Disusun oleh:
Maulvi Syawal Adz-dzikri
03012162
Penguji:
dr. Isa Multazam N, Sp.KJ (K)
dr. Savitri, Sp.KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F
Tempat/Tgl. lahir : Jakarta, 02-12-1995
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama :Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status perkawinan : Belum Menikah
Bangsa/Suku : Indonesia
Alamat : jalan. Kampung malang, rt 03/03, kecamatan kalideres, Jakarta
Dokter yang merawat : dr.Galianti, Sp.KJ
Masuk RS tanggal : 8 juli 2017
Ruang perawatan : Bangsal Napza
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Datang diantar keluarga (ibu kandung)
2
II. RIWAYAT PSIKIARTIK
Autoanamnesis :
Tanggal 11 Agustus 2017, pukul 16.00 WIB, di Bangsal Napza Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan
Tanggal 12 Agustus 2017, pukul 10.30 WIB, di Bangsal Napza Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan
Tanggal 13 Agustus 2017, pukul 11.00 WIB, di Bangsal Napza Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan
Alloanamnesis :
Tanggal 12 Agustus, pukul 10.30 oleh ibu pasien via telfon.
Tanggal 13 Agustus 2017, pukul 10.30 oleh ibu pasien via telfon.
A. KELUHAN UTAMA
Pasien dating ke IGD RSJSH diantar oleh ibu pasien dengan keluhan berbicara
sendiri, sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
3
pembicaraan ibunya. Orangtua pasien sudah bercerai sejak usia pasien 5 tahun, ayah
pasien telah menikah lagi dan Pasien sebelumnya tinggal dengan ayahnya sejak usia 12
tahun, setahun kemudian pasien masih tampak aktif dan layaknya seperti anak biasanya,
lalu setelah itu ibu pasien tidak bertemu lagi dengan pasien, sampai akhirnya pasien
meminta untuk dimasukan pesantren oleh sang ayah saat usia 15 tahun, di usia 16 dan 17
tahun ibu pasien masih bertemu dengan pasien dan mengatakan bahwa anaknya masih
aktif dan normal, sampai akhirnya pihak pesantren menelfon ibu pasien dikarena kan
pasien hanya berdiam saja, menyendiri dan sering berbicara sendiri, serta mencurigai
teman-temannya ingin berbuat jahat ke dirinya sebab itu pasien lebih gemar menyendiri,
tak jarang pasien juga marah-marah sendiri tanpa sebab. Menurut ibu pasien, pasien
merupakan anak yang pendiam dan tertutup setiap kali ada masalah, pasien juga
merupakan orang yang dekat sekali dengan ayahnya, ibu nya juga mengatakan bahwa
ayah dari pasien memiliki keyakinan yang aneh dan merupakan orang pintar di daerah
tempat tinggal ayahnya. menurut informasi yang didapat oleh ibu pasien, pasien juga
sempat mendapat kekerasan dari pihak ibu tiri pasien, tak jarang pasien dikunci kan
dikamar dan tidak diperbolehkan makan. Menurut ibunya yang mendapat informasi dari
pihak pesantren, pasien mulai diam, dan menyendiri setelah sang ayah sudah tidak pernah
menjenguknya lagi dan tidak pernah bisa dihubungi. Saat pertama kali dijemput oleh ibu
nya atau mama, biasa pasien memanggil ibu kandungnya di pesantren, pasien seperti
ketakutan dan menyebut kata ibu (panggilan untuk ibu tirinya) dan bersembunyi.
Ibunya juga mengatakan bahwa pasien saat diantar ke UGD, sempat tidak mengenalinya
saat ditanya diantar oleh siapa?, dan di UGD pasien mengatakan tidak tahu. Saat
dilakukan autoanamnesis pasien hanya diam dan tak jarang berpindah- pindah tempat
duduk dan saat disinggung mengenai ayahnya serta ibu tirinya pasien tiba-tiba pergi.
4
b) Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak mengalami sakit yang serius sebelumnya. Pasien tidak mempunyai
riwayat kejang, kecelakaan atau trauma pada kepala yang menyebabkan adanya
pingsan atau penurunan kesadaran.
