Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS ILMU KESEHATAN JIWA

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun oleh:
Thania / 01073190081

Pembimbing:
dr.Waskita, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN


ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA
HARAPAN SANATORIUM DHARMAWANGSA
PERIODE 24 AGUSTUS – 26 SEPTEMBER 2020
JAKARTA

LAPORAN KASUS PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UPH – RSUS SILOAM
No.Rekam Medis : 224592
Tanggal masuk RS : 08 September 2020
Riwayat Perawatan :-

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.T
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Umur : 44 Thn
Bangsa/suku : Indonesia
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :-
Agama : Kristen

II. RIWAYAT PSKIATRIK

Anamnesis diperoleh dari :


1. Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 08 september 2020 di Poli Klinik Jiwa
RSUS Siloam karawaci
2. Dari rekam medis

A. Keluhan Utama/ Alasan Dirawat


Pasien datang dengan keluhan merasa dirinya ada yang mengguna – guna
dan merasuki raganya serta pasien mendengar suara – suara yang berbicara
mengenai perkembangan ekonomi dan politik.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Tn.T datang ke RSUS siloam karawaci atas rekomendasi dari temannya
karena merasa dirinya ada yang mengguna – guna sejak 6 bulan yang lalu. Pasien
seringkali merasa dirinya ada yang merasuki dan berbicara kepadanya, dimana
suara yang didengar banyak, namun yang dominan adalah suara laki-laki paruh
baya yang sering kali banyak bicara terkadang membicarakan dan menghina
dirinya, terkadang juga membicarakan mengenai ekonomi dan politik. Ia
mengatakan suara-suara tersebut sering kali muncul di pagi hari setelah pasien
bangun tidur dan saat ingin tidur serta pada saat pasien sendiri dan tidak memiliki
aktivitas apa-apa (saat bengong). Pasien mengatakan banyak hinaan yang sering
kali ia dengar berupa “kamu bodoh”, “kamu jahat”, “kamu banyak yang benci”,
“kamu gila”, sehingga Tn. T beranggapan bahwa dirinya seperti demikian. Pasien
mengeluhkan banyak suara yang berbicara di kepalanya yang berbicara mengenai
dirinya. Tn. T juga mengatakan bahwa ia merasa sedang diperhatikan dan di guna
– guna orang.
Saat kondisi Tn. T sedang kambuh, ia mengatakan sering kali merasa
terganggu dan tidak nyaman hingga ia tidak memiliki niat untuk beraktifitas, sulit
berinteraksi dengan orang lain karena cenderung suka curiga dan marah kepada
orang lain, serta sulit berkonsentrasi dengan baik. Selain itu, nafsu makan pasein
turun. Oleh sebab itu, ketika sedang kambuh, ia sering kali mengurung dirinya
sendirian dikamar dan berusaha untuk tidur agar suara-suara tersebut menghilang
dari dirinya merasa tidak berdaya hingga lemas. Walaupun demikian, saat tidak
sedang kambuh, ia mengatakan gejala-gejala tersebut sangat minimal (hanya
mendengar suara-suara yang membicarakan politik dan ekonomi saja).
Pasien mengaku rutin minum obat 3 kali sehari yaitu pukul 6 pagi, 12 siang,
dan 6 sore. Pasien mengaku suara-suara yang ia dengar sudah sangat berkurang.
Pasien hanya merasa masih ada yang merasukinya dan berbicara mengenai politik
dan ekonomi. Tn. T bisa tidur dan memiliki hubungan yang cukup baik dengan
tetangga-tetangganya. Walaupun demikian, terkadang jika sedang kambuh, ia
seringkali merasa bahwa sedang diguna guna oleh tetangganya atau seseorang yang
ia tidak kenal, sehingga pasien bisa curiga berlebih kepada orang-orang sekitarnya
dan suka marah-marah. Pasien tetap merasa demikian walaupun sudah diingatkan
berkali-kali oleh kerabatnya bahwa tidak ada orang yang akan menyakitinya.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatri
 Tn. T mengatakan bahwa ia pertama kali merasakan gejala pada Januari
2020 hingga sekarang. Ia mengatakan keluhan ini cukup mengganggu
dirinya dimana ia seringkali sulit melakukan aktivitas dan ingin tidur saja
agar tidak mendengar suara-suara tersebut lagi.
 Tn. T mengakui bahwa awalnya suara yang ia dengan lebih jahat
dibandingkan dengan sekarang. Ia sempat mengisolasi dirinya sendiri
dikamar karena takut akan suara yang ada di kepalanya.
 Sebelumnya Tn. T tidak pernah merasakan hal serupa
.
2. Riwayat gangguan medis

Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit kronis seperti darah tinggi,


jantung , gula, asma ,kolestrol, atau pun alergi.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif/ alkohol

- Pasien menyangkal mengkonsumsi zat – zat psikoaktif


- Pasien memiliki riwayat merokok 10 batang / hari selama 20 tahun. Ia
mengatakan frekuensi merokoknya bertambah sejak sakit ini
- Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol 1 botol/minggu selama 10 tahun

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien tidak dapat mengingat riwayat prenatal dan perinatal. Namun terkesan
normal.

2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)


Pertumbuhan dan perkembangan pada masa kanak-kanak awal pasien normal
dan tidak terdapat kelainan. Pasien seringkali terluka akibat jatuh.

3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)


Pasien berkembang seperti anak-anak pada umumnya, memiliki banyak teman,
dan dapat mengikuti kegiatan sekolah dengan baik.

4. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja


Pasien mengakui bahwa dulu dirinya dapat dikategorikan nakal dan pernah
mengonsumsi rokok dan alcohol secara rutin

5. Riwayat masa dewasa


a. Riwayat pendidikan
Pendidikan Sekolah Tahun Hasil
SD - 6 Baik
SMP - 3 Baik
SMA - 3 Baik
Kuliah Universitas 2 Buruk
Trisakti( hukum)

Menurut pasien, pasien mengalami kemunduran sejak kelas 3 SMA.


Pasien menjalani jurusan hukum selama 4 semester namun pasien merasa tidak
cocok dengan jurusan tersebut. Kemudian Perkuliahannya tidak berjalan baik
karena pasien sering membolos, pergi ke diskotik serta meminum alcohol dengan
teman – teman sebayanya.

b. Riwayat pekerjaan
Pasien memiliki usaha matrial milik keluarga. Pasien mengaku tidak memiliki
masalah dengan pekerjaan tersebut.

c. Riwayat kehidupan beragama


Pasien merupakan penganut agama kritsen dan beribadah namun hanya saat
waktu waktu tertentu( saat hari hari besar)

d. Riwayat kehidupan sosial/aktivitas


Interaksi pasien dengan teman-temannya cukup baik. Pasien juga
memiliki banyak teman pada masa SMA hingga sekarang. Pasien memiliki hobi
yaitu bermain bola pingpong, bulutangkis, dan ngobrol dengan orang
disekitarnya. Akan tetapi jika suara-suara tersebut muncul, pasien menjadi
lebih banyak diam dan beristirahat.

e. Riwayat pelanggaran hukum


Pasien tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum.

6. Riwayat seksual (Psikoseksual/ Pernikahan)


Menurut pasien, pada masa mudanya, ia memiliki banyak teman wanita tetapi
tidak pernah berhubungan serius. Pasien menikah dengan istri yang merupakan
pilihannya sendiri setelah berpacaran 3 tahun .

E. Riwayat Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa seperti pasien

F. Situasi kehidupan ekonomi sekarang


Pasien mengaku bahwa keluarganya tidak memiliki permasalahan ekonomi.
Keluarganya memiliki usaha matrial bangunan yang juga. Begitu pula menurut Tn. A
kondisi ekonomi keluaga Tn. T cukup.

G. Persepsi pasien tentang dirinya


Pasien bingung apakah dirinya memiliki gangguan jiwa atau tidak , terkadang pasien
merasa dirinya memilki gangguan jiwa.

Riwayat perjalanan Penyakit


Januari Pasien mulai merasakan dirinya ada yang mengguna-guna dan ada suara-suara
2020 yang muncul di kepalanya dengan dominan suara lelaki separuh baya yang
membicarakan dan menghina dirinya, serta berbicara mengenai ekonomi dan
politik

Juni 2020 Pasien datang ke poli klinik RSUS Siloam Karawaci pertama kali untuk
berobat, setelah itu pasien rutin berobat setiap 1 bulan sekali. Keluhan pasien
perlahan-lahan membaik setiap bulannya

Agustus Bulan ke-6 pasien berobat, pasien bercerita bahwa keluhannya sudah
2020 membaik namun masih sering merasa dirinya ada yang merasuki dan
berbicara mengenai ekonomi dan politik.

