Anda di halaman 1dari 7

Proposal Terapi Bermain Playdough/Malam pada Anak

Penderita Thalasemia

Kelompok 5:

NO NAMA NIM
1 Siti Nur Ghaliyah 17631597
2 Yona Bagus P 17631627
3 M.Heri Darussalam 17631618
4 Mar’atu S 17631631
5 Yustika K.W 17631605
6 Ema Ambarsari 17631599
7 Devi Triana S 17631633
8 Iffatul Izza 17631591

Universitas Muhammadiyah Ponorogo


Prodi S1 Keperawatan
2019
A. Latar Belakang

Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua kepada anak.
Thalasemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan hemoglobin yang berakibat pada
penyakit anemia. Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengangkut
oksigen dan nutrisi lainnya ke sel-sel lainnya dalam tubuh. Sekitar 100.000 bayi di seluruh dunia
terlahir dengan jenis thalasemia berbahaya setiap tahunnya.(Kliegam,2012)
Anak yang menderita sakit thalassemia yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami
krisis oleh karena seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan lingkungan serta
anak mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress. Krisis ini dipengaruhi oleh berbagai hal
yaitu usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau
perawatan di rumah sakit, support system serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan.

Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah Sakit perlu mendapatkan perhatian
dan pemecahannya agar saat di rawat seorang anak mengetahui dan kooperatif dalam
menghadapi permasalahan yang terjadi saat di rawat. Salah satu cara untuk menghadapi
permasalahan terutama mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invasif yang
harus dilakukannya adalah bermain.

Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara optimal.
Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dari dirinya. Bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan, cinta kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk
kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.

Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari
anak yang tidak disasarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui
psikososio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa memperhitungkan hasil akhirnya.
B. Tujuan
a) Tujuan Umum

Anak mampu membentuk malam tersebut dengan kreatifitas dan imajinasinya sendiri

b) Tujuan Khusus
1. Mengenal benda.
2. Penggunaan playdough dapat membantu anak melatih keterampilan fisik dengan tangan
ketika mereka memanipulasi playdough dengan jari mereka. Anak dapat berlatih seperti
mencubit, meremas, atau menyodok saat mereka bermain dengan playdough.
3. Membantu anak dalam melatih imajinasi dan kemampuan kognitif lainnya seperti imitasi,
simbolisme dan pemecahan masalah. Hal ini membantu anak belajar lebih banyak tentang
lingkungan saat ia meniru bentuk benda sehari-hari dengan playdough.
4. Membantu anak untuk tenang disaat frustasi atau marah. Memegang dan meremas
adonan bermain dapat menghasilkan efek menenangkan pada si anak dan berguna untuk
mengajarkan keterampilan manajemen kemarahan, dan lebih nyaman untuk
mengekspresikan.
5. Mengembangkan keterampilan sosial saat ia bermain bersama dengan anak-anak lain dan
dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk latihan bekerja sama dan berbagi.
6. Anak mampu mengembangkan kemampuan gerak halus.
7. Dapat mengenal warna-warna.

C. Sasaran
Kriteria Pasien
1. Anak usia 3-6 tahun
2. Anak kooperatif
3. Anak dengan komunikasi verbal baik
4. Anak yang tidak ada kontra indikasi untuk bermain

D. Jenis Permainan
1. Jenis permainan yang digunakan yaitu playdough/malam.
Playdough/malam merupakan permainan yang yang terbuat dari plastisin dengan
berbagai macam warna yang ada. Permainan ini dilakukan dengan membentuk malam
menjadi berbagai jenis hewan, tumbuhan, buah, tempat, dan benda lainnya.
Sebelumnya akan diberikan satu contoh membuat sebuah kreasi benda dari malam
dan selanjutnya anak akan membuat kreasi malam sesuai keinginan dan kreatifitasnya
sendiri.
2. Manfaat

 Melatih kemampuan sensorik. Salah satu cara anak mengenal sesuatu adalah melalui
sentuhan. Dengan bermain playdogh, ia belajar tentang tekstur dan cara menciptakan
sesuatu.
 Mengembangkan kemampuan berfikir. Bermain playdogh bisa mengasah kemampuan
berfikir anak. Latihlah denagan member contoh cara bermain dan menciptakan sesuatu
dengan playdogh.
 Self esteem. Permainan pladogh adalah permainan yang tanpa aturan sehingga berguna
mengembangkan kemampuan imajinasi dan kreativitas anak. Dengan bermain playdogh,
ia dapat meningkatkan rasa ingi tahu, sekaligus mengajarkanya tentang problem solving
yang berguna meningkatkannya self esteem-nya.
 Mengasah kemampuan berbahasa. Meremas, berguling membuat bola, dan berputar
adalah beberapa kata yang sering di dengar anak saat brmain playdogh. Gunakan kata-
kata untuk mendeskripsikan kegiatan bermain playdogh.

Sedangkan Menurut Immanuella F. Rachmani, dkk (Difatiguna, 2015:31) manfaat playdough


adalah sebagai berikut:

 Berkreasi dengan playdough dapat mencerdaskan anak, selain mengasah imajinasi,


keterampilan motorik halus, berfikir logis dan sistematis, juga dapat merangsang indera
perabanya.
 Kelenturan dan kelembutan bahan playdough melatih anak mengatur kekuatan otot jari
 Anak belajar memperlakukan media ini yaitu hanya perlu menekan lembut dan hati-hati.
Melalui bermain playdough bisa melatih motorik halus, membangun kekuatan otot
tangan anak yang kelak bermanfaat saat belajar menggunakan pensil dan gunting.
E. Tata Cara Bermain

 Fase orientasi
- Salam
- Memperkenalkan mahasiswa
- Perkenalan dengan pembimbing
- Memberi kesempatan audiens memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan
- Menjelaskan kontrak waktu dan topik
- Menjelaskan tujuan permainan playdough
- Melibatkan orang tua untuk hadir didekat anak

 Fase kerja
- Menjelaskan prosedur permainan
- Membagikan plastisin
- Memberi reinforcement positif atas tindakan peserta
- Memperlihatkan model atau contoh bentuk yang akan di tiru anak
- Memberi reinforcement atas tindakan peserta
- Memberikan kesempatan anak untuk membuat bentuk seperti yang dicontohkan terapis
- Memberi reinforcement
- Menilai hasil plastisin yang di buat oleh anak
- Memberikan reward

 Fase Terminasi
- Menyudahi permainan
- Menanyakan perasaan anak sesudah bermain
- Menyimpulkan hasil permainan
- Menyampaikan rencana tindak lanjut kepada orang tua anak
- Mengucapkan terimakasih pada orang tua dan anak
- Memberi salam
F. Evaluasi Keberhasilan
a. Anak bersedia mengikuti terapi bermain
b. Anak mengikuti kegiatan sampai selesai
c. Anak dapat mengikuti dan melakukan apa yang diharapkan
d. Kebutuhan anak terpenuhi
e. Anak bersosialisasi dengan temannya
f. Anak mengikuti instruksi yang diberikan
g. Anak berperan aktif dalam permainan
h. Anak bisa melakukan permainan dengan mandiri
i. Anak dapat menyelesaikan permainan sampai selesai
j. Anak dapat berinteraksi dengan anak-anak lain yang dirawat di ruang kenanga
k. Anak merasa senang mengikuti terapi bermain
DAFTAR PUSTAKA
Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. 2004.
Grafindo: Jakarta

Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. 1999. EGC: Jakarta

Donna L. Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Anak. 2004. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai