Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN TINGKAT TEKANAN DARAH MAP

(MEAN ARTERIAL PRESSURE) PADA PASIEN HIPERTENSI


(Study di Wilayah Kerja Puskesmas Senenan Bangkalan)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Dalam Rangka Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan


Menjadi Sarjana Keperawatan

Oleh:

RAHAYU DWI USMANIYAH


NIM. 17142010082

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN TINGKAT TEKANAN DARAH MAP
(MEAN ARTERIAL PRESSURE) PADA PASIEN HIPERTENSI
(Study di Wilayah Kerja Puskesmas Senenan Bangkalan)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

RAHAYU DWI USMANIYAH


NIM. 17142010082

Telah disetujui pada tanggal :

21 Juli 2021

Pembimbing

Dr. M. Suhron, S. Kep., Ns., M. Kes


NIDN. 0703038402
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN TINGKAT TEKANAN DARAH MAP
(MEAN ARTERIAL PRESSURE) PADA PASIEN HIPERTENSI

Rahayu Dwi Usmaniyah, Dr. M. Suhron, S.Kep., Ns., M.Kes

ABSTRACTT
Hipertensi ialah salah satu penyakit mematikan di dunia dan saat ini terdaftar sebagai penyakit
pembunuh nomor tiga setelah jantung dan kanker tahun 2018, faktor risiko terjadinya hipertensi terkait dengan
pola hidup salah satunya yaitu aktifitas fisik, kurangnya aktivitas fisik atau kebiasaan berolahraga menyebabkan
tekanan darah meningkat. Tujuan: penelitian untuk Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan tingkat tekanan
darah MAP (Mean Arterial Pressure) pada pasien hipertensi. Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan
pendekatan cross sectional dengan variabel independen adalah aktifitas fisik sedangkan variabel dependen
tekanan darah MAP (Mean Arteriale Pressure). Jumlah populasi sebanyak 66 pasien hipertensi pada 1 bulan
terakhir di wilayah kerja Puskesmas Senenan Bangkalan dengan jumlah sampel 56 pasien hipertensi
menggunakan teknik simple random sampling. Didapatkan pasien hipertensi pada 1 bulan terakhir mengalami
aktifitas fisik berat dengan tekanan darah MAP normal sebanyak 17 (30,9%). Berdasarkan uji statistik spearmen
rank correlation didapatkan hasil P Value: 0,000 < α: 0,05 dengan nilai korelasi sebesar 0,628 sehingga H0
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan aktifitas fisik dengan tingkat tekanan darah MAP (Mean
Arteriale Pressure) pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Senenan Bangkalan. Diharapkan bagi
peneliti selanjutnya agar dapat mengembangan metode penelitian dan variabel intervensi, bagi masyarakat agar
melakukan aktifitas fisik yang teratur dan terprogram, serta bagi institusi dan petugas kesehatan dapat memberikan
informasi tentang pentingnya melakukan aktifitas fisik.

Kata Kunci : Aktifitas fisik, Tingkat Tekanan Darah MAP (Mean Arterial Pressure)

1. Judul Skripsi
2. Mahasiswa S1 Keperawatan Ngudia Husada Madura
3. Dosen STIKes Ngudia Husada Madura
PENDAHULUAN yang hendak mencuat baik kilat ataupun

lelet. MAP( Mean arterial pressure) wajar


Pada penyakit di Indonesia hadapi
merupakan 70- 99 mmHg bagi( Woods et
transisi epidemiologi ialah penyakit meluas
(etal)., 2009 dalam Nayyira, 2017).
yang semula jadi beban utama setelah itu

mulai bergeser jadi penyakit tidak meluas. Bagi informasi World Health

Penyakit tidak meluas yang utama antara Organization 2015 menampilkan dekat 1,

lain hipertensi. Hipertensi ialah salah satu 13 miliyar orang di dunia menyandang

penyakit mematikan di dunia serta dikala hipertensi. Menurut (Riskesdas, 2018)

ini terdaftar selaku penyakit pembunuh no menyatakan prevalensi penderita hipertensi

3 sehabis jantung serta kanker ( Handayani, yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia

2019). Penyakit ini terpaut dengan pola mencapai 34,1%. Dinkes Jatim, 2016

hidup salah satunya ialah kegiatan raga, presentasenya mencapai 13,37% atau

minimnya kegiatan raga ataupun kerutinan sekitar 935.736 orang.

olahraga menimbulkan tekanan darah


Hasil studi pendahuluan pada 02
bertambah( Tiksnadi, 2020). Oleh karna itu,
Februari 2021 di Wilayah Kerja Puskesmas
hipertensi bisa dikategorikan bersumber
Bangkalan jumlah penderita hipertensi 3
pada MAP.
bulan terakhir tahun 2020 yaitu bulan

Tekanan darah MAP merupakan tekanan Oktober sebanyak 46 Pasien, November

arteri rata- rata sepanjang satu siklus sebanyak 117 Pasien dan Desember 66

denyutan jantung yang didapatkan dari Pasien dengan jumlah keseluruhan 229

pengukuran tekanan darah sistolik serta pasien hipertensi. Berdasakan hasil studi

diastolik( Hidayat, 2013 dalam Rini, 2020). bahwa masih tingginya tekana darah MAP

Tekanan darah MAP pada penderita (Mean Arterial Pressure) dari 10 responden

hipertensi haruslah lekas diturunkan sebab 3 dari 10 (30 %) dalam kategori tekanan

penundaan hendak memperparah penyakit darah MAP (Maen Arterial Pressure)


normal, 3 dari 10 ( 30 % )) didapatkan high, semacam pembesaran jantung, penyakit

dan 4 dari 10 (40 %) responden pada jantung koroner, serta pecahnya pembuluh

tekanan darah MAP didapatkan stadium 1. darah otak yang hendak menimbulkan

kelumpuhan ataupun kematian Bagi


Banyak aspek yang berfungsi buat
Shadine( 2010) dalam Muhammad( 2017).
terbentuknya hipertensi meliputi aspek

yang pengaruhi terbentuknya hipertensi Adapun solusi yang dapat diberikan

semacam generasi, tipe kelamin, serta setelah mengetahui beberapa faktor

umur. Sebaliknya aspek penyebab penyebab dari penyakit silent killer

terbentuknya hipertensi ialah kegemukan, (hipertensi) Salah satunya dengan terapi

kegiatan raga(aktifitas fisik) merokok, non farmakologi seperti aktifitas fisik atau

minum kopi, sensitivitas natrium, olahraga untuk dapat menurunkan tekanan

alkoholisme, serta pola makan( Asikin darah MAP (Maen Arterial Pressure) yang

2016). sebelumnya sudah diukur tekanan darahnya

pada pasien hipertensi yang berulang.


Akibat dari tidak mengendalikan bisa

menimbulkan komplikasi semacam Bersumber pada latar balik di atas,

kehancuran organ meliputi otak, sebab alasanpeniliti melaksanakan riset ini untuk

hipertensi yang tidak terkendali bisa mengenali hubungann aktifitas fisik dengan

tingkatkan resiko stroke, setelah itu tingkat tekanan darah pada penderita

kehancuran pada jantung, hipertensi hipertensi di Daerah kerja Puskesmas

tingkatkan beban kerja jantung yang Bangkalan, karena meningkatnya

hendak menimbulkan pembesaran jantung prevalensi penyakit hipertensi yang tidak

sehingga meneningkatkan resiko kandas diimbangi dengan kesadaran pola hidup

jantung, serta kandas ginjal, bagi( sehat dan masyarakat kurang beraktifitas

Suhardjono, 2008 dalam Hairunisa, 2014). fisik.

