Anda di halaman 1dari 21

REFLEKSI KASUS

Pembimbing:
dr. Damasus Widiatmoko, Sp.KJ

Thevany I4061172038
Ayunda Larassati Basadi I4061172040
Wahyu Tathurrachman I4061172041
Yosep Andrianu Loren I4061172089

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PERIODE 26 NOVEMBER – 29 DESEMBER 2018
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IS
Usia : 29 tahun
Alamat : Temangung
JenisKelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Tidak Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan : SMA

II. IDENTITAS PENGANTAR


Nama : Tn. S
Usia : 65 tahun
Alamat : Temangung
JenisKelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Hubungan : Ayah Kandung

III. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 17 Desember 2018 di IGD RSJ Prof.
dr. Soerojo Magelang. Alloanamnesis dilakukan tanggal 17 Desember
2018 di IGD RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang.
A. Keluhan Utama: Melukai orang lain
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Alloanamnesis
Pasien di bawa ke RSJS karena memukul tetangga sejak 1 hari
SMRS. Ayah pasien mengatakan bahwa pasien memukul tetangganya
karena pasien merasa tersinggung dengan tetangganya yang
menyalahkannya karena sudah merusak kaca pintunya dengan
senapan angin. Ayah pasien membenarkan bahwa pasien sudah
merusak pintu tersebut.
Selain itu, pasien juga sering berbicara sendiri, marah-marah tanpa
sebab, dan sering memukul ayah kandung pasien jikalau pasien tidak
mendapatkan apa yang diinginkannya semisal rokok. Ayah pasien
mengatakan saat pasien marah, pasien sering memukul ayahnya
dengan mengunakan tangannya, tetapi ayahnya sabar dan mau tidak
mau menuruti keinginan pasien sehingga pasien tidak lagi marah.
Ayah pasien juga mengatakan selama ini pasien sering berbicara
sendiri. Pasien sering berbicara sendiri di teras rumahnya, Ayah
pasien pernah bertanya dengan siapa ia berbicara, dan pasien
mengatakna sedang berbicara dengan suara hatinya. Ayah pasien juga
mengatakan, pasien juga sering keluyuran, hingga pernah sekitar 5
tahun yang lalu, pergi ke arah Yogyakarta. Ayah pasien mengatakan
bahwa pasien pergi dikarenakan mengikuti suara. Pasien keluyuran
dan tidak pulang ke rumah selama 1 hari dan diantar oleh polisi ke
rumah. Ayah pasien juga mengatakan, akhir-akhir ini pasien jarang
tidur (tidur hanya 2 jam), dan jarang mandi (mandi hanya 2 hari
sekali).
Ayah pasien mengatakan, pasien mulai mengalami perubahan
sikap sejak 9 tahun yang lalu. Pasien dikatakan merupakan orang
yang keras, emosional dan kurang ramah dengan tetangga. Setelah
pasien kehilangan motor CBR yang dibawa lari temannya yang
dibelikan oleh ayahya, pasien menjadi orang yang pendiam, sering
bingung, mengurung diri di dalam kamar. Ayah pasien mengatakan,
pasien sangat menyanyangi motornya, sering merawat motornya.
Autoanamnesis
Pasien mengatakan datang ke RS, dikarenakan pasien melerai
pertikaian antar tetangga, Pasien melerai pertikaian tersebut karena
pasien merupakan seorang mahasiswa tentara karena tentara harus
disiplin, amanah, dan cinta damai. Pasien mengatakan pertikaian
tersebut terjadi karena ada konflik batin, sosial antar masyarakat.
Pasien mengatakan sudah 4 tahun menjadi mahasiswa tentara.
Pasien mengatakan selama menjadi mahasiswa tentara, pasien datang
pukul 11 dan pulang jam 4 sore. Pasien mengatakan, selama di
tempat belajar, pasien kerjanya hanya goda cewek.
Pasien mengatakan sering mendapat bisikan-bisikan dari Habib,
yang menyuruhnya untuk berbuat baik kepada sesama, rajin ibadah.
Pasien menyangkal memiliki kekuatan tertentu. Pasien mengatakan
selama menjadi tentara, pasien menjadi sangat kuat, jarang tidur, dan
selalu bersemangat dikarenakan tentara harus selalu siap dalam setiap
keadaan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


