Anda di halaman 1dari 11

Terapi Komplementer Relaksasi Otot Progresif Jacobson Untuk Menurunkan Tekanan

Darah Pada Penderita Hipertensi

Rosiana1, Diah Ratnawati2*


1,2
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
*Email: ratnawatidiah@yahoo.co.id

Abstract
Background: Hypertension is a condition of an increase in blood pressure from the normal range of
120/80 mmHg. If there is no action is taken to reduce blood pressure, it can lead to serious
complications. Jacobson’s progressive muscle relaxation can be used as an action in reducing high blood
pressure. Aims of this study is to analize effect of Jacobson’s progressive muscle relaxation to decrease
blood pressure. Methods: This research used a quasi-experimental method and a sample of 16
respondents. JPMR Therapy is carried out for three weeks with three times each week. The action is
carried out for 30 minutes. Blood pressure measured by spyghnomanometer before and after
intervention. Results: the result of this intervention showed a P-Value is 0,0001, which means blood
pressure decreases after intervention. Conclusion: This intervention is proven to be a complementary
therapy for hypertension suffers. For this intervention to have the maximum results for blood pressure
reduction, patients must routinely intervene every day along with the ingestion of the drug. The need for
more research is how long normal blood pressure persists with JPMR.

Keywords: blood pressure, hypertension, jacobson, relaxation

PENDAHULUAN dengan jumlah penderita yang tinggi


Tekanan darah adalah penekanan (Khandare dkk., 2017).
pada darah secara paksa yang ditujukan Hipertensi masuk ke dalam penyakit
untuk melawan dari dinding pembuluh yang memiliki jumlah penderita yang
darah (AHA), 2016). Salah satu tinggi. Berdasarkan data World Health
permasalahan dari tekanan darah yaitu Organization (WHO) tahun 2015
meningkatnya teknana darah yang disebut didapatkan hasil bahwa 1,5 milyar
dengan hipertensi (WHO, 2019). penduduk dunia memiliki hipertensi. Hal
Hipertensi merupakan analogi dari pada ini memiliki arti bahwa satu dari tiga
tekanan bagi darah untuk melewati penduduk di dunia terdiagnosis hipertensi
dinding pembuluh darah secara berlebih (Kemenkes, 2019). Sebanyak 80 juta
(AHA, 2016). Secara garis besar masyarakat di Amerika dengan usia lebih
seseorang akan dinyatakan hipertensi dari 20 tahun dimana satu dari tiga orang
apabila saat pemeriksaan hasil dari sistolik memiliki penyakit ini. Prevalensi
di atas 120 mmHg dan diastolik di atas 80 penderita hipertensi di Kanada adalah
mmHg (Stafford dkk, 2018). Hipertensi 25% pada rentang usia dewasa (C dkk.,
berada pada kategori penyakit yang tidak 2018). Provinsi di Indonesia yang
dapat menular (Kementrian Kesehatan memiliki wilayah tertinggi penderita
Republik Indonesia, 2013). Hipertensi hipertensi adalah Sulawesi Utara dengan
merupakan suatu faktor resiko dari jumlah penderita 13,2 % (Kemenkes,
penyakit yang menyerang pembuluh darah 2018). Bukan hanya jumlah penderita
(Khandare, Sabuwala, Palekar, & Kuma, yang tinggi dari hipertensi, namun
2017). Penyakit ini sering disebut sebagai penderita hipertensi juga memiliki rentang
penyakit yang membunuh secara perlahan usia yang berbeda – beda.

