Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang dengan
sengaja direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan terapi, dilaksanakan,
diobservasi dan dievaluasi dalam hubungannya dengan objek yang dituju. Dalam
kaitannya dengan terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi didefinisikan sebagai
permainan yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi ketakutan,
kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur yang
dilakukan serta staf rumah sakit yang ada (Whaley & Wong, 2008).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan
sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa
didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam
melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek
hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, 2005).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan
aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap
stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus:
a. Dapat lebih efektif dalam beradaptasi terhadap stress di rumah sakit
b. Dapat melanjutkan proses tumbuh kembang selama perawatan di rumah sakit
c. Dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain yang tepat
d. Mengatasi konflik yang dialami anak
e. Membantu mengekspresikan kemampuan anak agar merasa nyaman di lingkungan
asing
f. Penurunan tingkat kecemasan anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Keterampilan kolase merupakan kemampuan seseorang dalam menempelkan benda
yang berupa pecahan kulit telur potongan kertas, atau biji-bijian pada bidang gambar
yang menghasilkan sebuah karya seni yang menarik, membuat kolase dibutuhkan
koordinasi mata dan tangan serta konsentrasi sehingga kolase cocok untuk melatih
siswa dalam meningkatkan kemampuan motorik halus.
Menurut M.Saleh Kasim (2008) kolase adalah menggambar dengan teknik
tempelan. Muharam E (2005) menyatakan bahwa kolase adalah teknik melukis dan
mempergunakan warna kepingan benda lain yang ditempelkan. Kolase merupakan
bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun kepingan warna yang dioles lem
kemudian ditempelkan pada bidang gambar.
Budiono (2005) menyatakan bahwa kolase sebagai artistic yang dibuat dari bahan
yang ditempelkan pada permukaan gambar. Sumaryo (2008) menyatakan bahwa
keterampilan kolase merupakan aktivitas yang penting dan kompleks. Berbagai unsur
rupa yang berbeda karakternya dipadukan dalam suatu komposisi untuk
mengekspresikan gagasan artistik atau makna tertentu.
Susanto M (2008) menyatakan bahwa kata kolase yang berasal dari bahasa Inggris
yaitu collage yang berarti merekat. Selanjutnya kolase dipahami sebagai suatu teknik
seni menempel berbagai macam materi selain cat seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit
telur, biji dan lain sebagainya kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak)
atau teknik lainnya.
B. Fungsi terapi bermain
Menurut Suherman (2000), fungsi bermain diantaranya yaitu:
a. Perkembangan sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen
terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai warna, bentuk, ukuran, tekstur,
dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah.
c. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan
orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social damn belajar
memecahkan masalah dari hubunga tersebut.
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke
dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain,
anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah
laku.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua
dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk
menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
C. Prinsip terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi
Dalam pelaksanaan terapi bermain perlu diperhatikan beberapa prinsip mendasar yaitu:
a. Bermain dalam kelompok umur yang sama
Permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia anak dan tingkat
perkembangan anak.
b. Memperhatikan pertimbangan keamanan dan infeksi silang
Alat bermain yang digunakan merupakan alat bermain yang mudah dicuci dan aman
bagi anak sehingga infeksi silang dapat dihindari.
c. Tidak banyak mengeluarkan energi serta bermain dalam waktu yang singkat.
Sakit menyebabkan anak kehilangan sebagian dari energi tubuhnya sehingga
permainan yang diberikan sebaaiknya merupakan permainan yang tidak banyak
menghabiskan energi anak.
d. Permainan sederhana, tidak kompleks dan tidak bertentangan dengan pengobatan
dan perawatan
e. Saat melakukan terapi bermain, orangtua dilibatkan.
Hubungan antara orangtua dan anak akan lebih akrab dan terjalin kepercayaan
antara keduanya.
D. Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan
yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari
apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan
dari orang lain.
1. Bermain aktif
a) Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b) Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan. Dll.
c) Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau dengan teman-temannya.
d) Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b) Mendengarkan cerita atau musik
c) Menonton televisi, Dll
Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.
E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
F. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
1. Usia 0 12 bulan
Tujuannya adalah :
a) Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
b) Melatih kerjasama mata dan tangan.
c) Melatih kerjasama mata dan telinga.
d) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e) Melatih mengenal sumber asal suara.
f) Melatih kepekaan perabaan.
g) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :


a) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e) Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 13 24 bulan
Tujuannya adalah :
a) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b) Memperkenalkan sumber suara.
c) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d) Melatih imajinasinya.
e) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan
yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil
berwarna.

