Anda di halaman 1dari 13

Hubungan antara Tekanan Darah dengan Fungsi Kognitif pada Lansia Correlation between Blood Pressure and Cognitive

Function in Elderly Martina Sartika F. S.1, Cut Aria Arina2


1.

Mahasiswa FK USU angkatan 2009 Staff Pembimbing

2.

Running Title : Tekanan darah dan fungsi kognitif lansia

ABSTRAK Penurunan pada fungsi kognitif akan mempengaruhi fungsi orientasi, bahasa, atensi, kalkulasi, memori, konstruksi, dan penalaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas hidup penderita. Masalah fungsi kognitif berkaitan dengan proses degeneratif dan gangguan peredaran darah pada area kognisi di otak, dimana peredaran darah juga berkaitan erat dengan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tekanan darah dengan fungsi kognitif pada lansia dengan menggunakan desain analitik. Penentuan besarnya jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan tabel power analisis untuk uji korelasi. Dalam penelitian ini, ditetapkan level of significance sebesar 0,05 dan power sebesar 0,80, sehinga besarnya jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung terhadap lansia. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 38,3% lansia mengalami hipertensi dan sebanyak 53,3% mengalami gangguan fungsi kognitif. Tidak terdapat hubungan antara tekanan darah dengan fungsi kognitif pada lansia yang tampak dari nilai p=0,385 pada uji korelasi Spearman. Kata kunci: lansia, tekanan darah, fungsi kognitif

ABSTRACT Low cognitive function will affect orientation, language, attention, calculation, memory, construction, and reasoning function which at last will influence the patients quality of life. Cognitive function problem is related to degenerative process and blood flow disturbance at cognitive area in the brain, which blood flow it self is closely related to blood pressure too. This research is aimed to identify the relation of blood pressure towards the cognitive function in the elderly, using analytic design. Analysis power table for correlation testing is used to calculate the amount of the sample. In this research, level of significance is 0.05 and power is 0.80, so the sample in this research is 60 people. The data were collected by directly observation towards the elderly. The result is 38,3% of the elderly have hypertension and 53,3% have cognitive impairment. There is no relationship between blood pressure towards cognitive function in elderly showed by p=0,385 in Spearman Correlatin test. Keywords: elderly, blood pressure, cognitive function

PENDAHULUAN Penuaan merupakan proses bertahap dan berkesinambungan dimana sel mengalamai kemunduran baik secara struktural maupun fungsional. Proses ini disebut dengan proses degeneratif. Salah satu manifestasi proses degeneratif ialah gangguan kognitif. Prevalensi gangguan kognitif meningkat seiring pertambahan usia. Dari hasil survei Departement of Epidemiology and Population Health (London School of Hygiene and Tropical Medicine), prevalensi gangguan kognitif pada lanjut usia (lansia) di Inggris usia 75-79 tahun mencapai 11,2%, 80-84 tahun 19,0%, 85-89 tahun 29,6%, dan 90 tahun lebih 46,5% (Rait et al., 2005). Pada survei kesehatan Depkes RI, gangguan mental pada usia 5564 tahun mencapai 7,9%, sedangkan yang berusia di atas 65 tahun 12,3%, dan diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun yang akan datang (Yastroki, 2012). Di samping itu, proses degenerasi juga menyebabkan kemunduran fungsi organ pada lansia. Akibatnya, lansia rentan terhadap penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, stroke, kanker, gagal ginjal, dan lain-lain. Secara umum, pengertian hipertensi ialah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg atau diastolik lebih besar 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selisih waktu 5 menit dalam keadaan tenang (Depkes, 2007). Hipertensi yang kronis akan memicu terjadinya kerusakan diberbagai organ tubuh (otak, mata, pembuluh darah, ginjal, dan hati), baik dari segi anatomi maupun fungsi (Raz et al., 2003). Penyakit yang timbul pada otak akibat hipertensi kronis ialah stroke, demensia, dan gangguan kognitif ringan. Beberapa survei epidemiologi yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa menyimpulkan bahwa prevalensi hipertensi pada rentang usia lanjut antara 53% dan 72%

(Babatsikou & Zavitsanou, 2010). Di Indonesia, prevalensi hipertensi secara keseluruhan adalah 32,2%, dengan angka kejadian tertinggi di Provinsi Kalimantan Selatan 39,9% dan terendah di Provinsi Papua Barat 20,1%. Secara proporsi kelompok usia, prevalensi pada usia 55-64 tahun mencapai 14,9%, usia 65-74 tahun 10,0%, dan usia lebih dari 75 tahun 4,9% (Rahajeng & Tuminah, 2009). Hipertensi memiliki peranan yang besar dalam menyebabkan penyakit-penyakit serebrovaskular. Salah satu bentuk penyakit serebrovaskular adalah demensia vaskular. Secara global, data epidemiologi menunjukkan bahwa sekitar 42% penyakit

serebrovaskular disebabkan oleh tekanan darah suboptimal, yaitu sistolik lebih dari 115 mmHg (WHO, 2003). Oleh karena alasan diatas serta tingginya prevalensi gangguan kognitif dan hipertensi pada lansia, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dengan fungsi kognitif pada lansia.

