Anda di halaman 1dari 21

BAB I

SATUAN ACARA BERMAIN


Membentuk Plastisin

A. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu & Tempat
a. Waktu permainan :
1. Lama bermain : 30 menit
2. Hari / Tanggal : Kamis, 19 Oktober 2017
3. Jam : 09.00 WIB - selesai
b. Tempat bermain :
Ruang bermain anak Lab. Tumbang (Tumbuh Kembang) Fakultas Ilmu
Kesehatan Kampus 2 UMM.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengurangi hospitalisasi pada anak selama dalam perawatan di Rumah Sakit.

b. Tujuan Khusus
1. Anak dapat meningkatkan kemampuan berimajinasi melalui terapi bermain
dengan membentuk plastisin sesuai dengan minat dan kreasi anak.
2. Anak dapat mengembangkan kemampuan mengatur motorik kasar dan halus.
3. Anak lebih dekat dengan perawat dan teman sebayanya sehingga tidak
merasa terisolir

C. Manfaat
1. Bagi Anak
a. Dapat mengurangi stress hospitalisasi pada anak
b. Anak dapat membentuk plastisin sesuai kekreatifannya
c. Anak dapat bersosialisasi dengan pasien lainnya dan perawat.
d. Memenuhi kebutuhan bermain anak
e. Tahap perkembangan anak dapat tetap terpenuhi
f. Kesempatan untuk belajar mengenal bentuk dan warna beberapa alat

1
permainan

2. Bagi Orang tua


Mengurangi tingkat kecemasan orang tua

3. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kepercayaan anak terhadap perawat dan mahasiswa
b. Mempermudah dalam melakukan tindakan keperawatan

D. Sasaran
Anak usia toddler

E. Pengorganisasian :

PDD (Mobile)

ANAK

Keterangan:

: Leader (Nevia) : Fasilitator (Alifia dan


Naimah)
: Observer (Dian dan Raga) : PDD (Terry)

a. Mekanisme Kegiatan Terapi Bermain

2
Fase Kegiatan Respon Waktu
Persiapan - Kontrak waktu dengan anak/ - Orang tua & anak 5
orang tua menyetujui akan menit
- Kontrak waktu dengan dilaksankan terapi
perawat bermain
- Perawat menyetujui
akan dilakukan terapi
bermain

Orientasi 1. Persiapan alat dan ruangan 1. Ruangan sudah 5


2. Anak dikumpulkan di tempat tersedia dan peralatan menit
yang sudah disediakan bila sudah lengkap
memungkinkan ditempatnya
3. Perkenalan dengan sesama 2. Anak datang pada
anak, dan petugas tempat terapi bermain
4. Menjelaskan maksud dan tepat pada waktunya
tujuan kepada anak mengenai 3. Anak memperhatikan
permainan yang akan dari perkenalan
dilaksanakan petugas
4. Anak memperhatikan
saat petugas
menjelaskan
maksud dan tujuan
kepada anak
mengenai permainan

Kerja 1. Mengatur posisi anak di 1. Anak duduk dengan 25


tempat masing-masing tenang menit
2. Membagi alat permainan 2. Anak menerima
3. Perawat mengawasi saat anak mainan
bermain 3. Anak terpantau
4. Memberikan reward pada dengan baik
anak yang dapat menjawab 4. Anak dapat menjawab
pertanyaan pertanyaan
5. Mulai membentuk plastisin 5. Anak mampu
sesuai imajenasi anak membentuk plastisin
sesuai keinginannya.
Terminasi 1. Ucapan terima kasih kepada Anak tampak senang 5
anak
menit
2. Penutup

