Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Penelitian ini di lakukan pada pasien hipertensi di Puskesmas Rawat
Inap Sungai Pinyuh pada tanggal 15 September 2022 hingga 15 Oktober
2022. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data primer. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah adalah teknik probability
sampling 15 September 2022 hingga 15 Oktober 2022 yang akan dijadikan
sampel. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 45 sampel yang memenuhi
kriteria inklusi.
Dalam penelitian ini tidak seluruh anggota populasi diambil, melainkan
hanya sebagian dari populasi dikarenakan keterbatasan peneliti dalam
melakukan penelitian baik dari segi waktu, tenaga, dan jumlah populasi yang
sangat banyak. Oleh karena itu sampel yang diambil harus betul- betul
representatif (benar-benar mewakili). Sampel tersebut diambil dari populasi
dengan menggunakan persentase tingkat kesalahan yang dapat ditolerir
sebesar 15%. Proses pengolahan data akan dilakukan dengan sistem komputer
yaitu dengan program SPSS 23.0. Selanjutnya data dianalisis dengan
menggunakan analisis univariat.

4.1.1 Analisis Univariat


Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi masing-masing
karakteristik subjek penelitian berupa jenis kelamin, usia, IMT, riwayat
keluarga hipertensi, riwayat merokok, riwayat konsumsi makanan asin dan
berlemak, riwayat konsumsi kopi, aktivitas olahraga dan tingkat kecemasan
pada pasien hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh.

33
34

4.1.1.1 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin di


Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)
Laki-Laki 8 17,8%
Perempuan 37 82,2%
Total 45 100%

(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.1 data yang dikumpulkan dari total 45 pasien,


ditemukan bahwa pasien Hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Sungai
Pinyuh pasien laki-laki berjumlah 8 orang (17,8%) dan pasien perempuan
berjumlah 37 orang (82,2%).

4.1.1.2 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Usia di


Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Usia
Usia Jumlah (n) Persen (%)
47-56 18 40,0%
57-66 20 44,4%
67-66 7 15,6%
Total 45 100%

(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.2 data yang dikumpulkan dari total 45 pasien,


ditemukan bahwa pasien Hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Sungai
Pinyuh kelompok rentang usia yang terbanyak adalah 57-66 sebanyak 20
orang (44,4%) dan rentang usia yang terendah adalah 67-66 tahun
sebanyak 7 orang (15,6%).
35

4.1.1.3 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Indeks Masa


Tubuh di Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Berdasarkan Indeks
Masa Tubuh
IMT Jumlah (n) Persen (%)
Gemuk 14 31,1%
Normal 31 68,9%
Total 45 100
(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.3 data yang dikumpulkan dari total 45 pasien


ditemukan bahwa pasien hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Sungai
Pinyuh yang memiliki IMT normal berjumlah 31 orang (68,9%) lebih
banyak dibandingkan pasien hipertensi yang memiliki IMT gemuk
berjumlah 14 orang (31,1%).

4.1.1.4 Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga Hipertensi Pasien Hipertensi


di Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga Hipertensi Pasien Hipertensi di
Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Riwayat Keluarga Jumlah (n) Persen (%)
Ya 28 62,2%
Tidak 17 37,8%
Total 45 100%

(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


yang diteliti di Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh sebagian besar
memiliki riwayat keluarga hipertensi yaitu berjumlah 28 orang (62,2%)
sedangkan pasien hipertensi yang tidak memiliki riwayat keluarga
hipertensi berjumlah 17 orang (37,8%).
36

4.1.1.5 Distribusi Frekuensi Riwayat Merokok Pasien Hipertensi di


Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Riwayat Merokok di Puskesmas Rawat Inap
Sungai Pinyuh
Riwayat Merokok Jumlah (n) Persen (%)
Ya 5 11,1%
Tidak 40 88,9%
Total 45 100

(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


yang diteliti di Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh yang memiliki
riwayat merokok sebanyak 5 orang (11,1%). Jumlah ini lebih sedikit
dibanding pasien yang tidak memiliki riwayat merokok sebanyak 40
orang (88,9%).

