Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU PENYAKIT JIWA


NASKAH LAPORAN KASUS
Skizofrenia YTT

OLEH
Ririn Wulandari
H1A 011 059
PEMBIMBING
dr. Hj. Elly Rosilla Wijaya, Sp.KJ, MM
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA
NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2015

STATUS PSIKIATRI
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Agama
Suku
Pendidikan

: Nn. N
: Perempuan
: 37 tahun
: Islam
: Mbojo
: S1

Pekerjaan
Status Pernikahan
Alamat

: Sedang tidak bekerja


: Belum menikah
: Desa Donggobolo, Kecamatan Loha, Kabupaten

Bima
: Selasa, 29 Desember 2015, pukul : 23.00 WITA
Pasien diantar oleh keluarganya.
Ini adalah ke-3 kalinya pasien dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa Mutiara
Tanggal MRS

Sukma Provinsi NTB.


IDENTITAS KELUARGA PASIEN
Nama Keluarga
Umur
Jenis kelamin
Hubungan
Alamat
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Status
II.

: Tn. M
: 32 tahun
: Laki-laki
: Adik kandung pasien
: Jl. Penggilingan No. 2 Kota Bima
: Islam
: Mbojo
: S1
: Honorer
: Menikah

RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh dari :

Autoanamnesis pada hari Rabu tanggal 30 Desember 2015


Alloanamnesis pada hari Rabu tanggal 30 Desember 2015 dari adik pasien

A. Keluhan Utama :
Sering berbicara sendiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
(Alloanamnesis : Adik pasien)
Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB oleh keluarganya dengan
keluhan sering berbicara sendiri sejak 2 bulan terakhir. Pasien juga
dikeluhkan sering teriak-teriak, berbicara kotor, dan bernyanyi sendiri.
Pasien juga sering mondar-mandir tidak bisa diam dan tidak bisa
dimengerti jika diajak komunikasi. Menurut keluarga pasien, pasien sering
bercerita seperti mendengar sesuatu dan melihat seseorang. Riwayat
merusak barang (+), riwayat melukai orang dan dirinya sendiri disangkal.
Menurut keluarga pasien gejala-gejala tersebut telah muncul sejak
1 tahun yang lalu setelah ibu pasien meninggal, mengingat pasien sangat

dekat dengan ibu kandungnya, namun keparahannya tidak seperti


sekarang. Pasien sebelumnya rutin minum obat sejak keluar dari RSJ
Provinsi NTB sejak tahun 1999 hingga sekitar tahun 2004. Setelah itu
pasien tidak rutin minum obat.
Autoanamnesis
Pasien masuk RSJ Provinsi untuk ke-lima kalinya. Pasien mengaku
alasan dirinya dibawa ke RSJ oleh keluarganya karena pasien mengeluh
sakit kepala, gigi, dan telinga. Pasien tidak menjawab kapan keluhan
tersebut dirasakan dan hanya menjawab keluhan tersebut hilang jika pasien
minum obat yang biasa diminum di rumah. Pasien menyangkal keluhankeluhan tersebut akibat suara-suara yang sering didengarkannya. Pasien
mengaku sering mendengar suara-suara orang banyak (laki-laki dan
perempuan) yang tidak dikenalinya mengajak dirinya mengobrol. Pasien
mengatakan suara-suara tersebut juga bisa didengar oleh orang lain dan
suara tersebut tidak pernah menyuruhnya untuk melakukan sesuatu. Pasien
tidak menjawab saat ditanya sejak kapan dirinya mulai mendengar suarasuara tersebut dan hanya menjawab masih mendengar suara-suara tersebut
hingga sekarang namun pasien mengaku sudah tidak mempedulikan suarasuara tersebut. Pasien juga sering melihat bayang-bayangan orang, dan
mengaku sudah tidak mempedulikan bayangan tersebut.
Pasien menyangkal mempunyai perasaan curiga kepada orang lain,
dan menyangkal pikirannya dapat diketahui oleh orang lain ataupun dapat
membaca pikiran orang lain. Pasien juga menyangkal tidak merasa dikejarkejar oleh sesuatu. Namun, pasien mempercayai semua orang yang
meninggal dapat kembali hidup di dunia. Pasien mengaku dirinya sudah
pernah meninggal dua kali, pertama saat dirinya masih kecil dan yang
kedua kemarin. Pasien juga mengatakan almarhum ibunya yang kemarin
meninggal telah hidup kembali dan menuduh orang lain sebagai ibunya
yang telah meninggal.
Pasien mengatakan suasana perasaannya biasa-biasa saja selama dua
minggu terakhir, tidak mengalami kesedihan ataupun perasaan senang