Hipertensi bisa menyebabkan komplikasi


METODE PENELITIAN berusia 46 – 55 tahun yaitu sejumlah 20
Penelitian ini menggunakan Survey responden dengan presenntase (35,7%).
Analitic dengan pendekatan Cross
4.1.2 Diistribusi frekuensi berdasarkan
Sectional. Variabel independen aktifitas jenis kelamin

fisik dan variabel dependen tekanan darah


43%
57% laki-laki
MAP (Mean Artetial Pressure). Populasi perempuan

sebanyak 66 pasien hipertensi dengan

sampel 56 metode simple random

sampling. Penelitian ini menggunakan 1

kuisioner yaitu aktifitas fisik (Baecke Berdasarkan gambar menunjukkan

questionnaire) stusi di wilayah kerja bahwa sebagian besar jenis kelamin

Puskesmas Senenan Bangkalan tahun 2021. perempuan yaitu sebanyak 32 responden

dengan presentase (57,1%).


HASIL
4.1.3 Distribusi frekuensi berdasarkan
4.1 Data Umum pekerjaan
4.1.1 Distribusi frekuensi berdasarkan wiraswasta
2%
usia 7% swasta
14% 34%
18% IRT
17-25 25%
PNS
11%2%9% 26-35
12%
30% 36-45 Tidak
36% Bekerja
Berdasarkan gambar menunjukkan
46-55 Pensiun

56-65
bahwa hampir setengahnya responden
66-74
berusia 46 – 55 tahun yaitu sejumlah 20

(Sumber : Data
responden primer
dengan penelitian Juni
presenntase (352021) Berdasarkan gambar menunjukkan

bahwa hampir setengahnya pekerjaan

responden adalah wiraswasta sebanyak 19


Berdasarkan gambar menunjukkan
responden dengan presentasi (33,9%).
bahwa hampir setengahnya responden
4.2 Data Khusus 4.2.2 Diistribusi frekuensi responden
berdasarkan tekanan darah MAP
4.2.1 Distribusi frekuensi berdasarkan
(Mean Arterial Pressure)
aktifitas fisik
Tekanan Darah MAP Nirmal
Ringan 3%
Ringan 36% 43%
Berat High
4% Sedang
37% Sedang 18%
59% Stadium 1
Berat

Stadium 2

Berdasarkan gambar menunjukkan


Berdasarkan gambar menunjukkan
bahwa sebagian besar aktifitas fisik
bahwa hampir setengahnya tingkat tekanan
responden sedang sebanyak 33
darah MAP (Mean Arteriale Pressure)
responden dengan presentase (58,9%).
responden normal sebanyak 24 responden

dengan presentase (42,9%).


4.3 Tabulasi silang hubungan aktifitas fisik dengan tingkat tekanan darah MAP
Tabel 4.6 Tabulasi silang
Tingkat tekanan darah MAP
Total
Aktifitas fisik Stadium 2 Stadium 1 High Normal
F % F % F % F % N %
Ringan 0 0 2 3,6 0 0 0 0 2 3,6
Sedang 2 3,6 17 30,4 7 12,5 7 12,5 33 58,9
Berat 0 0 1 1,8 3 5,4 17 30,4 21 37,5
Total 2 3,6 20 35,7 10 17,9 24 42,9 56 100
Uji Statistik: Spearman rank
α = 0,05
P = 0,000, r = 0,628

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 𝐻𝑎 diterima yaitu ada hubungan

pasien hipertensi di wilayah kerja aktifitas fisik dengan tingkat tekanan darah

Puskesmas Senenan Bangkalan melakukan MAP (Mean Arteriale Pressure) bagi

aktifitas fisik berat dengan tingkat tekanan penderita hipertensi di wilayah kerja

darah MAP (Mean Arteriale Pressure) Puskesmas Senenan Bangkalan.

berada dikategori normal yaitu sebanyak 17 Berdasarkan tabel interprestasi hasil nilai r

responden dengan presentase (30,4%). menunjukkan bahwa besar r (0,628),

sehingga korelasi diantara kedua variabel


Hasil statistik spearmen rank diperoleh
dapat dikatakan interprestasi kuat dan
nilai P Value (0,000) dengan tingkat
berada diarah positif (+) (Sugiyono, 2015).
kemaknaan α (0,05), berarti nilai P Value <