Waktu
2015 5 juli 2017 8 Juli-13 agustu2017
Pasien mulai Pasien dijemput pulang dari Selama dirawat
marah-marah dan pesantren kerumah ibu kandungnya. pasien hanya diam
menyendiri serta Pasien masih berbicara sendiri, saja tidak berbicara
berbicara sendiri tertawa dan senyum senyum sendiri,
dan tertawa sendiri, dan sempat hiang dari rumah
semenjak ayahnya seharian, sering mengigau saat tidur
tidak menjenguknya dan terbangun lalu tidak bisa untuk
tidur kembali
5
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
Pasien merupakan pribadi yang biasa saja, dan punya beberapa teman di sekitar
rumah. Pasien juga tak jarang keluar untuk berjalan-jalan dengan temannya
h) Riwayat Pendidikan
Menurut keluarga pasien, prestasi pasien cukup baik saat di bangku sekolah dan
pasien tidak pernah tidak naik kelas. Namun saat kelas 6 SD nilai pasien mulai
merosot, hal ini berlangsung ketika ayah dan ibu pasien bercerai.
i) Riwayat Pekerjaan
Belum bekerja
6
j) Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam yang taat beribadah sebelumnya
k) Kehidupan perkawinan/psikoseksual
Pasien belum menikah.
7
Pasien merupakan anak ke 1 dari ibu kandung dan anak ke 1 pula dari satu ayah ,
mempunyai 2 adik dari lain ibu dan mempunyai adik 1 orang dari seibu . Pasien tinggal
bersama ibu kandung pasien. Menurut ibu kandung pasien dulu pasien merupakan anak
yang memang pendiam dan jarang ingin bersosialosasi diluar rumah, dan tak jarang
pasien juga sering menyimpan masalahnya sendiri. Pada keluarga pasien, tidak di
dapatkan adanya riwayat gangguan jiwa.
8
4. Sikap terhadap pemeriksa : tidak kooperatif
5. Pembicaraan :
Cara berbicara : sulit dinilai
Gangguan berbicara : mutisme
b. ALAM PERASAAN
1. Mood : sulit dinilai
2. Afek : terbatas
3. Keserasian : serasi
c. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : sulit dinilai (alloanamnesis: auditorik (+), visual (+))
2. Ilusi : (-) Tidak ada
3. Depersonalisasi : (-) Tidak ada
4. Derealisasi : (-) Tidak ada
d. FUNGSI INTELEKTUAL
1. Taraf pendidikan : SD
2. Pengetahuan umum : tidak dapat dinilai
3. Kecerdasan : rata-rata (pasien tidak pernah tinggal kelas)
4. Konsentrasi : sulit dinilai
5. Perhatian :perhatian buruk (pasien tidak fokus terhadap pertanyaan
pemeriksa dan tidak menjawab)
6. Orientasi :
a. Waktu : sulit dinilai
b. Tempat: sulit dinilai
c. Orang : sulit dinilai
7. Daya ingat:
a. Jangka panjang :sulit dinilai
b. Jangka pendek :sulit dinilai
9
c. Segera :sulit dinillai
8. Pikiran abstrak : sulit dinilai
9. Visuospasial : sulit dinilai
10. Kemampuan menolong diri: sulit dinilai
e. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktifitas : miskin ide (sulit dinilai)
b. Kontinuitas : sulit dinilai
c. Hendaya bahasa : mutism
2. Isi pikir
a. Waham : waham kejar (alloanamnesis)
b. Preokupasi : (-) Tidak ada
c. Obsesi : (-) Tidak ada
d. Fobia : (-) Tidak ada
f. PENGENDALIAN IMPULS
Baik. Saat wawancara, pasien tampak tenang.
g. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Terganggu ( pasien hanya diam )
2. Uji daya nilai : Terganggu (pasien hanya dam )
3. Daya nilai realitas : Terganggu ( hanya diam)
h. TILIKAN
Sulit dinilai
Derajat 1 pasien merasa tidak sakit, dan tidak perlu diobati (menurut alloanamnesis)
i. RELIABILITAS
Dapat dipercaya berdasarkan alloanamnesis.
10
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
Keadaan umum:
o Kesan gizi : cukup
o Kesadaran : kompos mentis
Tanda vital:
o Tekanan darah : 110/75 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o Suhu : 36,70C
o Pernapasan : 20 x/menit
Kulit : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban normal
Kepala : normosefal, rambut hitam , distribusi merata, tidak mudah rontok
Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-
Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1, tonsil/faring
hiperemis (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid.
Paru:
o Inspeksi: bentuk dada simetris, retraksi (-)
o Palpasi: gerakan dada simetris
o Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi: suara napas vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung:
o Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
o Palpasi: ictus cordis teraba
o Perkusi: batas jantung DBN
o Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
11
Abdomen:
o Inspeksi: bentuk datar
o Palpasi: supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
o Auskultasi: bising usus (+2)
Ekstremitas: akral hangat, udem (-), CRT < 2 detik.
