Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi

(arteri). Jantung berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada

kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa menuju keseluruh

tubuh melalui arteri. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung

berdetak memompa darah ini disebut tekatan sistolik.Tekanan darah menurun

saat relaks diantara dua denyut nadi ini disebut tekanan diastolik. Tekanan

darah ditulis sebagai tekanan sistolik pertekanan diastolik sebagai contoh,

120/80 mmHg (Kowalski, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO), satu dari tiga orang

dewasa di seluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Proporsi meningkat

sejalan dengan bertambahnya usia, yaitu satu dari sepuluh orang berusia 20-

an dan 30-an sampai lima dari sepuluh orang berusia 50-an. Orang dewasa di

beberapa negara berpendapatan rendah di Afrika memiliki tekanan darah

tinggi dengan persentase tertinggi sebesar lebih dari 40% (WHO, 2013).

Data Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2013 menunjukan

prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% dari populasi pada usia 18

tahun ke atas. Tertinggi di Bangka Belitung (30,9%) diikuti Kalimantan

Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).

Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2013 yang didapat melalui kuesioner

1
2

terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosa tenaga

kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5% jadi, ada 0,1 persen yang

minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi

sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7 persen. Jadi prevalensi hipertensi

di indonesia tahun 2013 sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7%) (Kemenkes RI,

2014).

Prevalensi Hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% dari populasi pada

usia 18 tahun keatas. Prevalensi kasus hipertensi di Provinsi Jawa Tengah

sebesar 26,4%. Fenomena ini disebabkan karena perubahan gaya hidup

masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan

siap saji membuat konsumsi segar dan serat berkurang, kemudian konsumsi

garam, lemak, gula, dan kalori, yang terus meningkat sehingga berperan besar

dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi. (Dinkes provinsi jateng

2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2016

diketahui bahwa kejadian hipertensi esensial sebanyak 4963 kasus dengan

kejadian tertinggi di wilayah Puskesmas Purwokerto Selatan sebanyak 808

kasus, kedua di wilayah Puskesmas Sumbang I sebanyak 779 kasus dan

tertinggi ketiga di wilayah Puskesmas Kembaran II sebanyak 446 kasus.

Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015 yaitu sebanyak

4395 kasus dengan kejadian tertinggi di wilayah puskesmas Cilongok I

sebanyak 538 kasus (Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2015).


3

Kualitas tidur adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam

mempertahankan kesehatan efisiensi tidur yang rendah diketahui dapat

berisiko terhadap terjadinya hipertensi, optimalisasi jam tidur dapat

membantu untuk mencegah terjadinya hipertensi. Memantau kualitas dan

kuantitas tidur sebagai upaya meningkatkan kesehatan masyarakat sangat

penting dilakukan. Sedangkan menurut pendapat (Almatsier, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas

Purwokerto Selatan pada tanggal 22 Desember 2017 diperoleh data bahwa

jumlah kunjungan pasien Hipertensi bulan Oktober – Desember 2017 sebesar

162 kasus.

Dari hasil wawancara tanggal 16 Desember 2017 dengan beberapa

tenaga kesehatan di Puskesmas Purwokerto Selatan diperoleh data bahwa

angka kejadian Hipertensi di Puskesmas Purwokerto Selatan memang masih

tergolong tinggi karena setiap kunjungan perbulan penyakit hipertensi masuk

dalam 10 besar penyakit yang paling banyak di puskemas. Berdasarkan

dengan fenomena tersebut maka peneliti bermaksud untuk meneliti “

Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Hipertensi Di Puskesmas

Purwokerto Selatan ”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah sebagai berikut : “ Apakah terdapat Hubungan

Antara Kualitas Tidur Dengan Hipertensi Di Puskesmas Purwokerto Selatan”.


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara

Kualitas Tidur Dengan Hipertensi.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik responden pada pasien hipertensi.

b. Mengetahui kualitas tidur pada penderita hipertensi.

c. Mengetahui derajat hipertensi.

d. Menganalisis hubungan kualitas tidur dengan hipertensi.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

hipertensi, peneliti juga dapat mengaplikasikan antara teori dan praktek di

lapangan, sehingga hasil penelitian ini dapat diterapkan pada masyarakat

atau untuk menambah khasanah bagi penelitian berikutnya.

2. Bagi responden

Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan bagi

responden atau (masyarakat) dan agar dapat mengetahui lebih banyak

tentang faktor yang mempengaruhi hipertensi dan dapat membantu mereka

untuk mengetahui apakah mereka berisiko terkena hipertensi, sehingga


5

dapat mengantisipasi secara dini dan dapat meningkatkan kualitas

tidurnya.

