Pembimbing:
dr. Damasus Widiatmoko, Sp.KJ
Thevany I4061172038
Ayunda Larassati Basadi I4061172040
Wahyu Tathurrachman I4061172041
Yosep Andrianu Loren I4061172089
III. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 17 Desember 2018 di IGD RSJ Prof.
dr. Soerojo Magelang. Alloanamnesis dilakukan tanggal 17 Desember
2018 di IGD RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang.
A. Keluhan Utama: Melukai orang lain
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Alloanamnesis
Pasien di bawa ke RSJS karena memukul tetangga sejak 1 hari
SMRS. Ayah pasien mengatakan bahwa pasien memukul tetangganya
karena pasien merasa tersinggung dengan tetangganya yang
menyalahkannya karena sudah merusak kaca pintunya dengan
senapan angin. Ayah pasien membenarkan bahwa pasien sudah
merusak pintu tersebut.
Selain itu, pasien juga sering berbicara sendiri, marah-marah tanpa
sebab, dan sering memukul ayah kandung pasien jikalau pasien tidak
mendapatkan apa yang diinginkannya semisal rokok. Ayah pasien
mengatakan saat pasien marah, pasien sering memukul ayahnya
dengan mengunakan tangannya, tetapi ayahnya sabar dan mau tidak
mau menuruti keinginan pasien sehingga pasien tidak lagi marah.
Ayah pasien juga mengatakan selama ini pasien sering berbicara
sendiri. Pasien sering berbicara sendiri di teras rumahnya, Ayah
pasien pernah bertanya dengan siapa ia berbicara, dan pasien
mengatakna sedang berbicara dengan suara hatinya. Ayah pasien juga
mengatakan, pasien juga sering keluyuran, hingga pernah sekitar 5
tahun yang lalu, pergi ke arah Yogyakarta. Ayah pasien mengatakan
bahwa pasien pergi dikarenakan mengikuti suara. Pasien keluyuran
dan tidak pulang ke rumah selama 1 hari dan diantar oleh polisi ke
rumah. Ayah pasien juga mengatakan, akhir-akhir ini pasien jarang
tidur (tidur hanya 2 jam), dan jarang mandi (mandi hanya 2 hari
sekali).
Ayah pasien mengatakan, pasien mulai mengalami perubahan
sikap sejak 9 tahun yang lalu. Pasien dikatakan merupakan orang
yang keras, emosional dan kurang ramah dengan tetangga. Setelah
pasien kehilangan motor CBR yang dibawa lari temannya yang
dibelikan oleh ayahya, pasien menjadi orang yang pendiam, sering
bingung, mengurung diri di dalam kamar. Ayah pasien mengatakan,
pasien sangat menyanyangi motornya, sering merawat motornya.
Autoanamnesis
Pasien mengatakan datang ke RS, dikarenakan pasien melerai
pertikaian antar tetangga, Pasien melerai pertikaian tersebut karena
pasien merupakan seorang mahasiswa tentara karena tentara harus
disiplin, amanah, dan cinta damai. Pasien mengatakan pertikaian
tersebut terjadi karena ada konflik batin, sosial antar masyarakat.
Pasien mengatakan sudah 4 tahun menjadi mahasiswa tentara.
Pasien mengatakan selama menjadi mahasiswa tentara, pasien datang
pukul 11 dan pulang jam 4 sore. Pasien mengatakan, selama di
tempat belajar, pasien kerjanya hanya goda cewek.
Pasien mengatakan sering mendapat bisikan-bisikan dari Habib,
yang menyuruhnya untuk berbuat baik kepada sesama, rajin ibadah.
Pasien menyangkal memiliki kekuatan tertentu. Pasien mengatakan
selama menjadi tentara, pasien menjadi sangat kuat, jarang tidur, dan
selalu bersemangat dikarenakan tentara harus selalu siap dalam setiap
keadaan.
V. GENOGRAM
Keterangan:
: perempuan
: laki-laki
: pasien
: meninggal dunia
: tinggal serumah
Gejala
9 Tahun SMRS
- Mendengar
suara-suara
Fungsi - Berbicara sendiri 1 hari SMRS
Peran - Marah-marah - Memukul orang
- Keluyuran - Marah-marah
9 Tahun SMRS - Mendegar suara
- Sedih - Berbicara sendiri
- Mengurung diri - Susah tidur
- Diam
5 Tahun SMRS - Afek meningkat
- Menyendiri
- Gejala hilang - Euforia
- Bisa berbicara
seperti orang
normal
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 14 Desember 2018 di IGD RSJ
Prof. dr. Soerojo Magelang.
