OLEH
Ririn Wulandari
H1A 011 059
PEMBIMBING
dr. Hj. Elly Rosilla Wijaya, Sp.KJ, MM
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA
NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2015
STATUS PSIKIATRI
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Agama
Suku
Pendidikan
: Nn. N
: Perempuan
: 37 tahun
: Islam
: Mbojo
: S1
Pekerjaan
Status Pernikahan
Alamat
Bima
: Selasa, 29 Desember 2015, pukul : 23.00 WITA
Pasien diantar oleh keluarganya.
Ini adalah ke-3 kalinya pasien dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mutiara
Tanggal MRS
: Tn. M
: 32 tahun
: Laki-laki
: Adik kandung pasien
: Jl. Penggilingan No. 2 Kota Bima
: Islam
: Mbojo
: S1
: Honorer
: Menikah
RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh dari :
A. Keluhan Utama :
Sering berbicara sendiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
(Alloanamnesis : Adik pasien)
Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB oleh keluarganya dengan
keluhan sering berbicara sendiri sejak 2 bulan terakhir. Pasien juga
dikeluhkan sering teriak-teriak, berbicara kotor, dan bernyanyi sendiri.
Pasien juga sering mondar-mandir tidak bisa diam dan tidak bisa
dimengerti jika diajak komunikasi. Menurut keluarga pasien, pasien sering
bercerita seperti mendengar sesuatu dan melihat seseorang. Riwayat
merusak barang (+), riwayat melukai orang dan dirinya sendiri disangkal.
Menurut keluarga pasien gejala-gejala tersebut telah muncul sejak
1 tahun yang lalu setelah ibu pasien meninggal, mengingat pasien sangat
keluarga,
pasien
tidak
mengalami
keterlambatan
Genogram Keluarga :
F.
Riwayat Pengobatan
Menurut keluarga pasien, keluarga sudah membawa pernah membawa
pasien ke RSJ Provinsi NTB dan sudah sering kontrol ke puskesmas
dan diberikan obat CPZ dan THP.
G.
3) Psikomotor
Normoaktif, saat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara
dengan baik, perhatian tidak mudah teralihkan.
4) Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif.
5) Pembicaraan
Spontan, volume suara lemah, intonasi pelan dan artikulasi cukup
jelas, terkadang menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan pemeriksa.
B. Alam perasaan dan emosi
Mood
: Eutimik
Afek
: luas
Keserasian : serasi
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik dan halusinasi visual diakui oleh pasien. Ilusi visual
(+)
D. Pikiran
Proses
Isi pikir
: adanya blocking
: waham bizzare (+) pasien meyakini semua
E. Fungsi Intelektual
a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdaasan
Pasien menempuh pendidikan sampai S1, taraf pengetahuan
cukup sesuai dengan taraf pendidikan.
b. Orientasi :
F. Pengendalian Impuls
IV.
Pemeriksaan Fisik
1. Status Internus :
Keadaan
: Baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
o Tekanan darah
: 120/80 mmHg
o Frekuensi nadi
: 84 x/menit, reguler, kuat angkat
o Frekuensi napas
: 18 x/menit
o Suhu aksila
: 36,4o C
Kepala/Leher
Thorax
Abdomen
Extremitas
2. Status Neurologis :
Tanda Rangsang Meningeal
Tanda Efek Ekstrapiramidal
o Tremor tangan
o Akatisia
o Bradikinesia
o Cara berjalan
o Keseimbangan
o Rigiditas
: negatif
:
:
:
:
:
:
negatif
negatif
negatif
normal
baik
negatif
V.
Motorik
: baik
Sensorik
: baik
VI.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan
fisik serta status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku atau
psikologis yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan
(distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan
demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis dan riwayat perjalanan penyakit pasien, pasien
sudah mengalami perubahan sikap dan perilaku berawal 1 tahun terakhir
namun paling parah 2 bulan terakhir. perubahan sikap dan perilaku tersebut
dicetuskan oleh kematian ibu pasien pada 1 tahun yang lalu. Pasien saat ini
sering berbicara sendiri dan sering mondar-mandir, pasien juga sering tidak
nyambung saat diajak berkomunikasi.
Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang
secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan
gejala gangguan jiwa. Oleh karena itu, diagnosis gangguan mental organik
(F00-F09) dapat disingkirkan
Pada anamnesis tidak didapatkan riwayat konsumsi alkohol, merokok,
ataupun obat-obatan seperti narkoba. Oleh karena itu, gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.
VII.
Aksis I
Aksis II
:
:
VIII.
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
:
:
:
DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : ketidakseimbangan neurotransmitter
B. Psikologi :
RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Psikofarmaka :
Tab. Halloperidol 2 x 5mg
Tab. Trihexylphenidil 3 x 2 mg (bila perlu)
B. Psikoterapi dan Psikoedukasi :
mendukung
proses
penyembuhannya
dan
mencegah
kekambuhan.
Menjelaskan bahwa sakit yang diderita oleh pasien merupakan
penyakit yang membutuhkan dukungan dan peran aktif keluarga
X.
PROGNOSIS
Hal yang meringankan prognosis :
1. Keluarga mendukung kesembuhan pasien
2. Awitan tidak terjadi secara mendadak
XI.
