Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

MEMBENTUK PLASTISIN

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Akrimatul Mukharomah P27220018005


2. Mahardika Felda P27220018022
3. Tri Utami P27220018039
4. Yoseva Putri wina P27220018041

D3 KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2020
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

MEMBENTUK PLASTISIN

Pokok bahasan : Terapi Bermain

Sub pokok bahasan : Membentuk Plastisin

Target /sasaran : Anak usia 3-5 tahun

Hari/tanggal : Senin,17 Februari 2020

Waktu : 08.00-08.20 WIB

Tempat : Ruang bermain anak

Pengorganisasian : 1. Leader : Yoseva Putri Wina

2. Co Leader : Tri Utami

3. Fasilitator : Akrimatul

4. Observer : Mahardika Felda

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit agar dapat mencapai
tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan walaupun dalam
kondisi sakit.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu:
1. Bersosialisasi dengan perawat baru
2. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan saling
bercanda.
3. Mengembangkan kreativitas
4. Membentuk plastisin seperti bentk bulat, kotan dan lain lain
5. Mengetahui warna warna pasa plastisin.
C. Materi
1. Pertumbuhan dan Perkembangan
2. Terapi Bermain
3. Membentuk plastisin

D. Metode
1. Bermain bersama
2. Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab

E. Media
1. Plastisin

F. Setting tempat (gambar/denah ruangan)

Keterangan:

: Leader

: Co leader

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

: Orang tua
G. Kegiatan bermain

No Waktu Terapis Anak


1 5 menit Pembukaan:
1. Co leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan saling
persatu dan anak saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan leader Mendengarkan
2 10 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak Menjawab pertanyaan
mau bermain atau tidak
3. Membagikan permainan Menerima permainan
4. Leader, co leader, dan fasilitator Bermain
memotivasi anak
5. Observer mengobservasi anak Bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada anak Senang
yang cepat dalam menyusun
plastisin Senang
5. Membagikan hadiah pada semua
anak yang bermain Mengungkapkan perasaan
6. Menanyakan perasaan anak Mendengarkan
7. Co leader menutup acara Menjawab salam
8. Mengucapkan salam
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
 Alat-alat yang digunakan lengkap

 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
 Terapi dapat berjalan dengan baik
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi

 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai


tugasnya

3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
 Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan membentuk
plastisin kemudian berhasil
 Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
 Anak merasa senang
 Anak tidak takut lagi dengan perawat
 Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
 Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi
bermain
BAB II

MATERI KONSEP BERMAIN

A. Latar belakang
Masuk RS bagi anak merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatic pada anak,yakni ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi,stress ini disebabkan oleh berbagai factor,diantaranya perpisahan dengan
orangtua,kehilangan control dan perlakuan tubuh akibat tindakan invasive yang
menimbulkan rasa nyeriakibat perpisahan pada anak akan menimbulkan berbagai
reaksi seperti menolak,menangis,memukul,teriak,tidak kooperatif.
Bermain di RS merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan yang sangat berguna untuk merangsang perkembangan
anak dan untuk menurunkan stress akibat hospitalisasi untuk memfasilitasi keadaan
diatas diperlukan peran perawat dalam memberikan aktivitas bermain yang tepat pada
anak sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya tentunya dengan memperhatikan
prinsip –prinsip bermain di RS,untuk itu penting dilakukan suatu aktivitas bermain
cooperative play untuk mengekspresikan perasaan mereka dalam upaya peningkatan
kesadaran diri
Perawat memfasilitasi terapi bermain diatas pada anak diruang Lab tumbang
poltekkes Surakarta.
Manfaat terapi bermain dalam penanganan anak yang dirawat di RS adalah
salah satunya memudahkan anak menyatakan rasa kecemasan dan ketakutan lewat
permainan,mempercepat proses adaptasi di RS,anak dapat berkumpul dengan teman
sebayanya di RS sehingga tidak merasakan terisolir.
Karena pentingnya manfaat terapi bermain dalam penanganan anak
sakit,perawat harus mampu melaksanakan hal ini maka rencana penerapan terapi
bermain terhadap anak yang dirawat di ruang anak lab tumbang ini perlu
dilaksanakan.dalam hal ini jenis permainan yang akan diberikan di ruang anak adalah
bermain membentuk plastisin dengan kreatifitas dan imajinasi masing-masing.
B. Metode
Pembagian tugas
a. Leader :
-mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai
-mengarahkan permainan
-memandu proses permainan
b. Fasilitator :
-memfasilitasi anak untuk bermain
-membimbing anak untuk bermain
-memperhatikan respon anak saat bermain
-mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya
c. Observer :
-mengawasi jalannya permainan
-mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana
- mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain
-menyusun laporan,menilai hasil permainan dibantu dengan leader dan
fasilitator
d. PDD :
-melakukan dokumentasi selama proses permainan berlangsung
e. Media
-sepotong lilin (seepotong lilin/plastisin )
-tempat untuk lilin (baki)
-celemek plastic
-sepotong kawat untuk memotong
-semangkok air dengan spon
-tempat mencuci tangan