yang berlebihan. Pasien juga mengatakan nafsu makannya normal dan


tidur tidak terganggu. Pasien menyangkal ada keinginan bunuh diri.

C. Riwayat Penyakit Dahulu :


1) Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sudah pernah masuk untuk rawat inap di RSJ Provinsi
NTB. Menurut keluarga, ini merupakan ketiga kalinya pasien
mengalami keluhan seperti ini. Awalnya gangguan muncul sejak tahun
1999, menurut keluarga saat itu pemicu masalah pada pasien adalah
masalah keluarga dan pendidikan. Pada saat itu pasien dirawat di
rumah sakit 2 bulan. Pasien kembali masuk RSJ Provinsi NTB pada
tahun 2002 selama 3 bulan, pada saat itu keluarga mengaku pasien
mengalami kekakuan pada daerah rahang dan lidah, air liur pasien
juga banyak keluar. Menurut keluarga pasien, saat itu pemicu masalah
pada pasien adalah kegagalan untuk menikah. Setelah keluar rumah
sakit pada tahun 2002 keluarga tetap memberikan obat kepada pasien
yang didapatkan dari dokter umum di Bima, namun sekitar tahun 2004
keluarga sudah tidak memberikan pasien obat. Gejala kembali datang
1 tahun terakhir sejak ibu pasien meninggal dan parah 2 bulan
terakhir.

2) Riwayat Gangguan Medis


Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan medis
yang berat yang mengharuskan dirinya dirawat di Rumah sakit.
Riwayat Tekanan darah tinggi (-), asma (-), kejang (-), trauma kepala
(-).

3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain

Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol serta obat-obatan


lainnya seperti NAPZA.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi :
1) Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak kedua dari lima bersaudara.
2) Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Menurut

keluarga,

pasien

tidak

mengalami

keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan. Riwayat sakit yang berat


disangkal. Tidak pernah ada riwayat kejang.
3) Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Menurut adik pasien, pasien merupakan anak yang cukup pendiam
dan selalu menyimpan semua masalah sendiri. Namun, pasien
memiliki cukup teman dan sering bermain dengan teman-temannya.
Hubungan pasien ke orang tua dan ke empat saudaranya cukup baik
dan tidak pernah terjadi percekcokan. Pasien sangat dekat dengan
ibu kandungnya.
Masa kanak-kanak akhir (11-19 tahun)
Pasien melewati masa remajanya dengan menempuh pendidikan di
sekolah. Keluarga pasien mengaku pasien merupakan anak yang
cerdas dan selalu juara 1 sampai SMA.
Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan hingga S1
b. Riwayat Pekerjaan
Menurut keluarga, pasien hanya menghabiskan waktunya untuk
menempuh pendidikan sehingga belum mempunyai riwayat
pekerjaan.
c. Riwayat Perkawinan

Pasien belum pernah menikah. Menurut keluarga pasien, pasien


sempat hampir menikah 2 kali namun rencana pernikahan tersebut
gagal.
d. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam. Menurut keluarga, pasien merupakan orang
yang taat akan perintah agama.
e. Aktivitas Sosial
Sebelum sakit, pasien merupakan orang yang jarang bergaul
dengan tetangga disekitar rumah dan jarang bersosialisasi.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum.
E. Riwayat Keluarga :
Pasien adalah anak kedua dari lima bersaudara. Menurut adik kandung
pasien terdapat anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa yaitu
saudara sepupu ibu kandung pasien.

Genogram Keluarga :

F.

