Anda di halaman 1dari 20

TRANSSEKSUALISME

Alexsandro I. S. Lao/ 01073170180

Pembimbing: dr. Ashwin Kandouw, Sp. KJ


DEFINISI
 Transeksual merupakan kondisi dimana individu baik laki-
laki maupun perempuan yang sepanjang hidupnya merasa
bahwa dirinya terperangkap di tubuh yang salah dan
berupaya untuk mengubah jenis kelaminnya baik secara
hormonal maupun operatif.

 gender variant, gender nonconforming, gender queer,


genderfluid, bigender, genderneutral, agender,
andnonbinary, disforia gender, dan transgender.

 Berdasarkan DSM V, transeksual atau saat ini disebut


sebagai disforia gender, didefinisikan sebagai sebagai
perasaan ketidakpuasan secara afektif dan kognitif
mengenai jenis kelamin saat lahir.
EPIDEMIOLOGI
 Transeksual terjadi dengan prevalensi sebesar
0,2-2:1.000.

 Transeksual dapat terjadi pada usia 15-64 tahun.

 Transeksual lebih sering terjadi pada jenis


kelamin laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 3:1 pada usia dewasa, 5:1 pada
usia
ETIOPATOGENESIS
 BIOLOGIS

 PSIKOSOSIAL
BIOLOGIS
 GENETIK
 Sindrom Klinefelter
 Sindrom Turner
 Mutasi genetik yang berkaitan dengan steroid-
seksual
 KELAINAN ANATOMI
 tipe transwoman ditemukan karakteristik seksual
spesifik di otak yang lebih menyerupai perempuan
daripada laki-laki, terutama pada bagian tengah dari
nukleus stria terminalis dan nukleus interstitial dari
hipotalamus anterior yang berukuran lebih kecil
daripada pada laki-laki sehingga menyerupai
perempuan.
 HORMON

 Munculnya fenotip maskulin dapat disebabkan oleh


karena adanya kadar hormon androgen yang cukup

 Fenotip feminin disebabkan oleh karena tidak adanya


kadar hormon androgen.

 Hormon seksual ini akan berefek pada otak yang


selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan alat
genitalia.
PSIKOSOSIAL
 Pengaruh psikososial terhadap kejadian
transeksual berkaitan dengan beberapa faktor
seperti
 Pola asuh orangtua,
 Dominasi peran orangtua
 Pengaruh lingkungan sekitar.
KLASIFIKASI
 Klasifikasi transeksual dibagi berdasarkan Sex
Orientation Scale (SOS) menjadi tiga jenis yaitu
sebagai berikut.
 Tanpa operasi, dimana terdapat gejala yang
mencolok namun tidak ada keinginan maupun usaha
untuk mengubah jenis kelamin
 Intensitas sedang, dimana terdapat gejala yang
mencolok yang disertai dengan keinginan untuk
mengubah jenis kelamin, namun tidak ada usaha
untuk mewujudkannya
 Intensitas tinggi, dimana terdapat gejala yang
mencolok yang disertai dengan usaha untuk
mengubah jenis kelamin
PENEGAKAN DIAGGNOSIS
 PPDGJ
 Dalam PPDGJ IV, transeksual dijelaskan dalam kode
F64.0. Menurut PPDGJ V, diagnosis transeksual
ditegakan apabila terdapat kriteria sebagai berikut.
 Adanya identitas transeksual yang menetap selama minimal
2 tahun dan bukan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain
seperti skizofrenia, atau berkaitan dengan kelainan interseks,
genetik, maupun kromosom.
 Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota
dari kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan
risih atau ketidakserasian dengan anatomi seksual
biologisnya
 Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan

pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin


dengan jenis kelamin yang diinginkan
 Transeksual, atau menurut DSM-5 saat ini
disebut sebagai disforia gender, dibedakan antara
disforia gender yang terjadi pada usia anak-anak
dan dewasa.
 Pada usia anak-anak, penolakan gender biologis
ditandai dengan adanya perubahan cara bermain,
berpakaian, berhubungan sosial, dan kadang
karakteristik seksual primer.
 Pada usia dewasa, penolakan gender biologis
ditandai dengan adanya perubahan karakteristik
seksual sekunder. Disforia gender pada usia
dewasa biasanya bersifat persisten, sedangkan
pada usia anak-anak cenderung dapat
menghilang seiring dengan pertambahan
kedewasaan.
 Berdasarkan DSM-5, diagnosis disforia gender pada
anak-anak ditegakkan apabila terdapat kriteria
sebagai berikut.
 Terdapat minimal 6 dari 8 gejala yang terjadi menetap
selama minimal 6 bulan, yaitu sebagai berikut.
 Adanya keinginan yang kuat untuk memiliki gender yang
berbeda dengan gender biologisnya
 Adanya keputusan yang kuat untuk menggunakan jenis pakaian
gender yang berbeda dengan gender biologisnya
 Adanya keputusan yang kuat untuk melakukan peran gender
yang berbeda dengan gender biologisnya
 Adanya keputusan yang kuat untuk memilih jenis alat
permainan dan permainan gender yang berbeda dengan gender
biologisnya
 Adanya keputusan yang kuat untuk memilih teman bermain
yang memiliki gender yang berbeda dengan gender biologisnya
 Adanya penolakan yang kuat terhadap jenis alat permainan dan
permainan yang sesuai dengan gender biologisnya
 Adanya ketidaksukaan yang kuat terhadap sebuah anatomi
seksual
 Adanya keinginan yang kuat untuk memiliki karakteristik
seksual baik primer maupun sekunder yang dimiliki oleh gender
yang berbeda dengan gender biologisnya
 Adanya distres maupun perubahan sosial, sekolah, dan
lingkungan sekitar
 Berdasarkan DSM-5, diagnosis disforia gender pada
usia dewasa ditegakan apabila terdapat kriteria
sebagai berikut.
 Terdapat minimal 2 dari 6 gejala yang terjadi menetap
selama minimal 6 bulan yaitu sebagai berikut.
 Adanya ketidaksesuaian yang jelas antara gender yang
diinginkan dengan karakteristik seksual baik primer maupun
sekunder
 Adanya keinginan yang kuat untuk menghilangkan
karakteristik seksual baik primer maupun sekunder karena
tidak sesuai dengan gender yang diinginkan
 Adanya keinginan yang kuat untuk memiliki karakteristik
seksual baik primer maupun sekunder dari gender yang
diinginka
 Adanya keinginan yang kuat untuk menjadi gender yang
diinginkan
 Adanya usaha yang kuat untuk menjadi gender yang diinginkan
 Adanya keyakinan yang kuat bahwa dirinya memiliki
keterkaitan secara perasaan dan reaksi terhadap gender yang
diinginkan
 Adanya distres maupun perubahan sosial, sekolah, dan
lingkungan sekitar.
 Adanya afek depresi, kecemasan, dan gangguan kebiasaan
 Pemeriksaan psikiatri dapat dilakukan pada
individu transeksual dengan menggunakan
beberapa pilihan sistem skoring antara lain
 Gender Identity/Gender Dysphoria Questionnaire for
Adolescents and Adults (GIDYQ-AA)
 Gender Identity Interview for Children (GIIC)
 Gender Identity Questionnaire for Children (GIQC)
 Genderqueer Identity Scale (GIS)