3. Usia 25 36 bulan
Tujuannya adalah :
a) Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b) Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c) Melatih motorik halus dan kasar.
d) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
e) Melatih kerjasama mata dan tangan.
f) Melatih daya imajinansi.
g) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Alat-alat untuk menggambar.
b) Lilin yang dapat dibentuk
c) Pasel (puzzel) sederhana.
d) Manik-manik ukuran besar.
e) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f) Bola.

4. Usia 32 72 bulan
Tujuannya adalah :
a) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b) Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e) Membedakan benda dengan permukaan.
f) Menumbuhkan sportivitas.
g) Mengembangkan kepercayaan diri.
h) Mengembangkan kreativitas.
i) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
k) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.
l) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian
mengenai terapung dan tenggelam.
m) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

H. Tahap Perkembangan Bermain


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
I. Hambatan Yang Mungkin Muncul
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.
J. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya
K. Bahan yang digunakan
Bahan yang akan digunakan dalam latihan keterampilan kolase adalah:
a. Kertas manila bergambar
b. Perekat (lem)
c. Biji-bijian
L. Prosedur
Dalam pelaksanaan terapi bermain dengan menggunakan metode kolase membutuhkan
langkah yang terencana sehingga menghasilkan suatu karya dan peningkatan dari
latihan tersebut.
Langkah-langkah latihan keterampilan kolase menurut Priyanto (2010) yaitu:
a. Merencanakan gambar / membuat pola
b. Menyediakan alat-alat dan bahan
c. Menjelaskan dan memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk keterampilan
kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
d. Membimbing anak untuk menempelkan biji-bijian pada gambar dengan cara
menjimpit biji-bijian, memberikan perekat dengan lem lalu menempelkannya
dengan lem.
e. Menjelaskan posisi untuk menempelkan biji-bijian yang benar sesuai dengan
bentuk gambar dan mendemonstrasikannya sehingga hasil tempelannya tidak
keluar garis.
f. Melibatkan orangtua selama terapi kolase dan menganjurkan untuk dijadikan
rutinitas anak di rumah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
M. Prinsip terapi kolase
Keterampilan kolase harus mencakup 3 perlakuan yaitu menjepit, mengelem dan
menempel. Dalam tiga perlakuan ini akan melatih koordinasi otot-otot jari tangan
secara perlahan-lahan motorik halus anak akan terlatih dengan sendirinya. Dengan
demikian anak dapat belajar untuk melemaskan jari-jari tangan karena proses
menempel benda-benda dalam ukuran kecil.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Ruang Keperawatan Anak Salak RS.
Dustira
Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 4-6 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Tanggal / Jam : Rabu / 12 Juli 2017
Jam / Durasi : Pkl. 13.00 sd selesai
Tempat Bermain : Ruang pertemuan lantai 1
Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang anak
kronik yang memenuhi kriteria :
1. Anak usia 4 6 tahun
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari :
Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 4 orang didampingi keluarga

Target : 4 orang

Sarana dan Media


1. Sarana:
a) Ruangan tempat bermain
b) Tikar untuk duduk
2. Media:
a) kolase yang belum dirangkai
Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 8 orang dan 1 orang observer.
Pembagian Tugas :
1. Peran Leader
a) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
b) Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
c) Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan
cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
2. Peran Co Leader
a) Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b) Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan
datang
d) Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Peran Fasilitator
a) Mempertahankan kehadiran peserta
b) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari
dalam kelompok
4. Peran Observer
a) Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
b) Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c) Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
d) Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

Susunan Kegiatan

No Waktu Terapy Anak Ket


1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri terap Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan dan saling
4. Memperkenalkan anak satu persatu berkenalan
dan anak saling berkenalan dengan Mendengarkan
temannya Mendengarkan
5. Kontrak waktu dengan anak
6. Mempersilahkan Leader
2 10 menit Kegiatan bermain :
1. Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan Menjawabpertanyaan
2. Menanyakan pada anak, anak mau
bermain atau tidak Menerima permainan
3. Menbagikan permainan Bermain
4. Leader ,co-leader, dan Fasilitator Bermain
memotivasi anak Mengungkapkan perasaan
5. Fasilitator mengobservasi anak
6. Menanyakan perasaan anak
3 5 menit Penutup :
1. Leader Menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada anak Senang
yang cepat menyelesaikan Senang
gambarnya dan bagus
5. Membagikan souvenir/kenang- Mengungkapkan perasaan
kenangan pada semua anak yang Mendengarkan
bermain Menjawab salam
6. Menanyakan perasaan anak
7. Co-leader menutup acara
8. Mengucapkan salam

Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a) Alat-alat yang digunakan lengkap
b) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar
yang diwarnai, kemudian digantung
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi dengan perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain

Anda mungkin juga menyukai