Riwayat Pengobatan
Menurut keluarga pasien, keluarga sudah membawa pernah membawa
pasien ke RSJ Provinsi NTB dan sudah sering kontrol ke puskesmas
dan diberikan obat CPZ dan THP.

G.

Situasi Kehidupan Sekarang :


Saat ini pasien tinggal serumah dengan bapak dan adiknya.
Kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh kakak dan adik-adik pasien
yang sudah bekerja. Untuk kebutuhan makan minum, BAB, BAK, dan
mandi dapat dilakukan sendiri oleh pasien dibantu oleh adik pasien.

H. Persepsi dan Harapan Keluarga :


Keluarga berharap pasien dapat sembuh sehingga pasien dapat
menjalani kehidupannya kembali dan bisa aktivitas seperti sebelumnya.
I. Persepsi dan Harapan Pasien :
Pasien merasa dirinya memerlukan pengobatan akibat sakit kepala,
gigi, dan telinga yang dialaminya. Pasien berharap keluhan-keluhan
tersebut segera sembuh.
III.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Berdasarkan pemeriksaan pada hari Rabu, tanggal 30 Desember 2015
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Pasien seorang wanita, tampak sesuai usia, penampilan rapi,
perawatan diri cukup, baju bersih, tampak sehat, perawakan sedang,
ekspresi wajah tampak tenang.
2) Kesadaran
Kualitas: Jernih
Kuantitas: Kompos mentis

3) Psikomotor
Normoaktif, saat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara
dengan baik, perhatian tidak mudah teralihkan.
4) Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif.

5) Pembicaraan
Spontan, volume suara lemah, intonasi pelan dan artikulasi cukup
jelas, terkadang menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan pemeriksa.
B. Alam perasaan dan emosi
Mood
: Eutimik
Afek
: luas
Keserasian : serasi
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik dan halusinasi visual diakui oleh pasien. Ilusi visual
(+)
D. Pikiran
Proses
Isi pikir

: adanya blocking
: waham bizzare (+) pasien meyakini semua

manusia yang meninggal bisa kembali hidup.


Bentuk : nonrealistis

E. Fungsi Intelektual
a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdaasan
Pasien menempuh pendidikan sampai S1, taraf pengetahuan
cukup sesuai dengan taraf pendidikan.
b. Orientasi :

Orang kesan baik. Pasien mengenali dokter ataupun

perawat yang merawatnya.


Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia

berada di RS Jiwa Provinsi NTB.


Waktu kesan cukup baik. Pasien dapat mengetahui saat

dilakukan wawancara dan saat itu adalah malam hari


c. Daya Ingat :
Jangka panjang terkesan baik. Pasien dapat mengetahui

tanggal lahirnya dengan baik


Masa lalu belum lama (recent past memory) terkesan baik.
Pasien dapat mengingat kejadian saat lebaran kemarin dengan

baik dan tempat pasien sholat idul fitri


Jangka pendek (recent memory) baik. Pasien dapat

mengingat menu makan malamnya.


Segera baik. Pasien dapat menyebutkan kembali nama
pemeriksa.

d. Konsentrasi dan Perhatian: kesan cukup. Pasien mampu


mengikuti wawancara dengan baik, namun pasien tidak dapat
mengurangi angka dengan hasil yang benar sesuai yang diberikan
oleh pemeriksa.
e. Kemampuan Membaca dan Menulis: kesan baik, pasien dapat
membaca dengan baik dan lancar terhadap beberapa kata yang
diberikan pemeriksa. Kemampuan menulis kesan baik, pasien
dapat menuliskan namanya sendiri.
f. Kemampuan Visuospasial : kesan baik, pasien dapat mengikuti
bentuk gambar yang dicontohkan oleh pemeriksa.
g. Pikiran Abstrak : cukup. Pasien dapat menyebutkan persamaan
antara pensil dan pulpen walaupun sedikit kurang tepat.
h. Fungsi eksekutif : baik. Pasien dapat menentukan tindakan apa
yang akan dilakukan saat ingin membuat tumis kacang panjang.