September pasien bercerita bahwa keluhannya sudah membaik namun masih sering
2020 merasa dirinya ada yang merasuki dan berbicara mengenai ekonomi dan
politik, namun sudah berkurang dari bulan ke 6.

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Tn. T memiliki penampilan yang sesuai dengan pria berusia 40 tahunan, rambut
berwarna hitam ditata cukup rapih, memakai jaket berwarna hitam dan celana
panjang hitam, dilengkapi dengan masker kain dan sendal jepit
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Sebelum Wawancara
Pasien sering terlihat duduk di lorong rawat jalan klinik jiwa RSUS siloam
Karawaci . Pasien terlihat sangat ramah dan baik kepada semua orang
b. Selama Wawanacara
Saat sedang dilakukan wawancara pasien tampak tenang, kooperatif, dan suka
bercanda. Ketika ditanya beberapa pertanyaan pasien juga cukup responsif dan
memberikan kontak mata yang baik, namun pasien terlihat curigaan. Hal ini
tampak ketika diwawancara ulang, pasien kerap kali curiga dan bertanya “untuk
apa informasi ini”.
c. Setelah Wawancara
Pasien kembali duduk dan mulai kembali berbincang-bincang dengan pengantar ,
dan melanjutkan aktivitasnya yaitu menebus obat di farmasi

3. Sikap terhadap pemeriksa


Ketika diajak berbicara saat wawancara di poli klinik Jiwa, pasien tampak
kooperatif serta dapat menjawab pertanyaan dengan responsif. Namun, ketika
dikaji lebih lanjut di luar poli klinik, pasien tampak curigaan dan kurang
responsif.

B. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan lancar, spontan, jelas, dan mampu menjawab pertanyaan
dengan baik dan sopan .

C. Mood dan afek


1. Mood : Normal/ Eutimia
2.Afek : Normal
3.Keserasian : Serasi

D. Gangguan Presepsi ( presepsi panca indra)


1. Halusinasi : Ada
a. Tipe Auditorik : Commenting dan insulting.
Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang Berbisik bahwa
pasien sedang di guna guna. Suara tersebut terus menerus , sering kali
mengajak diskusi mengenai perkembangan ekonomi dan politik
b. Visual :-
c. Olfaktori :-
d.Gustatori: :-
e.Taktil :-
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Pikir

1. Arus pikir
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya bahasa : Tidak terganggu

2. Isi pikir
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Waham :
 Waham Kejar/presekutorik: Tn. T merasa sedang diperhatikan dan dikerjai
oleh seseorang walaupun tidak mengetahui pasti siapa orangnya (pasien
mensuspek tetangganya). Ia juga yakin bahwa ia telah diguna-guna oleh orang
lain.
 Delusions of Influence: Merasa bodoh, banyak yang benci dan di guna-guna
oleh seseorang karena dipengaruhi oleh suara yang ada di kepala pasien
 Delusion of Passivity: Merasa perasaan tidak berdaya ketika ia sedang kambuh
 Thought of Reference: Pasien seringkali merasa sedang dibicarakan dimana ia
mendengar suara-suara yang berbincang-bincang dari dua arah yang
berargumen dan membicarakan mengenai dirinya.
F. Sensorium dan kognisi
1. Kesadaran
a. Kesadaran Neurologi : Composmentis
b. Kesadaran Psikiatrik : Terganggu
2. Interligensi
Inteligensi pasien tidak terganggu sesuai dengan tingkat pendidikan pasien. Taraf
pengetahuan juga cukup baik seperti taraf kecerdasan rata – rata .
3. Orientasi
a. Waktu : Tidak terganggu
b.Tempat : Tidak terganggu
c.Orang : Tidak terganggu
d.Situasi : Tidak terganggu

4. Memori
a. Jangka panjang : Tidak terganggu. Pasien masih dapat mengingat masa kecil
pasien dengan baik.
b. Jangka menengah: Tidak terganggu. Pasien masih dapat mengingat nama
pemeriksa yang berkenalan dengan pasien minggu lalu.
c. Jangka pendek : Tidak terganggu. Pasien dapat menceritakan apa yang
dilakukan kemarin dan makanan apa yang ia makan saat sarapan.
d. Jangka segera : Tidak terganggu. Pasien dapat mengulangi 3 kata yg
diucapkan pemeriksa.
5. Konsentrasi
Tidak dikaji
6. Kemampuan membaca dan menulis
Tidak dikaji
7. Kemampuan visospasial
Tidak dikaji
8. Pikiran abstrak
Tidak dikaji.
9. Kemampuan menolong diri sendiri
Tidak terganggu , pasien dapat melakukan aktivitas rutin sendiri seperti makan dan
minum.
G. Pengendalian impuls
Tidak terganggu
H. Judgement dan Tilikan
Tilikan 3 dimana ia merasa gangguan yang dialaminya diakibatkan seseorang yang
telah mengguna-gunanya
I. Taraf dapat dipercaya
Secara keseluruhan, keterangan pasien dapat dipercaya.

. IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Internus
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah :120/80 mmHg
Nadi :80x/menit
Suhu Badan : 36,9 c
Laju pernafasan :20x/menit

Sistem kardiovaskular : Dalam Batas Normal


Sistem respiratorius : Dalam Batas Normal
Sistem gastrointestinal : Dalam Batas Normal
Sistem musculoskeletal : Dalam Batas Normal
Sistem urogenital : Dalam Batas Normal
Sistem dermatology : Dalam Batas Normal

B. Status Neurologis
GCS : E4M6V5 (15)
Rangsang meningeal : Tidak dilakukan
Saraf kranialis (I-XII) : Tidak dilakukan
Refleks fisiologis : Tidak dilakukan
Refleks patologis : Tidak dilakukan
Sensorik : Tidak dilakukan
Sistem saraf otonom : Tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


1. Laki-laki, 43 tahun datang ke poli klinik Jiwa RSUS Siloam Karawaci dengan
keluhan utama merasa dirinya sedang diguna-guna dan ada yang merasuki
raganya. Pasien sering mendengar suara pria setengah baya yang membicarakan
dan menghina dirinya, serta membicarakan mengenai politik dan ekonomi. Pasien
juga merasa seperti sedang diperhatikan dan dikerjai oleh seseorang.
2. Pasien pertama kali merasakan gejala bulan Januari 2020, pertama kali ke dokter
tanggal 30 Juni 2020 atas rekomendasi temannya, sejak itu pasien rutin kontrol 1
bulan sekali. Pasien bercerita bahwa keluhan ini menganggu dirinya sehingga ia
tidak dapat beraktivitas, menarik diri dari lingkungan sosial, dan merasa ingin
tidur saja.
3. Keluhan yang menonjol pada Tn. T adalah halusinasi auditorik yang bersifat
commenting dan insulting. Dimana suara yang ia dengar merupakan suara laki-
laki paruh baya yang seringkali berkata “kamu bodoh”, “kamu gila”, “kamu
banyak yang benci”, “kamu sedang diguna-guna”. Ia juga merasa ada yang
merasuki tubuhnya seperti sedang diguna-guna (delusion of influence), serta
sering kali mendengar banyak suara yang berbincang-bincang dari dua arah yang
membicarakan dan mengomentari dirinya (tought of reference).
4. Pasien juga memiliki waham kejar dimana ia merasa sedang diperhatikan dan
dikerjai oleh seseorang, walau tidak mengetahui pasti siapa orangnya. Ia yakin ia
sedang diguna-guna oleh orang.
5. Tn. T mengatakan keluhan sering muncul di pagi hari saat sedang bengong atau
tidak ada aktivitas. Ia hanya dapat pasrah dan tidak berdaya (delusions of
passivity), berdoa dan berusaha untuk tidur. Ia juga menjadi sangat curigaan
kepada orang lain dan suka marah-marah. Walaupun demikian, Tn. T merasa
keluhannya sudah membaik sejak pertama kali ia datang, namun masih sering
merasakan dirinya ada yang merasuki membicarakan politik dan ekonomi

VII. FORMULASI DAIGNOSTIK


A. Diagnosis Aksis I
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini dapat digolongkan ke dalam
gangguan jiwa gangguan skizofrenia paranoid (F20.0) menurut PPDGJ.
Diagnosis ini dapat ditegakkan karena pada pasien ditemukan gejala skizofrenia
yang disertai dengan waham serta halusinasi yang menonjol seperti halusinasi
auditorik, suara-suara yang membicarakan dirinya (thought of reference), merasa
bodoh karena terpengaruh suara-suara di kepalanya (delusions of influence),
merasa sedang diperhatikan dan dikerjai oleh seseorang walaupun tidak
mengetahui siapa orangnya dan merasa diguna-guna oleh orang lain (waham
kejar). Gejala yang ditemukan pada Tn. T juga sudah melewati waktu 6 bulan.
Pada pasien ini juga ditemukkan perubahan pada pikiran serta perilaku pasien
yang bermakna
Pada pasien ini diagnosis banding yang dapat dipikirkan adalah schizoafektif tipe
depresi

B. Diagnosis Aksis II
Tidak ada diagnosis. Pasien ini tidak mengalami gangguan kepribadian
maupun retardasi mental

C. Diagnosis Aksis III


Pasien tidak memiliki penyakit kronik dari hasil lab menunjukan hasil yang
normal.