BAB II
MATERI KONSEP BERMAIN

3
A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit bagi anak merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik pada anak, yakni ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya perpisahan dengan
orang tua, kehilangan kontrol dan perlakuan tubuh akibat tindakan invasif yang
menimbulkan rasa nyeri. Akibat perpisahan pada anak akan menimbulkan berbagai
reaksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif
terhadap aktifitas sehari-hari serta menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Bermain di RS merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan atau
kepuasan yang sangat berguna untuk merangsang perkembangan anak dan untuk
menurunkan stres akibat hospitalisasi.
Untuk memfasilitasi keadaan diatas diperlukan peran perawat dalam memberikan
aktifitas bermain yang tepat pada anak sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya,
tentunya dengan memperhatikan prinsip-prinsip bermain di rumah sakit.
Anak-anak dengan penyakit yang memerlukan perawatan yang lama mengalami
stressor yang tinggi terutama anak usia sekolah karena harus meninggalkan
kelompoknya dan teman-teman sekolahnya. Untuk itu penting dilakukan suatu aktifitas
bermain cooperatif play untuk mengekpresikan perasaan mereka dalam upaya
peningkatan kesadaran diri.
Perawat bermaksud memfasilitasi terapi bermain diatas pada anak diruang Lab
Tumbang (Tumbuh Kembang) Fakultas Ilmu Kesehatan Kampus 2 UMM dengan
berbagai penyakit yang harus menjalani pengobatan lama, sehingga anak dapat
mengikuti perkembangan motorik halus dan kasarnya sesuai tahapannya.
Manfaat terapi bermain dalam penanganan anak yang dirawat di rumah sakit adalah
salah satunya memudahkan anak menyatakan rasa kecemasan dan ketakutan lewat
permainan, mempercepat proses adaptasi di rumah sakit, anak dapat berkumpul dengan
teman sebayanya di rumah sakit sehingga tidak merasa terisolir, anak mudah diajak
bekerja sama dengan metode pendekatan proses keperawatan di rumah sakit.

Aktifitas bermain pada anak usia toodler dan pra sekolah antara lain bermain puzzle
sederhana, menggambar, mengenal bentuk mobil-mobilan, hewan-hewanan, boneka
atau bermain bola. Aktivitas bermain tetap diberikan selama anak dirawat di RS agar

4
proses perkembangan tidak terhambat meskipun sedang sakit. Bentuk permainan di RS
disesuaikan dengan kondisi anak dan penyakit yang dialami anak.
Karena pentingnya manfaat terapi bermain dalam penanganan anak sakit, perawat
harus mampu melaksanakan hal ini maka rencana penerapan terapi bermain terhadap
anak yang dirawat di ruang anak Lab Tumbang ini perlu dilaksanakan. Dalam hal ini
jenis permainan yang akan diberikan di ruang anak Lab Tumbang adalah bermain
membentuk plastisin dengan kreatifitas dan imajinasi masing-masing.

B. Metode
Pembagian Tugas :
a. Leader :
Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai.
Mengarahkan permainan.
Memandu proses permainan.
b. Fasilitator, tugasnya:
Memfasilitasi anak untuk bermain.
Membimbing anak bermain.
Memperhatikan respon anak saat bermain.
Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.
c. Observer, tugasnya:
Mengawasi jalannya permainan.
Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.
Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan Leader dan
fasilitator.
d. PDD, tugasnya:

Melakukan dokmentasi selama proses permainan berlangsung

e. Media
Sepotong lilin(plastilin) yang berukuran besar
Tempat untuk lilin (baki)

5
Celemek plastik
Sepotong kawat untuk memotong lilin
Semangkok air dan spons
Tempat mencuci tangan

C. Pengertian Bermain
1. Menurut Hurlock (1999) bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, bermain
dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau
kewajiban.
2. Menurut Depkes RI (1993) bermain merupakan kesibukan anak, layaknya
seperti bekerja bagi orang dewasa , dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan.
3. Menurut Foster (1999) bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.
4. Jadi bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan.

