Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS ILMU KEDOKTERAN JIWA

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh:
Agung Ali - 01073170094

Pembimbing:
Dr. dr. Dharmady Agus, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


SANATORIUM DHARMAWANGSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 19 FEBRUARI – 21 APRIL 2018
JAKARTA SELATAN
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN – SANATORIUM DHARMAWANGSA

No. Rekam Medis : 113.10.50


Tanggal Masuk Rumah Sakit : 5 Agustus 2013
Dokter yang Merawat : dr. E, Sp.KJ
Riwayat Perawatan : Ke 2 (dharma jaya dan dharmawangsa)

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Tn. ZW
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 22 Oktober 1968 :
d. Umur : 49 tahun
e. Bangsa/Suku : Indonesia / Betawi
f. Agama : Katolik
g. Pendidikan : Sarjana
h. Pekerjaan : Konsultan akuntan
i. Status Perkawinan : Belum menikah
j. Alamat : Citra garden 3 blok B17 no.7, Cengkareng, Kalideres

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Anamnesis diperoleh dari:
 Autoanamnesis pada tanggal 26 maret – 10 april 2018 di Sanatorium
Dharmawangsa
 Alloanamnesis pada tanggal 5 – 10 april 2018 di Sanatorium Dharmawangsa
dengan perawat

a. Keluhan Utama
Pasien dibawa oleh keluarga untuk dirawat di Sanatorium Dharmawangsa
karena pasien sering mendengar suara yang tidak terdengar oleh orang sekitarnya
dan sering sering terlihat berbicara sendiri

1
b. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Sanatorium Dharmawangsa diantar oleh keluarga nya yaitu
saudaranya karena sering mendengar suara yang berbicara padanya, menurut pasien
saudaranya sering melihat pasien sedang berbicara sendiri. Tetapi menurut pasien,
pasien tidak berbicara sendiri melainkan berbicara dengan suara-suara yang
didengarnya, tetapi pasien juga tidak mengetahui dari mana asal sumber suara tersebut
karena pasien tidak dapat melihat sosok yang berbicara dengannya. Pasien mengaku
kejadian pertama kali dialami pasien ketika pada tahun 1990 an, awalnya pasien
mendengar saat sedang di kantor tetapi terkadang terdengar juga saat sedang di rumah.
Pasien mengatakan dirinya mendengar suara yang menurut pasien adalah Jehova pada
tahun 1996. Menurut pasien, Jehovah mengatakan kepada pasien bahwa pasien adalah
anak-Nya, sehingga bisa menyampaikan doa kepada Jehova secara langsung.
Suara lain yang didengar oleh pasien adalah suara Jenderal Wiranto. Menurut pasien
Jenderal Wiranto suka melakukan teror dan pengeboman. Ia sering berbicara pada
pasien untuk meminta kekuatan dan kekayaan darinya, tetapi pasien menolak karena
kekuatan tersebut akan digunakan untuk kejahatan. Pasien mengaku bahwa pasien
sering diancam akan dibunuh oleh Jendral Wiranto jika dirinya tidak mengikuti
kemauan Jenderal Wiranto. Selain itu pasien juga menceritakan tentang suara-suara
paranormal yang dikirim oleh Soeharto, yang ingin meminta kekuatan dan dukungan
dari pasien. Tetapi pasien tidak mau memberikan baik kekuatan maupun dukungannya
karena menurut pasien Soeharto adalah orang yang jahat, dia ingin menggagalkan
Megawati untuk menjadi presiden, pasien tidak menyetujuinya karena pasien
mendukung Megawati untuk menjadi presiden.
Salah satu suara yang juga sering didengar oleh pasien adalah seorang pastur yang
bernama Yohanes menurut pasien suara yang ia dengar itu berisi makian seperti
ucapan “goblok lo!”, “tolol!” dan makian-makian lainnya, menurut pasien pastur
Yohanes adalah pastur yang tidak benar ajarannya dan pastur Yohanes iri akan
kemampuannya sehingga sering memaki pasien.
Sesekali pasien suka menonton televisi untuk menyaksikan berita, pasien menyukai
berita tentang politik, dan ekonomi. Menurut pasien sesekali dirinya tampak
diberitakan didalam televisi disebutkan sebagai “Zaldy seorang pakar hukum” atau
“Zaldy adalah seorang anak Tuhan”
Pasien juga mengatakan bahwa ia adalah orang yang penting sehingga, nantinya
dengan menyebutkan namanya, para investor asing akan mau menginvestasikan

2
uangnya pada usaha yang dikerjakan Presiden Jokowi. Sehingga pasien merasa dirinya
dibutuhkan atau sering dicari oleh tokoh politik sebagai penasihat presiden hanya
untuk mendapatkan kekuasaan dan kekuatan.