C. Pengertian bermain
1. Menurut Hurlock bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, bermain dilakukan secara
sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
2. Menurut Depkes RI bermain merupakan kesibukan anak, layaknya seperti bekerja
bagi orang dewasa , dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan.
3. Menurut Foster bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan
sendiri untuk memperoleh kesenangan.
Jadi bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan

D. Fungsi bermain
1. Perkembangan sensori motoric Bermain penting untuk mengembangkan otot dan
energi. Komponen yang paling untuk semua umur terutama bayi. Anak
mengekslorasi alam sekitarnya: a. Bayi melalui stimulasi taktil (sentuhan), audio,
visual. b. Toddler dan prasekolah : gerakan tubuh dan eksplorasi lingkungan c.
Sekolah dan remaja : Memodifikasi gerakan tubuh lebih terkoordinasi dan rumit.
Contoh berlari dan bersepeda.
2. Perkembangan Intelektual/ Kognitif Anak belajar berhubungan dengan
lingkungannya, belajar mengenal objek dan bagaimana menggunakannya. Anak
belajar berpikir abstrak dapat meningkatkan kemampuan bahasa, dapat mengatasi
masalah dan menolong anak membandingkan antara fantasi dan realita.
3. Sosialisasi Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi
anak sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan
sosial. Dengan sosialisasi akan berkembang nilai-nilai normal dan etik. Anak
belajar yang benar dan salah serta bertanggung jawab atas kehendaknya.
a. Bayi : perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran ornag lain dimana
kontak sosial pertama anak adalah figur ibu.
b. Sampai usia 1 tahun : bayi memriksa bayi lain, memeriksa objek di
lingkungan.
c. Usia 2–3 tahun : permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan
pasien, penjual dan pembeli. Kemudian meluas teman sementara dan teman
permainannya.
d. Usia pra–sekolah : sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi
ciri yang ada pada setiap bermainnya.
e. Usia sekolah : teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan
menerima, belajar peran benar atau salah, nilai moral dan etik, mulai
memahami tanggung jawab dari tindakannya.
4. Kreativitas Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru
dalam bermain. Kalau anak merasa puas dari kreativitas baru, maka anak akan
mencoba pada situasi yang lain
5. Nilai terapeutik Untuk melepaskan stress dan ketegangan
6. kesadaran diri Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta
tingkah lakunya.
7. Nilai Moral Belajar salah/ benar dari kultur, rumah, sekolah dan interaksi.
Contoh bila ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode
perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur, kendali diri dan
mempertimbangkan kepentingan orang lain.

E. Klasifikasi Bermain

1. Menurut isi permainan

a. Social Affektif Play permainan yang membuat anak belajar berhubungan dengan
orang lain. Contoh : orang tua berbicara, memeluk, bersenandung, anak memberi
respon dengan tersenyum, mendengkur, tertawa, beraktivitas, dll.
b. Sense Pleasure Play (bermain untuk bersenang-senang), contoh : Obyek seperti
wanita, cahaya, bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh.
c. Skill Play, bermain yang sifatnya membina ketrampilan Misalnya berulangkali
melakukan dan melatih kemampuan yang baru didapat, menimbulkan nyeri dan
frustasi pada anak. Contoh naik sepeda.
d. Dramatik Role Play / bermain Dramati/ Simbolik, dimulai pada akhir masa bayi
11-13 bulan. Contoh ; berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan,
minum dan tidur. Usia Toddler kegiatan berupa hal-hal yang lebih dikenalnya Usia
Prasekolah kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit.
e. Permainan game, contoh Puzzle, komputer games dan video

