Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Di
Puskesmas Kedu Kabupaten Temanggung
1,2,3
Program Studi S1 Keperawatan, Universitas Ngudi Waluyo, Indonesia
Email: pujilestari@unw.ac.id
akibat penyakit tidak menular. World Health dimana sesesorang mengalami peningkatan
kardiovaskuler yaitu WHO SEAR (South East Asia (morbiditas) dan angka kematian (mortilitas).
Region) yang terdiri dari 11 Negara dan Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada
Indonesia menduduki peringkat pertama yaitu dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase
26,4 % (WHO, 2018). sistolik 140 mmHg didasarkan pada dua fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan
Berdasarkan data dari Dinas Provinsi
fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang
Jawa Tengah tahun 2017 penyakit hipertensi
kembali ke jantung (Triyanto, 2014).
masih menempati proporsi terbesar dari seluruh
PTM yang dilaporkan, yaitu sebesar 64,83 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Jumlah penduduk berisiko >18 tahun yang tekanan darah antara lain stres, merokok,
dilakukan pengukuran tekanan darah pada aktivitas fisik, usia, etnis, jenis kelamin, dan
Tahun 2017 tercatat sebanyak 8.888.585 atau diabetes (Black, 2014) dan menurut Suiraoka
36,53 %. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, (2012) Faktor yang mempengaruhi tekanan
hipertensi masih menduduki proporsi terbesar pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
dari seluruh PTM yang dilaporkan, yaitu sebesar pengeluaran tenaga dan ini sangat penting bagi
kategori peringkat tinggi dari 20 Kecamatan yang mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
P a g e | 94
menyebabkan kenaikan tekanan darah (Fauzi, yang tidak mengalami hipertensi 39 responden
2014 dalam Rihiantoro, 2017). (48,8%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melakukan gaya hidup yang tidak sehat misalnya
sebagian besar responden mengalami hipertensi aktivitas fisik yang dilakukan hanya sedikit dalam
yaitu 41 responden (51,2%). Hipertensi adalah setiap harinya dan ada juga yang memang dari
suatu keadaan dimana sesesorang mengalami faktor keturunan yaitu ayah/ ibu mereka yang
dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase Sesuai dengan Suiraoka (2012)
sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang mengatakan bahwa pola makan yang sehat
sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik dengan gizi yang seimbang sangat penting
90 menunjukkan fase darah yang kembali ke dilakukan dalam usaha mengontrol tekanan
jantung (Triyanto, 2014). darah. konsumsi lemak berlebihan dapat
Organization) 2017, batas normal tekanan darah pada asupan lemak jenuh dan kolesterol.
untuk sistolik adalah 140 mmHg dan untuk Makanan yang berlemak jika dikomsumsi secara
diastolik adalah 90 mmHg. Pada penelitian ini berlebihan dapat membahayakan kesehatan
didapatkan responden yang mengalami bagi penderita darah tinggi. Penelitian yang
hipertensi sebanyak 41 responden (51,2%) dan dilakukan oleh Azhari (2017) tentang Faktor-
P a g e | 97
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian dan natrium. Sehingga semakin tidak teratur
Hipertensi Di Puskesmas Makrayu Ke Barat di pola makan seseorang maka akan lebih berisiko
Palembang. Berdasarkan hasil analisis bivariat menderita hipertensi.
