Usia N %
≤70 tahun 28 56%
>70 tahun 22 44%
Jenis Kelamin
Laki-Laki 25 50%
Perempuan 25 50%
Total 50 100%
Sumber : Data Primer, 2020
Hipertensi N %
Tekanan Darah Terkontrol 22 44%
Tekanan Darah Tidak 28 56%
Terkontrol
Total 50 100%
Sumber : Data Primer, 2020
Kepatuhan N %
Tinggi 19 38%
Rendah 31 62%
Total 50 100%
Sumber : Data Primer, 2020
Aktivitas Fisik N %
Baik 34 68%
Buruk 16 32%
Total 50 100%
Sumber : Data Primer, 2020
Dari hasil Tabel 12. dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang memiliki
kepatuhan minum obat tinggi paling banyak mendapati tekanan darah terkontrol.
Pada responden yang memiliki kepatuhan minum obat rendah paling banyak
mendapati tekanan darah darah tidak terkontrol.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan nilai
prvalue = 0,001 yang artinya p<0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara kepatuhan minum obat dengan terkontrolnya tekanan darah pada
pasien rawat jalan hipertensi lansia di Puskesmas Kecamatan Koja.
Dari hasil Tabel 13. dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang memiliki
aktivitas fisik baik paling banyak mendapati tekanan darah terkontrol. Pada
responden yang memiliki aktivitas fisik buruk paling banyak mendapati tekanan
darah darah tidak terkontrol.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan nilai
prvalue = 0,002 yang artinya p<0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara aktivitas fisik dengan terkontrolnya tekanan darah pada pasien
rawat jalan hipertensi lansia di Puskesmas Kecamatan Koja.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat dilihat pada
tabel 12. bahwa responden kepatuhan minum obat tinggi dengan tekanan darah
terkontrol sebanyak 14 orang, tekanan darah tidak terkontrol sebanyak 5 orang,
kemudian pada kepatuhan minum obat rendah dengan tekanan darah terkontrol
sebanyak 8 orang, tekanan darah tidak terkontrol sebanyak 23 orang
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai
p= 0,001 (nilai p<0.05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara kepatuhan minum obat dengan terkontrolnya tekanan darah pada pasien
rawat jalan hipertensi lansia di Puskesmas Kecamatan Koja. Dari hasil wawancara
yang telah peneliti lakukan sebagian besar responden memiliki kepatuhan minum
obat yang rendah, hal ini disebabkan karena responden sering lupa dengan jadwal
minum obat, merasa jenuh dengan jadwal minum obat, merasa sudah sehat
sehingga tidak minum obat, dan menunda untuk pergi ke tempat pelayanan
kesehatan walapun obat antihipertensi telah habis. Alasan ketidakpatuhan pasien
dalam minum obat karena kurangnya kesadaran dan motivasi mengenai
hipertensi.
Kepatuhan minum obat adalah proses dimana pasien minum obat sesuai
resep dan merupakan proses dinamis yang berubah seiring waktu (Vrijens dkk.
2017, hlm.1). Tujuan kepatuhan minum obat adalah untuk memaksimalkan
potensi manfaat dan meminimalkan risiko bahaya dari penyakit hipertensi.
Kepatuhan minum obat menjadi salah satu strategi untuk terkontrolnya tekanan
darah (Vrijens dkk. 2017, hlm.5). Ketidakpatuhan pasien dalam minum obat dapat
menimbulkan komplikasi, karena penyakit hipertensi merupakan salah satu
pencetus timbulnya plak aterosklerosis di arteri serebral dan arteriol, sehingga
dapat menyebabkan oklusi arteri, cedera iskemik dan stroke sebagai komplikasi
jangka panjang (Yonata & Pratama 2016, hlm.19).
Berbagai penelitian telah membuktikan adanya hubungan kepatuhan
minum obat dengan terkontrolnya tekanan darah. Hasil studi yang telah dilakukan
oleh (Piercefield dkk. 2016) membuktikan bahwa adanya hubungan kepatuhan
minum obat dengan terkontrolnya tekanan darah sehingga dapat menurunkan
risiko komplikasi serius dari penyakit hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian dari Fani (2018) yang melakukan penelitian hubungan kepatuhan
minum obat antihipertensi terhadap tercapainya target terapi dengan hasil p=
0,005 (p<0,05) yang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kepatuhan
dengan tercapainya target terapi.
Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Jhaj dkk. 2018) bahwa ada hubungan yang yang signifikan antara kepatuhan
pengobatan dan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di India. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan Hairunisa (2014) bahwa ada hubungan yang
bermakna antara kepatuhan minum obat p=0,000 (p<0,05) dengan tekanan darah
terkontrol. Hasil penelitian ini juga didukung oleh data Riskesdas tahun 2018
yang menyatakan bahwa sebagian besar pasien hipertensi memiliki kepatuhan
minum obat yang rendah sehingga saat ini hipertensi menjadi masalah utama baik
di Indonesia maupun di dunia karena menjadi faktor risiko penyakit jantung,
stroke, gagal ginjal, dan diabetes (Kemenkes, 2019).
IV.3.3.1 Pembahasan Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekontrolnya
Tekanan Darah
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat dilihat pada
tabel 13. bahwa responden aktivitas fisik baik dengan tekanan darah terkontrol
sebanyak 20 orang, tekanan darah tidak terkontrol sebanyak 14 orang, kemudian
pada aktivitas fisik buruk dengan tekanan darah terkontrol sebanyak 2 orang,
tekanan darah tidak terkontrol sebanyak 14 orang.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact test didapatkan nilai p=
0,002 (nilai p<0.05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara aktivitas dengan terkontrolnya tekanan darah pada pasien rawat jalan
hipertensi lansia di Puskesmas Kecamatan Koja. Dari hasil wawancara yang telah
dilakukan oleh peneliti sebagian besar responden memiliki aktivitas baik karena
responden masih melakukan aktivitas fisik walaupun usia semakin tua. Aktivitas
fisik yang dilakukan oleh responden yaitu mencuci piring, menyapu rumah,
mengepel lantai, berjalan-jalan saat pagi hari, melakukan ibadah, dan lain-lain.
Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dilakukan oleh seseorang.
Fungsi dari aktivitas fisik adalah untuk meningkatkan penggunaan energi dan
kalori. Aktivitas fisik yang buruk seperti bermalas-malasan akan menjadi faktor
risiko terjadinya penyakit hipertensi. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan
curah jantung sehingga tahanan perifer akan meningkat. (Rayanti dkk. 2020,
hlm.91). Aktivitas fisik yang baik dan dilakukan secara rutin akan melatih otot
jantung dan tahanan perifer. Hal ini akan mencegah peningkatan tekanan darah
melalui pelebaran pembuluh darah, sehingga tekanan darah terkontrol. Aktivitas
fisik juga akan membantu membakar lemak yang ada di pembuluh darah jantung,
sehingga aliran darah menjadi lancar (Maskanah dkk. 2019, hlm.98). Penurunan
tekanan darah akibat aktivitas fisik mungkin disebabkan oleh respon
neurohormonal dan struktural sehingga akan menurunkan aktivitas saraf simpatis
dan terjadi peningkatan diameter pembuluh arteri (Hedge & Solomon, 2015,
hlm.2). Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat mengurangi kadar
norepinefrin sekitar 30%, hal ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
Mekanisme penurunan tekanan darah lainnya melalui aktivitas fisik adalah
pelepasan zat vasodilatasi seperti endorfin (Borjesson dkk. 2016, hlm.4).
Berbagai penelitian telah membuktikan adanya hubungan aktivitas fisik
dengan terkontrolnya tekanan darah. Hasil studi yang dilakukan oleh (Rijanaz &
Bytyqi, 2017, hlm 186) membuktikan bahwa adanya hubungan aktivitas fisik
dengan terkontrolnya tekanan darah. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Iswayuni (2017) yang menyatakan bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan
tekanan darah pada lansia, hal ini disebabkan karena sebagian besar responden
melakukan aktivitas fisik seperti mengasuh cucu, membersihkan rumah,
berkebun, dan bersepeda.
IV.4 Keterbatasan Penelitian
V.1 Kesimpulan
Maka dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
a. Distribusi frekuensi berdasarkan usia paling banyak pada usia kurang lebih
sama dengan 70 tahun sejumlah 33 responden (66%), jenis kelamin
didapatkan hasil yang sama yaitu laki-laki dengan jumlah 25 responden
(50%) dan perempuan dengan jumlah 25 responden (50%), dan indeks
massa tubuh sebagian besar berada pada kategori normal sejumlah 23
responden (46%) pada pasien rawat jalan hipertensi lansia di Puskesmas
Kecamatan Koja.
b. Distribusi frekuensi berdasarkan kepatuhan minum obat pada pasien rawat
jalan hipertensi lansia di Puskesmas Kecamatan Koja sebagian besar
berada pada kategori kepatuhan rendah sejumlah 31 responden (62%).
c. Distribusi frekuensi berdasarkan aktivitas fisik pada pasien rawat jalan
hipertensi lansia di Puskesmas Kecamatan Koja sebagian sebagian besar
berada pada kategori ativitas fisik baik sejumlah 34 responden (68%).
d. Terdapat hubungan kepatuhan minum obat dengan terkontrolnya tekanan
darah pada psien rawat jalan hipertensi lansia di Puskesmas Kecamatan
Koja dengan nilai p=0,001 (p<0,05).
e. Terdapat hubungan aktivitas fisik dengan terkontrolnya tekanan darah
pada psien rawat jalan hipertensi lansia di Puskesmas Kecamatan Koja
dengan nilai p=0,002 (p<0,05).
V.2 Saran
a. Bagi pasien hipertensi diharapkan dapat memiliki kepatuhan minum obat dan aktivitas
fisik yang baik sehingga tekanan darah tetap terkontrol.
b. Bagi pasien hipertensi diharapkan dapat mengikuti kegiatan senam yang menjadi
bagian program dalam poli lansia di Puskesmas Kecamatan Koja setiap 1 minggu
sekali.
c. Bagi pasien hipertensi yang mengalami kesulitan dalam mengingat jadwal minum obat
sebaiknya meletakkan obat di tempat yang mudah terlihat seperti di meja ruang tamu,
meja makan, atau kamar dan membuat catatan yang ditempelkan di dinding sehingga
dapat mengurangi kesulitan dalam jadwal minum obat.
d. Bagi tempat penelitian mungkin dapat terus memberikan edukasi, motivasi, dan
dukungan baik kepada pasien maupun keluarga pasien mengenai tatalaksana baik
farmakologi dan nonfarmakologi.
e. Bagi tempat penelitian mungkin dapat membuat buku khusus untuk mencatat tekanan
darah dan aktivitas fisik.
f. Bagi tempat penelitian mungkin dapat dilakukan follow up kepada pasien seperti
menelepon pasien atau keluarga pasien untuk mengingatkan jadwal minum obat dan
jadwal senam bersama pasien lansia lainnya.
g. Bagi tempat penelitian mungkin dapat dilakukan kegiatan berkumpul bersama setiap
satu minggu sekali untuk memberikan penyuluhan tentang hipertensi dan memberikan
kesempatan bagi pasien rawat jalan hipertensi lansia untuk berbagi pengalaman satu
sama lain sehingga diharapkan melalui kegiatan ini ada dukungan bersama untuk tata
laksana hipertensi.
h. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terkontrolnya tekanan darah, seperti stress, diet garam, merokok, dan
yang lainnya. Sehingga dapat diketahui lebih lanjut mengenai hal apa saja yang dapat
mempengaruhi terkontrolnya tekanan darah pada lansia.