I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MH
Usia : 20 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
November 2018 pada jam 11:30 WITA di IGD RSJ Sambang Lihum.
Memakai NAPZA
Autoanamnesis
menahan keinginan untuk memakai obat terus-menerus dan bila tidak memakai
1
obat, pasien akan menjadi sangat gelisah dan nyeri disekujur tubuhnya. Pasien
mengaku telah lama mengonsumsi obat-obatan dan minuman keras sejak 10 tahun
SMRS saat pasien masih sekolah. Selain itu pasien juga mengaku akan mengalami
nyeri badan dan susah tidur bila tidak mengonsumsi obat-obatan tersebut, bahkan
Pasien juga mengaku obat-obatan yang telah dia konsumsi sebagai berikut :
- Samcodin, pasien lupa sejak dari tahun berapa, tetapi penggunaan terus
hanya 4 biji per hari hingga saat ini sebanyak 12 biji per hari.
- Komix, pasien lupa sejak dari tahun berapa, tetapi penggunaan terus
hingga saat ini penggunaan hampir setiap hari sebanyak 15 sachet per
hari.
ikutan saat diajak teman. Kemudian pasien mengosumsi saat merasa pusing dan
2
punya masalah. Hingga akhirnya kini pasien rutin menggunakan karena kebiasaan
setiap hari. Menurut pasien awalnya jumlah dan frekuensi mengosumsi zat-zat
tersebut tidak sebanyak saat ini. Namun pasien mengaku bahwa terkadang
dikarenakan dosis yang sedikit membuat pasien merasa kurang puas dan gelisah.
Pasien akhir-akhir ini mendengarkan bisikan “Diam kau diam!” dan “ku bunuh”,
sebenarnya sadar bahwa apa yang dilakukannya salah, dan pasien berniat ingin
sekolah, namun istri pasien juga mengaku baru mengetahui 2 hari SMRS, pasien
tampak sangat gelisah dan berubah drastis perilakunya dimulai dari mengamuk
hingga menangis dalam satu malam sejak 1 minggu yang lalu, bahkan pasien juga
pernah mengonsumsi NAPZA dan miras sebelum pernikahan, tetapi istri pasien
tidak mengetahui secara pasti sejak kapan. Istri juga mengaku bahwa dalam
seminggu terakhir pasien menggunakan NAPZA dan miras hampir setiap hari.
beberapa hari yang lalu saat tengah malam, dan hal itu diduga karena pasien
sedang mabuk. Selain itu pasien terkadang berbicara sendiri, tetapi tidak tau
apakah berbicara tersebut karena melihat bayangan atau karena mendengar suara-
3
suara. Pasien sempat berhenti menggunakan pada tahun 2016 selama 2 bulan,
namun pasien tidak tahan karena merasa gelisah dan tidak enak badan, sehingga
penurunan kualitas kerja, hal ini ditandai dengan pasien sudah tidak masuk kerja
selama beberapa hari. Istri menyangkal adanya masalah antara pasien dan
kerja pasien. Menurut istri kemungkinan besar pasien menjadi seperti ini karena
ikut-ikutan dengan teman-temannya sejak saat masih sekolah, yang mana dulunya
pasien pernah tinggal di daerah yang cukup kumuh dan banyak yang menjadi
Riwayat Psikiatrik :
Pasien tidak memiliki riwayat dirawat di Rumah Sakit dengan sakit yang lama.
Pasien dan istrinya mengaku sebelumnya tidak cepat marah dan gelisah.
4
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
Guilt
Pasien merupakan anak yang cukup rajin, penurut dan sering membantu
Confusion
5
(SMP). Selama remaja, pasien menjadi seseorang yang
tetangga.
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
6
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
Pasien adalah anak pertama dari empat bersaudara, ayah pasien telah
meninggal.
mengeluhkan gelisah bila tidak memakai NAPZA dan sulit untuk mengontrol
emosi. Pasien tidak tahu cara untuk mengatasinya selain dengan memakai
NAPZA kembali.