 Sedangkan penilaian mengenai tubuh dengan


menggunakan sistem skoring
 Utrecht Gender Dysphoria Scale
 Body Image Scale
 Body Uneasiness Test
 Hamburg Body Drawing Scale
 Pemeriksaan klinis pada pasien yang mengalami
transeksual dilakukan dengan pemeriksaan fisik
generalis, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan psikiatri. Pemeriksaan laboratorium
dilakukan dengan pemeriksaan rutin, hormonal,
dan genetik.
 Pemeriksaan rutin, meliputi kadar elektrolit serum
dan kadar gula darah
 Pemeriksaan hormonal, meliputi kadar estrogen,
testosteron, LH, FSH, GnRH, dan prolaktin.
 Pemeriksaan genetik, berupa karyotipe. Sebagian
besar pasien yang mengalami transeksual memiliki
kariotipe kromosom seks yang normal. Namun pada
beberapa pasien yang mengalami transeksual
terdapat abnormalitas kromosom yang terkait dengan
kromosom X. Pada laki-laki, dapat didapatkan
kelainan kromosom yang terjadi pada sindrom
Klinefelter (47, XXY).
DIAGNOSIS BANDING
 Body dysmorphic disorder (BDD)
 BDD merupakan perasaan ketidakpuasan yang
ekstrim terhadap penampilan yang dimilikinya
dimana seseorang akan merasa cemas secara terus-
menerus terhadap adanya kekurangan fisik yang
dimilikinya yang bersifat minor maupun imajiner dan
disertai dengan gangguan aktivitas sehari-hari.
 Skizofrenia
 Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik
yang mempengaruhi area fungsi individu yang
meliputi kemampuan berfikir, komunikasi,
interpretasi realitas, menunjukan emosi, dan
berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara
sosial oleh masyarakat sekitar. Skizofrenia ditandai
dengan adanya gejala positif dan gejala negatif.
PENTALAKSANA

 Konseling dan terapi psikologis

 Terapi hormonal

 Operasi Perubahan Kelamin


KONSELING DAN TERAPI PSIKOLOGIS
 Konseling dan terapi psikologis bertujuan untuk
meningkatkan kepuasan terhadap gender biologisnya
dengan cara memfasilitasi pengurangan gejala.
 Selain itu, dapat dilakukan metode Real-Life
Experience (RLE) yang dilakukan selama 12 bulan
dengan melakukan dua peran yaitu gender biologis
dan gender yang diinginkan secara bergantian.
TERAPI HORMONAL

 Trans-woman
 Estrogen
 Gonadotrophin Releasing Hormone Agonist (GnRHa)
 Antiandrogen

 Trans-woman
 Induksi testosteron
 Hasil yang diharapkan dari terapi hormonal pada
trans-men adalah supresi siklus menstruasi,
penurunan distribusi lemak tubuh, pembesaran
klitoris, suara yang membesar, dan peningkatan
volume rambut tubuh secara ireversibel serta
peningkatan berat badan, peningkatan hasrat seksual
dan sosial, dan penurunan lemak pinggul secara
reversibel.
OPERASI PERUBAHAN KELAMIN
 Operasi perubahan kelamin dapat dilakukan pada
pasien yang berusia diatas 18 tahun dan gagal
respon dengan terapi psikologis, terapi RLE, terapi
hormonal selama 12 bulan terturut-turut.
Prosedur operasi yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut
 Manipulasi genitalia
 Manipulasi genitalia dilakukan dengan tindakan
vaginoplasti, palloplasti, orchiektomi, penektomi,
clitoroplasti, labiaplasti, scrotoplasti, uretroplasti,
implant testis, vulvoplasti, coloproktostomi, dan
uretromeatoplasti.
 Operasi rekonstruksi wajah, yang dapat menciptakan
penampilan maskulin dan feminin.
 Manipulasi payudara
 Manipulasi Adam’s apple

Anda mungkin juga menyukai