B. STATUS NEUROLOGIK
Saraf kranial : dalam batas normal
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : tidak ada
Motorik : tidak terganggu
Sensibilitas : dalam batas normal
Fungsi luhur : tidak terganggu
Gejala EPS : akatinasia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting tremor
(-), distonia (-), tardive diskinesia (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada hasil pemeriksaan penunjang
Pasien datang ke IGD rumah sakit dr. Soeharto Heerdjan hari rabu 8 juli 2017 diantar
dengan ibu kandungnya dengan keluhan berbicara sendiri sejak 2hari SMRS. Pasien
sebelumnya dipesantren selama 4 tahun, 2 tahun terakhir pasien mulai menunjukan
perubahan semenjak tidak dijenguk oleh ayah dan ibu tirinya, pasien terkadang marah-marah
sendiri, bicara sendiri, lebih senang menyendiri, dan cenderung mencurigai teman serta
gurunya seakan ingin menyelakainya. Keterangan orang sekitar rumah ayahnya mengatakan,
bahwa pasien sering dipukul dan di kunci dikamar oleh ibu tirinya, tak jarang pasien tidak
diberi makan. Ayah dan ibu pasien telah bercerai semenjak usia pasien masih 5 tahun, lalu
kemudian ayahnya menikah lagi dan pasien ikut dengan ayah dan ibu tirinya. Setelah 4 tahun
12
di pesantren dan selama 2 tahun terakhir pasien mengalami hal tersebut, akhirnya pihak
pesantren meminta ibu kandungnya menjemput pasien dikarenakan pihak ayah tidak
merespon. Saat pertama dijemput ibu kandungnya pasien tampak takut dan bersembunyi
menganggap seolah itu ibu tirinya. Saat 2 hari dirumah ibu kandungnya,selain berbicara dan
tertawa sendiri, serta hanya bicara 1 kata 1 kata ke ibunya, dan cenderung lebih sering diam
serta tidak mengubris omongan ibunya, pasien juga mengigau saat tidur dan berteriak lalu
terbangun dan setelah itu tidak bisa tidur kembali, pasien sempat hilang dari pagi hari, ia
jalan tanpa tujuan hingga akhirnya ditemukan dimalam hari oleh teman-temannya, menurut
ibu kandung pasien, pasien merupakan anak yang pendiam dan tidak pernah cerita jika ada
masalah, dan menyembunyikannya sendiri. Saat autoanamnesis, pasien hanya diam saja, dan
ketika ditanya soal ayahnya dan ibu tirinya pasien pergi menjauh dan beberapa saat kembali
lagi duduk di kursi.
Pada pemeriksaan pskiatri dan fisik didapatkan : pemeriksaan fisik dalam batas normal,
kesadaran neurologis kompos mentis, saat ini afek, mood sulit dinilai, terdapat halusinasi
auditorik dan visual berdasarkan alloanamnesis, terdapat adanya waham kejar. Daya nilai
realita terganggu, tilikan derajat 1 berdasarkan alloanamnesis.
13
Terdapat halusinasi auditorik visual
Terdapat waham kejar
Terdapat gejala negative (alogia, penarikan diri secara sosial, ambivalensi, atensi
menurun, anhedonia)
Terdapat perubahan dalam perilaku seperti ingin selalu sendiri, tidak dapat diajak
berkomunikasi, menjadi pendiam.
Aksis III : Kondisi medis umum (tidak ada gejala fisik, dan perlu dilakukannya
pemeriksaan penunjang).
IX. PROGNOSIS
14
X. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor yang memperberat:
o Tilikan pasien buruk
o Pasien tidak mau berbicara dan tidak bisa diajak berkomunikasi (mutism)
XII. TERAPI
- Rawat inap
o Indikasi: untuk menilai penyebabnya, (organik atau fungsional) serta untuk
evaluasi terapi selanjutnya.
- Medikamentosa:
o Oral:
Risperidone 2 x 2 mg PO
Alasan pemberian Risperidon adalah salah satu first-line treatment pada
pasien dengan gejala psikosis. Risperidon merupakan obat antipsikotik
generasi 2 atau antipsikotik atipikal, yang bekerja sebagai antagonis reseptor
serotonin (terutama 5HT2A) dan reseptor dopamine D2. Risperidon dapat
digunakan untuk mengobati baik gejala positif maupun negative karena
aktivitasnya sebagai antagonis reseptor D2 yang tidak terlalu kuat sehingga
efek samping terutama efek samping ekstrapiramidal rendah, dan juga
aktivitasnya terhadap reseptor serotonin 5HT2 yang juga tinggi sehingga juga
dapat digunakan untuk mengobati gejala negatif.
15
- pemeriksaan anjuran:
dapat dilakukan MRI kepala, serta EEG, untuk mengetahui ada tidaknya gangguan mental
organik.
- Non-medikamentosa:
Psikoedukasi:
o Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien,
rencana terapi, efek samping pengobatan, dan prognosis penyakit.
o Mengingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum obat sesuai aturan
dan datang kontrol ke poli.
o Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa dukungan keluarga akan membantu
keadaan pasien.
Psikoterapi
16