α dengan demikian dapat disimpulkan

PEMBAHASAN

5.1 Aktifitas Fisik Pasien Hipertensi


Berdasarkan hasil hipertensi di wilayah

Puskesmas Senenan Bangkalan

menunjukkan bahwa sebagian besar


79

responden melakukan aktifitas fisik berat. dalam pekerjaan utamanya adalah hanya

Aktifitas fisik yang dilakukan pada bekerja mengajar, dan perkantoran yang

responden di wilayah kerja Puskesmas hanya kerja di depan elektronik atau laptop

Senenan Bangkalan adalah aktifitas fisik yang bekerja santai, kegiatan duduk-duduk

berat responden pada pekerjaan utamanya atau tidak bekerja, berolahraga hanya

adalah ada yang bekerja sebagai supir, berjalan kaki yang kurang dari 1 jam

penjaga toko, nelayan, dan mandor, sering bahkan tidak berolahraga, dan mengsisi

mengangkat benda berat ditempat kerjanya, waktu senggang hanya menonton televisi.

menempuh jarak ke tempat kerja kurang Adapun beberapa faktor yang

lebih 15-30 menit, olahraga yang dilakukan mempengaruhi aktifitas fisik responden di

seperti memancing, badminton dengan wilayah kerja Puskesmas Senenan

setiap minggu berolahraga, dan untuk diantaranya: usia dan jenis kelamin, hampir

mengisi waktu luang responden jarang setengahnya usia dan jenis kelamin

menonton televisi tetapi berjalan-jalan di responden adalah berusia 46-55 tahun dan

dekat sekitar rumah, aktifitas fisik sedang berjenis kelamin wanita.

responden dengan melakukan beberapa


Peneliti berpendapat bahwa aktifitas
aktifitas fisik diantaranya pekerjaan utama
fisik responden yang berusia 46-55 tahun
responden yaitu wiraswasta atau
mampu berfikir tentang manfaat adanya
berdagang, dengan jarak tempuh ke tempat
aktifitas fisik dalam kehidupan sehari-hari,
bekerja kurang lebih 5-15 menit, olahraga
selain itu pada usia tersebut termasuk
yang dilakukan responden seperti
kategori usia lansia awal mempunyai
bersepeda, senam, serta terkadang dalam
banyak pengalaman terutama tentang
mengisi waktu senggang responden dengan
pentingnya aktifitas fisik. Di usia produktif,
menonton televisi dan aktifitas fisik ringan
seseorang menunjukan tanda kemauan,

55
kemampuan, kesadaran sebab terus menjadi kegiatan raga yang terstruktur bisa

bertambahnya umur seorang hingga terus merendahkan penyakit jantung koroner, serta

menjadi banyak transisi yang hendak membetulkan tekanan darah. Kegiatan raga

dialami, sehingga berakibat pada dengan keseriusan ringan, lagi ataupun berat

penyusutan fungsional anggota badan, yang yang terprogram serta tertib, bisa

bisa pengaruhi tingkatan kegiatan fisiknya. menampilkan penyusutan yang bermakna

Pendapat ini diperkuat oleh teori Huzaipah, dalam waktu hingga 22 jam setelah latihan.

2019 bahwa bila aktifitas yang cukup


5.2 Tingkat Tekanan Darah MAP (Mean
mengeluarkan toksin racun atau kotoran Arteriale Pressure) pasien hipertensi
Berdasarkan hasil dari penelitian
dalam tubuh melalui keringat aktifitas fisik
diketahui bahwa mayoritas tekanan darah
yang rutin dan terprogram guna dapat
MAP (Mean Arteriale Prsessure)
meningkatkan kesehatan dan mencegah
responden hampir setengahnya berada di
hipertensi di usia produktif.
tingkat normal. Pada penelitian ini ada
Perihal ini sejalan dengan komentar
beberapa gejala dari tekanan darah MAP
yang dikemukakan oleh Ahmad( 2019),
(Mean Arteriale Prsessure) yang terjadi
berkata kalau kegiatan raga merupakan
pada responden di wilayah kerja Puskesmas
kegiatan yang dicoba sepanjang berkerja
Senenan Bangkalan adalah aktifitas fisik
ataupun berhubungan dengan pekerjaan,
olahraga yang teratur dalam seminggu dan
kegiatan yang dicoba dirumah secara tertib
usia responden hampir setengahnya berusia
serta terprogram didalamnya latihan raga
46-55 tahun. Tekanan darah MAP (Mean
serta berolahraga, kegiatan raga yang dicoba
Arteriale Prsessure) responden berada di
pada dikala waktu luang ataupun di luar
tingkat normal yaitu responden yang
pekerjaan dan kegiatan setiap hari. Kegiatan
memiliki tekanan darah arteri rata-rata 87-
raga yang kurang hendak tingkatkan resiko
99 mmHg, responden yang memiliki
terbentuknya hipertensi serta kebalikannya,
tekanan darah MAP (Mean Arteriale
Prsessure) dengan kategori normal. Hal ini menampilkan penyusutan yang bermakna