D. Diagnosis Aksis IV
Pada keluarga pasien tidak terdapat terdapat riwayat keluarga dengan
gangguan jiwa dan perilaku lainnya
E. Diagnosis Aksis V
Berdasarkan Skala Global Assessment of Functioning (GAF), pasien ini
mendapatkan skor 51-60 yaitu disabilitas sedang dan gejala sedang. Alasan
pasien mendapatkan GAF demikian adalah karena keluhan pasien masih
terkadang muncul namun sudah membaik dibandingkan sebelumnya

VIII. FORMULASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F20.2 Skizofrenia paranoid


Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF Current 51-60, GAF HLPY 70-61
IX. DAFTAR MASALAH
A . Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna serta hasil laboratorium
dalam batas normal.
B. Psikologis
Tn. T didiagnosis dengan Skizofrenia Paranoid. Keluhan yang ditemukan
pada Tn. T berupa halusinasi auditorik, waham kejar, delusion of
passivity,delusions of influence, dan thoughts of reference.
C. Sosial/Keluarga/Budaya

Interaksi antar sosial pasien cukup baik, namun ketika pasien kambuh
pasien menyendiri dan cenderung suka marah dan curigaan terhadap orang
lain
X. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik
- Pasien tidak memiliki gangguan mental organik
- Pasien mau minum obat yang teratur
- Pasien dapat bersosialisasi dengan baik
- Pasien kooperatif dengan pemeriksa
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal
- Pasien memiliki keluarga yang mendukung perawatannya.

 Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk:

- Pasien memiliki Tilikan derajat III


- Pasien masih megalami kekambuhan walaupun sudah diberi obat dan ketika sedang
kambuh.
- Pasien mengalami gejala negatif jika sedang kambuh

XI. TATA LAKSANA


 Psikofarmakoterapi

 Antipsikotik Tipikal
o Haloperidol 5 mg tablet, 3x1
 Antipsikotik Atipikal
o Risperidone 2 mg tablet 2x1 (0-1-1)
o Clozapine 100 mg tablet 1x1
 Antikolinergik
o Trihexyphenidyl 2 mg 3x1 PO tab
 Muscle Relaxant
o Eperisone 500 mg 1x1 PO tab

 Non-Farmakoterapi
o Cognitive Behavioral Therapy
Digunakan untuk mengatasi gangguan depresi dan cemas dengan cara mengubah
pola pikir penderita dari negative menjadi lebih positif, sehingga dengan demikian
diharapkan perilakunya juga ikut berubah seperti dengan mendengarkan music,
melakukan aktivitas seperti olahraga, berbincang dengan orang lain, sehingga
pasien dapat mengalihkan perhatiannya dan mencoba untuk melawan suara
tersebut, bahkan mencuekkan suara tersebut. Edukasi pentingnya meminum obat
karena pengobatan lini utama pada skizofrenia adalah psikofarmaka serta
menjelaskan tentang gangguan yang dialami pasien itu sendiri bahwa gejala-
gejala yang dialaminya memang ciri khas dari gangguan tersebut sehingga ia
mampu menerima gejala tersebut dan berusaha untuk menghiraukannya.
o Family Oriented Therapy

XII. DIAGNOSA DAN DISKUSI


Tn. T didiagnosis dengan F20.0 Skizofrenia Paranoid. Berdasarkan rekam
medis pasien ini merupakan episode pertama pasien didiagnosis skizofrenia
paranoid (tahun 2020)
Skizofrenia
merupakan suatu sindrom yang memiliki berbagai variasi
penyebab serta perjalanan penyakit. Pada umumnya skizofrenia ditandai
dengan adanya penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran
dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau pun tumpul. Biasanya
kesadaran serta kemampuan intelektual tetap baik, meskipun kemunduran kognitif
tertentu dapat berkembang di kemudian hari.1 Pada tahun 2013, prevalensi
skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk, dan diperkirakan sekitar 1 juta
penduduk Indonesia mengalami skizofrenia. 6

Pedoman diagnostik skizofrenia


menurut PPDGJ-III adalah sebagai berikut:1
 Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas):
A.Thought
 Thought echo : Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
 Insertion or withdrawal: Isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
 Thought Broacasting : Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.