Dari hasil alloanamnesis dengan suster L, pasien dibawa ke Sanatorium


Dharmawangsa oleh saudaranya tahun 2013. Pasien sebelumnya sudah pernah dirawat
di Sanatorium Dharma Jaya sejak tahun 2008. Pasien pernah memukuli saudaranya
ketika di rumah dan sangat boros serta sulit diatur. Selama dirawat di Sanatorium
Dharmawangsa, keadaan pasien sangat stabil, kelakuan pasien juga baik, bergaul
dengan orang-orang di rumah sakit, namun agak malas untuk beraktivitas. Pasien
tampak sering menjetikkan jarinya untuk membalas suara-suara yang pasien dengar.
Obat-obatan dikonsumsi secara teratur. Pasien sempat dikunjungi oleh adik laki-
lakinya sekitar 2 bulan lalu dan pasien tidak pernah menikah. Di RS Dharmawangsa
pasien memiliki teman dekat yaitu Jono, Johan, Cahyo.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


i. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien mengaku pertama kali mendengar suara pada tahun 1990 an, tetapi pasien
tidak ingat tepatnya kapan. Dari rekam medis diketahui bahwa pasien sebelum
masuk ke Sanatorium Dharmawangsa, pernah dirawat di rumah sakit Dharma
Jaya sejak tahun 2008, lalu pasien mengaku sempat pulang beberapa bulan,
kemudian karena pasien tidak minum obat secara rutin, keluarga pasien
mengaku melihat pasien masih sering berbicara sendiri dan akhirnya bulan
agustus 2013 pasien dibawa ke Sanatorium Dharmawangsa oleh saudara pasien.

ii. Riwayat Gangguan Medis


Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus, dislipidemia, dan hipertensi yang
terkontrol karean pasien mengkonsumsi obat dengan teratur

iii. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien mengaku mulai merokok sejak SMP sebanyak 1-2 bungkus/hari.
Menurut pasien rokok adalah salah satu kebutuhan pasien, kalau tidak

3
merokok pasien merasa cemas dan tidak tenang. Untuk sekarang pasien hanya
merokok 1 batang setiap 2 jam karena ketentuan dari Sanatorium
Dharmawangsa. Untuk saat ini diketahui pasien tidak menggunakan obat-
obatan terlarang

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


i. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Riwayat prenatal dan perinatal pasien tidak diketahui secara
merinci, namun terkesan baik-baik saja dan normal. Tidak terdapat
komplikasi ataupun penyulit yang diketahui.

ii. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)


Pasien diasuh oleh orang tua kandungnya. Pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi dan kanak-kanak normal.
iii. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Riwayat masa kanak pertengahan juga terkesan normal, pasien
senang bermain kelereng, layangan dan bola dengan teman seusianya.

iv. Riwayat Masa Kanak Akhir (Pubertas) dan Remaja


Pada masa remaja pasien pertama kali merokok dan pasien
tidak begitu aktif dalam organisasi pada saat masa sekolah. Pasien tidak
pernah terlibat perkelahian atau dikeluarkan dari sekolah.

v. Riwayat Masa Dewasa


1. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah di Santo Yosef dari TK hingga SMA. Pasien
mengaku tidak ada masalah atau kendala selama sekolah, pasien
juga mengaku tidak pernah berhenti sekolah. Setelah tamat
SMA, pasien melanjutkan kuliah ekonomi di STIE dan kuliah
hukum di Universitas trisakti.
2. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja di firma akuntasi sebagai konsultan akuntan.
Pasien mengaku diberhentikan dari pekerjaannya karena sudah

4
tidak bisa bekerja dengan baik akibat gangguan jiwa yang
diderita.

3. Riwayat kehidupan beragama


Pasien beragama Katolik dan mengaku sudah tidak
pernah lagi berdoa karena sudah bisa berbicara langsung
dengan Tuhan.
4 Riwayat kehidupan sosial/activity
Pasien mengaku kehidupan sosialnya di luar dari
Sanatorium Dharmawangsa sangatlah terbatas. Ia hanya
berkomunikasi dengan keluarganya. Sedangkan berdasarkan
observasi yang pemeriksa lakukan selama wawancara di
Sanatorium Dharmawangsa, interaksi pasien dengan pasien-
pasien lainnya, maupun dengan perawat, koas-koas, serta dokter
yang ada termasuk baik. Pasien cukup akrab dengan Tn.Cahyo,
Tn. Jono, dan Tn. Johan. Pasien mengaku lebih suka
menyendiri duduk sambil merokok

5.Riwayat pelanggaran hukum


Pasien tidak pernah melanggar hukum.

vi. Riwayat Seksual (Riwayat psikoseksual/pernikahan)