1. Status Interna :
7
Kulit
Inspeksi : normosefali
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Inspeksi : perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-),
leukoplakia (-)
8
Toraks
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor
Jantung
Abdomen
Inspeksi : bentuk permukaan abdomen rata normal, sikatrik (-), striae (-),
hernia (-)
Perkusi : timpani
Punggung
Ekstremitas
Inspeksi : gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-)
9
Palpasi : panas (-), nyeri (-), massa (-), edema (-)
2. Status Neurologis
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
terlihat kurus, mengenakan baju kaos berwarna putih, memakai celana berbahan
jeans, dan memakai sendal. Rambut pasien diwarnai. Penampilan terlihat sesuai
dengan usianya.
2. Kesadaran : composmentis
4. Pembicaraan
Mood : euthym
10
Afek : luas
Keserasian : serasi
Kesadaran : jernih
Orientasi
Waktu : (+)
Tempat : (+)
Orang : (+)
Situasi : (+)
Daya ingat
Segera : baik
Perhatian : baik
D. Reaksi Emosional
1. Stabilitas : stabil
3. Sungguh-sungguh/tdk : sungguh-sungguh
11
4. Dalam/dangkal : dalam
E. Gangguan Persepsi
F. Proses pikir
Isi pikir :
o Preokupasi : (-)
o Waham : (-)
o Fobia : (-)
H. Daya nilai
I. Tilikan : tilikan 5
12
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Anamnesis :
Pemeriksaan Psikiatri :
Kesadaran : composmentis
Psikomotor : normoaktif
Mood : euthym
Afek : luas
Keserasian : serasi
Ekspresi Emosi
Stabilitas : stabil
memakai NAPZA
Sungguh-sungguh/tdk : sungguh-sungguh
Dalam/dangkal : dalam
Halusinasi: (-)
Waham : (-)
Tilikan : tilikan 5
13
VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Sindrom ketergantungan
2. Aksis II : None
VIII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Psikofarmaka :
14
X. DISKUSI
pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini dapat
didiagnosa sebagai gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat dengan
menggunakan zat-zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri sendiri
yang mana disebabkan oleh kelainan susunan sistem saraf pusat sehingga dapat
mempengaruhi tingkah laku, memori, alam perasaan, dan proses pikir seseorang.
sebagai pelajar, sebagai pekerja, atau sebagai orang tua), menempatkan diri dalam
kali yang meningkat karena penggunaan obat. Memiliki masalah sosial atau
interpersonal yang kerap muncul karena pengunaan zat (contoh: berkelahi karena
mabuk) .1
manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat- obatan
merupakan masalah perilaku. Dengan kata lain, masalahnya bukan terletak pada
15
obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obat- obatan tersebut.
Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan atau
penderitaan yang bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih hal-
hal berikut yang terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan:
b. Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan kontinyu jumlah yang sama
dari zat.
a. sindroma withdarwal khas untuk zat penyebab ( kriteria A dan B dari gejala
withdrawal zat).
3. Zat yang dimaksud sering digunakan dalam jumlah yang besar atau melewati
batas pemakaiannya.
5. Adanya aktifitas yang menyita waktu untuk mendapatkan zat (mis. mendatangi
16
berbagai dokter atau sampai melakukan perjalan jauh), untuk menggunakan zat
fisik dan fisiologis menetap atau berulang disebabkan oleh penggunaan zat
tersebut.
- Samcodin, pasien lupa sejak dari tahun berapa, tetapi penggunaan terus
hanya 4 biji per hari hingga saat ini sebanyak 12 biji per hari.
- Komix, pasien lupa sejak dari tahun berapa, tetapi penggunaan terus
hingga saat ini penggunaan hampir setiap hari sebanyak 15 sachet per
hari.