4.1.1.6 Distribusi Frekuensi Riwayat Konsumsi Asin dan Berlemak Pasien


Hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Riwayat Konsumsi Asin dan Berlemak Pasien
Hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Riwayat Konsumsi Asin dan Jumlah Persen
Berlemak (n) (%)
Ya 37 82,2%
Tidak 8 17,8%
Total 45 100
(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


yang diteliti di Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh jumlah pasien yang
mengkonsumsi makanan asin dan berlemak sebanyak 37 orang (82,2%).
Sedangkan pasien hipertensi yang tidak mengkonsumsi makanan asin dan
berlemak sebanyak 8 orang (17,8%).
37

4.1.1.7 Distribusi Frekuensi Riwayat Konsumsi Kopi Pasien Hipertensi di


Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Riwayat Konsumsi Kopi Pasien Hipertensi di
Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Riwayat Konsumsi Kopi Jumlah Persen
(n) (%)
Sering 20 44,4%
Jarang 13 28,9%
Tidak 12 26,7%
Total 45 100
(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


yang diteliti di Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh jumlah pasien yang
mengkonsumsi kopi sebanyak 20 orang (44,4%) dengan intensitas sering.
13 orang (28,9%) dengan intensitas jarang. 12 orang (26,7%) tidak
mengkonsumsi kopi.

4.1.1.8 Distribusi Frekuensi Aktivitas Olahraga Pasien Hipertensi di


Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Aktivitas Olahraga Pasien Hipertensi di
Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Aktivitas Olahraga Jumlah Persen
(n) (%)
Ya 14 31,1%
Tidak 31 68,9%
Total 45 100
(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


yang diteliti di Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh tidak berolahraga
sebanyak 31 orang (68,9%). Sedangkan pasien yang berolahraga sebanyak
14 orang (31,1%).
38

4.1.1.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien Hipertensi di


Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien Hipertensi di
Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh
Tingkat Kecemasan Jumlah Persen
(n) (%)
Tidak Cemas 14 31,1%
Kecemasan Ringan 17 37,8%
Kecemasan Sedang 7 15,6%
Kecemsan Berat 7 15,6%
Total 45 100
(Sumber: Data Primer, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sampel yang diteliti di


Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh pasien yang mengalami Kecemasan
Ringan sebanyak 17 orang (37,8%), Kecemasan Sedang sebanyak 7 orang
(15,6%), dan Kecemasan Berat sebanyak 7 orang (15,6%).

4.2 Pembahasan
4.2.1 Jenis Kelamin
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik jenis kelamin
responden yang paling banyak dalam penelitian ini adalah
perempuan dengan jumlah 37 orang (82,2%), dan laki-laki
sebanyak 8 orang (17,8 %). Penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hazwan dan Pinatih (2017) bahwa penderita
hipertensi menurut jenis kelamin tertinggi adalah perempuan yaitu
sebesar 66,7% sedangkan pada laki-laki sebesar 33,3%.17 Hal yang
sama juga ditemukan pada penelitian Aulia Rizki (2018) yang
menunjukkan bahwa penderita hipertensi terbanyak berdasarkan
jenis kelamin adalah perempuan sebanyak 28 orang (56%),
sedangkan laki-laki sebanyak 22 orang (44%). Tingginya kasus
hipertensi pada perempuan karena perempuan pada saat mengalami
manapouse terjadi perubahan hormonal yaitu terjadi penurunan
perbandingan estrogen dan androgen yang menyebabkan
39

peningkatan pelepasan renin, sehingga memicu terjadi tekanan


darah.18
Angka pasien hipertensi yang berjenis kelamin perempuan
di Puskesmas Rawat Inap Sungai Pinyuh dapat terjadi karena
perempuan lebih peduli untuk mengontrol penyakitnya dibanding
laki-laki. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan pasien
hipertensi laki-laki merupakan tulang punggung keluarga yang
sedang bekerja sehingga tidak sempat mengontrol penyakitnya ke
Puskesmas. Selain itu, kebanyakan pasien laki-laki merasa dirinya
lebih kuat dan merasa dirinya baik-baik saja sehingga tidak perlu
memeriksakan dan kontrol ke puskesmas.