Pasien belum menikah dan belum pernah melakukan hubungan
seksual. Terkadang terdengar suara untuk mengawini lawan jenis yang
dilihat oleh pasien

5
E. Riwayat Keluarga

Pria

Wanita

Pasien adalah anak ke 5 dari 7 bersaudara. Pasien mengatakan bahwa


saudara yang membawanya kesini adalah adiknya (nomor 6), dan selalu
berkunjung setiap 6 bulan dan memberikan uang jajan

F. Situasi Ekonomi Sekarang


Kondisi ekonomi pasien dan keluarga terkesan baik dan tercukupi. Tidak
ada kesulitan dalam biaya pengobatan dan juga perawatan selama pasien tinggal di
sanatorium Dharmawangsa. Pasien sudah tidak bekerja lagi, dan sangat
bergantung dengan perawatan di Sanatorium Dharmawangsa, kiriman uang dari
saudara dan pemberian dari koas yang berkunjung

III. STATUS MENTAL


a. Deskripsi Umum
a) Penampilan
Penampilan pasien sesuai usia. Pasien berpakaian dengan sopan
dan pantas (celana pendek selutut dan kaos). Sikap pasien juga normal

6
dengan postur tubuh yang normal, tidak membungkuk. Pasien termasuk
kurus. Pasien berkulit sawo matanng dan agak botak dengan kebersihan
diri yang cukup baik. Tampak gigi pasien berwarna kehitaman dan
beberapa sudah tanggal. Kegiatan pasien saat dilakukan wawancara
adalah sedang duduk dan merokok.

b) Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


 Sebelum Wawancara : Tenang, tampak duduk sambil
merokok. Menerima pewawancara dengan baik.
 Saat Wawancara : Tenang dan kooperatif,
menjawab pertanyaan dengan baik. Pasien menatap langsung ke
mata pewawancara saat sedang berbincang
 Setelah Wawancara : Tenang dan biasanya pasien
langsung menuju ke ruang makan untuk makan siang atau
melanjutkan aktivitas merokok

c) Sikap Terhadap Pemeriksa


Sikap pasien terhadap pemeriksa cukup kooperatif, namun sedikit
curiga dan tertutup terhadap pemeriksa ketika membicarakan hal-hal
tertentu. Pasien juga dapat mengingat nama pewawancara dengan baik,
dan terkadang pasien menceritakan pengalaman nya tanpa ditanya lebih
dulu

b. Pembicaraan
1) Kuantitas : Kuantitas pembicaraan cukup
2) Kualitas : Kualitasnya spontan, tidak terlalu cepat ataupun
lambat, tidak keras ataupun lemah, ide cerita cukup, terkadang
ucapan pasien tidak begitu jelas sehingga perlu ditanya lagi
c. Mood dan Afek
1) Mood (Suasana Perasaan) : Euthym
2) Afek : Normal (appropriate)
3) Keserasian : Perilaku, perasaan, dan pikiran serasi

7
d. Gangguan Persepsi
1) Halusinasi : Ada
Auditorik : Pasien mendengar suara orang yang sebenarnya tidak
tampak (Suara Tuhan, Pastur yohanes, Wiranto, Paranormal)
Olfaktorik : Pasien mengaku sering mencium bau keringat yang dia
anggap pekerjaan paranormal
2) Ilusi : Tidak ada
3) Depersonalisasi : Tidak ada
4) Derealisasi : Tidak ada

e. Proses Pikir
a) Arus Pikir
1. Produktivitas : Banyak ide
2. Kontinuitas : Koheren
3. Hendaya Berbahasa : Tidak terganggu
b) Isi Pikir
1. Preokupasi : Tidak ada
2. Waham : Ada
Waham kejar : Pasien merasa jika tidak mengikuti
perintah jendral wiranto, maka pasien akan disiksa dan
dibunuh
Waham refrensi : Pasien merasa banyak dibicarakan di
televise terutama berita politik
Waham curiga : Pasien merasa banyak pastor yang iri
terhadap kemampuan dia bisa berkomunikasi dengan
Tuhan.
Waham kebesaran : Pasien merasa dirinya dibutuhkan
oleh banyak tokoh penting seperti presiden yang ingin
menjadinkannya sebagai penasihat presiden.