F. Pengendalian Impuls

Selama wawancara, pasien cukup dapat mengendalikan diri dengan


baik.
G. Daya Nilai dan Tilikan
Daya Nilai Sosial saat ini cukup baik. Pasien berpenampilan

rapi dan berperilaku sopan


Uji Daya Nilai baik. Saat ditanya oleh pemeriksa apakah yang
akan dilakukan oleh pasien jika menemukan dompet di jalan,

IV.

pasien menjawab tidak akan mengambilnya.


Penilaian Daya Realita (RTA) terganggu, dengan adanya

halusinasi dan waham


Tilikan Derajat 1 : Pasien menyangkal dirinya sakit.

Pemeriksaan Fisik
1. Status Internus :
Keadaan
: Baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
o Tekanan darah
: 120/80 mmHg
o Frekuensi nadi
: 84 x/menit, reguler, kuat angkat
o Frekuensi napas
: 18 x/menit
o Suhu aksila
: 36,4o C

Kepala/Leher

: dalam batas normal

Thorax
Abdomen
Extremitas

: cor/pulmo dalam batas normal


: dalam batas normal
: atas dan bawah dalam batas normal

2. Status Neurologis :
Tanda Rangsang Meningeal
Tanda Efek Ekstrapiramidal
o Tremor tangan
o Akatisia
o Bradikinesia
o Cara berjalan
o Keseimbangan
o Rigiditas

: negatif
:
:
:
:
:
:

negatif
negatif
negatif
normal
baik
negatif

V.

Motorik

: baik

Sensorik

: baik

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Telah diperiksa seorang perempuan berusia 37 tahun, agama Islam, suku
mbjo, saat ini tidak bekerja, status belum menikah, datang ketiga kali ke
Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma dengan keluhan utama sering berbicara
sendiri. Pasien sering teriak-teriak, berbicara kotor, dan bernyanyi sendiri.
Pasien juga sering mondar-mandir tidak bisa diam dan tidak bisa dimengerti
jika diajak komunikasi. Keinginan atau tindakan untuk mengakhiri hidup
sendiri disangkal. Keluhan terjadi 2 bulan terakhir. Menurut keluarga pasien
keluhan tersebut muncul sejak ibu pasien meninggal 1 tahun yang lalu, terkait
pasien sangat dekat dengan ibunya. Selain itu, keluarga pasien mengaku sudah
jarang mengontrolkan pasien ke puskesmas untuk diberikan obat. Pasien
memiliki riwayat masuk Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB
sebanyak 2 kali sebelumnya semenjak tahun 1999 dengan keluhan yang serupa.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan bahwa penampilan pasien
cukup rapi dan sesuai dengan usianya, perawatan diri cukup baik. Sikap
terhadap pemeriksa baik, cukup kooperatif. Bicara Spontan, volume suara
lemah, intonasi pelan dan artikulasi cukup jelas, terkadang menjawab tidak
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa dan sikap kepada
pemeriksa kooperatif. Mood eutimik, afek luas, dengan kesan serasi. Proses
pikir terdapat blocking , pada isi pikiran terdapat waham bizzare, dan bentuk
pikir nonrealistik. Pada persepsi ditemukan halusinasi auditorik dan visual dan
ditemukan ilusi visual. Kesadaran compos mentis. Orientasi orang, tempat, dan
waktu terkesan cukup baik. Daya ingat baik. Konsentrasi/perhatian cukup dan
kemampuan visuospasial terkesan baik. Kemampuan membaca dan menulis
terkesan cukup baik. Pikiran abstrak terkesan baik. Daya nilai sosial baik, uji
daya nilai baik, RTA terganggu, tilikan derajat 1. Sedangkan pada pemeriksaan
fisik umum dan neurologis didapatkan hasil dalam batas normal.