4.2.2 Usia
Distribusi usia responden terbanyak dalam penelitian ini adalah
rentang usia 57-66 tahun dengan jumlah 20 orang (44,4%). Hasil
penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pramestutie dkk (2016) dimana didapatkan hasil usia
penderita hipertensi tertinggi pada rentang 50-59 tahun sebanyak 40
orang (42,11%).19 Semakin bertambah usia seseorang, maka resiko
untuk terserang hipertensi akan semakin meningkat. Pada pasien
berusia >55 tahun tekanan darah akan otomatis meningkat dan pada
dinding arteri dapat mengalami penebalan karena adanya kolagen pada
lapisan otot sehingga pembuluh darah akan semakin menyempit dan
meningkatkan resiko terjadinya peningkatan tekanan darah.20

4.2.3 BMI
Berdasarkan hasil analisis data obesitas didapatkan bahwa

penderita hipertensi dengan obesitas berjumlah 14 orang (31,1%),


sedangkan penderita hipertensi lebih besar terdapat pada penderita yang
tidak obesitas berjumlah 31 orang (61,82%).
Pada penelitian ini terdapat perbedaan antara teori dengan
hasil uji statistik. Menurut teori sesuai hasil penelitian sebelumnya,
40

penelitian Sihombing (2009) menyatakan bahwa obesitas berkaitan


erat dengan peningkatan tekanan darah baik pada laki-laki maupun
perempuan.21 Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sulastri
(2012) menyatakan bahwa seseorang yang obesitas akan lebih
beresiko mengalami hipertensi dibandingkan dengan seseorang
yang tidak obesitas. Sedangkan dalam penelitian ini didapatkan
bahwa hasil uji statistik penderita hipertensi dengan IMT yang
tidak obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang
obesitas, hal ini dimungkinkan karena adanya faktor lain yang
mempengaruhi kejadian hipertensi. Proporsi obesitas yang rendah
kemungkinan karena jumlah responden lebih banyak pada rentang
usia 57-66 tahun yang tergolong lansia. Dimana pola makan lansia
pada rentang umur tersebut sudah mulai berkurang dan pada lansia
kebanyakan terjadi penyusutan berat badan.22
4.2.4 Riwayat Keluarga
Berdasarkan hasil analisis data responden, pasien yang
memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi sejumlah 28 (62,2%)
sedangkan riwayat keluarga dengan tidak hipertensi sejumlah 17
(37,8 %). Hasil ini sesuai dengan teori bahwa genetic berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraselular dan rendahnya rasio
antara potassium terhadap sodium. Individu dengan orang tua
dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sapitri
(2016), menunjukkan bahwa mayoritas responden hipertensi
memiliki riwayat hipertensi keluarga sebanyak 71,8%. Keluarga
yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan
risiko hipertensi 2 sampai 5 kali lipat.13

4.2.5 Merokok
41

Berdasarkan hasil analisis data merokok didapatkan bahwa


penderita hipertensi dengan merokok berjumlah 5 (11,1%) dan
penderita hipertensi yang tidak merokok berjumlah 40 (88,9%).
Didapatkan perbedaan hasil penelitian dengan teori yaitu sebagian
besar pasien pada penelitian ini tidak merokok. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena sebagian besar subjek penelitian yang saat ini adalah
perempuan sebanyak 67,2% yang bukan perokok sedangkan responden
laki-laki yang merokok hanya sedikit yaitu sebanyak 22,1%.