f. Fungsi Intelektual – Sensorium dan Kognisi


a) Kesadaran
1. Kesadaran Neurologik : Compos Mentis

8
2. Kesadaran Psikiatrik : Terganggu
b) Intelegensia
Taraf intelegensia pasien cenderung sesuai dengan tingkat
pendidikan yang dicapai. Pasien bisa menulis, membaca dan
berhitung dengan cukup baik
c) Orientasi
1. Waktu : Baik, pasien dapat menyebutkan jam, hari,
tanggal, bulan, serta tahun saat ditanya.
2. Tempat : Baik, pasien dapat menyebutkan bahwa ia
berada di sanatorium Dharmawangsa.
3. Orang : Baik, pasien dapat mengenali koas-koas,
perawat-perawat, dokter-dokter, maupun pasien-pasien yang
lain.
d) Memori
1. Jangka Panjang : Tidak terganggu, pasien dapat
menceritakan masa kecilnya dengan baik
2. Jangka Pendek : Tidak terganggu, pasien dapat mengenali
pewaawancara dan orang sekitar dengan baik.
3. Sesaat : Tidak terganggu, pasien bisa mengingat menu sarapan
di pagi hari saat itu.
4. Segera : Tidak terganggu, pasien dapat mengulangi
penyebutan 3 benda; kursi, meja, pensil.
e) Konsentrasi dan Perhatian
Tidak terganggu
f) Kemampuan Membaca dan Menulis
Tidak terganggu, pasien bisa menyebutkan benda “sepatu, bola,
baju”
g) Kemampuan Visuospasial
Tidak terganggu, pasien dapat meniru gambar segi enam yang
dicontohkan
h) Pikiran Abstrak
Tidak terganggu, pasien dapat menjawab arti peribahasa
“berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudian” dan “ada
udang di balik batu”

9
i) Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Tidak terganggu, pasien dapat mandi, makan dan mengganti
pakaian sendiri
g. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu. Selama wawancara, pasien terlihat dapat
mengendalikan impuls dengan baik.

h. Judgement dan Tilikan


a) Judgement : Terganggu dalam penilaian realitas.
1. Daya nilai sosial : Tidak terganggu, pasien
mengetahui norma-norma, seperti tidak boleh buang air
sembarangan, mencuri, berzinah, merokok ketika masih
dibawah umur dan menyalahgunakan obat.
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu, pasien
mengetahui konsekuensi yang akan timbul bila tidak
mengkonsumsi obat secara teratur.
3. Penilaian realitas (RTA) : Penilaian realitas terganggu.
Pemikiran dan realitas tidak selaras.
b) Tilikan : Derajat 5, dimana pasien mengetahui bahwa dirinya
menderita skizofrenia, sudah berobat, namun tetap mengikuti suara-
suara yang ia dengar.

i. Taraf Dapat Dipercaya


Secara keseluruhan, pernyataan pasien dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Internus
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tensi : 130/80 mmHg
4. Nadi : 89x/menit
5. Suhu Badan : 370C
6. Frekuensi Pernapasan : 18x/menit
7. TB/BB/IMT : 168 cm / 57 kg / 20,2

10
8. Bentuk Badan : Habitus Piknikus (Obesitas)
9. Sistem Kardiovaskular : Dalam batas normal
10. Sistem Respiratorius : Dalam batas normal
11. Sistem Gastro-Intestinal : Dalam batas normal
12. Sistem Muskulo-Skeletal : Dalam batas normal
13. Sistem Urogenital : Dalam batas normal
14. Sistem Dermatologi : Dalam batas normal

b. Sistem Neurologik
1. Saraf Kranialis (I-XII) : Tidak dilakukan, terkesan
normal
2. Gejala rangsang Selaput otak : Tidak ada
3. Gejala tekanan Intrakranial : Tidak ditemukan
4. Mata : Dalam batas normal
5. Pupil : Dalam batas normal
6. Pemeriksaan Oftalmoskopik : Tidak dilakukan, TIO terkesan
normal
7. Motorik :
5 5
5 5

8. Sensibilitas : Dalam batas normal


9. Fungsi Serebelum & Koordinasi : Dalam batas normal
10. Refleks Fisiologis : Dalam batas normal
11. Refleks Patologis : Tidak ditemukan

11
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 16 maret 2018
Hemoglobin : 11,5 mg/dL Leukosit : 6500/uL
Basofil : 0% Eosinofil : 3%
Neutrofil batang : 2% Neutrofil segmen: 55%
Limfosit : 36% Monosit : 4%
LED : 39 mm/jam Trombosit : 3.106//uL
SGOT : 26 mg/dL SGPT : 23 mg/dL
Trigliserid : 381 mg/dL Total kolestrol : 224 mg/dL
HDL : 46 mg/dL LDL : 119 mg/dL
Glukosa puasa : 87 mg/dL Ureum : 60 mg/dL
Creatin : 2,17 mg/dL BUN : 28 mg/dL
Asam urat : 5,7 mg/dL