1. Keadaan umum : Tampak sehat, kesan gizi baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,3 °C
4. Kepala ( mata dan THT )
Kepala : Normocephal
Mata : Pupil Isokor, CA -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : deviasi septum -, sekret -/-
Telinga : Normotia/normotia, sekret -/-
Mulut : Sianosis (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
5. Thorax
a. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5-6
Auskultasi : S I/II reguler, murmur (-),gallop (-)
b. Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor kanan=kiri
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler kanan=kiri
6. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
7. Urogenital : Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Ekstremitas :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral hangat/ hangat hangat/hangat
Capillary refill time < 2detik < 2 detik
Deformitas -/- -/-
B. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 10 Desember 2018 di IGD RSJ
Prof. dr. Soerojo Magelang.
1. Kaku kuduk : Tidak ditemukan
2. Saraf kranialis I - XII : Dalam batas normal
3. Ekstrimitas :
Ekstremitas atas Dekstra Sinistra
Kekuatan motorik 5 5
Tonus Normal Normal
Refleks fisiologis
Biceps + +
Triceps + +
Refleks patologis
Hoffman - -
Tromner - -
Pergerakan Baik Baik
Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra
Kekuatan motorik 5 5
Tonus Normal Normal
Klonus - -
Refleks fisiogis
Patella + +
Achilles + +
Refleks patologis
Babinsky - -
Chaddock - -
Gordon - -
Openheim - -
Pergerakan Baik Baik
4. Sensorik : Dalam batas normal
VIII. PANSS-EC
P4 (Gaduh Gelisah) :2
P7 (Permusuhan) :2
G4 (Ketegangan) :2
G8 ( Ketidakoperatifan) :1
G14 (Pengendalian impuls) :1
XI. SINDROM
Pada pasien ini didapatkan adanya sindroma:
1. Sindrom Skizofrenia
Gejala positif : marah-marah, mengamuk, memukul orang lain,
waham bizzare, halusinasi auditorik
Gelaja disorganisasi : Keluyuran, rawat diri buruk
Gejala sudah berlangsun lebih dari 1 bulan.
2. Sindrom Skizoafektif tipe manik
Sulit tidur
Afek/ mood meningkat
Berbicara sendiri
XII. FORMULA DIAGNOSTIK
F 25.0 Skizoafektif Tipe Manik
Adanya gejala definitive adanya skizofrenia Terpenuhi
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada
peningkatan afek yang tak begitu menonjol
Terpenuhi
dikombinasikan dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu,
atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas
Terpenuhi
(sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20. –
pedoman diagnostik (a) sampai dengan (d)
DISKUSI TERAPI
A. Psikofarmaka
Pada pasien ini diberikan obat antipsikotika golongan 1 dan kombinasi
dari golongan 2. Antipsikotik golongan 1 (APG-1) dikenal juga dengan
antipsikotik typical. Obat-obat APG-I terutama bekerja sebagai antagonis
reseptor dopamin di otak. Sistem dopamin yang terlibat adalah sistem
nigrostriatal, mesolimbokortikal, dan tuberoinfundibuler. Manifestasi efek
samping yang terjadi berkaitan dengan hambatan yang berlebihan pada sistem-
sistem tersebut. Bila hambatan pada sistem nigrostriatal berlebihan, gangguan
terutama pada aktivitas motorik dapat terjadi, sedangkan hambatan pada
sistem mesolimbokortikal dapat memengaruhi fungsi kognitif. Hambatan yang
berlebihan pada sistem tuberoinfundibuler dapat menyebabkan gangguan
endokrin.
Metabolisme obat APG-I secara farmakokinetik dipengaruhi oleh
beberapa hal:
1. Pemakaiannya bersama obat-obat yang menginduksi enzim (enzyme
inducer), misalnya, karbamazepin, fenitoin, etambutol, dan barbiturat.
Kombinasi dengan obat-obat tersebut akan mempercepat pemecahan
antipsikotika sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi.
2. Clearance Inhibitors, misalnya Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor
(SSRI), Tricyclic Antidepressant (TCA),Beta Blocker, akan
menghambat ekskresi obat-obat APG-I sehingga perlu
dipertimbangkan dosis pemberiannya bila diberikan bersamasama.
3. Kondisi stres, hipoalbumin karena malnutrisi atau gagal ginjal dan
gagal hati dapat mempengaruhi ikatan protein obat-obat antipsikotika
tersebut.
Pada pasien ini juga di berikan antipsikotika golongan II (APG-II), karena
dosis yang efektif untuk mengatasi gejala skizofrenia tidak menimbulkan efek
samping ekstrapiramidal, jenis obat ini disebut dengan APG-II. Efek
terapeutiknya didapat melalui kerjanya sebagai antagonis reseptor serotonin
dan dopamin. Klozapin yaitu bekerja mengantagonis reseptor 5-HT2. Sistem
serotonin merupakan umpan balik negatif terhadap dopaminergik. Oleh
karena itu, dengan menghambat 5-HT2A, risiko EPS dapat dikurangi.