Qua ad vitam
Qua ad functionam
Qua ad sanationam
: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
DISKUSI
Pada pasien ini ditemukan gejala sering berbicara sendiri, ketawa
sendiri, dan sering mondar-mandir, pasien juga sering tidak nyambung saat
diajak berkomunikasi dan didapatkan halusinasi auditorik dan visual disertai
adanya waham yang menetap kurang lebih selama 2 bulan. Gejala-gejala
tersebut merupakan gejala skizofrenia dan karena gangguan penilaian realita
telah mengganggu kehidupan dan fungsi global pasien, dan tidak termasuk ke
dalam beberapa tipe skizofrenia yang memenuhi sebagian kriteria maka di
golongkan pada skizofrenia yang tak terinci. Dari anamnesis juga tidak
ditemukan gangguan fisik yan riwayat memiliki gangguan medis umum yang
berat seperti kejang, hipertensi, dan trauma pada kepala sebelum awitan gejala,
sehingga menyingkirkan gangguan mental organik pada pasien. Riwayat
mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan seperti narkoba juga tidak ditemukan
sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif dan
alkohol disangkal. Dari anamnesis juga tidak ditemukan adanya gangguan
suasana perasaan pada pasien sehingga dapat menyingkirkan gangguan afek
dan mood.
Masalah yang diduga menjadi pencetus keaadaan pasien adalah adanya
kehilangan orangtua dalam hal ini ibu pasien. Terkait sebelumnya pasien dan
ibu pasien memiliki hubungan yang sangat dekat. Selain itu adanya kontrol
atau minum obat yang mulai jarang pada pasien juga dapat menjadi pencetus
kondisi pasien sekarang. Prognosis pada fungsi vitalnya baik karena tidak ada
ide untuk melukai diri sendiri, dan prognosis kembalinya fungsi pasien ke taraf
normal kemungkinan adalah baik karena pasien kooperatif untuk diterapi akan
tetapi pencetusnya masih jelas.
Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa
antipsikotik dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang
diinginkan. Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan
atipikal. Pada pasien ini gejala positif lebih menonjol yaitu terdapat isi pikiran
yang tidak wajar (waham), dan gangguan persepsi (halusinasi dan ilusi). Cara
kerja antipsikotik atipikal adalah memblok reseptor dopamin terutama pada
jalur mesolimbik sehingga gejala-gejala positif yang sekarang dialami pasien
dapat berkurang. Cara kerja antipsikotik tipikal adalah memblok reseptor
dopamin terutama pada jalur mesolimbik sehingga gejala-gejala positif yang
sekarang dialami pasien dapat berkurang. Pada pasien ini diberikan haloperidol
yang merupakan suatu antipsikotik tipikal potensi tinggi dan baik untuk gejala
skizofrenia seperti gangguan isi berpikir (waham) dan gangguan persepsi
(halusinasi) jika dibandingkan dengan Chlorpromazine, yang merupakan suatu
antipsikotik potensi rendah, yang lebih baik bila gejala sasaran berupa
hiperaktivitas motorik. Obat antipsikosis atipikal tidak dipilih karena obat ini
lebih baik diberikan pada pasien dengan gejala negatif (afek tumpul, penarikan
diri, hipobulia, isi pikiran miskin) yang lebih menonjol sementara pada pasien
ini, gejala positif lebih menonjol.
Pada pasien ini juga langsung diberikan dosis anjuran dalam fase akut,
yaitu Haloperidol tablet 2 x 5 mg. Dosis ini akan ditingkatkan secara bertahap
dalam waktu 1-3 minggu sampai mencapai dosis optimal yang dapat
mengendalikan gejala. Setelah didapatkan dosis optimal, maka dosis akan
dipertahankan 8-10 minggu sebelum masuk ke tahap pemeliharaan
(maintenance), fase ini dinamankan fase stabilisasi. Pada tahap maintenance
dosis dapat diturunkan sampai mencapai dosis minimal yang masih
diperthankan tanpa kambuh. Dosis minimal tersebut akan dipertahankan
selama 5 tahun.
Penggunaan obat antipsikotik golongan tipikal, terutama Haloperidol,
dijelaskan banyak menyebabkan efek samping neurologis berupa gejala
ekstrapiramidal, seperti kejang (antipsikotik menurunkan nilai ambang
konvulsi), tremor, Parkinsonism, diskinesia, dan akatisia. Untuk mengihindari
efek samping tersebut dapat diberikan Trihexyphenidyl, suatu obat golongan
antikolinergik yang dapat mengatasi gejala ekstrpiramidal.
Terapi non farmakologis memegang peranan yang cukup penting pada
pasien. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini
adalah psikoterapi suportif, psikoedukasi. Dalam psikoterapi suportif, terapis
menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku
yang hangat, ramah, namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien
merasa aman, diterima, dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan
pada pasien yang mengalami gangguan proses kognitif, gangguan dalam
penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya gangguan dalam
melakukan hubungan dengan orang lain.
Selain itu, keluarga juga memegang peranan penting sebagai primary
care-givers atau primary care-support. Pada psikoedukasi keluarga diberikan
penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi
pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.
1999
Pencetus:
Masalah Pendidikan
Masalah keluarga
Gejala:
-Berbicara sendiri
-Tertawa sendiri
-Berbicara
nyambung
2015
2002
Pencetus:
Gagal menikah
Pencetus:
Kehilangan orang tua
Jarang minum obat
Gejala:
Gejala:
-Rahang kaku
-Lidah kaku
tidak -Banyak air liur
-Berbicara sendiri
-Tertawa sendiri
Berbicara sendiri
Tertawa sendiri
Mondar-mandir
Mengobrol tidak
nyambung
Merusak barang
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira SD & Hadisukanto G. 2014. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
2. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993.
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta :
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya
3. Dilip VJ, Jeffrey AL,et al. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, 5th Edition. American Psychiatric Association.
4. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.
Surabaya : Airlangga University Press.
5. Perhimpunan dokter spesialis kedokteran jiwa Indonesia, 2011. Konsensus
penatalaksanaan gangguan skizofrenia. Jakarta