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


 Pasien memiliki gejala positif berupa halusinasi auditorik, waham
kebesaran, waham referensi,waham curiga sejak tahun 1996
 Terdapat halusinasi auditorik berupa insulting yaitu pasien mendengar
suara- suara itu memakinya, pasien juga mendengar suara itu
mengomentari pasien dengan menyebut “Zaldy kan anak Tuhan
makanya terkenal”, dan suara yang memerintahkan pasien untuk
membantunya
 Ditemukan waham kebesaran karena pasien merasa mempunyai
kekuatan yang dapat menyampaikan doa kepada Tuhan sehingga
pasien menyebut dirinya sebagai anak Tuhan dan menjadikan ia orang
yang penting, juga terdapat thought broadcasting dan waham referensi
karena pasien melihat namanya muncul pada berita di televise.
Ditemukan juga waham kejar karena pasien akan disiksa dan dibunuh
bila tidak mengikuti kemauan jendral wiranto, selain itu terdapat
waham curiga karena pasien selalu merasa bahwa para pastur dan
paranormal lain membenci dirinya dan iri kepadanya.
 Pasien sering kali mengangguk-anggukan kepalanya tanpa sadar saat
pasien sedang berdiam diri

12
 Pasien sudah diberhentikan dari pekerjaan karena kondisi pasien yang
sekarang
 Hubungan dengan keluarga pasien sudah tidak berjalan dengan
baik,karena keluarga pasien sangat jarang sekali menjenguk pasien
 Menurut perawat, pasien seringkali menjetikkan jarinya untuk
membalas suara – suara yang didengar

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


A. Aksis I
Berdasarkan Ikhtisar Penemuan Bermakna, kasus ini menurut PPDGJ-
III digolongkan ke dalam F20.0, yaitu Skizofrenia Paranoid. Diagnosis kerja
ini dibuat karena kriteria diagnosis skizofrenia terpenuhi, ditambah kriteria
skizofrenia paranoid seperti halusinasi auditorik (comment, command, insult,
argument), visual dan waham kejar, waham refrensi dan kebesaran juga
terpenuhi.
Dari penemuan ini, diagnosis banding yang dipikirkan yaitu:
 F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
 F22.0 Gangguan waham menetap
B. Aksis II
Tidak ada. (Z03.2)
C. Aksis III
Pasien ini mengalami kondisi medis umum yang berupa dislipidemia
(E78)
D. Aksis IV
Masalah psikososial dan lingkungan pasien yaitu keluarga yang jarang
menjenguk, pasien juga tidak memiliki pasangan yang mau mengurus pasien.
Maka dari itu diagnosis aksis IV adalah ketidakhadiran dari anggota keluarga
(Z63.3)

13
E. Aksis V
Berdasarkan skala Global Assesment of Functioning (GAF), pasien masuk
dalam skala 65. Dibuat atas dasar adanya beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


a. Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
b. Aksis II : Z03.2 Tidak ada.
c. Aksis III : E78 Dislipidemia
d. Aksis IV : Z63.3 masalah dengan ketidakhadiran dari anggota keluarga
e. Aksis V : GAF Current : 65
GAF HLPY : 65
IX. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
i. Dislipidemia

b. Psikologik
i. Halusinasi auditorik yang menonjol
ii. Waham kejar, curiga, kebesaran, refrensi
c. Sosial/keluarga/budaya:
- Diberhentikan dari pekerjaan
- Keluarga jarang berkunjung
- Tidak ada teman diluar pasien Dharmawangsa
X. PROGNOSIS
a. Ad vitam : Dubia ad Bonam
b. Ad functionam : Dubia ad Bonam
c. Ad sanationam : Dubia ad Malam

 Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik:


 Pasien bisa menjalankan aktivitas sehari-hari secara mandiri
 Penggunaan obat yang teratur dan jangka panjang.
 Tidak ditemukan tanda dan gejala efek samping pemakaian obat-obatan
anti-psikotik

14
 Terapi non-farmakologis seperti Cognitive Behaviour Therapy, Family
Oriented Therapy, Art therapy.

 Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk:


 Halusinasi auditorik masih menetap
 Ketidak patuhan dalam berobat.
 Tidak mendapat dukungan dari keluarga yang sangat jarang mengunjungi
pasien
 Membiarkan tilikan tetap pada derajat I.

XI. TERAPI
a. Medikamentosa
Luften (Clozapine) : 100 mg, 1x1 tab
Neripros (Risperidone) 2 mg, 1x1 tab
Hexymer (Trihexyphenidyl) 2 mg, 3x1 tab
Simvastatin 10 mg, 1x1 tab
Asam folat 3x1 tab
Asetilsistein 200 mg, 3x1 tab

b. Non-Farmakoterapi
- Monitor tekanan darah dan kolestrol
- Perubahan gaya hidup dengan menjaga pola makan , dimana target
adalah mengurangi asupan garam dan lemak
- Cognitive Behaviour Therapy : Meningkatkan kemampuan sosial,
keterampilan praktis pasien, pengambilan keputusan dan fungsi
kognitif lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
kemampuan sosial dan agar pasien dapat hidup secara mandiri.
- Family Oriented Therapies : Keluarga pasien juga dapat diedukasi
untuk dapat menerima keadaan pasien, dokter harus dapat meredakan
ketegangan situasi pada keluarga dan pasien sehingga proses
pemulihan pasien dapat berjalan lebih baik.