D. Fungsi Bermain
Menurut Wong (2003), fungsi bermain bagi anak meliputi:
1. Perkembangan sensori motoric
Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi. Komponen yang
paling untuk semua umur terutama bayi. Anak mengekslorasi alam sekitarnya:
a. Bayi melalui stimulasi taktil (sentuhan), audio, visual.
b. Toddler dan prasekolah : gerakan tubuh dan eksplorasi lingkungan
c. Sekolah dan remaja : Memodifikasi gerakan tubuh lebih terkoordinasi dan
rumit. Contoh berlari dan bersepeda.
2. Perkembangan Intelektual/ Kognitif
Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar mengenal
objek dan bagaimana menggunakannya. Anak belajar berpikir abstrak dapat
meningkatkan kemampuan bahasa, dapat mengatasi masalah dan menolong anak
membandingkan antara fantasi dan realita.
3. Sosialisasi
6
Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi anak
sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan
sosial. Dengan sosialisasi akan berkembang nilai-nilai normal dan etik. Anak
belajar yang benar dan salah serta bertanggung jawab atas kehendaknya.
a. Bayi : perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran ornag lain dimana
kontak sosial pertama anak adalah figur ibu.
b. Sampai usia 1 tahun : bayi memriksa bayi lain, memeriksa objek di
lingkungan.
c. Usia 23 tahun : permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan
pasien, penjual dan pembeli. Kemudian meluas teman sementara dan teman
permainannya.
d. Usia prasekolah : sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi
ciri yang ada pada setiap bermainnya.
e. Usia sekolah : teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan
menerima, belajar peran benar atau salah, nilai moral dan etik, mulai
memahami tanggung jawab dari tindakannya.
4. Kreativitas
Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru dalam
bermain. Kalau anak merasa puas dari kreativitas baru, maka anak akan
mencoba pada situasi yang lain
5. Nilai terapeutik
Untuk melepaskan stress dan ketegangan
6. kesadaran diri
Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta tingkah lakunya.
7. Nilai Moral
Belajar salah/ benar dari kultur, rumah, sekolah dan interaksi. Contoh
bila ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode
perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur, kendali diri dan
mempertimbangkan kepentingan orang lain.

E. Klasifikasi Bermain
1. Menurut isi permainan
a. Social Affektif Play, permainan yang membuat anak belajar berhubungan

7
dengan orang lain. Contoh : orang tua berbicara, memeluk, bersenandung,
anak memberi respon dengan tersenyum, mendengkur, tertawa, beraktivitas,
dll.
b. Sense Pleasure Play (bermain untuk bersenang-senang), contoh : Obyek
seperti wanita, cahaya, bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh.
c. Skill Play, bermain yang sifatnya membina ketrampilan Misalnya
berulangkali melakukan dan melatih kemampuan yang baru didapat,
menimbulkan nyeri dan frustasi pada anak. Contoh naik sepeda.
d. Dramatik Role Play / bermain Dramati/ Simbolik, dimulai pada akhir masa
bayi 11-13 bulan. Contoh ; berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti
makan, minum dan tidur. Usia Toddler kegiatan berupa hal-hal yang lebih
dikenalnya Usia Prasekolah kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit.
e. Permainan game, contoh Puzzle, komputer games dan video

2. Menurut Karakteristik Sosial


a. Onlooker Play / mengamati, anak melihat apa yang dilakukan anak lain
tetapi tidak ada usaha untuk ikut bermain. Contoh ; menonton televisi
b. Solitary / mandiri, anak bermain sendiri. Menyukai kehadiran orang lain tap
tidak ada usaha untuk mendekat atau berbicara. Hanya terpusat pada
aktivitas/ permainanya sendiri.
c. Paralel Play, bermain sendiri di tengah anak lain, tidak ada asosiasi
kelompok. Ciri bermain anak Toddler.
d. Asosiasi Play, bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada
pembagian kerja, pemimpin/ tujuan bersama, Anak interaksi dengan saling
meminjam alat permainan. Ciri Anak Prasekolah
e. Cooperatif Play, bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan/
sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang
ditetapkan dan ingin dicapai.