4.2.6 Konsumsi Kopi


Berdasarkan hasil analisis data konsumsi kopi didapatkan bahwa
penderita hipertensi dengan konsumsi kopi sejumlah 20 (44,4 %),
pasien yang jarang konsumsi kopi 13 ( 28,9 %), dan yang tidak kosumsi
kopi 12 (26,7 %). Dari hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa
Orang yang tidak mengkonsumsi kopi memiliki tekanan darah yang
lebih rendah dibandingkan orang yang mengkonsumsi 1-3 cangkir per
hari, dan orang yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per hari memiliki
tekanan darah tinggi. Bahkan dalam suatu penelitian menunjukkan
bahwa pasien yang mengkonsumsi kopi beresiko 3,467 kali untuk tidak
terkontrolnya tekanan darah dibandingkan dengan pasien yang tidak
mengkonsumsi kopi. 23
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian oleh Andi Nabila M dan Evi
Kurniawaty (2016) Kebiasaan minum kopi meningkatkan risiko
kejadian hipertensi, namun tergantung dari frekuensi konsumsi harian .
Namun dosis yang digunakan dapat mempengaruhi efek peningkatan
tekanan darah. Seseorang yang biasa minum kopi dengan dosis kecil
mempunyai adaptasi yang rendah terhadap efek kafein. Kopi jika
dikonsumsi secara tidak berlebihan juga mampu memiliki efek positif.
Sebenarnya konsumsi kopi terhadap terjadinya hipertensi masih
menjadi perdebatan karena kopi memiliki efek baik dan buruk
tergantung cara penyajian dan jumlah cangkir kopi yang diminum
perhari.23
42

Penelitian ini sesuai dengan teori Palmer, (2007). Kopi dapat


mempengaruhi tekanan darah karena mengandung Polifenol, Niacin,
dan Kafein. Kafein memiliki efek merangsang system syarat
pusat(SSP), Perangsangan pada SSP menimbulkan perasaan tidak
mengantuk,tidak begitu lelah,serta daya pikir lebih cepat dan lebih
jernih, tetapi sebaliknya kemampuan koordinasi otot, ketepatan waktu
dan ketepatanberhitung berkurang. Kafein dapat merangsang pusat
vasomotor dan perangsangan langsung miokardium menyebabkan
kenaikan tekanan darah. Orang yang tidak mengkonsumsi kopi
memiliki tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan orang yang
mengkonsumsi 1-3 cangkir per hari, dan orang yang mengkonsumsi
kopi 3-6 cangkir per hari memiliki tekanan darah tinggi. Sumber lain
juga menyebutkan bahwa kafein mengikat reseptor adenosin di otak.
Adenosin ialah nukleotida yang mengurangi aktivitas sel saraf saat
tertambat pada sel tersebut. Seperti adenosin, molekul kafein juga
tertambat pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya berbeda. Kafein
tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf / otak, sebaliknya
menghalangi adenosin untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas otak
meningkat dan mengakibatkan hormone adrenalin atau epinefrin
terlepas. Hormon tersebut akan menaikkan detak jantung, meninggikan
tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot, mengurangi
penyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosa
dari hati. Pada dosis tinggi, adrenalin mempunyai efek simpatomimetik
yang menonjol yaitu dengan kontraksi semua pembuluh, tahanan
periferakan naik dan dengan ini baik tekanan sistolik maupun tekanan
diastolikakan naik juga. 24
Penelitian ini juga sejalan dengan teori James (2004). Efek
stimulan kafein tergantung dari kadar kafein dalam plasma. Kenaikan
tekanan darah yang terjadi pada setiap penambahan konsumsi kopi
(cangkir) berbanding terbalik dengan jumlah kopi yang sudah
dikonsumsi. Hal tersebut berarti kenaikan tekanan darah yang terjadi
setelah meminum kopi pada cangkir yang kedua atau ketiga akan lebih
43

rendah dibandingkan saat meminum kopi pada cangkir yang pertama.