149
150 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 9, No 2, November 2020, hlm 117-268

Penderita hipertensi juga memiliki pengurangan dari derajat hipertensi pada


rentang usia yang berbeda di Indonesia. individu di keluarga adalah relaksasi otot
Masa sekarang dapat menunjukan bahwa progresif jacobson.
hipertensi bukan hanya dialami oleh Relaksasi otot progresif Jacobson
lansia. Penderita hipertensi di Indonesia merupakan program relaksasi yang
terdiri dari berbagai golongan usia di ditujukan untuk pengurangan stres dan
mulai ketika usia lebih dari 30 tahun penurunan tekanan darah pada penderita
(Kemenkes, 2019). Pada usia 31 – 33 hipertensi. Prinsip tindakan dari relaksasi
tahun jumlah penderita sebanyak 31,6%. ini adalah dengan melakukan penahanan
Usia 45 – 54 tahun memiliki penderita pada otot kemudian merileksasikan otot
sebanyak 45,3%. Rentang usia 55 – 64 (Guy’s & Thomas, 2019). Seseorang yang
tahun sebanyak 55,2 % penderita melakukan relaksasi ini akan merasakan
(Kemenkes, 2019). Kondisi ini diperlukan perbedaan saat mengencangkan otot
adanya penanganan baik dari tenaga kemudian melepaskan ketegangan ototnya
kesehatan maupun lingkungan setempat (Kesoema, Chasani, & Handoyo, 2016).
untuk melakukan pencegahan hipertensi. Relaksasi ini ideal dilakukan untuk
Penderita hipertensi yang tinggi baik membantu dalam terapi penurunan
di Indonesia maupun di luar Indonesia tekanan darah dikarenakan mudah
menandakan bahwa hipertensi dilakukan di rumah dan murah (Khandare
memerlukan penanganan dan pencegahan dkk., 2017).
agar penderita dapat menurun. Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Keperawatan sebagai integral pelayanan yang dilakukan pada tanggal 19 Januari
kesehatan profesional. Ilmu keperawatan 2020 di RW 15 desa Ragajaya Kecamatan
mampu untuk memberikan asuhan kepada Bojonggede. Hasil studi pendahuluan
individu keluarga maupun masyarakat menunjukan bahwa pada terdapat 17
yang sehat maupun sakit merupakan penderita hipertensi dengan tekanan
tenaga yang ideal untuk membantu sistolik lebih dari 130 mmHg dengan
mengurangi permasalahan hipertensi di rentang usia 45 – 60 tahun. Hasil tersebut
keluarga (Hernilawati, 2013). didapatkan dari pemeriksaan tekanan
Keperawatan sebagai penyedia darah. Hasil ini menunjukan adanya
layanan kesehatan baik kepada individu, penderita hipertensi di lingkungan RW 15.
keluarga, maupun komunitas merupakan Hal ini menunjukan bahwa perlunya
sosok yang tepat dalam penanggulangan intervensi kepada penderita secara
hipertensi di lingkungan masyarakat. langsung untuk menurunkan tekanan
Sebagai penyedia layanan kesehatan, darah.
keperawatan komunitas dapat bergerak Hasil dari penjelasan yang telah
secara langsung untuk membantu individu dijabarkan sebelumnya mengenai
dan keluarga mencapai derajat kesehatan hipertensi di masyarakat serta keluarga
dari hipertensi (Hernilawati, 2013). maka penulis telah menetapkan intervensi
Intervensi yang diterapkan sebagai penurunan hipertensi. Penelitian telah
keperawatan komunitas haruslah memiliki menunjukan bahwa relaksasi otot
banyak manfaat dan mudah dilakukan progresif Jacobson ideal untuk diterapkan
(Hernilawati, 2013). Salah satu bentuk di keluarga. Penulis memutuskan untuk
intervensi yang dapat dilakukan untuk melakukan implementasi berupa relaksasi
Rosiana , Terapi Komplementer Relaksasi Otot Progresif Jacobson 151