3. Bagi instansi terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi

petugas kesehatan khususnya mengenali kualitas tidur terhadap hipertensi.

4. Bagi ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan kepustakaan untuk

memperkaya pustaka yang sudah ada, sehingga dapat dimanfaatkan oleh

peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan di profesi kesehatan.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti

selanjutnya di bidang yang sama di masa mendatang.

E. Penelitian Terkait

Penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan

Hipertensi Di Puskesmas Purwokerto Selatan” belum pernah dilakukan

sebelumnya. Akan tetapi, ada penelitian sejenis yang relevan dengan

penelitian ini yaitu:

1. Khusnul Khasanah Dan Wahyu Hidayati (2012). “ Kualitas Tidur Lansia

Di Balai Rehabilitasi Sosial “MANDIRI” Semarang. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Sampel dalam penelitian ini

berjumlah 97 responden yang telah dilakukan di Balai Rehabilitasi diukur

dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil


6

penelitian ini menunjukan bahwa 29 responden (29,9%) memiliki kualitas

tidur baik dan 68 responden (70,1%) memiliki kualitas tidur buruk atau

jelek, salah satu faktor penyebab kualitas tidur yang buruk yaitu nyeri dan

lingkungan yang kurang nyaman. Gambaran kualitas tidur lansia dapat

disimpulkan bahwa secara keseluruhan kualitas tidur lansia buruk.

Widayastuti (2015). membuktikan terdapat “ Hubungan kualitas tidur

dengan tingkat kekambuhan hipertensi” berdasarkan analisis data dengan

menggunakan uji spearman rank didapatkan bahwa p-value = (0,000) <

(0,050) sehingga H1 diterima yang artinya ada hubungan kualitas tidur

dengan tingkat kekambuhan hipertensi pada lansia di rw 08 kelurahan

tlogomas kota malang, Didapatkan r value sebesar 0,713 artinya terdapat

hubungan yang tinggi searah antara kualitas tidur dengan tingkat

kekambuhan hipertensi pada lansia, yang dapat dipahami bahwa semakin

buruk kualitas tidur maka berdampak peningkatan kekambuhan hipertensi

dengan komplikasi. Dimana sesuai dengan hasil tabulasi silang didapatkan

dari 18 (60%) responden yang mengalami kualitas tidur buruk berdampak

terhadap peningkatan kekambuhan hipertensi dengan komplikasi yang

dialami separuh (50,0%) lansia. Kualitas tidur yang dapat menyebabkan

kekambuhan hipertensi dikarenakan kualitas tidur yang buruk dapat

mengubah hormon stres kortisol dan sistem saraf simpatik, sehingga

terjadi peningkatan tekanan darah. Pada saat tidur normal, akan terjadi

penurunan tekanan darah relatif sekitar 10-20 persen dibandingkan dengan

saat dalam keadaan sadar. Kualitas tidur ysng buruk pada lansia yang
7

memiliki riwayat hipertensi akan berdampak pada penurunan anti bodi

dengan gejala lemas dan mudah lelah sehingga saat lansia mendapatkan

permasalahan hidup akan menyebabkan lansia langsung dalam keadaan

tidak berdaya. Dari hal tersebut maka dapat dipahami bahwa hipertensi

berhubungan searah dengan morbiditas dan mortalitas penyakit

kardiovaskular. Penyakit hipertensi harus di cegah dan diobati serta

dikendalikan dengan baik, Untuk mengurangi angka kekambuhan

hipertensi.

2. Rinda (2016 ). “Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada

Remaja Putra di Asrama Sanggau Landungsari Malang Angkatan Tahun

2016” Berdasarkan hasil analisis person product moment hubungan

kualitas tidur dengan tekanan darah (sistolik dan distolik) pada remaja

putra di asrama Sanggau Landungsari Malang tahun 2016, didapatkan p

value ≤ 0,05 yaitu 0,000 yang berarti data dinyatakan sangat signifikan dan

H1 diterima, artinya ada hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah

pada remaja putra di asrama Sanggau Landungsari Malang tahun 2016.

Hasil dari scatterplot menunjukkan bahwa semakin baik kualitas tidur

maka semakin baik kualitas tidur maka semakin normal tekanan darah

pada remaja putra di asrama Sanggau Landungsari Malang tahun 2016,

begitupun sebaliknya semakin buruk kualitas tidur dengan ditunjukkan

dengan tingginya skor pengukuran tidur maka semakin meningkat tekanan

darah pada remaja putra di asrama Sanggau Landungsari Malang tahun

2016.
8

Anda mungkin juga menyukai