 Psikiatrik
Pasien belum pernah di rawat di RSJ sebelumnya. Ayah
pasien mengatakan, selama pasien sakit, pasien dibawa ke prakter
dokter spesialis kedokteran jiwa untuk diobati. Ayah pasien
mengatakan pasien sudah berobat sejak 5 tahun yang lalu. Pasien
mendapatkan 2 obat yaitu resperidon 1 mg/24 jam dan THP 2
mg/12 jam.
Selama pasien mengkonsumsi obat-obatan, ayah pasien
mengatakan gejala sering muncul hilang dan timbul. Selama
pasien meminum obat, gejala mereda tetapi kadang muncu. Ayah
pasien mengatakan pasien selalu rutin meminum obat-obatan,
akan tetapi pasien tidak pernah datang kontrol dan menemui
dokter untuk dilihat perkembangan penyakitnya. Ayah pasien
tidak mengetahui apakah obat tersebut diminum atau tidak,
sepengetahuan ayahnya, pasien selalu diberikan obat oleh
ayahnya.
 Medis umum
Pasien tidak memiliki riwayat Hipertensi, Diabetes mellitus,
Hiperkolesterolimia, Kejang, Trauma kepala, maupun penyakit
metabolik lainnya.
 Penggunaan NAPZA, rokok, dan alkohol
Pasien merokok 1 bungkus per hari sejak SMA namun
menyangkal konsumsi alkohol. Pasien tidak memiliki riwayat
penggunaan NAPZA.
D. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti
pasien atau keluhan jiwa yang lain.
E. Riwayat Sosial Ekonomi Sekarang
Keuangan keluarga pasien tergolong menengah ke bawah.

IV. KEHIDUPAN PRIBADI


A. Periode Prenatal dan Postnatal
 Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
 Kondisi ibu baik dan gizi tercukupi. Lahir spontan dan menangis.
 Pasien lahir dibantu oleh dukun setempat.
Masa Kanak Awal (0-3 Tahun)
 Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya
 Tidak didapatkan data yang valid mengenai kebiasaan makan
pasien
 Tida kdidapatkan data yang valid mengenai psikomotor seperti
ketika bisa mengangkat kepala (3-6 bulan), duduk (6-9 bulan),
berjalan (6-9) bulan, berlari (9-12 bulan) dan menggenggam
sesuatu.
 Tidak didapatkan data yang valid mengenai psikososial sepert
mulai tersenyum ketika bertemu orang lain (3-6 bulan), terkejut
ketika mendengar sesuatu (3-6 bulan).
 Tidak didapatkan data yang valid mengenai reaksi emosional
pasien ketika bermain, menunjukkan rasa cemburu dan rasa
bersaing dengan yang lain serta toilet training.
 Tidak didapatkan data yang valid mengenai kognitif pasien
seperti usia ketika pasien dapat mengikuti objek, mengenali
ibunya, mengenali anggota keluarganya.
 Tidak ada data yang valid ketika pasien mengikuti suara pertama
yang terdengar, atau memahami perintah sederhana.
B. Masa Kanak Pertengahan (3-11 Tahun)
 Pasien masuk SD usia 6 tahun dan selalu naik kelas. Prestasi
pasien saat SD biasa saja.
 Ayah pasien mengaku pasien memiliki banyak teman di sekolah..
C. Masa Kanak Akhir (11-18 Tahun)
 Pasien melanjutkan sekolah ke jenjang SMP kemudian SMA.
 Ayah pasien mengatakan semenjak masuk SMA, pasien menjadi
orang yang pendiam, keras, dan mudah marah.
 Setelah lulus SMA, pasien melanjutkan pendidikan untuk
mendaftar sebagai tentara, dan tidak lulus.
 Tidak ada informasi mengenai kemampuan pasien untuk
menggambar, membuat kalimat.
 Tidak ada informasi mengenai riwayat kempuan pasien selama
sekolah dengan guru-guru pasien.
D. Riwayat Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA (tamat).
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja setelah lulus SMA.
3. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam pelanggaran hukum.
4. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah.
5. Riwayat Militer
Pernah mengikuti tes masuk militer tetapi tidak lulus.
6. Riwayat Psikoseksual
Pasien berpakaian dan bertingkah laku selayaknya laki-laki
seharusnya.
7. Agama: Pasien beragama islam dan tidak diketahui mengenai
riwayat beribadah.
8. Aktivitas Sosial
Pasien kurang bersosialisasi dengan tetangga dan memiliki
hubungan yang tidak terlalu dekat dengan keluarga.
9. Cita-cita, Fantasi, dan Impian
Pasien ingin menjadi seorang tentara.