otot progresif Jacobson pada penderita menggunakan metode sampling non


hipertensi yang bertujuan untuk probabilitas. Penelitian ini menggunakan
mengetahui pengaruh dari JPMR terhadap metode purposive sampling yaitu
penurunan tekanan darah penderita mengutamakan kriteria dan tujuan tertentu
hipertensi. (Swarjana, 2016). Penelitian ini
berlangsung di kelurahan Ragajaya,
METODE PENELITIAN khusunya di RW 15, mulai tanggal 26
Penelitian ini menggunakan metode Januari hingga berakhir pada 13 Februari
kuantitatif dengan desain quasi 2020.
experimental pre test and post test. Hasil dari tekanan darah responden
Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah intervensi kemudian
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi diolah di SPSS. Uji analisis tekanan darah
berupa relaksasi otot progressif Jacobson sistolik pada penelitian ini menggunakan
(JPMR). JPMR dilakukan sebanyak satu Uji T Dependen/ paired t-test, karena data
kali pada tiap 9 kali pertemuan (tiga kali berdistribusi normal (Hastono, 2016). Uji
seminggu dalam tiga minggu), dengan analisis pada tekanan darah diastolik
durasi 20 – 30 menit pada setiap menggunakan Wilcoxon Test karena data
pertemuan. Pengukuran tekanan darah tidak berdistribusi normal (Hastono,
menggunakan sphygmomanometer 2016). Apabila P value ≤ 0,05 maka
manual. Tekanan darah yang JPMR memiliki efek terhadap penurunan
dibandingkan adalah tekanan darah tekanan darah, begitu pun sebaliknya
sebelum dan sesudah tindakan serta (Hastono, 2016)
perbandingan tekanan darah hari pertama
dengan hari terakhir. Gerakan pada HASIL PENELITIAN
relaksasi JPMR berjumlah 17 gerakan Pada Tabel 1 dijelaskan mengenai
yang SOP diambil dari Guy’s & Thomas, distribusi evaluasi intervensi JPMR yang
(2019). dilakukan pada keluarga kelolaan.
Responden pada penelitian ini
terdiri dari 16 respoden. Penelitian ini

Tabel 1. Distribusi Evaluasi Intervensi JPMR pada Keluarga Kelolaan


Pertemuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tekanan Darah
140/90 140/80 140/90 140/90 140/90 140/90 130/80 130/90 130/80
Sebelum
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmhg mmHg
Intervensi
Tekanan Darah
130/80 130/80 130/80 130/80 130/90 130/80 120/80 120/80 120/80
Setelah
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
Intervensi
Pelaksanaan relaksasi otot progresif dilaksanakan intervensi tekanan darah
Jacobson dapat dilakukan dengan mudah berubah menjadi 130/80 mmHg.
dan oleh siapapun. Hasil pelaksanaan Pertemuan kedua pada Ibu P sebelum
terapi tersebut dapat dilihat pada tabel 1 intervensi adalah 140/80 mmHg. Setelah
bahwa pada pertemuan pertama tekanan dilakukan intervensi tekanan darah
darah awal adalah 140/90 mmHg. Setelah menjadi 130/80 mmHg. Pemeriksaan
152 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 9, No 2, November 2020, hlm 117-268

tekanan darah sebelum intervensi pada pertemuan ketujuh menunjukan bahwa


pertemuan ketiga sebesar 140/90 mmHg. tekanan darah sistolik sebelum dilakukan
Tekanan darah hasil intervensi berada intervensi adalah 130/80 mmHg. Tekanan
pada 130/80 mmHg. Tekanan darah darah setelah dilakukan terapi adalah
sebelum dilakukan intervensi pada 120/80 mmHg. Tekanan darah sebelum
pertemuan kelima adalah 140/90 mmHg. intervensi pada pertemuan kedelapan
Tekanan darah setelah dilakukan tindakan adalah 130/90 mmHg, sedangkan pada
intervensi adalah 130/80 mmHg. Pada pertemuan kesembilan adalah 130/80
pertemuan keenam tekanan darah sebelum mmHg. Tekanan darah setelah intervensi
dilakukan terapi relaksasi JPMR adalah pada pertemuan kedelapan dan
140/90 mmHg dan setelah dilakukan kesembilan adalah 120/80 mmHg
tindakan terapi adalah 130/90 mmHg.