karena beberapa faktor yang pada dalam waktu hingga 22 jam setelah

mempengaruhi tekanan darah MAP (Mean latihan( Ahmad, 2019). Selain dari faktor

Arteriale Prsessure) di wilayah kerja aktifitas fisik, Usia menjadi salah satu

Puskesmas Senenan Bangkalan diantaranya faktor terjadinya meningkatnya tekanan

usia 46-55 tahun dan aktifitas fisik sedang. darah MAP (Mean Arterial Pressure)

hampir setengahnya usia pada responden


Peneliti berpendapat bahwa hal ini
yaitu 41- 50 tahun, semakin bertambah usia
relevan dengan temuan pada responden di
maka semakin besar resiko terjadinya
wilayah kerja Puskesmas Senenan
hipertensi. Hal ini terjadi akibat dari
Bangkalan bahwa hampir setengahnya
penurunan elastisitas pembuluh darah.
memiliki tekanan darah MAP (Mean
Pendapat ini diperkuat oleh Haryuni, 2017
Arteriale Prsessure) dikategorikan normal.
Tingkat tekanan darah MAP (Mean
Adapun faktor lain yang bisa menyebabkan
Arteriale Prsessure) ini menjadi hal penting
tekanan darah MAP (Mean Arteriale
untuk mencegah risiko terjadinya
Prsessure) normal antara lain: responden
peningkatan tekanan darah intrakranial, dan
melakukan aktifitas fisik yang teratur dan
gangguan aliran atau pecahnya pembuluh
terprogram untuk mencegah meningkatnya
darah yang menyebabkan pada sel-sel otak.
tekanan darah arteri rata-rata atau tekanan

darah MAP (Mean Arteriale Prsessure). Perihal ini sejalan dengan komentar

Aktifitas fisik yang kurang akan yang dikemukan oleh teori Mutaqqin(

meningkatkan tekanan darah arteri rata-rata 2014), Tekanan darah ditimbulkan dari

dan sebaliknya, aktifitas fisik dengan kenaikan curah jantung yang bisa terjalin

intensitas ringan, sedang atau berat yang sebab terdapatnya kenaikan denyut jantung,