Efek tersebut terjadi karena reseptor adenosin yang ada sudah jenuh
dengan konsentrasi kafein dari kopi yang dikonsumsi pertama kali
kafein yang dikonsumsi setiap hari hanya menyebabkan efek toleransi
secara parsial. Kafein tetap memberikan pengaruh peningkatan tekanan
darah, baik pada populasi yang tidak terbiasa minum kopi, peminum
ringan, sedang ataupun berat. Berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan oleh Ainun (2012) tentang hubungan gaya hidup dengan
kejadian hipertensi pada mahasiswa di lingkup kesehatan Universitas
Hasanuddin. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan konsumsi kopi
(p-value=0,000) dengan kejadian hipertensi pada mahasiswa di Lingkup
Kesehatan Universitas Hasanuddin tahun 2012.25
4.2.7 Konsumsi Asin
Berdasarkan hasil analisis data konsumsi makanan asin didapatkan
bahwa penderita hipertensi yang sering mengkonsumsi makanan asin
berjumlah 37 orang (82,2%) sedangkan penderita hipertensi yang tidak
mengkonsumsi makanan asin berjumlah 8 orang (17,8%).
Hasil penelitian sesuai dengan teori bahwa apabila asupan garam
antara 5-15 g/hr prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%.
Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Konsumsi garam
yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gr/hr yang setara dengan 110 mmol
natrium atau 2400 mg/hr. Asupan natrium yang tinggi dapat
menyebabkan tubuh meretensi cairan sehingga meningkatkan volume
darah. Menurut Depkes RI, klasifikasi dari banyaknya asupan natrium
yang dikonsumsi sehari-hari yaitu tinggi: jika ≥6 grm sehari atau >3 sdt
dan normal: jika <6 grm sehari atau ≤3 sdt. 15 Sugiharto (2007) yang
menyatakan bahwa seseorang yang terbiasa konsumsi makanan asin
akan beresiko 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa
konsumsi makanan asin.27

4.2.8 Berolahraga
44

Berdasarkan hasil analisis data olahraga didapatkan bahwa


penderita hipertensi yang biasa olahraga berjumlah 14 orang (31,1%)
sedangkan penderita hipertensi yang tidak pernah olahraga berjumlah
31 orang (68,9%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa bahwa berjalan
kaki menurunkan tekanan darah pada orang dewasa sekitar 2%.
Kemudian aktivitas aerobik menurunkan tekanan darah rata-rata TDS 4
mmHg dan 2 mmHg TDD pada pasien dengan dan tanpa hipertensi.
Peningkatan intensitas aktivitas fisik, 30-45 menit per hari penting
dilakukan sebagai strategi untuk pencegahan dan pengelolaan
hipertensi.14
Hasil penelitian Dalimartha, dkk (2005) yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi,
dan individu yang kurang aktif mempunyai resiko menderita hipertensi
sebesar 30-50%.28 Hasil penelitian juga dibuktikan dengan hasil
penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh hasurungan
(2002) yang menyatakan bahwa tidak melakukan aktivitas fisik
mempunyai resik sebesar 2,899 kali lebih tinggi dibandingkan yang
melakukan aktivitas fisik.29

4.2.9 Kecemasan
Berdasarkan hasil analisis data kecemasan didapatkan bahwa
penderita hipertensi yang memiliki kecemasasan berat berjumlah 7
orang (15,6%), kecemasasan sedang 7 orang (15,6 %), kecemasasan
ringan 17 orang (37,8) sedangkan penderita hipertensi yang tidak
cemasasan berjumlah 14 (31,1%).
Hasil penelitian ini sesuai Baio Disn Uswandari 2017 ada
hubungan positif yang signifikan antara kecemasan dengan kejadian
hipertensi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma
Mataram dilihat dari hasil korelasi sebesar 0,266 dengan sig. 0,020
(p<0,05). 2) kecemasan mempengaruhi hipertensi, dilihat dari
sumbangan efektif sebesar 7,07%.30
45

4.3 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi:
1. Waktu yang terbatas
2. Sampel penelitian menggunakan persentase tingkat kesalahan yang dapat
ditolerir sebesar 15%.

Anda mungkin juga menyukai