B.Delusion
 Delusion of control : Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
 Delusion of influence: Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
 Delusion of passivity : Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan
khusus);
 Delusion of perception : Pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik dan mukjizat;

C.Halusional Auditorik
 Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
 Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara) atau
 Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

D.Waham menetap jenis lainnya ,


Menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan suatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain)

 Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu
ada secara jelas:

E .Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja,


Apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

F. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation)


Berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
G.Perilaku Katatonik
Keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing),
atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;
H . Gejala-gejala “negatif”
Seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional
yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas
bahwa semua

 Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu 1 bulan atau lebih
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan
diri secara sosial

Kriteria diagnostik skizofrenia paranoid (F20.0) menurut PPDGJ-III 1


 Memenuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia
 Sebagai tambahan
- Halusinasi dan/ waham harus menonjol;
a. Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling) mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan, waham dipengaruhi, delusion of passivity, dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

Kriteria diagnostik skizofrenia paranoid (F20.0) menurut PPDGJ-III 1


 Memenuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia
 Sebagai tambahan
- Halusinasi dan/ waham harus menonjol;
a. Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling) mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan, waham dipengaruhi, delusion of passivity, dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

Pedoman diagnostik skizofrenia menurut DSM V-TR3

A. Characteristic symptoms: Two (or more) of the following,


each present for a significant portion of time during a 1-month
period (or less if successfully treated):
1. delusions
2. hallucinations
3. disorganized speech (e.g., frequent derailment or incoherence)
4. grossly disorganized or catatonic behavior
5. negative symptoms, i.e., affective flattening, alogia, or avolition

Note : Only one Criterion A symptom is required if delusions are bizarre or


hallucinations consist of a voice keeping up a running commentary on the person's
behavior or thoughts, or two or more voices conversing with each other.
B. Social/occupational dysfunction:
For a significant portion of the time since the onset of the disturbance,
one or more major areas of functioning such as work, interpersonal
relations, or self-care are markedly below the level achieved prior to the
onset (or when the onset is in childhood or adolescence, failure to achieve
expected level of interpersonal, academic, or occupational achievement).

C. Duration:
Continuous signs of the disturbance persist for at least 6 months. This 6-
month period must include at least 1 month of symptoms (or less if successfully
treated) that meet Criterion A (i.e., active-phase symptoms) and may include
periods of prodromal or residual symptoms. During these prodromal or
residual periods, the signs of the disturbance may be manifested by only
negative symptoms or two or more symptoms listed in Criterion A present in
an attenuated form (e.g., odd beliefs unusual perceptual experiences).

D . Schizoaffective and Mood Disorder exclusion:


Schizoaffective Disorder and Mood Disorder with Psychotic Features
have been ruled out because either (1) no Major Depressive, Manic, or
Mixed Episodes have occurred concurrently with the active-phase
symptoms; or (2) if mood episodes have occurred during active-phase
symptoms, their total duration has been brief relative to the duration
of the active and residual periods.
. E. Substance/general medical condition exclusion:
The disturbance is not due to the direct physiological effects of a
substance (e.g., a drug of abuse, a medication) or a general medical
condition.
. F. Relationship to a Pervasive Developmental Disorder: If there is a
history of Autistic Disorder or another Pervasive
Developmental Disorder, the additional diagnosis of
Schizophrenia is made only if prominent delu- sions or
hallucinations are also present for at least a month (or less if
successfully treated).

Pedoman diagnosis skizofrenia paranoid berdasarkan DSM V3

A type of Schizophrenia in which the following criteria are met:

A. Preoccupation with one or more delusions or frequent auditory


hallucinations.
B. None of the following is prominent: disorganized speech, disorganized or
catatonic behavior, or flat or inappropriate affect

Berdasarkan pedoman diagnostik PPDGJ-III dan DSM V, gejala pasien memenuhi


kriteria Skizofrenia secara umum. Hal ini dikarenakan pasien memiliki gejala halusinasi
auditorik, di mana suara yang didengar sifatnya memerintah pasien. Kemudian ditemukan
adanya waham kejar yaitu pasien merasa ingin dijahati dan diancam. Hal ini membuat
terjadinya delusion of passivity, di mana pasien merasa tidak berdaya. Kemudian pada poin
selanjutnya, ditemukan adanya gangguan proses dan arus pikir, serta adanya gejala negatif
yang muncul setelah pasien mengalami gejala psikotik (halusinasi auditorik). Pasien juga
sudah mengalami gejala ini lebih dari satu bulan. Semua gejala yang dialami pasien pasien
bermakna dalam mutu keseluruhan aspek pribadi.

Pada kasus ini, Tn. T sudah dapat memenuhi kriteria skizofrenia secara umum dan
terlebihnya memenuhi kriteria skizofrenia paranoid pada DSM-V, dan PPDGJ. Gejala yang
ditemukan pada Tn. T sudah ditemukan lebih dari 6 bulan apabila dilihat dari riwayat awal
muncul penyakitnya. Gejala yang menonjol pada Tn. T adalah halusinasi auditorik yang bersifat
commenting dan insulting. Selain halusinasi auditorik, pada Tn. T juga ditemukan waham kejar
dimana ia sering merasa diperhatikan dan sedang dikerjai sekitarnya. Tn. T sangat yakin ada
seseorang yang sedang mengerjainya walaupun tidak mengetahui secara pasti siapa orang yang
ia maksud. Tn. T juga yakin dirinya ada yang mengguna-guna karena ada suara yang berkata
demikian di kepalanya (delusions of influence). Tn. T mengatakan bahwa keluhan sering kali
muncul saat pagi hari ketika ia bangun tidur ,saat mau tidur serta saat sedang tidak ada aktivitas
dalam kondisi Tn. T sendirian. Ia berkata bahwa jika sedang kambuh, ia merasa tidak berdaya
dan hanya dapat pasrah saja, kemudian berusaha untuk tidur (delusions of passivity). Tn. T juga
sering curigaan pada orang lain dan cenderung pemarah apabila di usik karena merasa orang
tersebut ingin mengerjainya. Ia juga kerap kali mendengar suara orang banyak yang berbicara
dan mengomentari dirinya bodoh dan sakit jiwa (thoughts of reference). Walaupun demikian,
keluhan tersebut sudah lebih membaik dibandingkan sebelumnya. Hanya saja pada bulan ke-6
berobat, Tn. T masih sering merasa dirinya ada yang merasuki dan membicarakan mengenai
politik dan ekonomi.

Diagnosis banding
- Skizoafektif tipe depresi
Skizoafektif tipe depresi dapat dijadikan diagnosis banding dimana pada Tn. T ditemukan
beberapa gejala gangguan mood, yaitu ketika kambuh cenderung suka marah-marah kemudian
ada episode dimana pasien cenderung suka menyendiri dan ingin tidur saja (depresi). Namun
gangguan mood ini tidak muncul secara menonjol sehingga diagnosa skizoafektif dapat
disingkirkan.

TATA LAKSANA
Pengobatan skizofrenia adalah dengan penggunaan obat golongan antipsikotik sebagai
lini pertama. Obat antipsikotik sendiri terdiri atas golongan antara lain Dopamine
receptor antagonist yaitu antipsikotik generasi 1 atau tipikal dan Serotonin dopamine
receptor antagonist yaitu antipsikotik generasi 2 atau atipikal. Obat antipsikotik tipikal
berfungsi terutama untuk mengontrol gejala positif. Sedangkan obat antipsikotik atipikal
berfungsi untuk kedua gejala positif dan negatif. Dilihat dari sisi efek samping, antipsikotik
tipikal memiliki extrapyramidal symptoms (EPS) yaitu akathisia, dystonia akut,
parkinsonism, dan tardive dyskinesia.2 Oleh karena itu, melihat dari efektivitas dan efek
samping, penggunaan antipsikotik atipikal lebih sering digunakan sekarang ini.