2. Menurut Karakteristik Sosial


a. Onlooker Play / mengamati, anak melihat apa yang dilakukan anak lain tetapi
tidak ada usaha untuk ikut bermain. Contoh ; menonton televisi
b. Solitary / mandiri, anak bermain sendiri. Menyukai kehadiran orang lain tap tidak
ada usaha untuk mendekat atau berbicara. Hanya terpusat pada aktivitas/
permainanya sendiri.
c. Paralel Play, bermain sendiri di tengah anak lain, tidak ada asosiasi kelompok.
Ciri bermain anak Toddler.
d. Asosiasi Play, bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada
pembagian kerja, pemimpin/ tujuan bersama, Anak interaksi dengan saling
meminjam alat permainan. Ciri Anak Prasekolah
e. Cooperatif Play, bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan/
sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang ditetapkan
dan ingin dicapai.

F. Faktor –faktor bermain


1. Kesehatan Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif,
seperti permainan dan olah raga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai
hiburan.
2. Perkembangan motorik Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi
motorik. Apa saja yang dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada
perkembangan motorik anak.
3. Intelegensi Pada setiap usia anak, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang
kurang pandai dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdasan. Anak yang
pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang besar, termasuk
upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
4. Jenis kelamin Pada masa awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan perhatian
pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang perempuan, tetapi
sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
5. Status sosisal ekonomi Anak dari kelompok sosial ekonomi yang libih tinggi lebih
menyukai kegiatan yang mahal sedangkan dari kalangan bawah terlihat dalam
kegiatan yang tidak mahal. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film
yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi
terhadap mereka.
6. Lingkungan Anak dari lingkungan buruk kurang bermain ketimbang anak lainnya
karena kesehatah yang buruk, kurang waktu, peralatan dan ruang. Anak yang
berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari
lingkungan kota. Hal ini kurangnya peralatan dan waktu bebas.
7. Peralatan bermain Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi
permainannya. Misalnya, dominasi boneka dan binatang buatan yang mendukung
permainan pura-pura.

G. Karakteristik bermain sesuai tahap perkembangan anak


1. Tradisi
a. Setiap generasi meniru permainan generasi sebelumnya
b. Bentuk permainan yang memuaskan akan dilanjutkan
c. Tergantung dari perubahan musim.
2. Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat diramalkan. Usia
bertambah, penggunaan material lebih bermakna, misalnya balok.
3. Waktu dan usia
a. Ragam kegiatan bermain berkurang dengan tambahnya usia
b. Waktu berkurang sesuai usia
c. Aktifitas fisik berkurang
d. Waktu untuk aktifitas spesifik meningkat
e. Perhatian menyempit tetapi lebih lama f.Jumlah dan usia teman ( lebih
sedikit dan spesifik ).