didapatkan p value = 0,002 dengan nilai p = 0,05,
C. Hubungan antara aktifitas fisik dengan
p< α (H0 ditolak) berarti menunjukkan bahwa kejadian hipertensi pada responden di
ada hubungan antara genetik dengan kejadian Puskesmas Kedu Kabupaten Semarang
hipertensi dengan nilai Odds ratio (OR) = 3,686 Tabel 3 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian
Hipertensi pada Responden di
ini artinya responden yang mempunyai riwayat
Puskesmas Kedu Kabupaten
keluarga hipertensi mempunyai peluang Temanggung
sebanyak 3,686 kali untuk terkena penyakit Kejadian Hipertensi
hipertensi dibandingkan dengan responden yang
tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi Aktifitas Hipertensi Tidak Total
Nilai P
Fisik Hipertensi
Gaya hidup merupakan faktor penting
F % F % F %
yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Ringan 19 79,2 5 20,8 24 100,0
Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi Sedang 14 53,8 12 46,2 26 100,0
0,001
penyebab terjadinya hipertensi misalnya
Berat 8 26,7 22 73,3 30 100,0
aktivitas fisik, stres, dan Pola makan yang salah Total 41 51,2 39 48,8 80 100,0
merupakan salah satu faktor resiko yang
meningkatkan penyakit hipertensi. Faktor Berdasarkan hasil analisis hubungan
makanan modern sebagai penyumbang utama aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada
terjadinya hipertensi Kelebihan asupan lemak responden di Puskesmas Kedu Kabupaten
mengakibatkan kadar lemak dalam tubuh Temanggung, responden yang mengalami
meningkat, terutama kolesterol yang hipertensi paling banyak melakukan aktivitas
menyebabkan kenaikan berat badan sehingga fisik kategori ringan yaitu 19 responden (79,2%),
volume darah mengalami peningkatan tekanan sedangkan pada responden yang tidak hipertensi
yang lebih besar (Arini, 2015 dalam Rihiantoro, aktivitas fisik yang dilakukan paling banyak
2017). masuk kedalam kategori aktivitas fisik berat
yaitu 22 responden (73,3%). Hasil uji statistik
Peneliti berkesimpulan bahwa pola makan
diperoleh nilai p = 0.001 lebih kecil (<) dari α 0,05
yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya
yang berarti ada hubungan yang signifikan
penyakit hipertensi. Terutama jika terlalu banyak
antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi
mengkonsumsi kadar lemak jenuh tinggi, garam
P a g e | 98
pada responden di Puskesmas Kedu Kecamatan memiliki nilai p value 0,028 (< α 0,05). Dengan
Kedu Kabupaten Temanggung. nilai OR > 1 (OR = 2,667) artinya seseorang yang
kurang aktif dalam melalukan aktifitas fisik
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
berpeluang mengalami hipertensi 2,667 kali
penelitian Xavier, dkk (2017) yang menunjukkan
dibandingkan dengan orang yang aktif dalam
hasil ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
melakukan aktifitas fisik.
tekanan darah pada lansia di Posyandu Lansi di
Desa Banjarejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Hasil penelitian Rihiantoro (2017)
Malang dengan nilai p value 0,029 (<α 0,05). tentang hubungan pola makan dan aktivitas fisik
Penelitian lain yang juga mendukung hasil dengan kejadian hipertensi di Kabupaten Tulang
penelitian ini yaitu penelitian Karim dkk, (2018) Bawang menunjukan adanya hubungan aktivitas
tentang hubungan aktivitas fisik dengan derajat fisik dengan kejadian hipertensi. Diperoleh juga
hipertensi pada pasien rawat jalan di Wilayah nilai OR=2,255 yang berarti responden yang
Kerja Puskesmas Tagulandang Kabupaten Sitaro melakukan aktivitas fisik ringan beresiko
didapatkan p value sebesar 0.039 yang berarti mengalami hipertensi sebesar 2,255 kali
bahwa ada hubungan yang signifikan antara dibandingkan dengan yang melakukan aktivitas
aktivitas fisik dengan derajat hipertensi pada fisik sedang dan berat.
pasien rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas
Aktivitas fisik umumnya diartikan
Tagulandang. Hasil penelitian ini berbeda
sebagai gerakan tubuh yang ditimbulkan oleh
dengan hasil penelitian Sitorus (2019) tentang
otot-otot skeletal dan mengakibatkan
pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian
pengeluaran energi. Bagi yang mempunyai satu
hipertensi didapatkan hasil p = 0,353 (p> α =
atau lebih faktor resiko hipertensi, aktifitas fisik
0,05), sehingga tidak ada pengaruh aktivitas fisik
dapat mencegah terjadinya peningkatan
terhadap kejadian hipertensi
tekanan darah. Bagi penderita hipertensi ringan,
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan aktifitas fisik dapat mengendalikan tekanan
penelitian yang dilakukan oleh Panahal dkk, darah, sehingga mungkin tidak diperlukan lagi
(2017) tentang hubungan antara aktifitas fisik, pengobatan farmakologis. Olahraga secara
perilaku merokok, dan stres dengan kejadian teratur idealnya 3-5 kali dalam seminggu dan
hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat minimal setengah jam setiap sesi dengan
III Manado didapatkan hasil yaitu ada hubungan instensitas sedang. Olahraga yang dianjurkan
antara aktifitas fisik dengan kejadian Hipertensi bagi penderita hipertensi yang sifatnya ringan
di Rumah Sakit Bhayangkara TK III Manado,
P a g e | 99
seperti jalan kaki, joging, bersepeda (Sustranim, Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada
2004 dalam Rihiantoro, 2014). hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian
hipertensi pada usia dewasa di Puskesmas Kedu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Temanggung.