VI.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan
fisik serta status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku atau
psikologis yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan
(distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan
demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis dan riwayat perjalanan penyakit pasien, pasien
sudah mengalami perubahan sikap dan perilaku berawal 1 tahun terakhir
namun paling parah 2 bulan terakhir. perubahan sikap dan perilaku tersebut
dicetuskan oleh kematian ibu pasien pada 1 tahun yang lalu. Pasien saat ini
sering berbicara sendiri dan sering mondar-mandir, pasien juga sering tidak
nyambung saat diajak berkomunikasi.
Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang
secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan
gejala gangguan jiwa. Oleh karena itu, diagnosis gangguan mental organik
(F00-F09) dapat disingkirkan
Pada anamnesis tidak didapatkan riwayat konsumsi alkohol, merokok,
ataupun obat-obatan seperti narkoba. Oleh karena itu, gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan adanya halusinasi auditorik


dan adanya waham bizzare. Pasien tidak menjawab sejak kapan gejala psikotik
tersebut muncul. Namun dari alloanamnesis sekitar 2 bulan terakhir ini pasien
seperti berbicara sendiri dan seperti melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh
keluarganya. Penilaian daya realita (RTA) terganggu, dengan tilikan derajat 1.
Selain halusinasi, secara umum informasi yang diberikan dapat dipercaya
kecuali waham dan halusinasi pasien. Adanya salah satu dari gejala khas
skizofrenik waham dan halusinasi yang berlangsung sekurang-kurangnya 1
bulan maka gejala-gejala tersebut dapat dikategorikan sebagai gejala
skizofrenik. Pada pasien ini terdapat gejala halusinasi visual dan auditorik dan
terdapat adanya waham bizzare yang tidak khas ditemukan pada skizofrenia
paranoid. Pada pasien ini juga tidak ditemukan gejala perilaku yang tidak
bertujuan yang khas pada skizofrenia hebefrenik dan tidak ada gerakan tubuh
yang khas yang biasa di temukan pada skizofrenia katatonik. Sehingga penulis
mendiagnosis dengan skizofrenia yang tak tergolongkan (F20.9)
Hasil anamnesis dari keluarga pasien, tidak didapatkan adanya ciri-ciri
gangguan kepribadian pada pasien. Gangguan kepribadian yang bermakna
secara klinis saat ini tidak dapat ditentukan sehingga untuk Aksis II Tidak
Ada Diagnosis. Pada pasien ini juga tidak ditemukan kondisi medis umum
yang bermakna, sehingga pada pasien ini untuk Aksis III Tidak Ada
Diagnosis. Dari anamnesis ditemukan pencetus kambuhnya pasien sejak
meninggalnya ibu pasien dan keluarga yang jarang mengontrolkan pasien ke
puskesmas, sehingga Aksis IV adalah jarang berobat dan Kehilangan orang
tua (ibu). Pada Aksis V Global Assessment of Functioning (GAF) adalah 6051, yaitu gejala sedang (moderate), disabilitas sedang atau kesulitan dalam
menjalankan fungsi sosial dan pekerjaan.

VII.

EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I
Aksis II

:
:

F20.9 Gangguan Skizofrenia YTT


Tidak ada diagnosis

VIII.

Aksis III
Aksis IV
Aksis V

:
:
:

Tidak ada diagnosis


Kehilangan orang tua dan jarang berobat
GAF 60-51

DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : ketidakseimbangan neurotransmitter
B. Psikologi :

Gangguan isi pikir adanya waham bizzare


Gangguan persepsi: halusinasi auditorik dan visual dan adanya ilusi
RTA terganggu
Tilikan Derajat 1

C. Lingkungan dan Sosio-ekonomi :


Kehilangan orang tua dan jarang berobat dapat dijadikan sebagai pencetus
permasalahan yang dialami pasien.
IX.

RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Psikofarmaka :
Tab. Halloperidol 2 x 5mg
Tab. Trihexylphenidil 3 x 2 mg (bila perlu)
B. Psikoterapi dan Psikoedukasi :

Kepada pasien dilakukan psikoterapi suportif dengan cara mendukung


pasien. Sistem pendukung pasien harus kuat, tidak terlalu mencampuri
maupun menjauhi pasien. Pasien juga diberikan edukasi mengenai
penyakitnya, gejala, penyebab, pengobatan, bagaimana dampak bila
tidak minum obat dan bagaiman jika keluhan kembali muncul.