Tabel 2. Distribusi Evaluasi Analisis Pengaruh Relaksasi Otot Progressif Jacobson


Terhadap Tekanan Darah Sistolik Pada Keluarga Kelolaan dan Resume
Delta
Waktu Pertemuan N Mean Min-Max
(Selisih mean)
Pertemuan 1 16
Pre – Test 146,88 180 – 130
11,26
Post – Test 135,62 160 – 120
Pertemuan 2 16
Minggu 1 Pre – Test 145 180 – 130
10
Post – Test 135 170 – 120
Pertemuan 3 16
Pre – Test 141,88 170 – 130 11,26
Post – Test 130,62 160 -120
Delta
Waktu Pertemuan N Mean Min-Max
(Selisih mean)
Pertemuan 4 16
Pre – Test 138,75 160 – 130 10
Post – Test 128,75 150 – 120
Pertemuan 5 16
Minggu 2 Pre – Test 137,5 150 – 130 8,75
Post – Test 128,75 160 – 120
Pertemuan 6 16
Pre – Test 136,875 150 – 130 8,75
Post – Test 128,125 140 – 120
Pertemuan 7 16
Pre – Test 133,12 150 – 120 10
Post – Test 123,12 140 – 110
Minggu 3
Pertemuan 8 16
Pre – Test 136,25 150 – 120 7,5
Post – Test 128,75 140 – 120
Rosiana , Terapi Komplementer Relaksasi Otot Progresif Jacobson 153

Pertemuan 9 16
Pre – Test 136,87 150 – 120 8,75
Post – Test 128,12 140 – 120
Tabel 2 menjelaskan mengenai darah sistolik berangsur – angsur
perbedaan tekanan darah sistolik sebelum menurun. Penurunan sistolik cenderung
dan sesudah tindakan. Perbedaan sering terjadi pada responden. Setiap
penurunan tekanan darah yang memiliki pertemuan responden selalu mengalami
nilai signifikan berada pada pertemuan ke penurunan sistolik. Hal ini terjadi karena
1 dan ke 3. Semakin sering pertemuan, responden yang merupakan kategori usia
maka penurunan sistolik semakin antara 40 hingga 55 tahun sedang
berkurang. Data pada Tabel 14 mengalami fase peningkatan sistolik
menjelaskan bahwa ketika pertemuan (Nikhra, 2017)..
sudah mencapai kesembilan maka tekanan

Tabel 3. Distribusi Evaluasi Analisis Pengaruh Relaksasi Otot Progressif Jacobson


Terhadap Tekanan Darah Diastolik Pada Keluarga Kelolaan dan Resume
Delta
Waktu Pertemuan N Mean Min-Max
(Selisih mean)
Pertemuan 1 16
Pre – Test 90 80 – 100 6,25
Post – Test 83,75 70 - 100
Pertemuan 2 16
Minggu
Pre – Test 87,5 80 – 90 4
1
Post – Test 83,5 80 – 90
Pertemuan 3 16
Pre – Test 89,375 80 – 100 5
Post – Test 84,375 70 – 100

Pertemuan 4 16
Pre – Test 89,375 80 – 100 9,375
Post – Test 80 70 – 90
Pertemuan 5 16
Minggu
Pre – Test 88,125 80 – 100 6,25
2
Post – Test 81,875 70 – 90
Pertemuan 6 16
Pre – Test 89,375 80 – 100 7,5
Post – Test 81,875 70 – 90
Pertemuan 7 16
Pre – Test 87,5 80 – 90 7,5
Minggu Post – Test 80 70 – 90
3 Pertemuan 8 16
Pre – Test 86,25 80 – 90 6,25
Post – Test 80 70 – 90
Pertemuan 9 16
154 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 9, No 2, November 2020, hlm 117-268

Pre – Test 87,5 80 – 100 6,25


Post – Test 81,25 80 – 90
Tabel 3 menunjukan distribusi berbeda tiap individu. Pada beberapa
penurunan tekanan darah diastolik sampel penurunan diastolik terkadang
menggunakan terapi JPMR. Penurunan tidak terjadi. Penurunan tekanan darah
tekanan darah diastolik paling signifikan diastolik hanya terjadi saat intervensi
terjadi pada pertemuan ke empat. Pada selesai dilakukan. Penurunan tekanan
dasarnya setiap pertemuan terdapat darah diastolik pada akhir intervensi
penurunan berdasarkan hasil beda bertahan pada 81,25 mmHg dari rata –
meannya, namun penurunan tersebut rata 16 klien.