Olanzapin, sama halnya dengan klozapin, afinitasnya terhadap reseptor 5-
HT2A, 5HT2C cukup tinggi dan terhadap reseptor 5-HT3 afinitasnya sedang,
serta terhadap 5-HT1 afinitasnya rendah. Profil afinitasnya ini berbeda
dengan APG-I dan komponen atipik lainnya
Pada pasien inijuga diberikan diazepam yang merupakan golongan
benzodiazepine. Benzodiazepin bekerja pada reseptor gamma amino butyric
acid (reseptor GABA-A), reseptor ini merupakan saluran ion selektif klorida. GABA
merupakan neurotransmiter yang bekerja sebagai inhibitor yang akan menurunkan
eksitabilitas sel-sel neuron. GABA menghasilkan efek menenangkan pada otak, dan
ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada korteks dan sistem limbik. Reseptor
GABA ada 3 yaitu A,B, dan C. Benzodiazepin berinteraksi dengan reseptor GABA-
A. Kompleks reseptor GABA-A terdiri dari 5 subunit glikoprotein: 2 subunit a, 2
subunit b, dan 1 subunit g. Benzodiazepin berikatan pada lekukan antara subunit a
dan subunit g dan menginduksi terjadinya perubahan konformasional pada reseptor
GABA-A sehingga GABA dapat berikatan dengan reseptor GABA-A. Ikatan GABA
akan menyebabkan hiperpolarisasi ion klorida sel sehingga efek inhibisi dari GABA
bekerja pada seluruh sistem saraf pusat.
Trihexyphenidyl adalah antagonis selektif reseptor acetylcholine M1
muscarinic. Oleh sebab itu hanya bekerja pada M1 (kortikal atau neuronal)
dan bukan subtipe muskarinik perifer (jantung dan kelenjar). Triheksifenidil
secara parsial menghambat aktivitas kolinergik di SSP (susunan saraf pusat),
yang bertanggung jawab atas gejala penyakit Parkinson. Zat ini juga
dipikirkan dapat meningkatkan ketersediaan dopamin, zat kimia otak yang
sangat penting dalam inisiasi dan kelancaran kontrol gerakan otot secara
sadar. Singkatnya, mekanisme kerja Trihexyphenidyl yaitu dengan cara
memblokir impuls saraf dan melemaskan otot-otot. Dengan demikian,
gangguan gerakan yang tidak normal atau tak terkendali akibat penyakit
parkinson ataupun efek samping obat menjadi bisa dikendalikan. Gangguan
gerakan yang tidak normal ini termasuk kondisi dengan gejala tremor,
gerakan wajah dan tubuh yang tidak terkendali. Gejala-
gejala tersebut dinamakan efek samping extrapyramidal. Berbagai obat yang
dapat memberikan efek samping masalah pada pergerakan antara lain
psikosis, masalah kejiwaan atau emosional, perasaan gelisah, dan obat mual
muntah
B. Non-Farmakoterapi
Psikoterapi Suportif
Memotivasi dan memberi dukungan sehingga pasien daSpat
berfungsi fisik dan sosial secara optimal serta memotivasi pasien untuk
mengkonsumsi obat secara teratur. Psikoterapi suportif diberikan
dengan tujuan menguatkan daya tahan mental yang ada,
mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik untuk
mempertahankan kontrol diri, mengembalikan keseimbangan adaptif,
dan mengatasi gejala yang memperberat keadaan pasien.
Psikoedukasi keluarga
Memberikan bimbingan kepada keluarga agar selalu berperan
aktif dalam setiap proses penatalaksanaan pasien. Memberi penjelasan
kepada keluarga tentang peranan obat untuk pasien sehingga keluarga
perlu mengingatkan dan mengawasi pasien untuk minum obat. Efek
samping obat juga perlu diberitahukan kepada keluarga. Memberikan
motivasi kepada keluarga untuk bersama-sama membantu pasien pulih
dengan lebih meluangkan waktu untuk pasien terutama mendekatkan
diri terhadap pasien agar pasien dapat lebih terbuka dengan
keluarganya.
Tabel Follow Up
Tanggal 15 Desember 2018 16 Desember 2018 17 Desember 2018
Diagnosa F 25.0 Gangguan F 25.0 Gangguan F 25.0 Gangguan
Skizoafektif Tipe Manik Skizoafektif Tipe Manik Skizoafektif Tipe
Manik