15
- Group Therapy : Berguna dalam menghindari rasa
terisolasi pasien karena pasien-pasien skizofrenia dikumpulkan dan
dapat bergaul.
- Art Therapy : Beberapa pasien skizofrenia
menunjukkan perbaikan dengan melakukan terapi seni seperti musik
atau melukis karena dapat membebaskan imajinasinya. Terapi ini
dapat dikhususkan kepada pasien ini karena pasien memiliki
ketertarikan yang tinggi terhadap seni musik dan lagu.

c. Terapi Problem Organobiologik


Untuk terapi problem organobiologik yang berupa dislipidemia maka
obat yang digunakan adalah
o Simvastatin 10 mg PO 1x1 hari

XII. DISKUSI
Skizofrenia adalah gangguan mental yang ditandai dengan adanya perubahan persepsi,
emosi, kognisi, proses piker, dan tingkah laku. Ekspresi dari manifestasi gangguan ini
berbeda beda pada setiap pasien dan dengan berjalannya waktu, dampak dari pengaruh
selalu berat dan biasanya berlangsung dalam waktu yang panjang. Gangguan ini biasa
terjadi sebelum usia 25 tahun dan berlanjut seumur hidup dan dapat terjadi pada
individu dengan setiap kelas sosial.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan kriteria PPDGJ III. Skizofrenia berdasarkan
PPDGJ adalah sebagai berikut:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas
- Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas:
a) Thought echo, thought insertion or withdrawl, thought broadcasting
b) Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, delusion of
perception
c) Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku
pasien
-Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri

16
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
- Atau paling sedikitnya dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas: 

e) Halusinasi yang menetap dari pancaindra apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
- Adapun gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviours),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut DSM V :
A. Gejala-gejala yang khas: Dua atau lebih dari gejala berikut yang bermakna dalam
periode satu bulan (atau kurang jika berhasil diterapi), setidaknya satu dari (1), (2), (3)
(1). Waham
(2). Halusinasi
(3). Pembicaraan yang janggal (mis. sering derailment atau inkoherensia)
(4).perilaku janggal atau katatonik
(5).gejala negatif (seperti afek datar, avoliasi).
B. Dalam porsi waktu yang signifikan dari onset gangguan terdapat satu atau lebih
dari area fungsional utama menunjukkan penurunan nyata di bawah tingkat yang
dicapai sebelum onset dalam suatu rentang waktu yang bermakna sejak onset
gangguan (atau bila onset pada masa anak-anak atau remaja terdapat kegagalan

17
pencapaian tingkat interpersonal, akademik atau okupasi lainnya) seperti pekerjaan,
hubungan interpersonal atau perawatan diri.
C. Durasi: tanda-tanda gangguan terus berlanjut dan menetap sedikitnya enam bulan.
Periode enam bulan ini meliputi satu bulan gejala-gejala fase aktif yang memenuhi
kriteria A (atau kurang bila berhasil diterapi) dan dapat juga mencakup fase prodromal
atau residual. Selama berlangsung. fase prodormal atau residual ini, tanda tanda
gangguan dapat bermanifestasi hanya sebagai gejala-gejala negatif saja atau lebih dari
atau dua dari gejala-gejala dalam kriteria A dalam bentuk yang lebih ringan (seperti
kepercayaan –kepercayaan ganjil, pengalaman perseptual yang tidak biasa).
D. Gangguan skizoafektif dan depresi atau gangguan bipolar dengan gambaran
psikotik sudah dikesampingkan karena:
1. tidak ada episode depresi, mania atau campuran keduanya yang terjadi
bersamaan dengan gejala-gelala fase aktif
2. jika episode mood terjadi intra fase aktif maka perlangsungannya relatif
singkat dibanding periode fase aktif dan residual.
E. Penyingkiran kondisi medis dan zat: Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi atau yang disalah
gunakan) atau oleh suatu kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan suatu gangguan perkembangan pervasif: Jika terdapat riwayat
autistik atau gangguan pervasif lainnya maka tambahan diagnose skizofernia hanya
dibuat bila juga terdapat delusi atau halusinasi yang menonjol dalam waktu sedikitnya
satu bulan (atau kurang jika berhasil diterapi). Skizofrenia paranoid jika preokupasi
pada satu waham atau lebih atau sering berhalusinasi auditorik. Pada pasien ini
terdapat waham yang dominan.