Tabel 4. Analisis Pengaruh Relaksasi Otot Progressif Jacobson terhadap Tekanan Darah
Sistolik
Std.
Variabel N Mean Std. Eror P Value
Deviasi
Tekanan Darah Sistolik 16 146,88 14,477 3,619
Sebelum Intervensi mmHg
0,0000
Tekanan Darah Sistolik 16 128,77 9,574 2,394
Sesudah Intervensi mmHg
Tabel 4 menunjukan analisa (Kesoema, dkk. 2016). Hasil dari
pengaruh dari terapi relaksasi otot pengaruh berdasarkan Pvalue adalah
progresif Jacobson terhadap perubahan <0,001 yang berarti bahwa relaksasi otot
tekanan darah. Tekanan darah yang progresif Jacobson berpengaruh terhadap
dihitung adalah tekanan darah sistolik. penurunan tekanan darah sistolik.
Tabel menunjukan rata – rata tekanan Relaksasi ini dianggap berpengaruh
darah sistolik dari sebelum tindakan karena hasil dari Pvalue<0,05 atau
adalah 146,88 mmHg. Rata – rata tekanan 0,001<0,05. Hasil ini sejalan dengan
darah sistolik setelah dilakukan terapi penelitian sebelumnya. Penelitian yang
adalah 128,77 mmHg. Standar deviasi dari dilakukan oleh Khandaree pada tahun
masing – masing tekanan darah sistolik 2017 menunjukan bahwa dengan
sebelum dan sesudah intervensi adalah melakukan relaksasi otot progressif
14,477 dan 9,574. Jacobson dapat menurunkan tekanan
Peningkatan sistolik ini merupakan darah sistolik. Penelitian tersebut
kondisi patofisiologis yang dapat menunjukan Pvalue sebesar <0,001.
menimbulkan masalah kardiovaskuler Diartikan bahwa dengan melakukan
(Nikhra, 2017). Maka dari itu, JPMR relaksasi otot progresif Jacobson maka
dapat membantu dalam pengurangan penderita hipertensi dapat menurunkan
tekanan darah sistolik bagi penderita tekanan darah sistoliknya.
hipertensi dan usia dewasa pada umumnya
Rosiana , Terapi Komplementer Relaksasi Otot Progresif Jacobson 155

Tabel 5. Analisis Pengaruh Relaksasi Otot Progressif Jacobson terhadap Tekanan Darah
Diastolik
Variabel N Mean Std. Deviasi P Value
Tekanan Darah Diastolik 16 90 mmHg 6,325
Sebelum Intervensi
0,001
Tekanan Darah Diastolik 16 81,25 mmHg 3,416
Sesudah Intervensi
Tabel 5 menunjukan analisa tersebut maka dapat dijelaskan bahwa
pengaruh dari terapi relaksasi otot tekanan darah yang tinggi terjadi karena
progresif Jacobson terhadap perubahan adanya peningkatan curah dari jantung
tekanan darah. Tekanan darah yang serta terdapat tahanan pada pembuluh
dihitung adalah tekanan darah diastolik. darah perifer. Peningkatan curah jantung
Tabel menunjukan rata – rata tekanan terjadi diakibatkan karena adanya
darah diastolik dari sebelum tindakan penumpukan cairan atau disebut preload
adalah 90 mmHg. Rata – rata tekanan (Pikir dkk., 2015).
darah diastolik setelah dilakukan terapi Curah jantung meningkat juga dapat
adalah 81,25 mmHg. Standar deviasi dari terjadi karena adanya peningkatan
masing – masing tekanan darah sistolik kontraktilitas jantung akibat dari
sebelum dan sesudah intervensi adalah perubahan sistem saraf pada jantung.
6,325 dan 3,416. Hasil dari pengaruh Telah banyak studi menunjukan bahwa
berdasarkan Pvalue dengan menggunakan peningkatan curah jantung yang bersifat
perhitungan Wilcoxon di SPSS adalah kronik pada awalnya memang
0,001 yang berarti bahwa relaksasi otot meningkatkan tekanan darah sebagai
progresif Jacobson berpengaruh terhadap bentuk kompenasasi, namun setelah
penurunan tekanan darah diastolic. beberapa hari resistensi perifer akan
meningkat dan curah jantung akan
PEMBAHASAN menurun kembali ke nilai basal awal
Penelitian ini dilakukan kepada 16 (Pikir dkk., 2015). Apabila tidak adanya
responden dengan masalah kesehatan tindakan dalam penurunan tekanan darah,
berupa adanya peningkatan dari tekanan maka dapat menyebabkan permasalahan
darah. Intervensi yang diberikan sesuai serius bagi tubuh.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Beberapa komplikasi yang dapat
Khandare, dkk (2017). Penelitian ini muncul akibat adanya peningkatan
menyatakan bahwa dengan melakukan tekanan darah. Komplikasi tersebut
relaksasi otot progresif Jacobson, maka diantaranya adalah nyeri dada, stroke,
tekanan darah akan menurun pada serangan jantung, hingga gagal ginjal
penderita hipertensi (Khandare dkk., (WHO, 2019). Komplikasi ini dapat
2017). berpengaruh terhadap kualitas hidup
Hipertensi terjadi karena adanya penderita. Penatalaksanaan perlu
curah jantung dikali dengan resistensi dilakukan untuk mengurangi kejadian
perifer atau bisa disebut sebagai tekanan komplikasi. Penatalaksanaan yang dapat
dari arteri perifer. Berdasarkan uraian dilakukan penderita hipertensi adalah
156 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 9, No 2, November 2020, hlm 117-268