METODE Penelitian ini termasuk penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, dimana setiap subyek penelitian akan diukur tekanan darahnya dengan sphygmomanometer digital, kemudian dilakukan pengukuran fungsi kognitif dengan menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE). Tempat dilakukannya penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik yang merupakan rumah sakit rujukan wilayah pembangunan A. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Juli sampai Agustus 2012. Populasi target dalam penelitian ini adalah lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas dengan atau tanpa hipertensi, dan populasi terjangkaunya adalah lansia dengan atau tanpa hipertensi yang datang ke poli penyakit dalam Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan. Adapun cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan izin dari pihak RSUHAM Medan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ini, jika pasien bersedia, maka responden diminta menandatangani informed concent. Pertama, dilakukan wawancara untuk menilai kriteria inklusi dan eksklusi. Apabila subyek memenuhi kriteria inklusi, tetapi memiliki salah satu dari kriteria eksklusi, maka subyek dikeluarkan dari sampel. Sampel yang telah memenuhi kriteria, berikutnya, diukur tekanan darahnya dengan menggunakan sfigmomanometer digital. Selanjutnya subyek dikelompokkan sesuai dengan kriteria tekanan darah menurut JNC VII.

Kemudian, setiap subyek yang terpilih, baik yang termasuk dalam kelompok hipertensi, prehipertensi, maupun normal, diukur fungsi kognitifnya dengan menggunakan MMSE. Semua data yang telah terkumpul diolah dan disusun dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Pertama, dilakukan penilaian distribusi frekuensi variabel penelitian. Selanjutnya dilakukan uji normalitas terhadap semua data numerik yang diperoleh. Oleh karena variabel dependen pada penelitian ini tidak berdistribusi normal, maka uji statistik yang digunakan ialah uji korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dengan fungsi kognitif pada lansia.

HASIL Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kategori Tekanan Darah Sistolik menurut JNC VII
Total Karakteristik f (orang) Tekanan Sistolik Normal (< 120 mmHg) Prehipertensi (120 139 mmHg) Hipertensi Stadium 1 (140 159 mmHg) Hipertensi Stadium 2 ( 160 mmHg) Total 15 22 12 11 60 25 36,7 20 18,3 100 %

Tabel 2.

Distribusi Frekuensi Interpretasi Tekanan Darah Menurut JNC VII


Total Karakteristik f (orang) % 23,3 38,3 20 18,3 100

Klasifikasi JNC VII Normal Prehipertensi Hipertensi Stadium 1 Hipertensi Stadium 2 Total 14 23 12 11 60

Tabel 3.

Hasil Uji Korelasi Spearman Mengenai Hubungan Interpretasi Tekanan Darah Menurut JNC VII dengan Fungsi Kognitif Menurut Skor MMSE
p value 0,385 Korelasi Spearman-rho () -0,114

Karakteristik Interpretasi Tekanan Darah Menurut JNC VII Fungsi Kognitif Menurut Skor MMSE