17
Berdasarkan jumlah tersebut, pasien masuk dalam kategori penggunaan zat
maladaptif dalam jumlah yang besar atau melewati batas pemakaiannya dan
dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal itu menyebabkan pasien mengalami
beberapa keluhan seperti pasien merasakan susah tidur bila tidak mengonsumsi
obat-obatan tersebut, bahkan sampai menyebabkan pasien tidak tidur sama sekali,
dikarenakan dosis yang sedikit membuat pasien merasa kurang puas dan gelisah,
maladaptif.
meliputi:3
18
b. Ketergantungan fisiologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandai
akan merasa gelisah, mudah berubah emosi sehingga mudah marah dan
menangis, sulit tidur, nyeri badan dan gejala putus zat lainnya.
pusing dan mempunyai masalah. Penggunaannya pun tidak dilakukan setiap hari.
ketergantungan adalah:
bagi kesehatan.
19
Perjalanan penyakit dari pasien dapat dilihat pada diagram Longitudinal
Mulai konsumsi
Lemfox (1
kantong kecil)
obat batuk seperti Samcodin dan Komix. Obat ini sering disalahgunakan karena
efek disosiatif yang dimilikinya. Obat ini hampir tidak memiliki efek psikoaktif
zat ini akan memiliki efek disosiatif yang kuat.4 Dekstrometorfan biasa
sering dilewati oleh para pecandu semata-mata untuk mendapatkan efek disosiatif
20
disosiasi pikiran dari tubuh dan peningkatan sensasi taktil. 7,8 Umumnya
fisiologis dan psikologis. Efek yang ditimbulkan serupa dengan efek withdrawal
SSRI yaitu depresi, iritabilitas, sakit pada otot, perasaan tidak nyaman di perut
serta kejang.9,10 Pada pasien ini, pasien telah mengosumsi Samcodin dan Komix,
jumlah yang besar dan dalam jangka waktu lama. Saat pasien mencoba untuk
kembali menggunakan.
menimbulkan efek euforia. Jika dosis ditingkatkan (sekitar 400 mg) euforia akan
semakin meningkat disertai halusinasi. Pada dosis tinggi (600 mg) penurunan
kesadaran dapat muncul disertai gejala psikotik sementara dan penurunan respon
Saat ini pasien mengalami halusinasi berupa halusinasi auditorik yang mana
21
keseimbangan tubuh.
Plateu kedua : 2,5-7,5 mg/kgBB menimbulkan efek yang sama dengan plateu
terhadap tubuh, delusi, peningkatan denyut jantung, kebutaan total dan gejala
Plateau Sigma: 2.5-7.5 mg/kgBB setiap 3 jam selama 9-12 jam. Gejala psikotik
Selain itu, pasien ini juga mengosumsi alkohol sejak awal tahun 2018
22
Ansietas : ansietas merupakan gejala mengonsumsi alkohol berlebihan sebagai
Teori tersebut dibuktikan pada pasien dalam kasus ini, yaitu didapatkan bahwa
pasien juga mengalami perubahan pola perilaku terhadap sosial dan dirinya
sendiri.
yang diakibatkannya.
pekerjaan.
3. Fase kronis ditandai kebiasaan mengonsumsi alkohol di pagi hari, tremor serta
halusinasi.
Selain itu, pasien ini juga mengosumsi Zineth ( Zenith Carnophen). Obat
ini berfungsi sebagai anti depresan. Selain itu, obat ini juga bisa mengobai kejang
otot dan gangguan otot kaku. Namun ada banyak efek samping obat ini seperti
23
kebingungan, kejang, mati rasa seluruh tubuh, mual dan muntah, mudah
tersinggung, pusing, nyeri perut dan lain lain. Beberapa gejala sesuai dengan apa
untuk merawat dan memulangkan pasien, hasil yang diharapkan, sumber daya
manusia yang akan memberikan pelayanan, dan sikap terhadap perilaku pasien.