dengan rutin mengkonsumsi obat didapatkan Pvalue sebesar <0,001 yang


didampingi dengan tindakan non berarti bahwa relaksasi otot progresif
farmakologis (Pikir dkk., 2015). Jacobson berpengaruh terhadap penurunan
Salah satu bentuk tindakan tekanan darah sistolik. Hasil dari pengaruh
nonfarmakologis untuk mengurangi JPMR terhadap tekanan darah diastolik
peningkatan tekanan darah yaitu dengan berdasarkan Pvalue dengan menggunakan
melakukan relaksasi otot progresif perhitungan Wilcoxon di SPSS adalah
Jacobson (Kesoema, dkk. 2016). 0,001 yang berarti bahwa relaksasi otot
Relaksasi otot progresif Jacobson progresif Jacobson berpengaruh terhadap
merupakan sebuah bentuk relaksasi yang penurunan tekanan darah diastolik.
memiliki gerakan mengencangkan otot Meskipun pada hasil secara rata – rata
kemudian merileksasikan otot (Khandare, didapatkan penurunan diastolik, namun
dkk, 2017). Gerakan relaksasi otot berdasarkan intervensi secara perminggu
progresif Jacobson merupakan bentuk didapatkan ada yang tidak mengalami
relaksasi yang berurutan (Kesoema, dkk. penurunan pada diastoliknya. Penurunan
2016). Penggunaan relaksasi otot diastolik dapat tidak terjadi karena pada
progresif Jacobson dipilih karena tindakan usia responden yaitu diantara 40 hingga
ini mudah untuk dilakukan di rumah 55 tahun tekanan diastolik cendurung
(Khandare, dkk, 2017). Pengguna menetap (Nikhra, 2017).
relaksasi otot prgresif Jacobson akan Kondisi ini dapat menjadi alasan
merasakan perbedaan ketika otot yang mungkin saat dilakukan intervensi tekanan
pada awalnya ditegangkan yang kemudian diastolik dalam kondisi normal yang
di rilekskan. Relaksasi ini akan selesai menyebabkan penurunan tidak terjadi.
bila setiap langkah telah telah dilakukan Situasi ini memang sesuai dengan tujuan
(Kesoema, dkk. 2016). dari terapi JPMR yaitu untuk
JPMR dilakukan sebanyak 9 kali menormalkan kondisi pembuluh darah
pertemuan (tiga kali seminggu dalam tiga dengan gerakan penenangan diikuti
minggu), dengan durasi 20 – 30 menit relaksasi, yang apabila pembuluh darah
pada setiap pertemuan. Gerakan pada sudah stabil maka perubahan tidak terjadi
relaksasi JPMR berjumlah 17 gerakan (Kesoema, dkk. 2016).
yang SOP diambil dari Guy’s & Thomas, Hasil penelitian ini sejalan dengan
(2019). Gerakan dilakukan secara Kesoema bersama dengan tim pada tahun
berurutan, dimana tiap responden 2016. Pada penelitian tersebut perhitungan
diberikan satu kali intervensi lengkap SPSS menunjukan Pvalue dari antara pre
yang didahului dan diakhiri dengan tarik hari pertama intervensi dengan post hari
napas dalam terlebih dahulu. Tarik napas terakhir intervensi pada perlakuan JPMR
dalam dilakukan sebanyak tiga kali adalah <0,001 (Kesoema, dkk., 2016).
inspirasi dan ekspirasi yang dilakukan Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
sebelum dan sesudah dari tindakan JPMR. penelitian yang dilakukan oleh Shinde dan
Hasil penelitian telah menunjukan tim pada tahun 2013. Pada penelitian ini
bahwa adanya efektifitas dari relaksasi keseluruhan responden memiliki hasil
otot progresif Jacobson terhadap tekanan Pvalue <0,005 untuk tekanan darah
darah sistolik dan diastolik. Pada hasil sistolik dan diastolik hasil ini
intervensi untuk tekanan darah sistolik menunjukan bahwa dengan melakukan
Rosiana , Terapi Komplementer Relaksasi Otot Progresif Jacobson 157