aktivitas fisik pada responden di Puskesmas
Kedu Kecamatan Kedu kategori aktivitas fisik
ringan dan mengalami hipertensi yaitu ada 19 DAFTAR PUSTAKA
responden (79,2%). Aktivitas fisik ringan yang
Afrida A. 2017. Faktor –faktor yang berhubungan
dilakukan seperti berjalan kaki sehari 10 menit dengan kejadian hipertensi di RSU
dan aktivitas fisik ringan lainnya di dalam Salewangang Maros. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis Volume 10 Nomor
kehidupan sehari-hari. Aktivitas fisik
2 Tahun 2017
mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada
Azhari, M.H. 2017. Faktor-faktor yang
orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik
berhubungan dengan kejadian
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung Hipertensi di Puskesmas Makrayu
yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan Kecamatan ilir Barat II Palembang. Jurnal
Aisyah, Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 2
otot jantung bekerja lebih keras pada setiap
No 1 tahun 2017
kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam
memompa darah, makin besar pula tekanan Black, J. M. & Hawks, J. 2014. Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8. Singapore:
yang dibebankan pada dinding arteri sehingga
Elsevier
meningkatkan tahanan perifer yang
Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung
menyebabkan kenaikan tekanan darah.
(2017). Profil Kesehatan Kota
Olahraga secara teratur membuat otot jantung Temanggung 2017.
menjadi lebih kuat dan dapat mengurangi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2017).
tekanan sistolik dan diastolik (Suiraoka, 2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
2017
WHO merekomendasikan untuk
Karim, N. A. dkk. 2018. Hubungan Aktivitas Fisik
melakukan aktivitas fisik dengan intensitas
Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien
sedang selama 30 menit/ hari dalam 1 minggu Rawat Jalan Di Wilayah Kerja Puskesmas
atau 20 menit/ hari selama 5 hari dalam satu Tagulandang Kabupaten Sitaro. Jurnal
Keperawatan Vol 6 No 1.
minggu dengan intensitas berat untuk
mendapatkan hasil yang optimal dari aktivitas Kurniasih, D. dkk. 2017. Hubungan Konsumsi
fisik atau olah raga. Natrium, Magnesium, Kalium, Kafein,
Kebiasaan Merokok Dan Aktivitas Fisik
KESIMPULAN
P a g e | 100
Dengan Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Suraioka, IP. 2012. Penyakit Degeneratif
Kesehatan Masyarakat. Vol 5 No 4. Mengenal, Mencegah dan Mengurangi
Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif.
Panahal, T., dkk. 2017. Hubungan Antara
Yogyakarta: Nuh Medika.
Aktifitas Fisik, Perilaku Merokok, Dan
Stres Dengan Kejadian Hipertensi Di Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi
Rumah Sakit Bhayangkara Tk Iii Manado. Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Yogyakarta: Graha Ilmu.
Universitas Sam Ratulangi.
Wantona, D., Ifwandi., Amir N. 2016. Evaluasi
Paruntu, dkk. 2015. Hubungan Aktivitas Fisik, Tingkat Kebugaran Jasmani Petani kopi
Status Gizi dan Hipertensi pada Pegawai di Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener,
di Wilayah Kecamatan Tomohon Utara. Meriah tahun 2015. Jurnal Ilmiah
GIZIDO Volume 7 No.1 Mahasiswa Pendidikan Jasmani,
Kesehatan dan rekreasi, Fakultas
Proverawati, A. & Rahmawati, E. 2011. Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah
Perilaku Hidup Sehat dan Bersih. Volume 2, Nomer 4: 314-322, November
Yogyakarta: Nuh Medika. 2016.
Rihiantoro, T & Widodo, M. 2017. Hubungan World Health Organization. 2018. Monitoring
Pola Makan Dan Aktifitas Fisik Dengan
Health For The Sustainable Development
Kejadian Hipertensi Di Kabupaten Tulang Goals.
Bawang
Xavier, E.A., Prastiwi, S., Andinawati, M. 2017.
Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Hubungan antara
Kesehatan: Yogyakarta: Nuha Medika