F. Faktorfaktor Bermain
1. Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif,
seperti permainan dan olah raga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai

8
hiburan.
2. Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa
saja yang dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangan
motorik anak.
3. Intelegensi
Pada setiap usia anak, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang
kurang pandai dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdasan. Anak
yang pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang besar,
termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
4. Jenis kelamin
Pada masa awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan perhatian
pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang perempuan, tetapi
sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
5. Status sosisal ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang libih tinggi lebih menyukai
kegiatan yang mahal sedangkan dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan
yang tidak mahal. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang
ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap
mereka.
6. Lingkungan
Anak dari lingkungan buruk kurang bermain ketimbang anak lainnya
karena kesehatah yang buruk, kurang waktu, peralatan dan ruang. Anak yang
berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal
dari lingkungan kota. Hal ini kurangnya peralatan dan waktu bebas.

7. Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya.
Misalnya, dominasi boneka dan binatang buatan yang mendukung permainan
pura-pura.

G. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan Anak


1. Tradisi

9
a. Setiap generasi meniru permainan generasi sebelumnya
b. Bentuk permainan yang memuaskan akan dilanjutkan
c. Tergantung dari perubahan musim
2. Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat diramalkan. Usia bertambah,
penggunaan material lebih bermakna, misalnya balok.
3. Waktu dan usia
a. Ragam kegiatan bermain berkurang dengan tambahnya usia
b. Waktu berkurang sesuai usia
c. Aktifitas fisik berkurang
d. Waktu untuk aktifitas spesifik meningkat
e. Perhatian menyempit tetapi lebih lama
f. Jumlah dan usia teman ( lebih sedikit dan spesifik )

H. Jenis dan Syarat Permainan Sesuai dengan Usia Anak


1. Umur 0-3 bulan
a. Sentuhan, ocehan, kontak mata
b. Perhatian, tersenyum, warna dan suara
2. Umur 3 bulan
a. Sentuhan pensil pada punggung tangan dan ujung jari anak,melatih
menggenggam dan menggerakkan lengan tangan dan tungkai ; gerak kasar.
b. Warna/ cahaya digerakkan ke kiri dan ke kanan; visual dan gerak halus.
c. Suara: berbicara, tape, dan lain-lain
d. Tertawa dan tersenyum; bergaul dan mandiri
e. Berbicara dengan lembut, memeluk dan mencium, membuai dan menimang,
memupuk cinta kasih sayang dan rasa aman
f. Melatih membalikkan badan dari telentang ke tengkurap
g. Melatih mengangkat kepala, menelungkupkan anak memberikan benda-
benda yang menarik dan digerak-gerakkan
h. Letakkan benda-benda kecil sebesar biji kacang di depan anak, ambil benda
itu sampai anak meniru, awasi.
i. Beri biskuit/ roti hingga anak dapat memasukkan makanan kedalam mulut.
j. Melatih anak meraih benda.
3. Umur 3-6 bulan

10
a. Gunakan mainan yang dapat menimbulkan suara
b. Pindahkan mainan ke posisi berubah-ubah, bergaul dan mandiri
c. Melatih mencari sumber suara.
d. Mengoceh pada anak sehingga anak meniru.
e. Melatih menyangga leher
f. Melatih untuk duduk
g. Melatih untuk menyangga badan dan kedua kaki
h. Memberi kesempatan pada anak untuk coret-coret
i. Melatih meniru kata-kata, mengenal suara, lingkungan sekitar, bergaul
4. Umur 6-9 bulan
a. Anak didudukkan dan mempertahankan posisi dengan kepala tegak
b. Memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri
c. Sering diajak bicara
d. Perlihatkan bambar lucu dan menarik
e. Mengajak dirinya dikaca
f. Melatih merangkak, berdiri
g. Melatih memasukkan dan mengeluarkan benda, tepuk tangan,menepuk
beduk dan gendang
h. Mengajak anak mengikuti kegiatan keluarga. Contoh : makan bersama,
jalan-jalan dan rekreasi
5. Umur 9-12 bulan
a. Bermain merambat pada meja/ kursi
b. Meraup benda-benda kecil dengan kelima jari-jari
c. Berbicara (melatih) dengan dua suku kata
d. Bermain untuk melatih anak memanjat kursi/ tangga secara bertahap
e. Bermain bola
f. Melatih/ bermain dengan berjalan
g. Menumpuk balok
h. Menggambar
i. Melatih membungkukkan badan saat mengambil sesuatu benda
j. Menyebutkan beberapa nama dari bagian tubuhnya
6. Umur 12-18 bulan
a. Bermain mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk

11
b. Makan dan minum
c. Berjalan mundur (dengan menarik mainan)
d. Menangkap, melempar dan menendang bola
e. Memakai dan melepas pakaian
f. Puzzle
g. Perintah sederhana
h. Bercerita (minta pada anak)
7. Umur 18-24 bulan
a. Menggambar dengan pola
b. Menunjukkan dan menyebut salah satu bagian tubuh yang benar
c. Rumah-rumahan, masak-masakan (pekerjaan RT)
d. Melatih berjalan jinjit, melompat dan berdiri dengan satu kaki
e. Bermain dengan lilin/ tanah liat/ adonan kue
f. Memasukkan benda ke lubang yang sesuai
g. Menyebut nama benda-benda dan mengenal sifatnya
h. Cuci tangan dan kaki
i. Memilih baju
8. Umur 2-3 tahun
a. Berdiri dengan satu kaki
b. Menggambar
c. Menghitung jumlah benda
d. Mencocokkan gambar dengan benda sesungguhnya
e. Menyebut nama
f. Bercerita dengan dirinya
g. Menyebut lawan kata
h. Permainan dramatik, sopan santun, masak-masakan, mandi, dll
9. Umur 3-4 tahun
a. Menggambar dan menulis
b. Jalan jinjit
c. Menyebutkan warna warni
d. Melompat dengan satu kaki
e. Melempar ke atas
f. Menggunting dan menempel

12
g. Mengenal huruf dan angka
h. Mengenal bentuk dan warna gambar
i. Membaca
j. Mengenal musim
k. Bermain kredit
10. Umur 4-5 tahun
a. Melompat dengan satu kaki
b. Mengancingkan baju
c. Bercerita dan mengingat
d. Mengenal tulisan
e. Pertanyaan mengapa
f. Mengenal tanda, simbol dan lambang
g. Bergaul
11. Umur 5-6 tahun
a. Main bola (jarak 1 m)
b. Menggambar (segi tiga)
c. Angka, huruf, menghitung 010
d. Bersepeda
e. Bermain lilin/ tanah liat/ adonan kue
f. Menyebut nama hari, bulan, jumlah hari dalam 1 Minggu dan 1 bulan dan
seterusnya
g. Waktu
h. Ukur panjang dan lebar dengan penggaris
i. Masak-masakan
I. Pengertian Preschool

Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-
anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia pra sekolah
adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki
karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal
pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg
dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95
cm.
13
1. Aspek Bahasa

Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900
kata, mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada
tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata, mengunakan 6 sampai 8 kata,
menyebut 4 warna atau lebih, dapat menggambar dengan banyak komentar serta
menyebutkan bagiannya, mengetahui waktu seperti hari, minggu dan bulan, anak
juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.

2. Aspek Sosial

Pada tahun ketiga anak sudah hampir mampu berpakaian dan makan sendiri,
rentang perhatian meningkat, mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam
permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.
Tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak sabar,
agresif secara fisik dan verbal, mendapat kebanggaan dalam pencapaian, masih
mempunyai banyak rasa takut. pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang
memberontak, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab,
mencoba untuk hidup berdasarkan aturan, bersikap lebih baik, dalam permainan
sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.

Personal social:

Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan supaya


di anggap di masyarakat
Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan lingkungan
Menyadari hak dan kepentingan orang lain
Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya kemampuan
dan penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
Masuk TK akan sangat membantu anak untuk jembatan bergaul dan
sosialisasi dengan teman sebaya.

3. Aspek Kognitif

14
Tahun ketiga berada pada fase perseptual, anak cenderung egosentrik dalam
berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep
tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang
berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih
baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan
persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran social lebih tinggi, mereka
patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami
hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anaka sudah mampu
memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum
memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang factual dunia.

Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran, kotak,

Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat Menaiki


sepeda roda tiga belajar menalikan tali sepatu, mengkancing,
menyikat gigi.

J. KETERAMPILAN PLASTISIN
Plastisin adalah bahan terbaik yang digunakan untuk belajar dengan anak-anak
karena plastisin dapat digunakan untuk mengajak dan untuk terapi. Kebanyakan
anak-anak menemukan bahwa teksture dari plastisin itu sendiri yang menyenangkan
untuk di sentuh dan di manipulasi atau dirubah. Ini amatlah mudah untuk
membentuk sesuatu dengan plastisin dan merubahnya menjadi bentuk, ukuran, dan
tampilan yang lain. Kebanyakan anak-anak telah siap memakai plastisin dan mereka
asik dalam perasaan, memukul-mukul plastisin, menekan plastisin, melumpuri
plastisin, dan memotong plastisin. Mereka memperoleh tentang pengalaman yang
menyenangkan, memuaskan. Kebanyakan, plastisin hampir seperti perluasan dari
anak-anak, seperti sudah menjadi bagian dari mereka.
Plastisin memungkinkan anak untuk menjadi kreatif. Selama aktivitas
kreatifnya, dari dalam emosi anak memungkinkan untuk muncul dan mengalami
sesuatu yang jelas dari aktivitas tersebut. Plastisin membolehkan anak untuk

15
mengekspresikan emosinya : seorang anak mungkin dengan tenang membanting
plastisin, atau dengan agresif memukul plastisin, atau menarik plastisin sehingga
terpisah seperti sedang frustasi. Emosi-emosi demikian yang mana seorang anak
sedang memegang plastisin, mungkin dijelaskan dari sisi terluar, dan dengan efek
pencuci perut. Karena potongan plastisin ini membuat plastisin lebih mudah untuk
mengubah menjadi potongan yang baru, medium ini mengajak anak untuk
melanjutkan belajar mereka dengan mengembangkan tema-tema yang ada dan
menjelajahi atau mengembangkan tema-tema yang baru.
Plastisin adalah bahan tiga dimensi. Ini membolehkan anak untuk memiliki
kebebasan untuk berkreativitas yang lebih daripada ketika mereka dengan dua
dimensi seperti melukis atau ketika menggambar. Dengan plastisin, anak dengan
bebas dapat menciptakan potongan-potongan plastisin menjadi hali yang realistis,
imajinasi atau simbolik. Contohnya misal seperti, seorang anak menciptakan
potongan plastisin tersebut menjadi replica monster. Potongan ini, mewakili
monster, terlihat nyata, dan terlihat seperti binatang, atau dapat terlihat seperti tokoh
fantasi, atau mungkin potongan itu merupakan suatu symbol yang khusus, atau
bahkan mungkin hanya potongan yang dibentuk kasar.
Belajar dengan plastisin bisa mendapatkan balasan yang khusus untuk anak-anak
yang mana mereka merasakan tidak mencukupi tentang kemampuan kreativitas
mereka, karena plastisin merupakan bahan yang dapat digunakan dengan
kemampuan yang kecil ini memiliki kemungkinan kegagalan yang kecil. Konselor
tidak memerlukan untuk membantu harapan-harapan atau peraturan-peraturan,
sehingga anak dapat merasakan kebebasan untuk mengekspresikan kondisinya saat
itu dengan bentuk pengalaman-pengalaman dari dalam tanpa pengendalian yang tida
diperlukan.
Karena plastisin merangsang indera peraba dan kinestetik, ini membolehkan
anak-anak yang tertutup atau pendiam mengenai pengalaman sensorik dan emosinya
dengan cara memainkan plastisin-plastisin itu lagi. Seperti anak-anak dengan
menjadi digunakan sepenuhnya dalam belajar dengan plastisin, dengan sensitive
bertambahnya reaksi kinestetiknya mungkin itu merupakan hasil yang bermanfaat
yaitu ungkapan emosi. Konselor bias mengharapkan untuk melihat tingkah laku
seperti membayangkan proses yang ada dalam diri anak-anak. Konselor
membutuhkan observasi mengenai respon non verbal dan verbal dari anak-anak, dan

16
juga merespon pada mereka dengan menggunakan sikap atau cara-cara konseling
yang tepat.