JPMR maka penurunan tekanan darah hasil evaluasi yang telah dilakukan pada
baik sistolik dan diastolikk dapat terjadi 16 klien resume serta kelolaan telah
pada penderita hipertensi (Shinde dkk., ditemukan efektifitas dari intervensi
2013). Penelitian ini juga sejalan dengan JPMR. Evaluasi tersebut mendapatkan
oleh Khandare bersama tim pada tahun Pvalue <0,001 pada penurunan tekanan
2017. Hasil dari intervensi penelitian sistolik dan diastolik. Hasil Pvalue < 0,05,
tersebut menunjukan Pvalue sebesar maka dapat disimpulkan bahwa terapi
<0,001 (Khandare, dkk, 2017). JPMR berefektif terhadap penurunan
Pemberian tindakan JPMR pada tekanan darah pada pra hipertensi serta
keluarga memiliki beberapa faktor hipertensi tingkat 1. Terapi ini memang
pendukung keberhasilan intervensi. Faktor terbukti dapat menjadi terapi
pendukung ini berdasarkan hasil komplementer hipertensi. perlu
pemantauan selama intervensi oleh diperhatikan bahwa pemakaian obat
perawat kepada responden. Kepatuhan antihipertensi tetap harus dilakukan. Obat
serta keinginan untuk mengurangi tekanan antihipertensi merupakan terapi
darah menjadi kemudahan bagi perawat farmakologi yang harus diberikan dan
untuk menyampaikan informasi terapi rutin diminum oleh penderita hipertensi
(Shinde, dkk, 2013). Jangan memaksakan (Pikir dkk., 2015). Terapi ini hanya
responden yang tidak mampu serta mau sebagaI terapi pendamping.
melakukan intervensi, karena intervensi Keluarga yang memiliki anggota
tidak akan berefektif (Shinde, dkk, 2013). dengan permasalahan hipertensi dapat
Komunikasi yang baik perlu melakukan terapi JPMR. Motivasi terus
diterapkan kepada keseluruhan responden. keluarga yang mengalami hipertensi untuk
Penjelasan mengenai terapi yang melakukan terapi dibarengi dengan obat.
diberikan harus sederhana, mudah Jangan paksakan diri apabila sedang tidak
dimengerti, dan menimbulkan keinginan mampu melaksanakan terapi.
untuk melakukan tindakan. Kesadaran Perawat perlu membangun Bina
responden mengenai penyakit yang hubungan saling percaya yang harus
dialami serta pencegahan komplikasi dilakukan setiap pertemuan untuk
dapat mempermudah perawat untuk mencegah tindakan ketidakooperatif dari
memberikan informasi terapi ini. Gerakan responden. Perawat harus memberikan
yang sistematis membantu perawat untuk penjelasan mengenai terapi secara
mengingatkan kepada responden urutan sederhana, mudah dimengerti, dan
dari tindakan. menimbulkan keinginan untuk melakukan
tindakan.
KESIMPULAN DAN SARAN Peneliti selanjutnya dapat
Efektifitas dari terapi JPMR bukan mengembangkan terapi JPMR yang lebih
hanya dirasa oleh keluarga kelolaan, ringkas namun efektif. Peneliti
namun terapi ini juga berefektif bagi selanjutnya juga dapat mengembangkan
keluarga resume lainnya. Keluarga SOP agar tindakan mudah dilakukan oleh
kolalaan utama serta hampir seluruh semua orang.
keluarga resume merupakan penderita
hipertensi dalam kategori pra hipertensi DAFTAR RUJUKAN
serta hipertensi tingkat I. Berdasarkan American Heart Association. (2016).
158 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 9, No 2, November 2020, hlm 117-268