Pada pasien ini ditemukan adanya gejala positif sejal tahun 1996 yaitu berupa
halusinasi auditorik yang paling menonjol yaitu berupa insulting karena pasien
mendengar suara-suara itu memakinya, kemudian commenting karena pasien juga
mendengar suara itu mengomentari pasien dengan menyebut “Zaldy kan anak Tuhan
makanya terkenal”, dan command karena suara tersebut memerintahkan pasien untuk
membantunya. Lalu ditemukan waham kebesaran karena pasien merasa mempunyai
kekuatan yang dapat menyampaikan doa kepada Tuhan sehingga pasien menyebut
dirinya sebagai anak Tuhan dan menjadikan ia orang penting, juga terdapat waham
referensi karena pasien melihat namanya muncul pada berita di televisi, selain itu

18
terdapat waham curiga karena pasien selalu merasa bahwa para pastur dan paranormal
lain membenci dirinya dan iri kepadanya. Pasien juga memiliki halusinasi olfaktori
dimana mencium bau-bau aneh yang tidak tercium oleh orang lain. Waham kejar yang
dialami pasien adalah pasien merasa bahwa apabila tidak menutruti perintah jendral
wiranto makan pasien akan disiksa dan dibunuh. Gejala khas tersebut telah
berlangsung lebih dari satu bulan.
Pada pasien, diagnosis skizofrenia kriteria A dengan melihat gejala waham pasien
yang berupa waham kejar/persekutorik dan terdapat juga halusinasi berupa auditorik.
Kriteria A ini sudah berlangusng lebih dari 6 bulan. Kriteria B pada pasien dapat
ditegakkan dengan melihat adanya gangguan pada pekerjaan pasien dan pasien tidak
mendapat perhatian lagi dari keluarganya. Kriteria C terpenuhi dengan melihat durasi
gejala pasien yang sudaht erjadi lebih dari 6 bulan. Kriteria D terpenuhi karena pasien
tidak memiliki gangguan mood maupun skizoafektif. Kriteria E ditegakkan karena
pasien tidak menggunakan obat-obatan atau dalam kondisi medis tertentu. Terakhir,
kriteria F terpenuhi karena tidak adanya gangguan pervasif pada pasien. Jika kita
menggunakan dasar diagnosis DSM V, maka diagnosis pasien dapat ditegakkan
sebagai suatu skizofrenia.
Menurut PPDGJ III, pedoman diagnostik untuk skizofrenia paranoid, yaitu harus
memenuhi kriteria umum diagnosis, dan sebagai tambahan halusinasi yang bersifat
(comment, command, insulting, argument) atau waham harus menonjol. Dan
halusinasi pembauan atau pengecapan, halusinasi visual mungkin ada tapi jarang.

Skizofrenia hebefrenik (disorganized) menjadi diagnosis banding paling kuat.


Kriteria diagnosis skizofrenia hebefrenik adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia.
2. Pertama kali ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda, 15-25 tahun.
3. Kepribadian premorbid pemalu, penyendiri.
4. Pengamatan selama 2-3 bulan menunjukkan :
a) Perilaku tidak bertanggung jawab, tidak dapat diramalkan serta
mannerisme, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, perilaku
menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.
b) Afek pasien dangkal dan tidak wajar, sering disertai cekikian atau
perasaan puas diri, senyum sendiri atau oleh sikap tinggi hati, tertawa

19
menyeringai, mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau, keluhan
hipokondriakal dan ungkapan kata yang diulang-ulang.
c) Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
serta inkoheren.
5. Gambaran afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham tidak menonjol. Dorongan kehendak yang bertujuan
hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita menunjukkan ciri khas
yaitu perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud. Adanya suatu preokupasi yang dangkal
dan dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin
mempersukar orang lain memahami jalan pikir pasien.

Diagnosis skizofrenia herbefrenik dapat disingkirkan karena pasien tidak memiliki


perilaku yang bizzare, tidak memiliki sikap senyum dan tertawa sendiri, dan tidak
ditemukan asosiasi longgar dan inkoherensia.
Diagnosis banding lainnya adalah F22.0 yaitu gangguan waham menetap. Pasien
memiliki gejala waham yang sangat kuat dan berlangsung selama lebih dari 3 bulan,
namun gangguan ini dapat disingkirkan karena pasien juga memiliki keluhan
halusinasi yang lebih dominan dan sering terjadi.