Bahan-bahan yang digunakan ketika menggunakan plastisin


Lembut, empuk, itulah plastisin yang cocok untuk digunakan. Ini penting bahwa
plastisin janganlah terlalu lembek/basah atau lengket, karena jika demikian, maka
belajar dengan plastisin itu akan tidak menyenangkan. Plastisin biasa di beli dalam
bentuk balokan/ kotak-kotak, dengan ukuran sekitar 30 cm, 20 cm, atau 10 cm, dari
toko yang menjual.
Kita sebaiknya belajar dengan plastisin di lantai, daripada di bangku/meja,
sehingga anak bisa dengan mudah menikmati bermain dengan plastisin, mereka bisa
dengan mudah berpindah-pindah. Anak-anak dapat bermain dengan plastisin di lantai
vinyl, tetapi setelah itu lantai harus dibersihkan. Biasanya kita bermain pada tempat
plastisin, yang mana dapat dilipat setelah digunakan dan dibersihkan. Tempat
bermain plastisin ini sebaiknya berukuran yang cukup luas untuk mampu
menyediakan ruang bermain, dan memiliki ruang untuk anak dan konselor untuk
duduk dengan nyaman.
Sepotong kawat yang tipis atau kail pancing, kira-kira panjangnya 40 cm,
dengan gagang dari kayu yang ditaruh di setiap ujung, ini digunakan untuk
memotong plastisin menjadi potongan-potongan plastisin yang lebih kecil. Jika
menggunakan pisau cutter, plastisin dapat dengan mudah dipisahkan menjadi
potongan yang lebih kecil. Kadang-kadang bisa menggunakan peralatan untuk
memahat/membentuk plastisin menjadi bentuk sesuatu, misalnya dengan cara
memasukkan spatula yang terbuat dari kayu, penghapus lukisan yang kaku, sendok
dan garpu dari plastic. Per/ penekan untuk membentuk plastisin tersebut menjadi
sesuatu yang bernilai.
Plastisin yang telah kering sebelum digunakan, diistimewakan dalam ruang
dimana ruang itu ada untuk memanaskan, AC, atau kipas angin. Untuk mencegah
dari hal yang tidak diharapkan, semangkok air, dengan spons yang bisa menyerap
dan menetes dari plastisin, ini diperlukan untuk menjaga agar plastisin tetap basah.
Beberapa anak-anak menjadi khawatir karena plastisin itu morat-marit. Unutk
mengatasi masalah ini, kita menyediakan celemek plastic, dan tempat cuci tangan
yang ada air mengalirnya.
17
Manfaat yang diperoleh dari bermain dengan plastisin
Meminta anak-anak untuk membuat potongan-potongan plastisin mejadi symbol
atau replica orang penting, benda-benda, perasaan-perasaan, atau hal-hal tentang
kehidupan anak-anak, memberikan anak-anak kesempatan untuk menceritakan
tentang pengalamannya. Ketika anak bercerita, konselor dapat menggunakan teknik
konseling untuk membantu anak dan menyelidiki hubungannya, memahami tentang
kejadian lampau yang terjadi pada anak, dan juga mengembangkan wawasan anak-
anak.
Karena plastisin membolehkan anak-anak untuk berekspresi sepuasnya yang
mana merupakan proses internal dimana terjadi seperti apa yang anak ceritakan, ini
menyediakan suatu penghubung atau jembatan, sambungan proses dari dalam antara
anak dengan konselor, dan membolehkan counselor untuk berbagi secara dekat
seperti teman karib mengenai cerita anak tersebut. Demikian, konselor memiliki
kesempatan untuk mendukung anak untuk mengekspresikan emosinya dan tentang
hal-hal yang terjadi.
Manfaat plastisin secara khusus yaitu untuk menolong anak tentang apa yang
dirasakan, sedikit meninggalkan mengenai yang ditahan/tertahan. Proyek ini terjadi