V. GENOGRAM
Keterangan:
: perempuan
: laki-laki
: pasien
: meninggal dunia
: tinggal serumah

VI. GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Gejala

9 Tahun SMRS
- Mendengar
suara-suara
Fungsi - Berbicara sendiri 1 hari SMRS
Peran - Marah-marah - Memukul orang
- Keluyuran - Marah-marah
9 Tahun SMRS - Mendegar suara
- Sedih - Berbicara sendiri
- Mengurung diri - Susah tidur
- Diam
5 Tahun SMRS - Afek meningkat
- Menyendiri
- Gejala hilang - Euforia
- Bisa berbicara
seperti orang
normal
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 14 Desember 2018 di IGD RSJ
Prof. dr. Soerojo Magelang.
1. Keadaan umum : Tampak sehat, kesan gizi baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,3 °C
4. Kepala ( mata dan THT )
Kepala : Normocephal
Mata : Pupil Isokor, CA -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : deviasi septum -, sekret -/-
Telinga : Normotia/normotia, sekret -/-
Mulut : Sianosis (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
5. Thorax
a. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5-6
Auskultasi : S I/II reguler, murmur (-),gallop (-)
b. Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor kanan=kiri
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler kanan=kiri
6. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
7. Urogenital : Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Ekstremitas :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral hangat/ hangat hangat/hangat
Capillary refill time < 2detik < 2 detik
Deformitas -/- -/-

B. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 10 Desember 2018 di IGD RSJ
Prof. dr. Soerojo Magelang.
1. Kaku kuduk : Tidak ditemukan
2. Saraf kranialis I - XII : Dalam batas normal
3. Ekstrimitas :
Ekstremitas atas Dekstra Sinistra
Kekuatan motorik 5 5
Tonus Normal Normal
Refleks fisiologis
Biceps + +
Triceps + +
Refleks patologis
Hoffman - -
Tromner - -
Pergerakan Baik Baik
Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra
Kekuatan motorik 5 5
Tonus Normal Normal
Klonus - -
Refleks fisiogis
Patella + +
Achilles + +
Refleks patologis
Babinsky - -
Chaddock - -
Gordon - -
Openheim - -
Pergerakan Baik Baik
4. Sensorik : Dalam batas normal

VIII. PANSS-EC
 P4 (Gaduh Gelisah) :2
 P7 (Permusuhan) :2
 G4 (Ketegangan) :2
 G8 ( Ketidakoperatifan) :1
 G14 (Pengendalian impuls) :1