terprogram dan teratur dapat menurunkan volume sekuncup serta kenaikan

penyakit jantung koroner, dan dapat peregangan serat- serat otot jantung.
Responden dalam riset ini memiliki tekanan 5.3 Hubungan Aktifitas Fisik dengan
Tingkat Tekanan Darah MAP (Mean
darah yang lumayan besar yang diakibatkan Arteriale Pressure) pada pasien
hipertensi
oleh sebagian aspek pemicu semacam
Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value
umur, tipe kelamin, minimnya kegiatan
(0,000) dengan tingkat kemaknaan α (0,05),
raga, tekanan pikiran, mengkonsumsi
berarti nilai P Value < α Dengan demikian
garam yang kelewatan, dsb. Awal tekanan
dapat disimpulkan bahwa 𝐻𝑎 diterima yang
ini wajib lumayan besar buat menjamin
berarti ada hubungan antifitas fisik dengan
tekanan pendorong yang maksimal, tanpa
tingkat tekanan darah MAP (Mean
tekanan ini, otak serta jaringan yang lain
Arteriale Pressure) pada penderita
tidak hendak menerima aliran yang
hipertensi di daerah kerja Puskesmas
mencukupi. Kedua, tekanan wajib tidak
Senenan Bangkalan. Bersumber pada tabel
sangat besar sebab bisa menimbulkan
interprestasi hasil nilai r menampilkan
kehancuran pembuluh darah dan mungkin
kalau besar nilai r( 0, 628), sehingga
pecahnya pembuluh darah halus. Oleh
korelasi diantara kedua variabel bisa
sebab itu, kenaikan ataupun penyusutan
dikatakan inerprestasi kuat (Sugiyono,
tekanan ini hendak mempengaruhi pada
2015).
Mekanisme kompensasi ini hendak
Berdasarkan hasil tabulasi silang di atasi
membagikan reaksi kepada homeostatis
sebagian besar melakukan aktifitas sedang
tubuh buat mengembalikan tekanan darah
dengan hampir setengahnya tekanan darah
dalam kondisi wajar serta kebalikannya.
MAP (Mean Arteriale Pressure) normal.
Perihal ini pula cocok riset tadinya kalau
Pada penelitian menunjukkan hubungan
kian meningkatnya umur hingga kian
positif antara aktifitas fisik dengan tekanan
bertambah pula resiko terbentuknya
darah MAP (Mean Arteriale Pressure) di
hipertensi
wilayah kerja Puskesmas Senenan

Bangkalan sehingga dapat disimpulkan


bahwa semakin berat aktifitas fisik maka melaksanakan kegiatan raga yang tertib

semakin normal pula tingkat tekanan darah serta terprogram. Mereka yang secara raga

MAP (Mean Arteriale Pressure) di wilayah aktif cenderung buat memiliki guna otot

kerja Puskesmas Senenan Bangkalan. serta sendi yang lebih baik, sebab organ-

Menurut peneliti tingkat tekanan darah organ, kegiatan raga yang berbentuk

MAP (Mean Arteriale Pressure) dalam gerakan ataupun latihan aerobik berguna

jenis wajar disebabkan responden telah buat tingkatkan serta mempertahankan

berupaya buat melaksanakan kegiatan raga kebugaran. contoh latihan aerobik

semacam berolahraga secara tertib, merupakan semacam berjalan kaki,

bersepeda, berjalan kaki,senam, badminton bersepeda, senam, badminton yang bisa

dan juga memancing. Pada waktu luang membuat otot- otot badan bekerja. Kegiatan

menyempatkan diri untuk berolahraga raga yang kurang hendak tingkatkan resiko

setiap seminggu 2-3 jam, dengan terbentuknya hipertensi serta kebalikannya,

terdapatnya kegiatan raga yang teratur kegiatan raga yang terstruktur bisa

tersebut hingga tingkatan tekanan darah merendahkan penyakit jantung koroner,

MAP( Mean Arteriale Pressure) dapat serta membetulkan tekanan darah.

menyusut. Seorang yang berkegiatan raga Walaupun tekanan darah bertambah secara

hingga kotoran ataupun keringat dapat tajam kala lagi olahraga, tetapi bila

keluar serta perihal ini hendak olahraga secara tertib hendak lebih sehat.

memudahkan peredaran darah dalam badan Berolahraga yang tertib dalam jumlah lagi

mudah, dapat meningkatkan efisiensi lebih baik dari pada berolahraga berat

jantung secara keseluruhan. Pendapat ini namun cuma sekali( Ahmad, 2019).

diperkuat oleh teori Setyanto. KESIMPULANDAN SARAN

Perihal ini sejalan dengan komentar 6.1 Kesimpulan

yang dikemukan oleh Hasanudin( 2018),


Berdasarkan hasil analisa antara variabel metode penelitian yang lain, memberikan

dependen dan variabel independen dapat intervensi pada bagian variabel

dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: dependennya sehingga dapat menurunkan

tingkat tekanan darah MAP (Mean


1. Sebagian besar aktifitas fisik pada
Arteriale Pressure).
pasien hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Senanan Bangkalan adalah 6.2.2 Masyarakat

aktifitas fisik berat. Hasil penelitin ini dapat dijadikan

2. Hampir setengahnya tingkat tekanan masukan atau menambah pegetahuan bagi

darah MAP (Mean Arteriale Pressure) masyarakat tentang pentingnya melakukan

pada pasien hipertensi di wilayah kerja aktifitas fisik serta pentingnya olahraga