H. Jenis dan syarat permainan sesuai dengan usia anak


1. Umur 0-3 bulan
a. Sentuhan, ocehan, kontak mata
b. Perhatian, tersenyum, warna dan suara
2. Umur 3 bulan
a. Sentuhan pensil pada punggung tangan dan ujung jari anak,melatih
menggenggam dan menggerakkan lengan tangan dan tungkai ; gerak kasar.
b. Warna/ cahaya digerakkan ke kiri dan ke kanan; visual dan gerak halus.
c. Suara: berbicara, tape, dan lain-lain
d. Tertawa dan tersenyum; bergaul dan mandiri
e. Berbicara dengan lembut, memeluk dan mencium, membuai dan menimang,
memupuk cinta kasih sayang dan rasa aman
f. Melatih membalikkan badan dari telentang ke tengkurap
g. Melatih mengangkat kepala, menelungkupkan anak memberikan
bendabenda yang menarik dan digerak-gerakkan
h. Letakkan benda-benda kecil sebesar biji kacang di depan anak, ambil benda
itu sampai anak meniru, awasi.
i. Beri biskuit/ roti hingga anak dapat memasukkan makanan kedalam mulut.
j. Melatih anak meraih benda.
3. Umur 3-6 bulan 10
a. Gunakan mainan yang dapat menimbulkan suara
b. Pindahkan mainan ke posisi berubah-ubah, bergaul dan mandiri
c. Melatih mencari sumber suara.
d. Mengoceh pada anak sehingga anak meniru.
e. Melatih menyangga leher
f. Melatih untuk duduk
g. Melatih untuk menyangga badan dan kedua kaki
h. Memberi kesempatan pada anak untuk coret-coret
i. Melatih meniru kata-kata, mengenal suara, lingkungan sekitar, bergaul
4. Umur 6-9 bulan
a. Anak didudukkan dan mempertahankan posisi dengan kepala tegak
b. Memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri
c. Sering diajak bicara
d. Perlihatkan bambar lucu dan menarik
e. Mengajak dirinya dikaca
f. Melatih merangkak, berdiri
g. Melatih memasukkan dan mengeluarkan benda, tepuk tangan,menepuk beduk
dan gendang
h. Mengajak anak mengikuti kegiatan keluarga. Contoh : makan bersama, jalan-
jalan dan rekreasi
5. Umur 9-12 bulan
a. Bermain merambat pada meja/ kursi
b. Meraup benda-benda kecil dengan kelima jari-jari
c. Berbicara (melatih) dengan dua suku kata
d. Bermain untuk melatih anak memanjat kursi/ tangga secara bertahap
e. Bermain bola
f. Melatih/ bermain dengan berjalan
g. Menumpuk balok
h. Menggambar
i. Melatih membungkukkan badan saat mengambil sesuatu benda
j. Menyebutkan beberapa nama dari bagian tubuhnya
6. Umur 12-18 bulan
a. Bermain mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk
b. Makan dan minum
c. Berjalan mundur (dengan menarik mainan)
d. Menangkap, melempar dan menendang bola
e. Memakai dan melepas pakaian
f. Puzzle
g. Perintah sederhana
h. Bercerita (minta pada anak)
7. Umur 18-24 bulan
a. Menggambar dengan pola
b. Menunjukkan dan menyebut salah satu bagian tubuh yang benar
c. Rumah-rumahan, masak-masakan (pekerjaan RT)
d. Melatih berjalan jinjit, melompat dan berdiri dengan satu kaki
e. Bermain dengan lilin/ tanah liat/ adonan kue
f. Memasukkan benda ke lubang yang sesuai
g. Menyebut nama benda-benda dan mengenal sifatnya
h. Cuci tangan dan kaki
8. Umur 2-3 tahun
a. Berdiri dengan satu kaki
b. Menggambar
c. Menghitung jumlah benda
d. Mencocokkan gambar dengan benda sesungguhnya
e. Menyebut nama
f. Bercerita dengan dirinya
g. Menyebut lawan kata
h. Permainan dramatik, sopan santun, masak-masakan, mandi, dll
9. Umur 3-4 tahun
a. Menggambar dan menulis
b. Jalan jinjit
c. Menyebutkan warna warni
d. Melompat dengan satu kaki
e. Melempar ke atas
f. Menggunting dan menempel 12
g. Mengenal huruf dan angka
h. Mengenal bentuk dan warna gambar
i. Membaca
j. Mengenal musim
k. Bermain kredit
10.Umur 4-5 tahun
a. Melompat dengan satu kaki
b. Mengancingkan baju
c. Bercerita dan mengingat
d. Mengenal tulisan
e. Pertanyaan “ mengapa “
f. Mengenal tanda, simbol dan lambing
g. Bergaul
11. Umur 5-6 tahun
a. Main bola (jarak 1 m)
b. Menggambar (segi tiga)
c. Angka, huruf, menghitung 0–10
d. Bersepeda
e. Bermain lilin/ tanah liat/ adonan kue
f. Menyebut nama hari, bulan, jumlah hari dalam 1 Minggu dan 1 bulan dan
seterusnya
g. Waktu
h. Ukur panjang dan lebar dengan penggaris