IX. STATUS MENTAL


Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 14 Desember 2018 di IGD RSJ
Prof. dr. Soerojo Magelang.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan: Laki-laki, sesuai umur, rawat diri baik, berpakaian
lengkap seperti tentara dan rapi.
2. Kesadaran
a. Neurologis : Compos mentis (GCS 15)
b. Psikiatri : Terganggu
3. Hubungan Jiwa : Dapat
B. Sikap dan Perilaku
1. Perilaku : Hiperaktif
2. Sikap : Kooperatif
C. Emosi
1. Mood : Euforia
2. Afek : Luas
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : auditorik (+)
2. Ilusi : (-)
3. Depersonalisasi: (-)
4. Derealisasi : (-)
E. Pikiran
1. Arus Pikir
a. Kuantitas : Talkative
b. Kualitas : Koheren, relevant
2. Isi Pikir : Waham kebesaran.
3. Bentuk Pikir : Non realistik
F. Sensorium dan Kognitif
1. Tingkat Pendidikan : Cukup
2. Pengetahuan Umum : Cukup
3. Orientasi Waktu/Orang/Tempat/Situasi: baik/baik/baik/baik
4. Ingatan Segera/Jangka Pendek/Jangka Panjang:baik/baik/baik
5. Konsentrasi : Baik
6. Kemampuan membaca dan menulis : cukup
7. Rawat Diri : baik
8. Perhatian : mudah dicantum
dan ditarik
G. Pengendalian Impuls
1. Kontrol : Baik
2. Respon pasien terhadap pertanyaan pemeriksa : Cukup
H. Insight : Derajat 1 (Pasien menyangkal dirinya sakit)
X. RESUME
Pasien di bawa ke RSJS karena memukul tetangga sejak 1 hari SMRS.
Pasien memukul tetangganya karena pasien merasa tersinggung dengan
tetangganya yang menyalahkannya karena sudah merusak kaca pintunya
dengan senapan angin. Ayah pasien membenarkan bahwa pasien sudah
merusak pintu tersebut.
Pasien juga sering berbicara sendiri, marah-marah tanpa sebab, dan
sering memukul ayah kandung pasien jikalau pasien tidak mendapatkan
apa yang diinginkannya semisal rokok. Pasien juga sering berbicara
sendiri
Pasien sering keluyuran dan pernah pergi ke arah Yogyakarta
dikarenakan mengikuti suara. Pasien keluyuran dan tidak pulang ke
rumah selama 1 hari dan diantar oleh polisi ke rumah. Pasien juga jarang
tidur (tidur hanya 2 jam), dan jarang mandi (mandi hanya 2 hari sekali).
Pasien mulai mengalami perubahan sikap sejak 9 tahun yang lalu.
setelah pasien kehilangan motor CBR yang dibawa lari temannya yang
dibelikan oleh ayahya, pasien menjadi orang yang pendiam, sering
bingung, mengurung diri di dalam kamar.
Pasien mengaku sudah 4 tahun menjadi mahasiswa tentara. Pasien
mengatakan selama menjadi mahasiswa tentara, pasien datang pukul 11
dan pulang jam 4 sore. Pasien mengatakan, selama di tempat belajar,
pasien kerjanya hanya goda cewek.
Pasien sering mendapat bisikan-bisikan dari Habib, yang
menyuruhnya untuk berbuat baik kepada sesama, rajin ibadah. Pasien
menyangkal memiliki kekuatan tertentu. Pasien mengatakan selama
menjadi tentara, pasien menjadi sangat kuat, jarang tidur, dan selalu
bersemangat dikarenakan tentara harus selalu siap dalam setiap keadaan.
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, di dapatkan hasil dalam batas
normal, pemeriksaan neurologis juga menunjukan hasil dalam batas
normal, untuk status mental didapatkan deskripsi umum tampak laki-laki
sesuai umur, rawat diri baik dan berpakaiaan lengkap seperti tentara serta
rapi, hubungan jiwa dapat, mudah dicantum dan mudah ditarik. Afek luas
dan mood euforia. Terdapat adanya gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik (mendegar suara dari Habib yang menyuruhnya untuk rajin
ibadah, dan berbuat baik). Arus pikir talkative, koheren, dan revelan,
dengan bentuk pikir nonrealistik dan isi pikir waham kebesaran. Orientasi
baik dengan fungsi peran terganggu. Pasien menyangkal dirinya
sakit.Pemeriksaan penunjang lanjutan tidak dilakukan.

XI. SINDROM
Pada pasien ini didapatkan adanya sindroma:
1. Sindrom Skizofrenia
 Gejala positif : marah-marah, mengamuk, memukul orang lain,
waham bizzare, halusinasi auditorik
 Gelaja disorganisasi : Keluyuran, rawat diri buruk
 Gejala sudah berlangsun lebih dari 1 bulan.
2. Sindrom Skizoafektif tipe manik
 Sulit tidur
 Afek/ mood meningkat
 Berbicara sendiri
XII. FORMULA DIAGNOSTIK
F 25.0 Skizoafektif Tipe Manik
Adanya gejala definitive adanya skizofrenia Terpenuhi
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada
peningkatan afek yang tak begitu menonjol
Terpenuhi
dikombinasikan dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu,
atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas
Terpenuhi
(sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20. –
pedoman diagnostik (a) sampai dengan (d)

XIII. DIAGNOSIS BANDING


1. F 25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
2. F 20.0 Skizofrenia Paranoid
3. F 30.2 Mania dengan gejala psikotik
4. F 22.0 Gangguan Waham

XIV. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


AXIS I : F 25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
AXIS II : Ciri Kepribadian Dissosial
AXIS III : Tidak Ada Diagnosa
AXIS IV :Masalah ekonomi.
AXIS V :Current GAF 60-71: Gejala sedang, disabilitas sedang.

XV. DAFTAR MASALAH PASIEN


a. Psikologis
Sulit tidur, mudah tersinggung, mudah marah, waham kebesaran,
halusinasi audiotorik.
b. Organobiologis
Adanya peningkatan aktivitas dari satu atau lebih neurotransmitter
c. Sosial
Pasien cenderung merupakan orang yang tertutup sehingga tidak
sering bersosialisasi. Pasien tidak mampu bekerja dan terkadang
memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari selama sakit.