What Is High Blood Pressure ?. Decreasing Cortisol Concentrasion


On Pre-Hypertension Patient’s,
C, K., Grover, S., Rabkin, S. W., Gordon, 12(1), 52–59.
W., Howlett, J. G., Lindsay, P., …
Wein, T. H. (2018). Hypertension Khandare, S., Sabuwala, M., Palekar, T.
Canada’s 2018 Guidelines for J., & Kuma, V. (2017). Effect Of
Diagnosis, Risk Assessment, Jacobson’s Relaxation Technique
Prevention, and Treatment of On Clinical Parameters In
Hypertension in Adults and Hypertension Patients, 6(6), 1258–
Children. Canadian Journal of 1263.
Cardiology. Canadian
Cardiovascular Society. Nikhra, V. (2017). Aging Heart: Recent
Research and Concepts.
Guy’s, & Thomas, S. (2019). Jacobson ’ s Gerontology & Geriatrics Studies,
progressive relaxation technique. 1(1), 1–11.

Hastono, S. P. (2016). Analisis Data pada Pikir, B. S., Aminuddin, M., Subagjo, A.,
Bidang Kesehatan. Jakarta: Dharmadjati, B. B., Suryawan, I. G.
Rajawali Pers. R., & P, J. N. E. (Eds.). (2015).
Hipertensi Manajemen
Hernilawati. (2013). Pengantar Ilmu Komprehensif (Vol. 1). Surabaya:
Keperawatan Komunitas. University Press: Airlangga.
(Amirullah, Ed.) (Edisi Pertama).
Penulis dan Penerbit Pustaka As - Shinde, N., Shinde, K., Khatri, S., &
Salam:Takalar. Hande, D. (2013). Immediate Effect
of Jacobson’s Progressive Muscular
Kementerian Kesehatan Republik Relaxation in Hypertension.
Indonesia. (2018). Hasil Utama Scholars Journal of Applied Medical
RISKESDAS 2018. Sciences, 1(2), 80–85.

Kementrian Kesehatan Republik Stafford, R. S., Taler, S. J., Thomas, R. J.,


Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Williams, K. A., Williamson, J. D.,
Dasar. & Wright, J. T. (2018). 2017 ACC /
AHA / AAPA / ABC / ACPM /
Kementrian Kesehatan Republik AGS / APhA / ASH / ASPC / NMA
Indonesia. (2019). Hari Hipertensi / PCNA Guideline for the
Dunia 2019 : “Know Your Number, Prevention , Detection , Evaluation ,
Kendalikan Tekanan Darahmu and Management of High Blood
dengan CERDIK.” Pressure in Adults, 71(19).

Kesoema, T. A., Chasani, S., & Handoyo, Swarjana, I. K. (2016). Statistik


R. (2016). Comparison Between Kesehatan. (A. A. C, Ed.) (1st ed.).
Taichi Chuan And Jacobson’s Yogyakarta: Andi.
Progressive Muscular Relaxation In
Rosiana , Terapi Komplementer Relaksasi Otot Progresif Jacobson 159

WHO. (2019). Key facts Why is


hypertension an important issue in
low- and middle-income.

Anda mungkin juga menyukai