I. Pengertian preschool
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah
anakanak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak
usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2000), anak usia
prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga
terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB
berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm. 13
1. Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900 kata,
mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun
kelima sampai keenam mencapai 2100 kata, mengunakan 6 sampai 8 kata, menyebut
4 warna atau lebih, dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan
bagiannya, mengetahui waktu seperti hari, minggu dan bulan, anak juga sudah mampu
mengikuti 3 perintah sekaligus.
2. Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hampir mampu berpakaian dan makan sendiri, rentang
perhatian meningkat, mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam permainan sering
mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.Tahun keempat anak
sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak sabar, agresif secara fisik dan
verbal, mendapat kebanggaan dalam pencapaian, masih mempunyai banyak rasa
takut.pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang,
mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab, mencoba untuk hidup berdasarkan
aturan, bersikap lebih baik, dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi
kadang curang.
Personal social:
 Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan supaya di
anggap di masyarakat
 Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan lingkungan 
Menyadari hak dan kepentingan orang lain
 Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
 Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya kemampuan dan
penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
 Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan sosialisasi
dengan teman sebaya.
3. Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase perseptual, anak cenderung egosentrik dalam berfikir
dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep tentang ruang,
dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun keempat
anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai sesuatu menurut
dimensinya, penilaian muncul berdasarkan persepsi, egosentris mulai berkurang,
kesadaran social lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai
batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah
anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi
belum memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang factual dunia.
Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran, kotak,
Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat Menaiki sepeda roda
tiga belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat gigi.