XVI. RENCANA TERAPI


1. Psikofarmaka
Clozapin tab 25 mg / 24 jam (PO)
THP tab 2 mg/12 jam (PO)
Lodomer amp/12 jam (IM)
Diazepam amp/12 jam (IM)
2. Psikoterapi
Psikoterapi suportif dan psikoeduksi keluarga
XVII. PROGNOSIS
1. Premorbid
a. Riwayat Penyakit keluarga : tidak ada : baik
b. Status pernikahan : belum menikah : baik
c. Dukungan sosial :+ : baik
d. Dukungan keluarga :+ : baik
e. Sosial ekonomi : menengah ke bawah : buruk
f. Stresor : ada
: baik
g. GMO sebelumnya : tidak ada : baik
2. Morbid
a. Tipe penyakit : kronik
: buruk
b. Onset < 25 tahun : ada : buruk
c. Jenis Penyakit : skizofrenia
: buruk
d. Respon terapi : ada
: baik
e. Kepatuhan minum obat : kurang : buruk
f. Tilikan :1
: buruk

Quo ad vitam : bonam


Quo ad sanactionam : dubia ad malam
Quo ad fungsional : dubia ad malam

DISKUSI TERAPI
A. Psikofarmaka
Pada pasien ini diberikan obat antipsikotika golongan 1 dan kombinasi
dari golongan 2. Antipsikotik golongan 1 (APG-1) dikenal juga dengan
antipsikotik typical. Obat-obat APG-I terutama bekerja sebagai antagonis
reseptor dopamin di otak. Sistem dopamin yang terlibat adalah sistem
nigrostriatal, mesolimbokortikal, dan tuberoinfundibuler. Manifestasi efek
samping yang terjadi berkaitan dengan hambatan yang berlebihan pada sistem-
sistem tersebut. Bila hambatan pada sistem nigrostriatal berlebihan, gangguan
terutama pada aktivitas motorik dapat terjadi, sedangkan hambatan pada
sistem mesolimbokortikal dapat memengaruhi fungsi kognitif. Hambatan yang
berlebihan pada sistem tuberoinfundibuler dapat menyebabkan gangguan
endokrin.
Metabolisme obat APG-I secara farmakokinetik dipengaruhi oleh
beberapa hal:
1. Pemakaiannya bersama obat-obat yang menginduksi enzim (enzyme
inducer), misalnya, karbamazepin, fenitoin, etambutol, dan barbiturat.
Kombinasi dengan obat-obat tersebut akan mempercepat pemecahan
antipsikotika sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi.
2. Clearance Inhibitors, misalnya Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor
(SSRI), Tricyclic Antidepressant (TCA),Beta Blocker, akan
menghambat ekskresi obat-obat APG-I sehingga perlu
dipertimbangkan dosis pemberiannya bila diberikan bersamasama.
3. Kondisi stres, hipoalbumin karena malnutrisi atau gagal ginjal dan
gagal hati dapat mempengaruhi ikatan protein obat-obat antipsikotika
tersebut.
Pada pasien ini juga di berikan antipsikotika golongan II (APG-II), karena
dosis yang efektif untuk mengatasi gejala skizofrenia tidak menimbulkan efek
samping ekstrapiramidal, jenis obat ini disebut dengan APG-II. Efek
terapeutiknya didapat melalui kerjanya sebagai antagonis reseptor serotonin
dan dopamin. Klozapin yaitu bekerja mengantagonis reseptor 5-HT2. Sistem
serotonin merupakan umpan balik negatif terhadap dopaminergik. Oleh
karena itu, dengan menghambat 5-HT2A, risiko EPS dapat dikurangi.
Olanzapin, sama halnya dengan klozapin, afinitasnya terhadap reseptor 5-
HT2A, 5HT2C cukup tinggi dan terhadap reseptor 5-HT3 afinitasnya sedang,
serta terhadap 5-HT1 afinitasnya rendah. Profil afinitasnya ini berbeda
dengan APG-I dan komponen atipik lainnya
Pada pasien inijuga diberikan diazepam yang merupakan golongan
benzodiazepine. Benzodiazepin bekerja pada reseptor gamma amino butyric
acid (reseptor GABA-A), reseptor ini merupakan saluran ion selektif klorida. GABA
merupakan neurotransmiter yang bekerja sebagai inhibitor yang akan menurunkan
eksitabilitas sel-sel neuron. GABA menghasilkan efek menenangkan pada otak, dan
ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada korteks dan sistem limbik. Reseptor
GABA ada 3 yaitu A,B, dan C. Benzodiazepin berinteraksi dengan reseptor GABA-
A. Kompleks reseptor GABA-A terdiri dari 5 subunit glikoprotein: 2 subunit a, 2
subunit b, dan 1 subunit g. Benzodiazepin berikatan pada lekukan antara subunit a
dan subunit g dan menginduksi terjadinya perubahan konformasional pada reseptor
GABA-A sehingga GABA dapat berikatan dengan reseptor GABA-A. Ikatan GABA
akan menyebabkan hiperpolarisasi ion klorida sel sehingga efek inhibisi dari GABA
bekerja pada seluruh sistem saraf pusat.
Trihexyphenidyl adalah antagonis selektif reseptor acetylcholine M1
muscarinic. Oleh sebab itu hanya bekerja pada M1 (kortikal atau neuronal)
dan bukan subtipe muskarinik perifer (jantung dan kelenjar). Triheksifenidil
secara parsial menghambat aktivitas kolinergik di SSP (susunan saraf pusat),
yang bertanggung jawab atas gejala penyakit Parkinson. Zat ini juga
dipikirkan dapat meningkatkan ketersediaan dopamin, zat kimia otak yang
sangat penting dalam inisiasi dan kelancaran kontrol gerakan otot secara
sadar. Singkatnya, mekanisme kerja Trihexyphenidyl yaitu dengan cara
memblokir impuls saraf dan melemaskan otot-otot. Dengan demikian,
gangguan gerakan yang tidak normal atau tak terkendali akibat penyakit
parkinson ataupun efek samping obat menjadi bisa dikendalikan. Gangguan
gerakan yang tidak normal ini termasuk kondisi dengan gejala tremor,
gerakan wajah dan tubuh yang tidak terkendali. Gejala-
gejala tersebut dinamakan efek samping extrapyramidal. Berbagai obat yang
dapat memberikan efek samping masalah pada pergerakan antara lain
psikosis, masalah kejiwaan atau emosional, perasaan gelisah, dan obat mual
muntah
B. Non-Farmakoterapi
 Psikoterapi Suportif
Memotivasi dan memberi dukungan sehingga pasien daSpat
berfungsi fisik dan sosial secara optimal serta memotivasi pasien untuk
mengkonsumsi obat secara teratur. Psikoterapi suportif diberikan
dengan tujuan menguatkan daya tahan mental yang ada,
mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik untuk
mempertahankan kontrol diri, mengembalikan keseimbangan adaptif,
dan mengatasi gejala yang memperberat keadaan pasien.
 Psikoedukasi keluarga
Memberikan bimbingan kepada keluarga agar selalu berperan
aktif dalam setiap proses penatalaksanaan pasien. Memberi penjelasan
kepada keluarga tentang peranan obat untuk pasien sehingga keluarga
perlu mengingatkan dan mengawasi pasien untuk minum obat. Efek
samping obat juga perlu diberitahukan kepada keluarga. Memberikan
motivasi kepada keluarga untuk bersama-sama membantu pasien pulih
dengan lebih meluangkan waktu untuk pasien terutama mendekatkan
diri terhadap pasien agar pasien dapat lebih terbuka dengan
keluarganya.