Edukasi terhadap pasien :


-

Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai gangguan


yang diderita, mulai gejala, dampak, faktor resiko, pemicu, tingkat
kekambuhan, dan tatacara dan manfaat pengobatan agar pasien
tetap taat meminum obat, dan segera berobat bila mulai timbul
gejala serupa.

Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga

pasien termotivasi untuk minum obat secara teratur.


Menjelasakan kepada pasien bahwa obat yang diberikan bisa
memberikan efek samping bagi pasien namun dapat diatasi. Dan
memberikan pemahaman bahwa keuntungan akan efek obat lebih
besar dibandingkan dengan efek samping obat yang ditimbulkan
sehingga pasien harus tetap meminum obat.

Edukasi kepada keluarga :


-

Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien. Pada akhirnya


diharapkan keluarga bisa menerima dan memahami keadaan pasien
serta

mendukung

proses

penyembuhannya

dan

mencegah

kekambuhan.
Menjelaskan bahwa sakit yang diderita oleh pasien merupakan
penyakit yang membutuhkan dukungan dan peran aktif keluarga

dalam membantu proses penyambuhan penyakit.


Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping
yang mungkin muncul pada pengobatan). Selain itu juga
ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara
teratur.

X.

PROGNOSIS
Hal yang meringankan prognosis :
1. Keluarga mendukung kesembuhan pasien
2. Awitan tidak terjadi secara mendadak

3. Adanya suatu stressor yang jelas


4. Tidak ada bukti gangguan susunan saraf pusat
5. Kepribadian pasien yang baik sebelum sakit
Hal yang memperburuk prognosis :
1. Adanya riwayat keluarga
2. Kurangnya pengetahuan dan dukungan keluarga mengenai gangguan
jiwa.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah :

XI.

Qua ad vitam
Qua ad functionam
Qua ad sanationam

: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

DISKUSI
Pada pasien ini ditemukan gejala sering berbicara sendiri, ketawa
sendiri, dan sering mondar-mandir, pasien juga sering tidak nyambung saat
diajak berkomunikasi dan didapatkan halusinasi auditorik dan visual disertai
adanya waham yang menetap kurang lebih selama 2 bulan. Gejala-gejala
tersebut merupakan gejala skizofrenia dan karena gangguan penilaian realita
telah mengganggu kehidupan dan fungsi global pasien, dan tidak termasuk ke
dalam beberapa tipe skizofrenia yang memenuhi sebagian kriteria maka di
golongkan pada skizofrenia yang tak terinci. Dari anamnesis juga tidak
ditemukan gangguan fisik yan riwayat memiliki gangguan medis umum yang

berat seperti kejang, hipertensi, dan trauma pada kepala sebelum awitan gejala,
sehingga menyingkirkan gangguan mental organik pada pasien. Riwayat
mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan seperti narkoba juga tidak ditemukan
sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif dan
alkohol disangkal. Dari anamnesis juga tidak ditemukan adanya gangguan
suasana perasaan pada pasien sehingga dapat menyingkirkan gangguan afek
dan mood.
Masalah yang diduga menjadi pencetus keaadaan pasien adalah adanya
kehilangan orangtua dalam hal ini ibu pasien. Terkait sebelumnya pasien dan
ibu pasien memiliki hubungan yang sangat dekat. Selain itu adanya kontrol
atau minum obat yang mulai jarang pada pasien juga dapat menjadi pencetus
kondisi pasien sekarang. Prognosis pada fungsi vitalnya baik karena tidak ada
ide untuk melukai diri sendiri, dan prognosis kembalinya fungsi pasien ke taraf
normal kemungkinan adalah baik karena pasien kooperatif untuk diterapi akan
tetapi pencetusnya masih jelas.
Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa
antipsikotik dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang
diinginkan. Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan
atipikal. Pada pasien ini gejala positif lebih menonjol yaitu terdapat isi pikiran
yang tidak wajar (waham), dan gangguan persepsi (halusinasi dan ilusi). Cara
kerja antipsikotik atipikal adalah memblok reseptor dopamin terutama pada
jalur mesolimbik sehingga gejala-gejala positif yang sekarang dialami pasien
dapat berkurang. Cara kerja antipsikotik tipikal adalah memblok reseptor
dopamin terutama pada jalur mesolimbik sehingga gejala-gejala positif yang
sekarang dialami pasien dapat berkurang. Pada pasien ini diberikan haloperidol
yang merupakan suatu antipsikotik tipikal potensi tinggi dan baik untuk gejala
skizofrenia seperti gangguan isi berpikir (waham) dan gangguan persepsi
(halusinasi) jika dibandingkan dengan Chlorpromazine, yang merupakan suatu
antipsikotik potensi rendah, yang lebih baik bila gejala sasaran berupa
hiperaktivitas motorik. Obat antipsikosis atipikal tidak dipilih karena obat ini
lebih baik diberikan pada pasien dengan gejala negatif (afek tumpul, penarikan

