Anda di halaman 1dari 7

Infokes : Info Kesehatan P-ISSN : 2087-877X, E-ISSN : 26552213

Vol. 8, No. 2, Juli 2018

AKTIVITAS FISIK DAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DENGAN


KEJADIAN JANTUNG KORONER DI RSUD UNDATA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

Nurhayati1
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu
email: nhayati471@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Faktor perilaku tidak
sehat yang sering dikaitkan dengan kejadian PJK adalah aktivitas fisik dan kadar kolesterol. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik dan kadar kolesterol total dengan
kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Jenis penelitian ini
adalah analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Undata Provinsi
Sulawesi Tengah pada tanggal 11-28 Februari 2018. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien PJK rawat
jalan di poliklinik jantung RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah 41 responden yang
diambil menggunakan consecutive sampling. Analisis penelitian ini menggunakan uji chi square dan
fisher’s exact dengan tingkat kemaknaan 5%. Hasil penelitian dengan uji chi square menunjukkan ada
hubungan aktivitas fisik dengan kejadian PJK (p < 0,05) dan hasil penelitian dengan uji fisher’s exact
menunjukkan ada hubungan kadar kolesterol total dengan kejadian PJK (p < 0,05). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah ada hubungan antara aktivitas fisik dan kadar kolesterol total dengan kejadian
penyakit jantung koroner di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Dapat dikatakan bahwa seseorang
dapat mengalami penyakit jantung koroner karena kurang melakukan aktivitas fisik sehingga pembakaran
kalori dan lemak dalam tubuh lebih sedikit.

Kata kunci: Aktivitas fisik, jantung, kolesterol

PHYSICAL ACTIVITY AND TOTAL CHOLESTEROL LEVEL WITH


CORONARY HEART DESEASE IN UNDATA GENERAL
HOSPITALCENTRAL SULAWESI PROVINCE
ABSTRACT
Coronary heart desease (CHD) is number one the leading cause of death in the world. Unhealthy
behavioral factors that often associated with CHD events are physical activitiy and cholesterol level. The
aim of this research was to analyze correlation of physical activity and total cholesterol level toward
coroner heart disease in Undata General Hospital, Central Sulawesi Province. The type of this research
is analytical research with cross sectional design. This study was conducted in Undata Hospital of
Central Sulawesi Province on 11-28 February 2018. Subject of this research was coroner disease
outpatient in heart polyclinic of Undata Hospital, Central Sulawesi Province with 41 respondents that
taken by concecutive sampling technique. The analysis of this study used the chi square and fisher's exact
test with a significance level of 5%. Result of the study with the chi square test showed that there was
correlation between physical activity with CHD incidence (p < 0.05) and the result of the study with
Fisher's exact test showed that there was correlation between total cholesterol level with CHD incidence
(p < 0.05). The conclusion of this study there was correlation between physical activity and total
cholesterol level with the incidence of coronary heart disease in Undata General Hospital, Central
Sulawesi Province. Lack of physical activity can lead to less burning of calories and fat in the body which
can result in coronary heart disease.