Tabel Follow Up
Tanggal 15 Desember 2018 16 Desember 2018 17 Desember 2018
Diagnosa F 25.0 Gangguan F 25.0 Gangguan F 25.0 Gangguan
Skizoafektif Tipe Manik Skizoafektif Tipe Manik Skizoafektif Tipe
Manik

Diagnosa F 20.0 Skizofrenia F 20.0 Skizofrenia Paranoid F 20.0 Skizofrenia


Banding Paranoid Paranoid
Terapi - Clozapin tab 25 - Clozapin tab 25 mg / - Clozapin tab 25 mg /
mg / 24 jam (PO) 24 jam (PO) 24 jam (PO)
- THP tab 2 mg/12 - THP tab 2 mg/12 - THP tab 2 mg/12
jam (PO) jam (PO) jam (PO)
- Lodomer amp/12 - Lodomer amp/12 - Lodomer amp/12
jam (IM) jam (IM) jam (IM)
- Diazepam amp/12 - Diazepam amp/12 - Diazepam amp/12
jam (IM) jam (IM) jam (IM)
-
Gejala Aku ingin pulang Tidak ada suara Saya sudah
karena sudah Bias tidur sehat dan ingin
sehat. Terngiang pacar pulang
Pasien gelisah

Anda mungkin juga menyukai