seperti anak berperan di luar kendali emosinya. Contohnya, seorang anak dapat
memukul plastisin, atau mengalus atau menggulung-gulung plastisin. Dari hal yang
terjadi, konselor dapat membantu anak untuk mengenali dan merasakan perasaan
yang dialami oleh anak melalui ekspresi fisiknya.
Plastisin sangat bermanfaat ketika bermain dengan anak-anak dalam kelompok.
Dalam kondisi berkelompok, anak-anak bisa saling mendukung untuk berinteraksi
dengan yang lainnya sama seperti mereka bermain dengan plastisin dan memperoleh
wawasan dan pemahaman mengenai anak-anak yang lainnya dalam kelompok,
berbagi tentang pengalaman. Saling berbagi ini dapat menambah rasa individu setiap
anak termasuk kelompok. Bermain plastisin dapat digunakan untuk menolong anak-
anak untuk menemukan konsekuensi dari setiap tingkah laku mereka ketika dalam
kelompok. Dapat disimpulkan, bahwa hal terpenting yang didapat ketika bermain
dengan menggunakan plastisin dapat dimasukkan dalam daftar di bawah ini.
b. Hal-hal yang bisa diperoleh dari bermain dengan plastisin secara individu dan
dalam kelompok yaitu :
18
o Membantu anak untuk menceritakan dan berbagi tentang ceritanya dengan
menggunakan plastisin sebagai ilustrasi dalam ceritanya
o Memungkinkan anak untuk memikirkan tentang rencana yang mengandung
perasaan-perasaan lewat plastisin sehingga mereka bisa merasa diakui dan
memiliki
o Membantu anak untuk mengenali dan mengetahui hal-hal yang sedang
terjadi
o Membantu anak untuk menyelidiki hubungan dan untuk mengembangkan
wawasan ke dalam hubungan dengan orang lain
o Memungkinkan anak memperoleh pengalaman dan kepuasan dalam
pemenuhan tugas kreativitas
c. Hal-hal yang bisa diperoleh dari bermain dengan plastisin dalam kelompok :
Membantu anak memperoleh wawasan dan memahami dengan yang lainnya
Dapat menambah rasa individu setiap anak termasuk kelompok
Membantu anak untuk menemukan konsekuensi dari tingkah laku setiap
anak ketika di dalam kelompok.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masuk rumah sakit bagi anak merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik pada anak, yakni ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya perpisahan
dengan orang tua, kehilangan kontrol dan perlakuan tubuh akibat tindakan invasif
yang menimbulkan rasa nyeri. Untuk itu penting dilakukan suatu aktifitas bermain
cooperatif play untuk mengekpresikan perasaan mereka dalam upaya peningkatan
kesadaran diri. Oleh karena itu, plastisin sangat bermanfaat ketika bermain dengan
anak-anak dalam kelompok. Karena plastisin membolehkan anak-anak untuk
berekspresi sepuasnya yang mana merupakan proses internal dimana terjadi seperti
apa yang anak ceritakan, ini menyediakan suatu penghubung atau jembatan,
sambungan proses dari dalam antara anak dengan konselor, dan membolehkan
counselor untuk berbagi secara dekat seperti teman karib mengenai cerita anak
tersebut.

B. Saran Dan Kritik


Dengan dilakukannya terapi bermain plastisin ini diharapkan dapat mengurangi
stress hospitalisasi pada anak, Anak dapat membentuk plastisin sesuai

20
kekreatifannya, Anak dapat bersosialisasi dengan pasien lainnya dan perawat, tahap
perkembangan anak dapat tetap terpenuhi dan kesempatan untuk belajar mengenal
bentuk dan warna beberapa alat permainan.

21

Anda mungkin juga menyukai