J. Ketrampilan plastisin
Plastisin adalah bahan terbaik yang digunakan untuk belajar dengan anak-anak
karena plastisin dapat digunakan untuk mengajak dan untuk terapi.Kebanyakan anak-
anak menemukan bahwa teksture dari plastisin itu sendiri yang menyenangkan untuk
di sentuh dan di manipulasi atau dirubah. Ini amatlah mudah untuk membentuk
sesuatu dengan plastisin dan merubahnya menjadi bentuk, ukuran, dan tampilan yang
lain.
Kebanyakan anak-anak telah siap memakai plastisin dan mereka asik dalam
perasaan, memukul-mukul plastisin, menekan plastisin, melumpuri plastisin, dan
memotong plastisin. Mereka memperoleh tentang pengalaman yang menyenangkan,
memuaskan.
Plastisin memungkinkan anak untuk menjadi kreatif.Selama aktivitas
kreatifnya, dari dalam emosi anak memungkinkan untuk muncul dan mengalami
sesuatu yang jelas dari aktivitas tersebut. Plastisin membolehkan anak untuk
mengekspresikan emosinya : seorang anak mungkin dengan tenang membanting
plastisin, atau dengan agresif memukul plastisin, atau menarik plastisin sehingga
terpisah seperti sedang frustasi.
Emosi-emosi demikian yang mana seorang anak sedang memegang plastisin,
mungkin dijelaskan dari sisi terluar, dan dengan efek pencuci perut.Karena potongan
plastisin ini membuat plastisin lebih mudah untuk mengubah menjadi potongan yang
baru, medium ini mengajak anak untuk melanjutkan belajar mereka dengan
mengembangkan tema-tema yang ada dan menjelajahi atau mengembangkan tema-
tema yang baru.
Plastisin adalah bahan tiga dimensi.Ini membolehkan anak untuk memiliki
kebebasan untuk berkreativitas yang lebih daripada ketika mereka dengan dua
dimensi seperti melukis atau ketika menggambar.Dengan plastisin, anak dengan bebas
dapat menciptakan potongan-potongan plastisin menjadi hali yang realistis, imajinasi
atau simbolik.Contohnya misal seperti, seorang anak menciptakan potongan plastisin
tersebut menjadi replica monster.Potongan ini, mewakili monster, terlihat nyata, dan
terlihat seperti binatang, atau dapat terlihat seperti tokoh fantasi, atau mungkin
potongan itu merupakan suatu symbol yang khusus, atau bahkan mungkin hanya
potongan yang dibentuk kasar.
Belajar dengan plastisin bisa mendapatkan balasan yang khusus untuk anak-
anak yang mana mereka merasakan tidak mencukupi tentang kemampuan kreativitas
mereka, karena plastisin merupakan bahan yang dapat digunakan dengan kemampuan
yang kecil ini memiliki kemungkinan kegagalan yang kecil. Karena plastisin
merangsang indera peraba dan kinestetik, ini membolehkan anak-anak yang tertutup
atau pendiam mengenai pengalaman sensorik dan emosinya dengan cara memainkan
plastisin-plastisin itu lagi. Seperti anak-anak dengan menjadi digunakan sepenuhnya
dalam belajar dengan plastisin, dengan sensitive bertambahnya reaksi kinestetiknya
mungkin itu merupakan hasil yang bermanfaat yaitu ungkapan emosi.juga merespon
pada mereka dengan menggunakan sikap atau cara-cara konseling yang tepat.
Bahan-bahan yang digunakan ketika menggunakan plastisin Lembut, empuk,
itulah plastisin yang cocok untuk digunakan. Ini penting bahwa plastisin janganlah
terlalu lembek/basah atau lengket, karena jika demikian, maka belajar dengan
plastisin itu akan tidak menyenangkan. Plastisin biasa di beli dalam bentuk balokan/
kotak-kotak, dengan ukuran sekitar 30 cm, 20 cm, atau 10 cm, dari toko yang
menjual. Kita sebaiknya belajar dengan plastisin di lantai, daripada di bangku/meja,
sehingga anak bisa dengan mudah menikmati bermain dengan plastisin, mereka bisa
dengan mudah berpindah-pindah.Anak-anak dapat bermain dengan plastisin di lantai
vinyl, tetapi setelah itu lantai harus dibersihkan.Biasanya kita bermain pada tempat
plastisin, yang mana dapat dilipat setelah digunakan dan dibersihkan.
Tempat bermain plastisin ini sebaiknya berukuran yang cukup luas untuk
mampu menyediakan ruang bermain, dan memiliki ruang untuk anak dan konselor
untuk duduk dengan nyaman. Sepotong kawat yang tipis atau kail pancing, kira-kira
panjangnya 40 cm, dengan gagang dari kayu yang ditaruh di setiap ujung, ini
digunakan untuk memotong plastisin menjadi potongan-potongan plastisin yang lebih
kecil. Jika menggunakan pisau cutter, plastisin dapat dengan mudah dipisahkan
menjadi potongan yang lebih kecil. Kadang-kadang bisa menggunakan peralatan
untuk memahat/membentuk plastisin menjadi bentuk sesuatu, misalnya dengan cara
memasukkan spatula yang terbuat dari kayu, penghapus lukisan yang kaku, sendok
dan garpu dari plastic. Per/ penekan untuk membentuk plastisin tersebut menjadi
sesuatu yang bernilai. Plastisin yang telah kering sebelum digunakan, diistimewakan
dalam ruang dimana ruang itu ada untuk memanaskan, AC, atau kipas angin. Untuk
mencegah dari hal yang tidak diharapkan, semangkok air, dengan spons yang bisa
menyerap dan menetes dari plastisin, ini diperlukan untuk menjaga agar plastisin tetap
basah.Beberapa anak-anak menjadi khawatir karena plastisin itu morat-marit.Unutk