Dibawah ini akan diuraikan beberapa model yang popular dilaksanakan pada
menyeluruh. Dalam hal ini norma-norma perilaku diterapkan secara nyata dan
ketat yang diyakinkan dan diperkuat dengan memberikan reward dan sangsi yang
kelompok, sesi encounter yang intensif dengan kelompok sebaya dan partisipasi
biasanya perawatan inap dengan periode perawatan dari dua belas sampai delapan
2. Model Medik, model ini berbasis pada biologik dan genetik atau fisiologik
24
farmakoterapi untuk menurunkan gejala-gejala serta perubahan perilaku. Program
ini dirancang berbasis rumah sakit dengan program rawat inap sampai kondisi
Johnson Institute. Model ini fokus pada abstinen atau bebas NAPZA sebagai
berlangsung selama tiga sampai enam minggu rawat inap dengan lanjutan
aftercare, termasuk mengikuti program self help group (Alcohol Anonymous atau
Narcotics Anonymous) serta layanan lain sesuai dengan kebutuhan pasien secara
individu. Fase perawatan rawat inap termasuk ; terapi kelompok, terapi keluarga
untuk kebaikan pasien dan anggota keluarga lain, pendidikan adiksi, pemulihan
dan program 12 langkah. Diperlukan pula staf profesional seperti dokter, psikolog,
25
pendekatan perilaku, hal ini sesuai dengan jumlah dan variasi masalah yang ada
6. Model Tradisional, tergantung pada kondisi setempat dan terinpirasi dari hal-hal
praktis dan keyakinan yang selama ini sudah dijalankan. Program bersifat jangka
pendek dengan aftercare singkat atau tidak sama sekali. Komponen dasar terdiri
dari : medikasi, pengobatan alternatif, ritual dan keyakinan yang dimiliki oleh
7. Faith Based Model, sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidak
menggunakan farmakoterapi.
Pada fase gawat darurat NAPZA, hal yang umumnya dilakukan adalah
datang dengan gejala intoksikasi alkohol dan halusinogen. Pada fase ini
26
diberikan terapi suportif pada pasien hingga keadaanya stabil. Untuk intoksikasi
NAPZA lain seperti dekstrometorfan, fase gawat darurat NAPZA bertujuan untuk
darurat dapat dilanjutkan dengan parawatan rawat inap atau detoksifikasi untuk
kasus putus NAPZA atau berobat jalan untuk kondisi yang sudah memungkinkan
untuk pulang.
Pada fase rawat jalan, terapi yang digunakan umumnya berfungsi untuk
rumah sakit rawat inap. Detoksifikasi bertujuan untuk menghilangkan gejala putus
zat. Lama fase ini berkisar 1-3 minggu tergantung jenis zat dan gejala pasien.
Khusus untuk detoksifikasi heroin (opioida) selain simtomatis juga ada yang
dan kegelisahan pasien. Selain itu penggunaan SSRI dapat mengurangi gejala
putus zat pada pasien karena diduga dekstrometorfan memiliki efek seperti SSRI
mual, muntah, rasa tersengat listrik dan rasa sakit di otot yang serupa dengan
27
Clozapin termasuk dalam golongan antipsikotik atipikal. Obat ini juga dapat
panjang dapat muncul gejala psikotik seperti halusinasi akustik dan visual.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nevid, Jeffreys, Rhatus, Sphencer dan Greene, 2002. Psikologi Abnormal, Jakarta:
penerbit Erlangga.
7. Wrigley, H. 2006. Former Minot Man And Internet Chemical Company Sentenced
For Selling Designer And Misbranded Drugs And Violating Federal Customs
Laws. Dakota : US Attorney
14. Sadock BJ, 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10th ed.
Philadelpia: Lippincott Williams and Wilkins
15. Daives T dan Craig TKJ. 2009. ABC of Mental Health. Jakarta: EGC.
16. Joewana, Satya. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif. Jakarta: EGC.
29