Berdasarkan algoritma dari International Psychopharmacology Algorithm Project


(IPAP), pengobatan awal pasien dengan skizofrenia adalah pemberian monoterapi antipsikotik
selama 4-6 minggu. Pilihan obat sesuai algortma IPAP. Jika sudah dilakukan penyesuaian dosis
dan waktu, namun gejala psikosis tetap ada, maka diberikan monoterapi pilihan kedua
yang berbeda dengan yang dipakai pasien sebelumnya.
Apabil
a gejala psikosis masih menetap, maka dilanjutkan pengobatan dengan pemberian
Clozapine dengan dosis mencapai 900 mg/hari. Setelah pemberian Clozapine, kembali
dilakukan evaluasi, di mana apabila gejala menetap diberikan tambahan antipsikotik lainnya
atau electroconvulsive therapy atau alternative lainnya.4

Rencana terapi psikofarmakologi untuk pasien adalah terapi kombinasi. Hal ini
dikarenakan karena gejala psikotik yang masih muncul meskipun pasien mengaku
sudah minum obat teratur. Sesuai dengan algoritma IPAP, pemberian clozapine dapat
diberikan hingga 900mg per hari. Akan tetapi pemakaian clozapine perlu dikontrol
dengan pemeriksaan medis untuk mengetahui keadaan jantung pasien melalui EKG,
xray, dan echocardiogram. Pemeriksaan laboratorium rutin juga perlu dilakukan
karena clozapine juga dapat memberikan efek samping agranulositosis. Terapi
kombinasi yang diberikan selain antipsikotik atipikal adalah antipsikotik tipikal
seperti Haloperidol. Pemberian antipsikotik tipikal juga perlu ditambah dengan
antikolinergik untuk mencegah terjadinya EPS, maka diberikan Trihexyphenidyl
Fase
pengobatan skizofrenia sendiri terdiri atas fase akut fase stabilisasi, dan
fase pemeliharaan. Pada fase akut, akan dijumpai gambaran psikotik yang jelas.
Sedangkan fase stabilisasi dan pemeliharaan dilakukan untuk meningkatkan proses
pemulihan dan memastikan gejala terkontrol. Pada fase akut, tujuan pemberian obat-obat
antipsikotik adalah mengurangi gejala yang ada. 6

Berdasarkan algoritma IPAP, dipertimbangkan electroconvulsive therapy apabila


penggunaan antipsikotik tidak dapat lagi mengontrol gejala psikotik.4 Fase stabilisasi
dan pemeliharaan bertujuan untuk mengurangi serangan agar pasien dapat beraktivitas
lebih baik. Tujuan akhir adalah untuk mencegah timbulnya relaps. Oleh karena itu untuk
pemeliharaan jangka panjang perlu dilakukan edukasi dan psikoterapi. Edukasi yang
diberikan berupa pentingnya ketaatan meminum obat dan efek samping dari
pengobatan. Selain itu juga mengedukasi pasien mengenai pentingnya tidur dengan
cukup, berolahraga ringan, mengatur tingkat stress dengan melakukan hal yang disukai,
dan interaksi sosial.

Terapi
non Farmakologi yang dapat diberikan antara lain cognitive behavioral therapy
(CBT), family oriented therapy, dan group therapy. CBT bekerja dengan mengubah pola
pikir pasien menjadi lebih positif. CBT membantu pasien skizofrenia melihat hal lebih
rasional dan realistic. Family oriented therapy juga penting untuk mendukung
pemulihan pada pasien melalui keluarga. Kemudian group therapy memberikan pasien
ruang untuk berbagi dengan sesama penderita untuk meningkatkan interaksi social yang
juga penting untuk pasien skizofrenia. 7

DAFTAR PUSTAKA

1. Dr.dr. Rusdi Maslim SpKJ Mk. Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III.2003


2. Handayani DS, Cahaya N, Srikartika VM. Pengaruh Pemberian Kombinasi Antipsikotik
Terhadap Efek Samping Sindrom Ekstrapiramidal Pada Pasien Skizofrnia di Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum. Farmaka. 2017;15(3):86–95.

3. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 5th
ed. Waashington DC, American Psychiatric Association, 1994.
4. Internasional Psychopharmacology Algorithm Project. Algorithm of Schizophrenia or
shizoaffective disorder. 2004

5. Sadock BJ.,Kaplan HI,Kaplan & Sadock Synopsis of Psychiatry. 9th edition. Lippincott
William & Wilkins.2003.
6. Ih H, Putri RA, Untari EK. Different Type of Antipsychotic Therapies on Length of Stay of
Acute Schizophrenia Patients in Sungai Bangkong Regional Mental Hospital Pontianak. Indones
J Clin Pharm. 2016;5(2):115–22.
7. Dania IA. Cognitive Behaviour Therapy Pada Skizofrenia. J Penelit Keperawatan Med.
2019;2(1):30–7.

Anda mungkin juga menyukai