mengatasi masalah ini, kita menyediakan celemek plastic, dan tempat cuci tangan
yang ada air mengalirnya. 17
Manfaat yang diperoleh dari bermain dengan plastisin Meminta anak-anak
untuk membuat potongan-potongan plastisin mejadi symbol atau replica orang
penting, benda-benda, perasaan-perasaan, atau hal-hal tentang kehidupan anak-anak,
memberikan anak-anak kesempatan untuk menceritakan tentang pengalamannya.
Ketika anak bercerita, konselor dapat menggunakan teknik konseling untuk
membantu anak dan menyelidiki hubungannya, memahami tentang kejadian lampau
yang terjadi pada anak, dan juga mengembangkan wawasan anakanak. Karena
plastisin membolehkan anak-anak untuk berekspresi sepuasnya yang mana merupakan
proses internal dimana terjadi seperti apa yang anak ceritakan, ini menyediakan suatu
penghubung atau jembatan, sambungan proses dari dalam antara anak dengan
konselor, dan membolehkan counselor untuk berbagi secara dekat seperti teman karib
mengenai cerita anak tersebut.
Demikian, konselor memiliki kesempatan untuk mendukung anak untuk
mengekspresikan emosinya dan tentang hal-hal yang terjadi.
Manfaat plastisin secara khusus yaitu untuk menolong anak tentang apa yang
dirasakan, sedikit meninggalkan mengenai yang ditahan/tertahan. Proyek ini terjadi
seperti anak berperan di luar kendali emosinya.Contohnya, seorang anak dapat
memukul plastisin, atau mengalus atau menggulung-gulung plastisin.Dari hal yang
terjadi, konselor dapat membantu anak untuk mengenali dan merasakan perasaan
yang dialami oleh anak melalui ekspresi fisiknya.Plastisin sangat bermanfaat ketika
bermain dengan anak-anak dalam kelompok. Dalam kondisi berkelompok, anak-anak
bisa saling mendukung untuk berinteraksi dengan yang lainnya sama seperti mereka
bermain dengan plastisin dan memperoleh wawasan dan pemahaman mengenai anak-
anak yang lainnya dalam kelompok, berbagi tentang pengalaman. Saling berbagi ini
dapat menambah rasa individu setiap anak termasuk kelompok.Bermain plastisin
dapat digunakan untuk menolong anakanak untuk menemukan konsekuensi dari
setiap tingkah laku mereka ketika dalam kelompok.Dapat disimpulkan, bahwa hal
terpenting yang didapat ketika bermain dengan menggunakan plastisin dapat
dimasukkan dalam daftar di bawah ini. b. Hal-hal yang bisa diperoleh dari bermain
dengan plastisin secara individu dan dalam kelompok yaitu
- Membantu anak untuk menceritakan dan berbagi tentang ceritanya dengan
menggunakan plastisin sebagai ilustrasi dalam ceritanya
- Memungkinkan anak untuk memikirkan tentang rencana yang mengandung
perasaan-perasaan lewat plastisin sehingga mereka bisa merasa diakui dan memiliki
- Membantu anak untuk mengenali dan mengetahui hal-hal yang sedang terjadi o
-Membantu anak untuk menyelidiki hubungan dan untuk mengembangkan wawasan
ke dalam hubungan dengan orang lain
- Memungkinkan anak memperoleh pengalaman dan kepuasan dalam pemenuhan
tugas kreativitas
Hal-hal yang bisa diperoleh dari bermain dengan plastisin dalam kelompok :
 Membantu anak memperoleh wawasan dan memahami dengan yang lainnya
 Dapat menambah rasa individu setiap anak termasuk kelompok
 Membantu anak untuk menemukan konsekuensi dari tingkah laku setiap anak
ketika di dalam kelompok.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masuk rumah sakit bagi anak merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik pada anak, yakni ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya perpisahan
dengan orang tua, kehilangan kontrol dan perlakuan tubuh akibat tindakan invasif
yang menimbulkan rasa nyeri. Untuk itu penting dilakukan suatu aktifitas bermain
cooperatif play untuk mengekpresikan perasaan mereka dalam upaya peningkatan
kesadaran diri. Oleh karena itu, plastisin sangat bermanfaat ketika bermain dengan
anak-anak dalam kelompok. Karena plastisin membolehkan anak-anak untuk
berekspresi sepuasnya yang mana merupakan proses internal dimana terjadi seperti
apa yang anak ceritakan, ini menyediakan suatu penghubung atau jembatan,
sambungan proses dari dalam antara anak dengan konselor, dan membolehkan
counselor untuk berbagi secara dekat seperti teman karib mengenai cerita anak
tersebut.

B. Saran Dan Kritik


Dengan dilakukannya terapi bermain plastisin ini diharapkan dapat mengurangi stress
hospitalisasi pada anak, Anak dapat membentuk plastisin sesuai kekreatifannya, Anak
dapat bersosialisasi dengan pasien lainnya dan perawat, tahap perkembangan anak
dapat tetap terpenuhi dan kesempatan untuk belajar mengenal bentuk dan warna
beberapa alat permainan.
DAFTAR PUSTAKA

Wong, Donna L, (2013), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, EGC, Jakarta

Nursalam (2077). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional, Jakarta: Salemba Medika.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fak. Kedokteran Universitas Indonesia. 2015. Ilmu
Kesehatan Anak 3. Jakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai