupakan obat antiepilepsi yang paling banyak diasosiasikan dengan tremor.
Tremor yang disebabkan asam valproate merupakan tremor esensial, dan penggunaan obat dapat
meningkatkan gejala tremor. Tremor biasa merupakan tipe aksi dan postural, meskipun terkadang dapat
timbul juga gejala berupa tremor istirahat. Patofisiologi penyebab tremor pada penggunaan asam valproate
diduga karena banyak mekanisme berbeda, termasuk adanya pengurangan pada neuronal firing dan adanya
Na dependent action potential yang meningkatkan neurotransmisi GABAergik.37
Namun, dilain sisi, obat antiepilepsi dapat menjadi salah satu pilihan untuk mengobati tremor esensial dan
telah menjadi pilihan terapi utama. Obat-obatan yang digunakan antara lain carbamazepine dan gabapentin.
31
Selain gejala resting tremor yang terjadi, tardive tremor juga dapat terjadi, dan gejala ini akan
membaik setelah minum obat neuroleptic atau terapi yang mengurangi dopamine. Tardive tremor berada
dalam amplitude yang lebih tinggi dibandingkan parkinsonian tremor dan dapat menyebabkan gangguan
aktivitas.
Cinnarizine dan flunarizine merupakan calcium channel antagonis yang memiliki fitur dopamine
blocking, obat-obatan ini digunakan untuk tatalaksana vertigo dan biasanya diasosiasikan dengan DIP dan
resting atau postural tremor.38
Adapun obat-obatan lain yang dapat menyebabkan terjadinya drug-induced tremor adalah :
● Bronchodilator : salbutamol, salmeterol
● Obat kemoterapi : thalidomide, cytarabine, ifosfamide
● Obat lambung : metoclopramide, cimetidine, misoprostol, bismuth salts
● Hormone : levothyroxine overdose, medroxyprogesterone, epinephrine (meningkatkan tremor
fisiologis)
● Immunosupresant : ciclosporin, tacrolimus
● Metylxanthine : theophylline, aminophylline27
32
kemampuan otak untuk melakukan sesuatu dapat dipindahkan ke bagian otak lain. Sehingga, jika ada
kerusakan pada sistem dopaminergik dan cerebellothalamik, akan menyebabkan fungsi otak dialihkan ke
bagian otak lain dan hal ini menjelaskan keterlambatan munculnya gejala setelah adanya lesi.40
2.5.5. Patofisiologi
1. Patofisiologi terjadinya tremor belum diketahui secara pasti. Namun, ada 2 prinsip yang
dipostulasikan untuk tremorogenesis. Pertama, adanya hiperekstabilitas fungsional serta osilasi
yang bersifat ritmis dari neuron meskipun tanpa adanya perubahan secara struktural. Gejala tremor
yang akan berkurang dengan konsumsi alkohol ataupun penggunaan obat-obatan mensugestikan
bahwa gangguan yang terjadi pada tremor bersifat hanya fungsional. Prinsip kedua adalah bahwa
33
akan ada patologi struktural jika ada tanda-tanda neurodegenerasi dan hal ini tidak ditemukan pada
beberapa tremor.
2. Cortico-striato-thalamo-cortical loop melalui basal ganglia memiliki fungsi untuk mengintegrasi
beberapa kelompok otot yang berbeda untuk menciptakan gerakan kompleks. Loop ini menjamin
gerakan kontinu yang tidak bisa diakhiri atau terganggu oleh pengaruh hal – hal yang tidak relevan
dari faktor eksternal.
3. Segitiga Guillain-Mollaret yang meliputi red nucleus, inferior olivary nucleus dan nucleus dentate
yang mengontrol gerakan presisi yang volunter. Neuron ION menerima input dari red nucleus
kemudian mentransmisikan ke sel – sel serat purkinje di korteks serebelum. Masing – masing
neuronnya terhubung oleh gap junction sehingga dapat bertindak sebagai sinkronisasi saraf
ansambel. Pada tubuh manusia yang normal atau sehat, neuron inferior olivary nucleus, kalsium
channel meregulasi depolarisasi osilasi normal yang mempengaruhi proses dan koordinasi temporal
dari modulasi serebelum dan pembelajaran motorik. Kerusakan pada inferior olivary nucleus
mengganggu segitiga Guillain Mollaren dan menyebabkan tremor.40
2.5.6. Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat dari gejala fisik yang mengarahkan kepada diagnosis tremor Holmes. Selain
itu dapat dilakukan tes untuk melihat apakah tremor muncul ketika istirahat atau ketika adanya kontraksi
otot volunter, serta frekuensi dari tremor tersebut. Tremor holmes secara general akan memperburuk ketika
berdiri dan ketika ada gerakan yang bersifat intensional, selain itu, tremor Holmes juga tidak terlalu bersifat
ritmis, jika dibandingkan dengan jenis tremor lainnya.41
Selain secara klinis dan menggunakan EMG, untuk mengeksklusi hipertiroidisme, maka akan
dilakukan pemeriksaan thyroid stimulating hormone. MRI juga dapat dilakukan untuk melihat jika ada lesi
struktural pada thalamus, midbrain, dan substantia nigra. 41
34
Penelitian oleh Rania, et al (2016) menemukan bahwa ditemukannya lesi pada sistem saraf pusat
pada pasien dengan tremor Holmes biasanya ada pada usia rata-rata 40 tahun. Penyebab utama yang
ditemukan adalah karena lesi vaskular (48,3%), dimana lesi berupa lesi iskemik dan hemoragik. Ditemukan
17.24% pasien dengan riwayat trauma kepala. Gejala diketahui muncul tidak langsung setelah munculnya
lesi, namun berjarak kurang lebih 2 bulan (jangka waktu 7 hari hingga 288 bulan). Adapun gejala yang
diobservasi adalah sebagai berikut: 40
● Hemiparesa → kelemahan otot pada satu sisi tubuh
● Ataksia → berkurangnya kontrol dari gerakan atau koordinasi gerakan volunter, seperti pada saat
berjalan ataupun mengambil barang
● Hypesthesia → berkurangnya sensasi yang dirasakan akan rangsangan taktil
● Distonia → adanya kontraksi otot yang konstan dan repetitif sehingga menyebabkan adanya
gerakan seperti berputar ataupun postur abnormal yang konstan
● Disatria → artikulasi yang sulit ataupun tidak jelas pada pasien dengan kemampuan linguistik yang
normal
● Cranial nerve palsies
● Vertical gaze palsies and alteration
● BradIkinesia → merupakan gejala yang timbul saat gerakan sulit dilakukan ataupun memiliki
kelambatan pergerakan ketika akan memulai suatu gerakan, merupakan gejala dari parkinson
● Gangguan psikiatri
● Kejang40
2.5.8. Terapi
● Levodopa → obat yang terutama digunakan pada parkinson, levodopa merupakan komponen yang
dibutuhkan tubuh untuk diubah menjadi dopamin. Kekurangan dopamin diketahui untuk
menyebabkan terjadinya tremor. Diketahui bahwa F-dopa uptake pada bagian dengan lesi sangat
berkurang jika dibandingkan pasien yang normal ataupun pada sisi kontralateralnya. Namun,
beberapa pasien ditemukan tidak berespon terhadap levodopa dan ada beberapa dugaan adanya
variasi dalam patofisiologi tremor ini sehingga masing-masing pasien dapat menunjukkan respon
yang berbeda terhadap pengobatannya.
● Injeksi botoks → bekerja dengan cara menyebabkan hambatan antara neuromuscular junction
sehingga memperlemah otot yang diinjeksi oleh toksin botulinum dan mengurangi gejala tremor,
adapun terapi ini hanya dianjurkan ketika terapi oral sudah tidak dapat bekerja.
35
2.6.1. Penyebab
Tremor intensional dapat menjadi gejala pertama dari multiple sclerosis, dimana
adanya kehilangan fungsi motorik dan sensitivitas merupakan pertanda awal lesi
cerebellar. Namun, selain daripada itu, ada variasi kausa tremor intensi, dimana beberapa
36
2.6.3. Diagnosis
Diagnosis dari Intention Tremor dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, hal yang penting untuk ditanyakan adalah :
- Usia saat muncul gejala
- Munculnya secara mendadak atau perlahan-lahan
- Anatomical affected sites
- Progresifitas
- Faktor yang memperparah dan memperingan
- Ada alcohol abuse
- Riwayat tremor pada keluarga
- Obat obat yang dikonsumsi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan finger to nose test dan heel to shin test.
Tremor akan muncul pada akhir dari gerakan tersebut.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa peemeriksaan MRI untuk melihat apakah terdapat
lesi pada serebelum, dan juga pemerikaan EMG, dimana frekuensi tremor < 5 Hz.47
37
2.6.4. Terapi
Tremor intensional sulit untuk diobati karena seringkali tremor kembali muncul setelah obat
dikonsumsi. Ada beberapa jenis pengobatan yang dapat digunakan untuk tremor intensional, yaitu adanya
pengobatan farmakologi, perubahan gaya hidup, dan pengobatan invasif seperti dengan melakukan operasi
ataupun thalamic deep brain stimulation.48
Tremor intensional dikenal sebagai tremor yang paling sulit untuk diobati melalui farmakoterapi
dan obat-obatan. Beberapa obat yang telah ditemukan memiliki efek yang baik untuk tremor intensional
adalah isoniazid, buspirone hydrochloride, glutethimide, carbamazepine, clonazepam, topiramate,
propanolol, dan primidone. Isoniazid diketahui menginhibisi gamma-aminobutyric acid-aminotransferase,
yaitu sebuah enzim yang memecahkan GABA, sehingga GABA akan meningkat. Hal ini diharapkan dapat
berperan dalam mereduksi ataksia cerebellar. Neurotransmitter lain yang ditargetkan oleh obat-obatan yang
dapat memperbaiki gejala tremor intensional adalah serotonin. Buspirone hydrochloride merupakan obat
yang mengurangi fungsi serotonin pada sistem saraf pusat dan beberapa penelitian menemukan obat ini
dapat digunakan untuk tremor intensional.44
Terapi diketahui dapat mengurangi gejala tremor namun tidak dapat menghilangkan tremor sama
sekali. Dengan menerapkan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, hipnosis, beberapa pasien menunjukkan
perbaikan gejala tremor. Selain itu, alternatif yang dapat digunakan adalah dengan pemberian beban pada
lengan yang dapat mengurangi tremor. 46
Untuk pasien yang tidak merespon terhadap obat, terapi fisik, dapat digunakan intervensi operasi
seperti deep brain stimulation dan dengan membuat lesi secara operatif pada nucleus thalamus dapat
menjadi terapi jangka panjang yang efektif. Deep brain stimulation dapat mengurangi gejala tremor namun
tidak memperbaiki kesalahan lain seperti dissynergia dan dysmetria. Deep brain stimulation dilaksanakan
dengan memasukkan implantasi neurostimulator atau brain pacemaker yang memberikan impuls elektrikal
kepada bagian otak tertentu sehingga adanya aktivitas otak yang ter-regulasi secara konstan dan teratur.
Banyak ditemukan bahwa tremor tereduksi secara amplitudo.48
Thalamotomy dikerjakan pada lesi thalamus nucleus untuk mengganggu sirkuit tremor. Namun,
prosedur ini bersifat sangat invasif, dengan pengobatan yang berisiko tinggi dan memiliki banyak efek
samping seperti perburukan gejala multiple sclerosis, disfungsi kognitif, perburukan dysarthria dan
dysphagia. Selain itu, banyak tremor yang kembali timbul setelah prosedur ini.49
38
REFERENSI
1. Grimaldi G, Manto M. Neurological tremor: sensors, signal processing and emerging applications.
Sensors 2010;10:1399-422.
2. Berendse HW, van Laar T. Tremor. In: Wolters EC, van Laar T, editors. Parkinsonism and related
disorders. Amsterdam: University Press, 2007: p. 309-22.
3. Ropper AH, Phil RHBD. Adams and Victor’s Principles of Neurology (8th ed.). New York: McGraw-
Hill, 2005.
4. Deuschl G, Volkmann J, Raethjen J. Tremors: differential diagnosis, pathophysiology, and therapy. In:
Jankovic J, Tolosa E, editors. Parkinson’s Disease and Movement Disorders (5th ed.). Philadelphia:
Williams & Wilkins, 2007; p. 298-311.
5. Jankovic J, Fahn S. Physiologic and pathologic tremors. Diagnosis, mechanism, and management. Ann
Intern Med 1980; 93:460.
6. Puschmann A, Wszolek ZK. Diagnosis and Treatment of Common Forms of Tremor. 2011;1(212):65–
77.
7. UpToDate [Internet]. Uptodate.com. 2019 [cited 2 May 2019]. Available from:
https://www.uptodate.com/contents/essential-tremor-clinical-features-and-diagnosis
8. UpToDate [Internet]. Uptodate.com. 2019 [cited 2 May 2019]. Available from:
https://www.uptodate.com/contents/overview-of-tremor
9. Alarcon, F, Zijlmans JCM, Duerias G, Cevallos N. (2004). Post-Stroke Movement Disorders : report of
65 patients. J. Neurol Neurosurg Psychiatry (75) : 1568-1574
10. Louis ED. Fascinating rhythm: recognizing and treating tremor. Ann Neurol. 2007;22:833–8. 14
11. Louis ED, Ferreira JJ. How common is the most common adult movement disorder?Update on the
wordwide prevalance of essential tremor. Move Disord 2010; 25:534
12. Merner ND, Girad SL, Catoire H, et al. Exome sequencing identifies FUS mutations as a cause of
essential tremor, Am J Hum Genet 2012: 91:313
13. Helmich RC, Toni I, DeuschiG, Bloem BR. The Pathophysiology of Essential Tremor and Parkinson’s
Tremor, 2013:378
14. Louis ED, Essntial tremors : a family of neurodegenerative disorders?Arch Neurol 2009: 66:1202
15. Bhatia KP, Bain P, Bajaj N, et al. Consensus Statement on the Classification of tremor, from the task
force on tremor of the International Parkinson and Movement Disorder Society, Mov Disord 2018;33:75
16. Rajput AH, Rajput A. Medical Treatment of Essential Tremor. J Cent Nerv Sys Dis 2014; 6:29
17. Sweet RD, Blumberg J, Lee JE, MC Dowell FH, Propranolol Treatment of Essential Tremor, Neurology
1974; 24;64
39
18. Nida A, Alston J, Schweinfurth J. Primidone Therapy for Essential Tremor 2016; 142:117.
19. Ondo W, Hunter C, Vuong KD, et al. Gabapentin for Essential Tremor: a multiple-dose, placebo-
controlled trial; Mov Disord 2000:15:678
20. Bruno E, Nicoletti A, Quttrocchi G, et al. Topiramate for Essential Tremor, Cochrane Database Syst
Rev 2017; 4:CD009683
21. Hertegard S, Grangvist S, Lindestad PA, Botulinum Toxin Injections for Essential Voice Tremor Ann
Otol hinol Laryngol 2000;109:204
22. Flora ED, Perera Cl, Cameron AL, Maddern GJ. Deep Brain Stimulation for Essential Tremor
systematic review: Mov Disord 2010;25:1550
23. Louis ED, Treatment of Medically Refractory Essential Tremor, N Engl J Med 2016: 375:792
24. Tarsy D. Overview of Tremor. 2019.
25. National Institute of Aging. Parkinson’s Disease. 2017.
26. DUUS
27. Morgan J, Sethi K. Drug-induced tremors. The Lancet Neurology. 2005;4(12):866-876.
28. Asymmetry in clinical features of drug-induced parkinsonism. (1990). The Journal of Neuropsychiatry
and Clinical Neurosciences, 2(1), pp.64-66.
29. Ayd F. A Survey of Drug-Induced Extrapyramidal Reactions. JAMA. 1961;175(12):1054.
30. Indo, T. (1982). Metoclopramide-Induced Parkinsonism. Archives of Neurology, 39(8), p.494.
31. Dorian. Amiodarone for the treatment and prevention of ventricular fibrillation and ventricular
tachycardia. Vascular Health and Risk Management. 2010;:465.
32. Orucki M. Tremor Induced by Trimethoprim-Sulfamethoxazole in Patients with the Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Annals of Internal Medicine. 1988;109(1):77.
33. Nadel A. Vidarabine Therapy for Herpes Simplex Encephalitis. Archives of Neurology.
1981;38(6):384.
34. Mott S, Packer R, Vezina L, Kapur S, Dinndorf P, Conry J et al. Encephalopathy with parkinsonian
features in children following bone marrow transplantations and high-dose amphotericin B. Annals of
Neurology. 1995;37(6):810-814.
35. Leo R. Movement Disorders Associated With the Serotonin Selective Reuptake Inhibitors. The Journal
of Clinical Psychiatry. 1996;57(10):449-454.
36. Putten T. Lithium-induced disabling tremor. Psychosomatics. 1978;19(1):27-31.
37. Millichap J. Movement Disorders Induced by Antiepileptic Drugs. Pediatric Neurology Briefs.
2007;21(2):15.
38. Sethi K. Movement Disorders Induced by Dopamine Blocking Agents. Seminars in Neurology.
2001;21(01):059-068.
40
39. Mahajan R, Zachariah U. Wing-Beating Tremor. New England Journal of Medicine. 2014;371(1):e1.
40. Raina G, Cersosimo M, Folgar S, Giugni J, Calandra C, Paviolo J et al. Holmes tremor. Neurology.
2016;86(10):931-938.
41. Buijink A, Contarino M, Koelman J, Speelman J, van Rootselaar A. How to Tackle Tremor – Systematic
Review of the Literature and Diagnostic Work-Up. Frontiers in Neurology. 2012;3.
42. Puschmann A, Wszolek Z. Diagnosis and Treatment of Common Forms of Tremor. Seminars in
Neurology. 2011;31(01):065-077.
43. Menon B, Sasikala P, Agrawal A. Giant Middle Fossa Epidermoid Presenting as Holmes’ Tremor
Syndrome. Journal of Movement Disorders. 2014;7(1):22-24.
44. Seeberger, Lauren. "Cerebellar Tremor-Definition and Treatment." The Colorado Neurological Institute
Review. Fall 2005.
45. Bhidayasiri R. Differential diagnosis of common tremor syndromes. Postgraduate Medical Journal.
2005;81(962):756-762.
46. Eidelberg, David, Pourfar, Michael. "Tremor." 2007. In The Merck Manuals Online Medical Library.
47. Wyne K. A comprehensive review of tremor. Journal of the American Academy of Physician Assistants.
2005;18(12):43-50.
48. Wishart H. Chronic deep brain stimulation for the treatment of tremor in multiple sclerosis: review and
case reports. 2019.
49. Benabid A, Pollak P, Hoffmann D, Gervason C, Hommel M, Perret J et al. Long-term suppression of
tremor by chronic stimulation of the ventral intermediate thalamic nucleus. The Lancet.
1991;337(8738):403-406.
41