PEMBAHASAN Perubahan pola tekanan darah terjadi seiring dengan peningkatan usia (Yoon, et al., 2010). Menurut JNC VII, tekanan darah dinilai tidak hanya dari tekanan sistolik saja atau diastolik saja, tetapi dinilai dari keduanya yaitu tekanan sistolik dan diastolik. Dari data yang diperoleh, sebagian besar lansia termasuk dalam kelompok tekanan darah yang abnormal yaitu sebanyak 46 orang (76,7%), dimana setengahnya (38,3%) adalah hipertensi. Dari data CDC/NCHS, diperoleh lebih dari 60% lansia berusia di atas 60 tahun di Amerika Serikat memiliki tekanan darah yang tinggi (Yoon, et al., 2010). Perbedaan hasil ini dapat dikarenakan adanya perbedaan letak geografis (Babatsikou & Zavitsanou, 2010). Adanya perbedaan hasil dengan beberapa studi terdahulu dimungkinkan karena faktor lain seperti ras, status sosioekonomi, stres psikososial, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan berat badan. Selain itu, kemungkinan terjadinya perbedaan prevalensi hipertensi pada lansia juga dipengaruhi oleh spektrum definisi dan keakuratan dalam pengukuran (Lu, et al., 2000). Pada beberapa penelitian (Kuusisto et al., 1993; Lu et al., 2000; Raz et al., 2003; Vicario et al., 2011), pasien dengan terapi antihipertensi juga didefinisikan sebagai hipertensi. Pada penelitian ini, hipertensi hanya didefisikan dari tekanan darah sistolik dan diastolik saja dan tidak dilakukan penilaian terhadap riwayat antihipertensi, sehingga banyaknya sampel yang mengalami hipertensi tidak dapat diperkirakan secara pasti. Pada penelitian tersebut, pengkuran dilakukan pada posisi duduk menggunakan

sfigmomanometer raksa dengan brachial cuff (gold standard) dan diukur setelah istirahat selama 5 menit. Pengukuran dilakukan sebanyak 2-3 kali dengan interval 5 menit atau lebih. Berbeda dengan pengkuran pada penelitian ini, sampel yang dalam posisi duduk diukur tekanan darahnya dengan menggunakan sfigmomanometer digital tanpa diketahui

apakah sampel sudah istirahat selama 5 menit sebelumnya atau tidak serta pengukuran hanya dilakukan sekali saja. Oleh karena itu, hasil pengukuran dapat menjadi bias oleh proses akut (aktivitas fisik naik tangga, minum kopi, dan lain-lain) yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah akut. Prevalensi gangguan kognitif meningkat seiring dengan pertambahan usia dan lebih banyak terjadi pada wanita. Pada penelitian Rait et al. (2005) terhadap masyarakat umum di Inggris, sebanyak 18,3% lansia (75 tahun) mengalami gangguan kognitif dengan cut off point MMSE 23/24. Sedangkan pada penelitian ini, diperoleh persentase yang jauh lebih tinggi yaitu sebanyak 53,3% lansia mengalami gangguan kognitif, yang terdiri dari 33,3% adalah wanita dan 20% adalah pria. Hal ini dapat dikarenakan adanya (1) perbedaan tipe populasi (rumah sakit versus masyarakat umum), faktor sosio-ekonomi, dan kebudayaan, (2) jumlah sampel sangat sedikit jika dibandingkan dengan penelitian Rait et al. (2005) (15.051 orang), dan (3) sampel yang tidak menjawab diberi nilai nol, sedangkan pada penelitian Rait et al., sampel akan dimasukkan ke dalam kriteria eksklusi. Sehingga prevalensi pada penelitian ini menjadi jauh lebih tinggi. Pada lansia, peningkatan tekanan darah berkaitan erat dengan penurunan fungsi kognitif (Papademetriou, 2005; Raz et al., 2003). Hasil pada penelitian ini menunjukkan hal yang sebaliknya, yaitu tidak diperoleh adanya hubungan antara tekanan darah dengan fungsi kognitif yang tampak dari nilai p>0,05. Pada penelitian Vicario et al. (2011) di Argentina, tidak diperoleh adanya gangguan kognitif maupun penurunan skor MMSE pada pasien hipertensi yang difollowup selama enam tahun. Hal ini diperkirakan karena MMSE tidak cukup sensitif dan spesifik untuk menilai fungsi eksekutif di area frontalis, dimana

area ini merupakan area pertama yang menerima efek hipertensi dibandingkan dengan area lainnya. Sehingga kita sebaiknya menggunakan tes yang lebih spesifik untuk mendeteksi adanya gangguan pada fungsi eksekutif. Pengaruh langsung hipertensi terhadap otak terlihat dari perubahan anatomi otak yaitu ukuran ruang cairan serebrospinal dan volume area otak, dimana pasien hipertensi memiliki ukuran ruang cairan serebrospinal yang lebih besar dan volume otak yang lebih kecil dibanding pada normotensi (Papademetriou, 2005; Raz et al., 2003). Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan pada gambaran MRI (Magnetic Resonance Imaging) (Raz et al., 2003). Oleh sebab itu, untuk melakukan penilaian yang lebih tepat terhadap fungsi kognitif, dapat dilakukan dengan menggunakan gambaran MRI. Selain hipertensi dan usia, harus diperhatikan pula beberapa faktor penting lainnya yang juga akan mempengaruhi fungsi kognitif sampel yaitu durasi hipertensi, riwayat terapi, pendidikan, maupun kondisi sosioekonominya (Raz et al., 2003). Durasi hipertensi sangat berpengaruh terhadap proses perubahan fungsi maupun anatomi otak (Igase et al., 2011; Raz et al., 2003; Vicario, 2011), dimana semakin lama hipertensi terjadi maka semakin besar pula perubahan yang terjadi. Pada penelitian ini tidak dilakukan penilaian terhadap durasi maupun riwayat terapi hipertensi.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pendistribusian, hasil analisis, dan pembahasan data hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut sebanyak 23 orang (38,3%) lansia mengalami hipertensi, sebanyak 32 orang (53,3%) lansia mengalami penurunan fungsi kognitif, sebanyak 11 orang (47,8%) lansia dengan hipertensi yang mengalami penurunan fungsi kognitif, rerata skor MMSE pada tiap subgrup tekanan darah adalah 22,64 pada kategori normal, 23,35 pada kategori prehipertensi, 22,75 pada kategori hipertensi stadium 1, dan 23,55 pada kategori hipertensi stadium 2, dan tidak terdapat hubungan antara tekanan darah dengan fungsi kognitif (p>0,05, p=0,385). Dari seluruh proses penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak terkait dalam penelitian ini maupun penelitian selanjutnya. Adapun saran tersebut, yaitu rumah sakit juga perlu melakukan kalibrasi alat pengukur tekanan darah lebih sering lagi, terutama bila menggunakan sfigmomanometer digital sehingga dapat mengurangi bias dalam pengukuran, lansia diharapkan mengukur tekanan darahnya dengan teratur untuk mengetahui apakah normal atau tidak sehingga proses penanganan dan pencegahan komplikasinya dapat dilakukan lebih cepat, dan penelitian ini memiliki jumlah sampel yang masih sedikit, penilaian variabel bebas yang terbatas, dan penggunaaan alat pengukur fungsi kognitif yang masih sederhana. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan dengan jumlah sampel yang lebih besar, penilaian variabel bebas yang lebih mendalam seperti durasi hipertensi, riwayat terapi hipertensi, kondisi sosioekonomi, dan lain-lain untuk memperoleh hasil yang lebih tepat dalam menggambarkan hubungan tekanan darah dengan fungsi kognitif.

REFERENSI Babatsikou, F. & Zavitsanou, A., 2010. Epidemiology of Hypertension in Elderly. Health Science Journal, pp. 24-30. Depkes RI, 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Depkes Republik Indonesia. Igase, M., Kohara, K. & Miki, T., 2012. Review Article: The Association Between Hypertension and Dementia in the Elderly. Toon City: Hindawi Publishing Corporation. Kuusisto, J. et al., 1993. Essesntial Hypertension and Cognitive Function, The Role of Hyperinsulinemia. Hypertension, Journal of The American Heart Association, pp. 771-779. Lu, F.-H.et al., 2000. Hypertension in Elderly Person: Its Prevalence and Its Associated Cardiovascular Risk Factor in Tainan City, Shouthern Taiwan. Journal of Gerontology: MEDICAL SCIENCES, 55A(8), pp. M463-468. Papademetriou, V., 2005. Blood Pressure Regulation and Cognitive Function; A Review of The Literature. Geriatrics, 60(Hypertension and Cognitive Function), pp. 20-24. Rait, G. et al., 2005. Prevalence of Cognitive Impairment: Results from The MRC trial of Assessment and Management of Older People in The Community. Age and Ageing, pp. 242-248. Rahajeng, E. & Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Artikel Penelitian, Volume 59, pp. 580-587. Raz, N., Rodrigue, K. M. & Acker, J. D., 2003. Hypertension and The Brain: Vulnerability of Prefrontal Region and Excecutive Functions. USA: American Psychological Association. Vicario, A., Sueldo, M. A. d., Zilberman, Z. M. & Cerezo, G. H., 2011. Cognitive Evolution in Hypertensive Patients: Six-Year Follow-Up. Dovepress, pp. 281-285. Yastroki, R., 2012. Available at: [Accessed 28 Maret 2012]. Yayasan stroke Indonesia. [Online] http://www.yastroki.or.id/read.php?id=237

Yoon, S. S., Ostchega, Y. & Louis, T., 2010. Recent Trend in The Prevalence of High Blood Pressure and its Treatment and Control, 1999-2008, s.l.: U.S. Departement of Health and Human Services.

Anda mungkin juga menyukai