Puskesmas Senanan Bangkalan adalah terhadap tingkat tekanan darah MAP (Mean

Normal. Arteriale Pressure), hasil penelitian

3. Ada hubungan aktifitas fisik dengan menunjukkan bahwasanya melakukan

tingkat tekanan darah MAP (Mean aktifitas fisik yang teratur dan terprogram

Arteriale Pressure) pada pasien dapat mempengaruhi tingkat tekanan darah

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas MAP (Mean Arteriale Pressure). Sehingga

Senanan Bangkalan. mulai sejak dini dapat mencegah kejadian

hipertensi dengan teratur dan terprogram


6.2 Sarann
melakukan aktifitas fisik dan olahraga.
6.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk penelitian ini dapat 6.2.3 Institusi Pendidikan dan Petugas
Kesehatan
mengembangkan bahasan tentang tingkat
Dapat dijadikan sebagai tambahan acuan
tekanan darah MAP (Mean Arteriale
refresi bahan diskusi proses kegiatan
Pressure), penelitian ini dapat dipakai
belajar mengajar dari prevalensi adanya
sebagai acuan penelitian dan peneliti yang
kejadian hipertensi, sehingga mahasiswa
selanjutnya diharapkan menggunakan
mampu memberikan satu temuan atau
intervensi baru untuk mengurangi tingkat terprogramkan pada pasien hipertensi dan

tekanan darah MAP (Mean Arteriale sebagai tambahan pengatahuan pada saat

Pressure). Bagi petugas kesehatan dapat memberika penyuluhan kepada

memberikan informasi tentang pentingnya masyarakat.