Key words: Physical activity, heart, cholesterol

24
PENDAHULUAN akibat PJK sebesar 25% dan 21% pada laki-
Penyakit jantung koroner (PJK) laki dan prempuan (Reiner dkk, 2013).
adalah penyakit yang disebabkan Selain aktivitas fisik kadar kolesterol
penyumbatan salah satu atau beberapa yang tinggi merupakan 56% faktor yang
pembuluh darah yang menyuplai aliran berkontribusi besar dalam penyebab
darah ke otot jantung.Umumnya manifestasi terjadinya PJK. Kolesterol dalam darah
kerusakan dan dampak akut sekaligus fatal diedarkan oleh lipoprotein, diantaranya ada
dari PJK disebabkan gangguan pada fungsi dua jenis lipoprotein utama, yaitu low lensity
jantung (WHO, 2012). lipoprotein (LDL) dan high density
Berdasarkan data dari badan lipoprotein (HDL). Konsekuensi
kesehatan dunia (WHO) menyebutkan hiperlipidemia yang paling penting adalah
bahwa penyakit jantung koroner (PJK) peningkatan kolesterol serum, terutama
menduduki urutan pertama penyebab peningkatan LDL yang merupakan
kematian di dunia. PJK yang termasuk di predisposisi terjadinya aterosklerosis serta
dalam penyakit kardiovaskuler menjadi meningkatnya risiko terjadinya PJK (Bull
penyakit yang mematikan dengan prevalensi dan Morrell, 2007).
7,4 juta jiwa yang meninggal disebabkan Menurut Ingelsson dkk (2007), rasio
oleh penyakit ini. Data pada tahun 2015 kolesterol total terhadap HDL berhubungan
menunjukkan bahwa angka kematian yang positif dengan risiko PJK. Sedangkan
disebabkan oleh PJK menduduki peringkat menurut Arisman (2011), apabila rasio
pertama dan mengalahkan angka kematian kolesterol total terhadap HDL sama dengan
yang disebabkan oleh stroke sebesar 6,7 5, menunjukkan risiko sedang terkena
juta kasus yang sebelumnya menjadi serangan jantung bagi wanita atau risiko
penyakit yang mematikan nomor satu di tinggi bagi laki-laki. Rasio optimal
dunia (WHO, 2015). kolesterol total terhadap HDL 3,6 bagi pria
Berdasarkan data dari riset kesehatan dan 4,7 bagi wanita. Penelitian Woodward
dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 juga dkk (2007) menunjukkan rasio normal
menyebutkan bahwa prevalensi penyakit kolesterol terhadap HDL adalah ≤ 4,2,
jantung koroner di Indonesia berdasarkan semakin kecil rasio kolesterol total terhadap
diagnosis dokter adalah sebesar 0,5%, HDL diperkirakan menghasilkan penurunan
sedangkan prevalensi penyakit jantung risiko PJK.
koroner berdasarkan terdiagnosis dokter atau Berdasarkan survei pendahuluan yang
gejala sebesar 1,5% (Kemenkes RI, 2013). peneliti lakukan pada tanggal 11 Januari
Salah satu faktor perilaku tidak sehat 2018 dengan 6 pasien rawat jalan, dari hasil
yang sering dikaitkan dengan kejadian wawancara tersebut terdapat 4 orang dilihat
penyakit jantung koroner adalah aktivitas dari gaya hidup mereka mengatakan sering
fisik. Aktivisik merupakan segala mengonsumsi makanan yang mengandung
pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot lemak jenuh seperti daging merah, makanan
rangka dan akan meningkatkan pengeluaran berminyak dan berlemak. Sedikit
energi. Aktivitas fisik berupa olahraga dan mengonsumsi makanan kaya serat dari
kegiatan harian yang dilakukan secara rutin sayuran dan tumbuh-tumbuhan. Selain itu
dapat menurunkan risiko penyakit mereka juga mengatakan bahwa mereka
kardiovaskular dengan menjaga stabilitas kurang melakukan aktivitas fisik seperti
sistem kerja jantung dan menyeimbangkan berolahraga, dikarenakan banyaknya
kadar kolesterol darah (NIH, 2012). tuntutan pekerjaan sehingga tidak ada
Bedasarkan hasil penelitian Reiner kesempatan untuk melakukan olahraga.Gaya
(2013) aktivitas fisik menunjukkan hidup demikian akan menyebabkan
hubungan terbalik terhadap risiko kejadian terjadinya penumpukan kadar kolesterol
penyakit jantung koroner (PJK). Hal ini dalam darah. Oleh karena itu peneliti tertarik
sesuai dengan hasil penelitian analisis data untuk meneliti hubungan aktivitas fisik dan
sekunder di Negara Lithuania, yang kadar kolesterol total dengan kejadian
menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat penyakit jantung koroner.
menurunkan risiko morbiditas dan mortalitas