Terapi bertujuan untuk meringankan gejala dan meningkatkan fungsi pasien dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari, hingga dapat menjalankan aktivitas sehari-hari
seperti merawat diri dan bekerja. Target untuk pengobatan di antara lain adalah untuk
meringankan gejala positif, gejala negatif, disorganisasi konseptual, kekurangan
neurokognitif dan gejala cemas atau depresi dan rasa ingin bunuh diri. Terapi untuk
skizofrenia dapat berupa terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.
Terapi farmakologis dapat diberikan obat antipsikotik tipikal dan atipikal. Untuk
antipsikotik tipikal atau antipsikotik generasi pertama, memiliki mekanisme sebagai
antagonis reseptor dopamin D2. Antipsikotik tipikal bekerja melalui jaras mesolimbik
(di mana dopamin terlalu banyak yang nantinya dapat menimbulkan gejala positif),
jaras mesokortikal (di mana defisit dopamin dapat menyebabkan disfungsi kognitif
dan gejala negatif), jaras nigrostriatal (di mana hambatan reseptor dapat menyebabkan
efek samping ekstrapiramidal), dan jaras tuberoinfundibular (di mana reseptor D2
bertujuan untuk mengontrol pengeluaran hormon prolaktin). Antipsikotik tipikal

20
memiliki therapeutic lag time selama 4-6 minggu. Efek samping akut yang dapat
disebabkan adalah gejala ekstrapiramidal seperti parkinsonism, akathisia, reaksi
distonik. Sebaliknya, tardive dyskinesia dan tardive dystonia dapat terjadi sebagai efek
samping lambat. Contoh antipsikotik tipikal adalah chlorpromazine, haloperidol,
fliphenazine, loxapine, mesoridazine, molindone, perphenazine, thioridazine,
thiothixene, dan trifluoperazine.
Selain itu, antipsikotik atipikal memiliki efek samping yang lebih sedikit karena
jarang sekali menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Obat ini bekerja dengan
menghambat reseptor dopamin D2 secara lamban dan serotonin (5-HT2A) dengan
lebih paten. Pilihan obat yang dapat digunakan antara lain adalah clozapine,
risperidone, olanzapine, quetiapine, ziprasidone, dan aripiprazole. Akan tetapi, dapat
menyebabkan efek samping agranulositosis pada darah sehingga jumlah sel darah
putih dapat menurun terutama neutrofil sehingga dapat menurunkan daya tahan tubuh
pasien. Sehingga, untuk penggunaannya harus digunakan dengan hati-hati.
Pada pasien ini diberikan obat berupa risperidone tablet dengan dosis 2 mg 1x1. Hal
ini sesuai dengan panduan karena risperidone merupakan golongan anti- psikotik
atipikal. Berdasarkan algoritma dari IPAP (International Psychopharmacology
Algorithm Project), jika psikosis masih menetap meskipun obat sudah diberikan
selama 4-6 minggu, maka monoterapi dilanjutkan. Setelah itu jika masih menetap,
maka dilanjutkan dengan obat berikutnya yaitu clozapine di mana pada pasien ini
diberikan dengan dosis 100 mg 1x1 tablet. Salah satu alasan clozapine tidak diberikan
sebagai lini pertama adalah untuk menghindari efek samping berupa agranulositosis.
Jika gejala psikosis sudah tidak ditemukan, dapat dilanjutkan dari fase continuation
yaitu masa pengobatan yang bertujuan untuk eliminasi gejala ke fase maintenance
yang bertujuan untuk menghindari adanya remisi gejala. Karena pada pasien ini gejala
terus menetap, maka dosis obat yang diberikan bertahan pada fase continuation. Untuk
menghindari gejala ekstrapiramidal akibat dari obat risperidone, pasien diberikan
trihexyphenydil tablet dengan dosis 2 mg 3x1
Terapi non farmakologis dapat berupa intervensi psikoterapi. Psikoterapi yang dapat
dilakukan antara lain adalah cognitive behavioral therapy (CBT), personal therapy,
compliance therapy, acceptance and commitment therapy, dialectical therapy,
vocational therapy, supportive psychotherapy, illness education, art therapy, cognitive
remediation, dan social skills training. CBT adalah terapi yang sering digunakan untuk
penderita skizofrenia dengan tujuan untuk modifikasi kepercayaan, reatribusi, dan

21
normalisasi pengalaman psikotik. Berdasarkan penelitian, CBT dapat meringankan
gejala positif pasien.

XIII. LAMPIRAN

Tulisan tangan dan gambar oleh pasien

.
Skema perjalanan penyakit

1990 2008 (2013) Pasien mengaku


Pertama kali Masuk RSJ sempat pulang ke rumah
mendengar suara dharma jaya beberapa bulan

1996 Agustus 2013


Pertama kali mengenali Masuk RSJ
suara (jehovah) dharmawangsa

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, B., Ruiz, P. and Sadock, V. (2015). Kaplan et Sadock's synopsis of


psychiatry. 1st ed. Philadelphia [u.a.]: Wolters Kluwer.
2. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. (2014). 5th ed. Washington:
American Psychiatric Publishing.
3. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III di Indonesia. (1993). 3rd
ed. Jakarta: Department Kesehatan RI.

23

Anda mungkin juga menyukai