melakukan aktifitas fisik yang teratur dan

DAFTAR PUSTAKA Handayani, D. P., 2019. Pengaruh


Kombinasi Aktifitas Aisik (Low
Impact Aerobise Exercise) dan Deep
Aquarista, M. F dan Hadi, Z., 2017. Breathing Of Relaxation terhadap
Hubungan Kebiasaan Olahraga dan Tekanan Tarah dan MAP pada
Status Gizi Dengan Kejadian Penderita Hipertensi, Skripsi,
Hipertensi Pada Pasien Yang Fakultas Keperawatan Universitas
Berobat Jalan Di Puskesmas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Kelayan Dalam Banjarmasin, Jurnal
Ilmiah Pendidikan dan Sosial, [e- Huzaipah, A., 2019. Hubungan Makan dan
journal] Vol 3, No 2. Diakses pada Aktivitas Fisik dengan Kejadian
14 Desember 2020, doi: Hipertensi pada Usia Dewasa Muda
http://jurnal.stikes- (26-45 Tahun) di Rumah Sakit
sitihajar.ac.id/index.php/jhsp Umum Daerah Arifin Achamd
Provinsi Riau Tesis, Fakultas
Asikin, M., Nuralamsyah, M., dan Susaldi, Kesehatan Masyarakat Universitas
2016. Keperawatan Medikal Bedah Sumarera Utara.
Sistem Kardiovaskular, Jakarta:
EMS. Muttaqin, A., 2014. Asuhan Keperawatan
Klien Dengan Gangguan Sistem
Azizah, A. L., 2016. Obesitas Gaya Hidup, Kardiovaskular, Jakarta: Salemba
Shift Kerja, dan Kejadian Hipertensi Medika.
pada Perawat di Rumah Sakit
Nusantara Medika Utama Jember, Putriastuti, L., 2016, Analisis Hubungan
Skripsi, Fakultas Kesehatan Antara Kebiasaan Olahraga Dengan
Masyarakat Universitas Jember. Kejadian Hipertensi Pada Pasien
Usia 45 Tahun Keatas, Jurnal
Hasanudin, Ardiyani, V. M., dan Berkala Epidemiologi, [ e-journal ]
Perwiraningtyas. P., 2018, Vol 4, No 2. Diakses pada 27
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Desember 2020, doi:
Tekanan Darah pada Masyarakat 10.20473/jbe.v4i2.2016.225-236.
Penderita Hipertensi di Wilayah
Tlogosuryo Kelurahan Tlogomas Rachman, J. M., 2016. Hubungan Perilaku
Kecamatan Lowokwaru Kota Olahraga Dan Pola Makan Dengan
Malang, Jurnal Nuring News, [ e- Tekanan Darah Pada Lansia, Skripsi,
journal ] Vol 3, No 1. Diakses 5 Fakultas Keperawatan Ngudia
April 2021. Husada Madura.
Rini, R. A. P., 2020. Pengaruh Kombinasi Sunu, U. F. S., Permmadi, G., dan Fenty,
Aromaterapi Lavender Dan Hand 2017. Hubungan Antara Aktivitas
Massage Terhadap Perubahan Fisik dan Angka Kecukupan Gizi
Kecemasan, Tekanan Darah dan Makronutrien Terhadap Rasio
Kortisol Pada Pasien Hipertensi, Kolesterol Total/HDL pada
Tesis, Fakultas Keperawatan Masyarakat Pedesaan, jurnal
Universitas Airlangga Surabaya. Farmasi Sains dan komunitas, [e-
journal] Vol. 14 No. 1 Diakses 3
Riset Kesehatan Dasar. 2018. Laporan Maret 2021, doi:
Provinsi Jawa Timur 2018, Penyakit http://dx.doi.org/10.2407/jpsc.1415
Tidak Menular. Jakarta: Badan 58.
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Republik Indonesia. Tamamilang, C. D., Kandou, G. D., dan
Nelwan, J. E., 2019 Hubungan
Riset Kesehatan Dasar. 2018. Prinsip Antara Umur dan Aktifitas Fisik
Olahraga BBTT. Jakarta: Badan dengan Derajat Hipertensi kota
Penelitian dan Pengembangan Blitung Sulawesi Utara, Jurnak
Kesehatan Republik Indonesia. KESMA, [e-journal] Vol. 7 No. 5.
Riset Kesehatan Dasar. 2018. Aktifitas Diakses pada 15 Febuari 2021
fisik. Jakarta: Badan Penelitian dan Tiara, U. I., 2020, Hubungan Obesitas
Pengembangan Kesehatan Republik Dengan Kejadian Hipertensi,
Indonesia. Journal Of Health Science And
Setyawan, A., et al., 2020, Efektifitas dan Physiotherapy, [e-journal] Vol 2, No
Mekanisme Bekam Dalam 2. Diakses pada 14 Desember 2020,
Menurunkan Nilai Mean Arteriale doi: www.rumahjurnal.net.
Pressure pada Pasein Hipertensi, Tiksnadi, B. B., Sylviana, N., Cahyadi, A.
Jurnal Keperawatan, [e-journal] I., Dan Undarsa, A. C., 2020,
Vol. 12, No 4. Diakses pada 2 Juni Olahraga Rutin Untuk
2021, doi: https: Meningkatkan Imunitas Pasien
Sriani, K. I., Fakhriadi, R., dan Rosadi., Hipertensi selama Masa Pandemi
2016, Hubungan Antara Perilaku COVID-19, Indonesia Journal Of
Merokok dan Kebiasaan Olahraga Cardiologi, [e-journal] Vol 41, Issue
dengan Kejadian Hipertensi Pada 2. Diakses pada 14 Desember 2020,
Laki-laki Usia 18-44 Tahun, Jurnal doi: 10.30701/ijc.1016.
Publikasi Kesehatan Masyarakat Utami, N. L., 2018. Hubungan Stress
Indonesia, [e-journal] Vol. 3, No. 1. Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Diakses pada 14 Desember 2020. Lansia, Skripsi, Fakultas
Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Keperawatan Ngudia Husada
Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Madura.
Jakarta: Salemba Medika.
Sumarta, N. H., 2020. Hubungan aktifitas
fisik sehari-hari dengan derajat
hipertensi pada lansia di kota Batu,
Skripsi, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Maulan Malik Ibrahim.

Anda mungkin juga menyukai