ABSTRAK
Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di
jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada pembuluh darah tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan satu dari tiga orang di seluruh dunia pada tahun
2001, meninggal karena penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan mekanisme koping dan kebiasaan merokok dengan terjadinya penyakit jantung
koroner di Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur Jakarta Selatan. Desain penelitian ini adalah
kasus control dengan kasus penderita PJK di Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur Jakarta
Selatan sebanyak 30 orang, dan kontrol dengan yang bukan penderita PJK sebanyak 30 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan hasil jawaban pada kuesioner dan catatan
rekam medik yang ada di Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur Jakarta Selatan. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan chi square. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan yang siginifikan antara mekanisme koping dan kebiasaan merokok dengan kejadian
PJK di Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur Jakarta Selatan (masing-masing P value = 0,000).
Oleh karena itu, perilaku hidup sehat dengan tidak merokok dan menghadapi masalah dengan
mekanisme koping yang positif merupakan faktor penting untuk mencegah terjadinya PJK.
Kata Kunci
Latar Belakang
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian
observasional
merupakan
rancangan penelitian dalam keperawatan
dengan cara mengadakan pengamatan pada
kelompok atau anggota kasus yang akan
diteliti. Dalam rancangan penelitian
observasional ini mengunakan metode case
control. Desain penelitian kasus kontrol
adalah sebagai berikut:
Kasus
: Semua pasien dengan Penyakit
Jantung Koroner / PJK yang
berada
di
Puskesmas
Kelurahan
Pejaten
Timur
Jakarta Selatan.
Kontrol : Semua pasien non Penyakit
Jantung Koroner / PJK yang
berada
di
Puskesmas
Kelurahan
Pejaten
Timur
Jakarta Selatan.
Hasil Penelitian
Pada Tabel 1 sebagian besar responden
memiliki mekanisme koping yang mal
adaptif. Selain itu, hasil penelitian univariat
juga didapatkan bahwa sebagian besar
responden memiliki kebiasaan merokok.
Tabel 1. Hasil analisa univariat kejadian PJK, mekanisme koping dan kebiasaan merokok di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur Jakarta Selatan Tahun 2015 (n= 60)
Variabel
PJK
Mekanisme Koping
Kebiasaan Merokok
Kategori
Non PJK
PJK
Adaptif
Mal Adaptif
Tidak
Ya
Distribusi Responden
Jumlah
%
30
50
30
50
26
43,3
34
56,7
23
38,3
37
61,7
Tabel 2. Hubungan mekanisme koping dna kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit jantung
koroner di Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur Tahun 2015 (n= 60)
Variabel
Mekanisme Koping
Adaptif
Mal adaptif
Kebiasaan Merokok
Tidak
Ya
Kejadian PJK
Non PJK
PJK
N
%
N
%
Total
N
86,7
13,3
0
30
0
100
26
34
43,3
56,7
21
9
70
30
2
28
6,7
93,3
23
37
38,3
61,7
Pembahasan
Hasil analisis hubungan antara
mekanisme koping dengan terjadinya PJK
pada pasien di Puskesmas Kelurahan Pejaten
Timur Jakarta Selatan diperoleh bahwa
diantara responden yang PJK terdapat 34
orang (56,7%)
yang memiliki koping
maladaptif. Mekanisme koping merupakan
tiap
upaya
yang
ditujukan
untuk
penatalaksanaan stress, termasuk upaya
P Value
0,000
32,667
(6,379167,278)
0,000
26
4
OR
penyelesaian
masalah
langsung
dan
mekanisme pertahanan ego yang di gunakan
untuk melindungi diri (Stuart, 2006).
Mekanisme koping merupakan perilaku
tidak sadar yang memberikan perlindungan
psikologis
terhadap
peristiwa
yang
menegangkan. Mekanisme ini digunakan
seseorang untuk membantu melindungi
terhadap perasaan yang tidak berdaya dan
ansietas, kadang mekanisme pertahanan diri
menyimpang dan tidak lagi mampu untuk
membantu seseorang seseorang dalam
menghadapi stressor (Griffin & Patricia,
2008). Hasil penelitian ini senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Putra, 2012)
dimana ada hubungan yang signifikan antara
mekanisme koping dengan kejadian PJK di
RSU Cibabat Cimahi (p value= 0,02).
Mekanisme koping maladaptif adalah
koping yang menghambat fungsi integrasi,
memecah
pertumbuhan,
menurunkan
otonomi
dan
cenderung
menguasi
lingkungan. Kategorinya adalah makan
berlebihan/tidak makan, bekerja berlebihan
dan menghindar (Stuart & Sundeen 1995).
Mekanisme koping maladaptif yang gagal
mengatur masalah atau distres emosianal,
dapat menyebabkan emosional secara
berlebihan
sehingga
memicu
resiko
terjadinya penyakit pembuluh darah. Hal ini
dikaitkan berdasarkan dengan teori (Lazarus
& Folkman, 1986) yang menyatakan bahwa
koping berfungsi untuk mengatur masalah
dan mengatur distres emosional seseorang.
Kesimpulan
Saran
1. Bagi Puskesmas
- Peningkatan mutu pelayanan kesehatan,
khususnya pada bagian pencegahan dan
penanganan penyakit tidak menular
dengan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pasien di Puskesmas
melalui
pendidikan
kesehatan
penanggulangan serta pencegahan PJK.
- Pengembangan promosi kesehatan,
perluasan media informasi, baik dalam
bentuk media masa, penyuluhan
perorangan maupun kelompok tentang
mekanisme koping yang adaptif dan
bahaya merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Griffin, & Patricia, B .(2008). Manual of
Cardiovascular
Medicine.
3th
edition.USA Lippincott Williams &
Wilkins.
Istiqomah, U. (2003). Upaya menuju
generasi tanpa rokok. Surakarta: Seti
Aji
Kromhout, D., Bloemberg B, Feskens E,
Menotti A, & Nissinen A. (2000),
Saturated fat, vitamin C and smoking
predict long-term population allcause mortality rates in the seven
Countries
Study.
International
Journal of Epidemiology.
Lazarus, S. & Folkman, R.S. (1986). Stress,
appraisal, and coping. New York :
Springer.
Mihai, G & Robert, O.B. (2000). Coronary
Artery Disease, In: H. David Humes,
Kelleys Textbook of Internal
Medicine. 4th edition. Philadelphia;
Lippincott Williams & Wilkins.
Nugroho, J. (2009). Penyakit Jantung
Koroner Menyerang Umur 40
Tahun. Surabaya Pos.
Riskesdas, RI. (2013). Laporan Riset
Kesehatan Dasar 2013. (Diakses
Lewat:
http://www.litbang.depkes.go.id/sites
/download/rkd2013/Laporan_Riskes
das2013.PDF. 11 september 2014).
Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok
Indonesia. Jakarta : PT Grasindo.