25
METODE melakukan aktivitas fisik ringan yaitu 26
Jenis penelitian ini adalah analitik responden (63,4%), aktivitas fisik berat
dengan desain cross sectional. Penelitian ini berjumlah 8 responden (19,5%), dan
dilakukan di Rumah Sakit Undata Provinsi aktivitas fisik sedang berjumlah 7 responden
Sulawesi Tengah pada tanggal 11-28 (17,1%).
Februari 2018. Subjek dalam penelitian ini
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kadar
adalah pasien PJK rawat jalan di poliklinik
Kolesterol Total Responden di
jantung RSUD Undata Provinsi Sulawesi
RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah dengan jumlah 41 responden.
Tengah
Teknik pengambilan sampel menggunakan
Kadar kolesterol n %
consecutive sampling. total
Variabel independen (bebas) dalam Normal 19 46,3
penelitian ini adalah aktivitas fisik dan kadar Tidak normal 22 53,7
kolesterol total. Variabel dependen (terikat) Total 41 100,0
dalam penelitian ini adalah kejadian Sumber: Data primer 2018
penyakit jantung koroner.Variabel penelitian
Tabel 3 menunjukkan dari 41
dianalisis menggunakan uji chi square dan
responden, jumlah responden yang memiliki
fisher’s exact pada tingkat kemaknaan 5%
kadar kolesterol total tidak normal
dengan bantuan software statistik.
berjumlah 22 responden (53,7%) dan
responden yang memiliki kadar kolesterol
HASIL
normal yaitu 19 responden (46,3%)
Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Analisis Bivariat
Responden di RSUD Undata Tabel 4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Provinsi Sulawesi Tengah Kejadian Penyakit Jantung
Pekeejaan n % Koroner di RSUD Undata
Wiraswasta 16 39,0 Provinsi Sulawesi Tengah
Petani 11 26,8
Pensiun 2 4,8 Kejadian PJK p
Aktivitas
URT 7 17,0 Akut Kronis Total Val
fisik
Pengangguran 5 12,1 n % n % ue
Total 41 100,0 Ringan
17 50 17 50 34
Sumber: Data primer 2018 + sedang 0,029
Berat 0 0 7 100 7
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 41 Total 17 41,5 24 58,5 41
responden, jumlah terbanyak adalah Sumber: Data primer 2018
wiraswasta sebanyak 16 responden (39,0%),
petani sebanyak 11 responden (26,8%), URT Tabel 4 menunjukkan bahwa terjadi
sebanyak 7 responden (17,0%), penggabungan cell, karena pada tabel 2x3 di
pengangguran sebanyak 5 responden atas memiliki cell dengan nilai expected
(12,1%), dan pensiunan sebanyak 2 lebih dari 20% (Dahlan, 2017). Oleh karena
responden (4,8%). itu, pengkategorian aktivitas fisik yang
semula terdiri dari aktivitas fisik ringan,
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Aktivitas sedang dan berat menjadi dua kategori yaitu
Fisik Responden di RSUD Undata aktivitas fisik ringan (ringan + sedang) dan
Provinsi Sulawesi Tengah aktivitas fisik berat.
Aktivitas fisik n % Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 34
Ringan 26 63,4 responden dengan aktivitas fisik ringan
Sedang 7 17,1 (ringan+sedang) terdapat 17 responden
Berat 8 19,5 (50,0%) mengalami PJK akut dan 17
Total 41 100,0 rsponden (50%) mengalami PJK kronis.
Sumber: Data primer 2018 Adapun responden dengan aktivitas fisik
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari berat sebanyak 7 responden (100%)
41 responden, jumlah responden yang semuanya mengalami PJK kronis.

26
Hasil uji ststistik menggunakan tiba-tiba. Hal ini sejalan dengan teori Nurarif
fisher’s exact diperoleh nilai p < 0,05). (2015) yang mengatakan bahwa aktivitas
Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan fisik yang kurang akan mengakibatkan berat
aktivitas fisik dengan kejadian PJK. badan tidak ideal, sehingga dengan
berjalananya waktu akan terjadi
Tabel 5 Hubungan Kadar Kolesterol Total
penumpukan plak dalam arteri koroner dan
dengan Kejadian Penyakit Jantung
terjadi arterosklerosis sehingga jantung tidak
Koroner di RSUD Undata
bisa berkerja dengan baik.
Provinsi Sulawesi Tengah
Hasil analisis bivariat juga
Kadar Kejadian PJK p menunjukkan bahwa seseorang yang
To
kolestero Akut Kronis Valu melakukan aktivitas fisik ringan
tal
l total n % n % e
(ringan+sedang) dapat menyebabkan
Normal 17 89,5 2 10,5 19
penyakit jantung koroner kronis. Hal
Tidak 0,029
0 0 22 100 22 tersebut terjadi karena adanya faktor
normal
Total 17 89,5 24 58,5 41 pemicu lain seperti banyak mengonsumsi
Sumber: Data primer 2018 makanan yang tinggi lemak jenuh sehingga
kadar kolesterol total meningkat dalam arteri
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 22 koroner dan kondisi tersebut akan
responden yang memiliki kadar kolesterol menimbulkan PJK kronis. Hal ini didukung
total tidak normal, semuanya (100%) oleh penelitian Bintanah (2010), salah satu
menderita PJK kronis. Adapun dari 19 penyebab penyakit jantung koroner yaitu
responden yang memiliki kadar kolesterol kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak
normal, terdapat 17 responden (89,5%) tinggi terutama lemak jenuh. Semakin
menderita PJK akut dan 2 responden banyak mengonsumsi lemak, semakin
(10,5%) menderita PJK kronis. meningkat pula kadar kolesterol total dalam
Hasil uji ststistik menggunakan chi- darah. Penumpukan kolesterol tersebut dapat
square diperoleh nilai p < 0,05, sehingga menyebabkan penebalan pada pembuluh
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan nadi koroner. Kondisi ini mengakibatkan
kadar kolesterol total dengan kejadian PJK. kelenturan pembuluh nadi menjadi
berkurang, sehingga penyakit jantung
PEMBAHASAN koroner akan lebih mudah terjadi ketika
Hubungan Aktivitas Fisik dengan pembuluh nadi koroner mengalami
Kejadian Penyakit Jantung Koroner penyumbatan.
Hasil uji ststistik menggunakan Hasil penelitian diperoleh bahwa
fisher’s exact diperoleh nilai p=0,029 (nilai semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan
p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan seseorang maka semakin tinggi risiko
bahwa terdapat hubungan antara aktivitas terjadinya penyakit jantung koroner kronis,
fisik dengan kejadian penyakit jantung karena pada dasarnya orang yang sudah
koroner. mengalami penyakit jantung koroner tidak
Hasil penelitian ini menunjukkan bisa melakukan aktivitas yang berlebihan
bahwa seseorang yang melakukan aktivitas karena hal tersebut dapat memperberat
fisik tidak teratur atau ringan kinerja jantung. Hal ini sejalan dengan
(ringan+sedang) dapat menyebabkan penelitian Sofi dkk (2007), bahwa aktivitas
penyakit jantung koroner akut. Hal tersebut fisik yang dilakukan terlalu sering dapat
disebabkan karena seseorang kurang menyebabkan inflamasi dalam pembuluh
melakukan aktivitas fisik sehingga darah sehingga dapat meningkatkan risiko
pembakaran kalori dan lemak dalam tubuh thrombosis dan iskemik yang merupakan
lebih sedikit. Selain itu dapat juga dipicu pemicu patofisiologi dari PJK.
oleh faktor lain seperti merokok secara terus Oetoro (2012) menyebutkan bahwa
menerus yang mengakibatkan penumpukan aktivitas fisik berupa olahraga yang
plak dalam arteri koroner sehingga dapat berlebihan akan membuat tubuh
memicu penyakit jantung koroner secara membutuhkan suplai oksigen dalam jumlah
banyak, sehingga peningkatan ini akan

27
memicu timbulnya radikal bebas dalam dengan hasil statistik menunjukkan bahwa
tubuh. Jika gaya olahraga semacam ini nilai p= 0,030 (p-value < 0,05).
sering dilakukan, maka akan terjadi Hasil penelitian ini diperoleh bahwa
penumpukan radikal bebas dalam tubuh kolesterol total normal dapat menyebabkan
yang dapat menyebabkan penyakit kronis terjadinya penyakit jantung koroner akut dan
seperti serangan jantung dan kanker. Oleh kronis. Hal ini disebabkan karena adanya
karena itu, aktivitas fisik sedang berupa faktor pemicu lain seperti gaya hidup, jenis
senam atau jalan kaki yang meningkatkan kelamin dan usia. Hal ini sejalan dengan
aliran darah menjadi 350 ml per menit sudah teori Naga (2012) penderita penyakit jantung
lebih dari cukup untuk menghindarkan dari koroner cenderung berusia > 50 tahun,
proses aterosklerosis yang dapat memicu namun proporsi penderita penyakit jantung
timbulnya penyakit jantung koroner koroner juga terdapat pada kelompok usia
(Ekawati, 2010). Hasil penelitian ini sejalan 15-26 tahun dan terus meningkat hingga usia
dengan penelitian Wahyuni (2017) yang > 50 tahun. Menurut Wika (2008) bahwa
menyatakan bahwa ada hubungan bermakna penderita penyakit jantung koroner lebih
antara aktivitas fisik dengan PJK. Hasil uji cenderung terhadap laki-laki dibandingkan
statistik menunjukkan nilai p=0,019. perempuan karena disebabkan perilaku gaya
Senada dengan penelitian yang hidup yang tidak sehat seperti merokok
dilakukan oleh Ramadini (2017) di RSUP sehingga dapat merusak pembuluh darah dan
Dr. M. Djamil Padang, bahwa ada hubungan jantung, sedangkan wanita yang sudah
aktivitas fisik dengan tingkat nyeri pada menopaus berisiko PJK dari pada mereka
pasien penyakit jantung koroner dengan yang belum menopaus, karena hormon
hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,001 esterogen dapat melindungi perempuan dari
(p value < 0,05). Melakukan aktivitas fisik resiko terkena penyakit jantung koroner.
yang teratur dapat dapat meningkatkan Lebih lanjut, hasil penelitian ini juga
metabolisme dan meningkatkan kesehatan menunjukkan bahwa seseorang dengan
jantung (Ignarro, 2007). Aktivitas fisik yang kadar kolesterol total tidak normal
kurang atau bahkan tidak ada sama sekali mengalami penyakit jantung koroner kronis.
dapat mempengaruhi kesehatan terutama Hal itu disebabkan karena sering
jantung. Aktivitas fisik seperti olah raga dan mengonsumsi makanan yang tinggi lemak
kegiatan harian yang dilakukan secara rutin jenuh seperti daging merah, makanan yang
dapat meningkatkan konsentrasi HDL berminyak dan berlemak. Hal ini didukung
koleserol dan bermanfaat untuk mencegah oleh penelitian Bintanah (2010), salah satu
timbunan lemak di dinding pembuluh darah penyebab penyakit jantung koroner yaitu
(arterosklerosis) (Rahmawati 2009). kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak
tinggi terutama lemak jenuh. Semakin
Hubungan Kadar Kolesterol Total
banyak mengonsumsi lemak, semakin
dengan Kejadian Penyakit Jantung
meningkat pula kadar kolesterol total dalam
Koroner
darah. Penumpukan kolesterol tersebut dapat
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat menyebabkan penebalan pada pembuluh
disimpulkan bahwa ada hubungan kadar nadi koroner. Kondisi ini mengakibatkan
kolesterol total dengan kejadian penyakit kelenturan pembuluh nadi menjadi
jantung koroner. Hasil penelitian ini sejalan berkurang, sehingga penyakit jantung
dengan penelitian Rosita (2017), bahwa ada koroner akan lebih mudah terjadi ketika
hubungan kadar kolesterol total dengan pembuluh nadi koroner mengalami
kejadian penyakit jantung koroner, hasil uji penyumbatan.
statistik menunjukkan bahwa nilai p= 0,045 Kadar kolesterol total merupakan
(p-value < 0,05). Penelitian ini juga sejalan variabel independen dan bermakna
dengan penelitian yang dilakukan oleh mempunyai hubungan dengan timbulnya
Firdiansyah (2014) menyatakan bahwa penyakit jantung koroner baik pada wanita
adanya hubungan kadar kolesterol total maupun pria, sedangkan hubungan terbalik
dengan kejadian penyakit jantung koroner, antara HDL dan penyakit jantung koroner
juga telah mapan, insiden penyakit jantung

28
koroner dapat diperlihatkan oleh cardiovascular disease. An Update
peningkatan rasio kolesterol total Elsevier [Internet]. [diunduh 2018 jul
berbanding dengan HDL (Soertidewi, 2011). 5]; 73 (10): 326-340 Tersedia pada :
doi.=10.1.1.486.4679&rep=rep1&type=
KESIMPULAN pdf.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Ingelsson E, Schaefer EJ, Contois JH,
dilakukan di Poliklinik Jantung RSUD McNamara JR, Sullivan L. 2007.
Undata Provinsi Sulawesi Tengah, dapat Clinical utility of different lipid
disimpulkan bahwa aktivitas fisik responden measures for prediction of coronary
yang rawat jalan di RSUD Undata Provinsi heart disease in men and women. JAMA
Sulawesi Tengah adalah sebagaian besar [Internet]. [diunduh 7 Jul 2018]; 29(7):
dikategorikan sebagai aktifitas fisik ringan 76-85. Tersedia pada:
dan kadar kolesterol total responden rawat http://pmmp.cnki.net/Resources/CDDP
jalan di RSUD Undata Provinsi Sulawesi df/evd%5C200801%5CJAMA%5C%E
Tengah adalah sebagaian besar 9%98%9F%E5%88%97%E7%A0%94
dikategorikan tidak normal. Terdapat %E7%A9%B6%5Cjama200729808776
hubungan antara aktivitas fisik dan kadar .pdf.
kolesterol total dengan kejadian penyakit Kemenkes RI. 2013. Badan Penelitian dan
jantung koroner. Pengembangan Kesehatan. Jakarta
(ID): Kemenkes RI.
DAFTAR PUSTAKA Oetoro S. 2012. Olahraga Berlebihan
Anderson. 2004. Combining ability for Memicu Radikal Bebas. Kompas, 21
large pod and seed traits in peanut Februari 2012
arachis hypogaea. JPN [Internet]. Naga, S. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu
[diunduh 2018 Sep 14]; 12 (2): 84-93. Penyakit Dalam. Jakarta: Diva Press.
Tersedia pada : [NIH] National Institute of Health. 2012.
http://agrisci.ugm.ac.id/vol12_2/1.84- Measuring Cholesterol Levels. Amerika
93.setyoDwiUtomo- Serikat (US): NIH.
ssp%20hypogaea.pdf. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015).
Arisman. 2011. Obesitas, Diabetes Melitus Asuhan Keperawatan Berdasarkan
dan Dislipidemia : Konsep, Teori, dan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Penanganan Aplikatif. Seri Buku Ajar Jogjakarta (ID): MediAction.
Ilmu Gizi.. Jakarta (ID) : EGC. Ramadini. 2017. Hubungan aktivitas fisik
Bintanah, D. 2010. Hubungan konsumsi dengan tingkat nyeri pada pasien
lemak dengan kejadian penyakit jantung koroner di RSUP Dr.
hiperkolesterolemia pada pasien rawat M. Djamil Padang [skripsi]. Padang
jalan Di Poliklinik Jantung Rumah (ID): Fakultas Kedokteran Universitas
Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Sam Ratulangi.
Pekalongan [skripsi]. Semarang (ID): Reiner M, Niermann C, Jekauc D, Woll A.
Universitas Muhamadiyah Semarang. 2013. Long-term health benefits of
Bull, E dan Morrell J. 2007. Simple Guides physical activity – a systematic review
Colesterol. Jakarta (ID): Erlangga. of longitudinal studies BMC Public
Dahlan, S. 2017. Statistik untuk Kedokteran Health [Internet]. [diunduh 2018 Jul 6];
dan Kesehatan. Jakarta (ID): 13(1): 8-13. Tersedia pada:
Epidemiologi Indonesia. doi:10.1186/1471-2458-13-813.
Firdiansyah. 2014. Hubungan antara rasio Rosita. 2017. Hubungan antara kadar
kadar kolesterol total terhadap HDL kolesterol total dengan kejadian
dengan kejadian penyakit jantung penyakit jantung koroner di RS PKU
koroner di RSUD Dr. Moewardi Muhammadiyah Yogyakarta [skripsi].
[skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Yogyakarta (ID): Fakultas Kedokteran
Muhammadiyah Surakarta. Universitas Islam Indonesia
Ignarro L, Balestrieri L, Napoli C. 2007. Soertidewi L. 2011. Epidemiologi Stroke
Nutrition, physical activity and dalam Stroke Aspek Diagnostik,

29
Patofisiologi, Manajemen. Jakarta (ID): [WHO] World Health Organization. 2015.
FKUI. Cardiovascular Disease Fact Sheets.
Sofi F, Conti AA, Gori AM, Eliana LML, Perancis (FR) : WHO.
Casini A, Abbate R. 2007. Coffee [WHO] World Health Organization. 2016.
consumption and risk of coronary heart Prevention of Cardiovascular Disease.
disease a meta-analysis. Nutr Metab Inggris (GB) : WHO.
Cardiovasc Dis [Internet]. [diunduh Wika. 2008. Perempuan menopause rentan
2018 jul 8]; 17(3):20-23. Tersedia pada: terkena jantung koroner. Journal
doi: 10.3390 / ijerph9020391. Disaese [Internet]. [diunduh 2018 Sep
Wahyuni. 2017. Hubungan aktivitas fisik 14];1(4):32-34. Tersedia pada:
dengan kejadian penyakit jantung https://doi.org/10.24198/jf.v16i1.17515.
koroner di RSUD Dr. Yunus Bengkulu Woodward M, Barzi F, Feigin V, Gu D,
di Polikklinik jantung [skripsi]. Huxley R, Nakamura K. 2007.
Bengkulu (ID): Universitas Bengkulu. Associations between high-density
[WHO] World Health Organization. 2012. lipoprotein cholesterol and both stroke
Statistical Information System. Prancis and coronary heart disease in the Asia
(FR) : WHO. Pacific region. EHJ [Internet]. [diunduh
2018 Jul 6] 28(21): 53-60. Tersedia
pada : doi:10.1093/eurheartj/ehm427

30

Anda mungkin juga menyukai