diri, hipobulia, isi pikiran miskin) yang lebih menonjol sementara pada pasien
ini, gejala positif lebih menonjol.
Pada pasien ini juga langsung diberikan dosis anjuran dalam fase akut,
yaitu Haloperidol tablet 2 x 5 mg. Dosis ini akan ditingkatkan secara bertahap
dalam waktu 1-3 minggu sampai mencapai dosis optimal yang dapat
mengendalikan gejala. Setelah didapatkan dosis optimal, maka dosis akan
dipertahankan 8-10 minggu sebelum masuk ke tahap pemeliharaan
(maintenance), fase ini dinamankan fase stabilisasi. Pada tahap maintenance
dosis dapat diturunkan sampai mencapai dosis minimal yang masih
diperthankan tanpa kambuh. Dosis minimal tersebut akan dipertahankan
selama 5 tahun.
Penggunaan obat antipsikotik golongan tipikal, terutama Haloperidol,
dijelaskan banyak menyebabkan efek samping neurologis berupa gejala
ekstrapiramidal, seperti kejang (antipsikotik menurunkan nilai ambang
konvulsi), tremor, Parkinsonism, diskinesia, dan akatisia. Untuk mengihindari
efek samping tersebut dapat diberikan Trihexyphenidyl, suatu obat golongan
antikolinergik yang dapat mengatasi gejala ekstrpiramidal.
Terapi non farmakologis memegang peranan yang cukup penting pada
pasien. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini
adalah psikoterapi suportif, psikoedukasi. Dalam psikoterapi suportif, terapis
menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku
yang hangat, ramah, namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien
merasa aman, diterima, dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan
pada pasien yang mengalami gangguan proses kognitif, gangguan dalam
penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya gangguan dalam
melakukan hubungan dengan orang lain.
Selain itu, keluarga juga memegang peranan penting sebagai primary
care-givers atau primary care-support. Pada psikoedukasi keluarga diberikan
penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi
pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.

Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien


Tidak berobat
sekitar tahun 2004

1999Gambar Riwayat Perjalanan


2002
Gangguan Pada Pasien. 2015

1999
Pencetus:
Masalah Pendidikan
Masalah keluarga

Gejala:
-Berbicara sendiri
-Tertawa sendiri
-Berbicara
nyambung

2015

2002
Pencetus:
Gagal menikah

Pencetus:
Kehilangan orang tua
Jarang minum obat

Gejala:

Gejala:

-Rahang kaku
-Lidah kaku
tidak -Banyak air liur
-Berbicara sendiri
-Tertawa sendiri

Berbicara sendiri
Tertawa sendiri
Mondar-mandir
Mengobrol tidak
nyambung
Merusak barang

DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira SD & Hadisukanto G. 2014. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
2. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993.
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta :
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya
3. Dilip VJ, Jeffrey AL,et al. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, 5th Edition. American Psychiatric Association.
4. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.
Surabaya : Airlangga University Press.
5. Perhimpunan dokter spesialis kedokteran jiwa Indonesia, 2011. Konsensus
penatalaksanaan gangguan skizofrenia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai