Anda di halaman 1dari 14

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Bronkitis

A. Pengkajian
1. Anamnesis
Keluhan utama pada klien dengan bronchitis meliputi batuk kering dan produktif dengan
sputum purulen, demam dengan suhu tubuh da[at mencapai >40 oC, dan sesak napas.
2. riwayat kesehatan
Keluhan utama:
Batuk persisten,produksi sputum seperti warna kopi,disnea dalam beberapa keadaan,weizing
pada saat ekspirasi,sering mengalami infeksi pada system respirasi.

Riwayat kesehatan dahulu:


Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 th.dan paling
sedikitdalam 2 th berturut-turut.adanya riwayat merokok.

Riwayat kesehatan keluarga:


Penelitian terahir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok dapat menderita penyakit
pernafasan lebih sering dan lebih berat serta prefalensi terhadap gangguan pernapasan lebih
tinggi.selain itu,klien yang tidak merokok tetepi tinggal dengan perokok(perokok pasif)
mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah.dari keterangan tersebut untuk
penyakit familial dalam hal ini bronchitis mungkin berkaitan dengan polusi udara rumah,dan
bukan penyakit yang diturunkan.
(mutaqin,2008)

3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien dengan bronchitis biasanya didapatkan adanya
peningkatan suhu tubuh lebih dari 40 drajat celcius, frekuensi napas meningkat dari frekuensi
normal, nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernapasan, serta biasanya tidak ada masalah dengan tekanan darah.

B1 (breathing)
Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya
menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus bronchitis kronis, sering didapatkan bentuk
dada barrel/ tong. Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya menunjukkan
klien juga mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen berwarna kuning
kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.

Palapasi
Taktil fremitus biasanya normal.

Perkusi
Hasil penkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru.

Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka suara napas
melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di sekitar
abses, maka akan terdengar suara napas bronchial dan ronkhi basah.

B2 (blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi. Tekanan
darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung
tidak mengalami pergeseran.

B3 (brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang
serius.

B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake cairan, oleh karena itu,
perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah satu tanda awal dari syok.

B5 (bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan, dan penurun
berat badan.
B6 (bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
(Muttaqin, Arif.2008)

4. terapi medis
Pengobatan yang utama ditujukan untuk mencegah dan mengkontrol infeksi serta
meningkatkan dreinase bronchial.pengobatan yang diberikan berupa:
Antimicrobial;
Bronkodilator;
Aerosolizet nebulizer; dan
intervensi bedah.
(Irman, 2009)
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang dapat ditemui pada klien bronkitis adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan
broncospasme.
2. Gangguan pertukaran gas dengan perubahan supple oksigen
3. Gangguan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea dan anoreksia.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplei oksigen.
( Manurung, 2008 )
Diagnose 1
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan
bronkospasme
Tujuan: bersihan jalan napas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24
jam

Kriteria Hasil :
1. Sputum tidak ada
2. Bunyi napas vesikuler
3. Batuk berkurang atau hilang
4. Sesak napas berkurang atau hilang
5. Tanda-tanda vital normal
Intervensi
1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan otot
bantu pernapasan.
Rasional: memantau adanya perubahan pola napas
2. Kaji posisi yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala lebih tinggi ( semi fowler
).
Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
3. Ajar dan anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : mengajarkan batuk efektif agar pasien mandiri
4. Pertahankan hidrasi adekuat, adupan cairan 40-50cc/ kg bb/ 24 jam
Rasional : mencegah adanya dehidrasi
5. Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontrak indikasi.
Rasional : fisioterapi dada mempermudah pengeluaran secret
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan mukolitik
Rasional : untuk menurunkan spasme jalan napas dan produksi mukosa.
Diagnosa2
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen.
Tujuan: gangguan pertukaran gas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Selama … x 24 jam
Kriteria hasil:
1. Nilai analisa gas darah dalam batas normal.
2. Kesadaran komposmentis.
3. Klien tidak bingung
4. Sputum tidak ada
5. Sianosis tidak ada
6. Tanda fital dalam batas normal
Intervensi
1. Pertahankan posisi tidur fowler
Rasional : posisi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
2. Ajarkan klien pernapsan diagframatik dan pernapasan bibir.
Rasional : untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas
3. Kaji pernapasan, kecepatan dan kedalaman serta penggunaan otot bantu pernapasan
4. Kaji secara rutin warna kulit dan membran mukosa
Rasional:indikasi langsung keadekuatan volume cairan,meskipun membrane mukosa mulut
mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.
5. Dorong klien untuk mengeluarkan sputum, penghisapan lendir jika diindikasikan
Rasional: untuk membantu melancarkan jalannya pernapasan
6. Awasi tingkat kesadaran / status mental klien, catat adanya perubahan
Rasional: Dengan mengetahui tingkat kesadaran atau status mental klien, sehingga
memudahkan tindakan selanjutnya.
7. Ukur tanda vital setiap 4-5 jam dan awasi irama
Rasional: Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
8. Palpasi fremitus
Rasional: mengetahui adanya bunyi nafas akibat mukus
9. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
Diagnosa 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum
Tujuan : nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
Rasional: berguna untuk kestabilan dan gizi yang masuk untuk pasien

Kriteria hasil :
1. Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
2. Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi
1. Kaji keluhan klien terhadap mual, muntah dan anoreksia
Rasional: menentukan penyebab masalah
2. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta ciptakan lingkungan yang
bersih dan nyaman
Rasional: menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan pasien dan dapat
menurunkan mual
3. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
Radional: dapat meningkatkan nutrisi dalam tubuh meskipun napsu makan berkurang
4. Timbang berat badan klien setiap minggu
Rasional: Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
5.

Diagnosa 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan
Tujuan: klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … x 24 jam

Kriteria hasil:
1. Klien melakuakan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan
2. Klien dapat bergerak secara bebas
3. Kelelahan berkurang atau hilang
4. Tonus otot baik menunjukkan angka 5
Intervensi
1. Kali aktifitas yang dilakukan klien
Rasional: mengetahui perkembangan aktivitas day living
2. Latih klien untuk melakukan pergerakan aktif dna pasif
Rasional: supaya otot-otot tidak mengalami kekakuan
3. Berikan dukungan pada klien dalam melakukan latihan secara teratur, seperti: berjalan
perlahan atau latihan lainnya.
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2
4. Diskusikan dengan klien untuk rencana pengembangan latihan berdasarkan status fungsi
dasar
Rasional: untuk memberikan terapiyang sesuai pada status pasien saat ini
5. Anjurkan klien untuk konsultasi denan ahli terapi
Rasional: menentukan program latihan spesifik sesuai kemampuan klien
Sel goblet adalah sel yang panjang, ramping ditemukan di sebagian besar organ tubuh
manusia yang hampir sepenuhnya bertanggung jawab untuk produksi lendir. Mereka terjadi
paling dominan pada saluran pernapasan dan mereka memainkan peran penting ketika
membantu sistem kekebalan tubuh membersihkan benda asing seperti serbuk sari dan asap,
serta virus yang bertanggung jawab untuk flu biasa. Lendir yang mereka keluarkan juga
merupakan bagian penting dari keseimbangan pencernaan dan dapat membantu
memindahkan makanan melalui lambung, usus, dan usus besar.

Hiperplasia adalah peningkatan abnormal dalam jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan.

Fibrosis adalah kondisi di mana terjadi pembentukan jaringan ikat fibrosa yang berlebihan
pada suatu organ atau jaringan akibat proses peradangan atau penyembuhan.

. HidungMerupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan
olehsekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu
dankotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan
konkanasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.b. FaringMerupakan tempat
persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar
pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulangleher. Di bawah
selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapatfolikel getah bening.c.
LaringMerupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak
didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
dibawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottisyang
dilapisi oleh sel epitelium berlapis.d. TrakeaMerupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulangrawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang
berfungsi untuk mempertahankan jalannapas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh
selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.e.
BronkusMerupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian
vertebrathorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis
selyang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiridari
6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin danmempunyai
2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disiniterdapat cincin dan
terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.f. Paru-paruMerupakan alat tubuh yang
sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Disinilah tempat terjadinya pertukaran
gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkandari darah.

a. Hidung
Merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup yang terbentuk dari dua tulang
hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung yaitu nostril (lubang
hidung), atau neres eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengahnya
b. Faring
Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga nasal dan
oral dan di anterior vertebra servikalis. Faring dapat dibagi menjadi tiga segmen :
1) Nasofaring : terletak di belakang rongga nasal. Adenoid atau tonsilfaringeal terletak pada
dinding posterior nasofaring, yaitu nodus limfeyang mengandung
makrofag. Nasofaring adalah saluran yang hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian
faring lainnya dapat dilalui baik oleh udara maupun makanan.
2) Orofaring : terletak di belakang mulut. Tonsil adenoid dan lingual pada dasar lidah,
membentuk cincin jaringan limfatik mengelilingi faring untuk menghancurkan
patogen yang masuk ke dalam mukosa.
3) Laringofaring : merupakan bagian paling inferior dari faring. Laringofaring ke arah anterior
ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam esofagus. Kontraksi
dinding muskular orofaring dan laringofaring merupakan bagian dari refleks menelan.
c. Laring
Fungsinya yaitu berbicara adalah saluran pendek yangmenghubungkan faringdengan trakhea.
Laring menjadi sarana pembentukan suara. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang
rawan(kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang
rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas
agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut
sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernapasan.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis
IV dan V. Mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin
dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.
Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat
gelembung paru yang disebut alveolli.
f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah
tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi-perfusi.


2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkokonstriksi, peningkatan produksi lendir, batuk
tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, mual/muntah, dispnea, kelemahan.
4. Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan
insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
5. Koping individu tidak efektif b/d kurang sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas
rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja.
6. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit yang dideritanya.

III. INTERVENSI

1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi-perfusi.


Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan.

Intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir,
ketidak mampuan bicara/berbincang.
R/ Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk
bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
R/ Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk
menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
3) Berikan bronkodilator sesuai yang diharuskan. Dapat diberikan peroral, IV, rektal, atau
inhalasi. Berikan bronkodilator oral atau IV pada waktu yang berselingan dengan tindakan
nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPPB untuk memperpanjang keefektifan obat. Observasi
efek samping: takikardia, disritmia, eksitasi SSP, mual dan muntah.
R/ Bronkodilator mendilatasi jalan napas dan membantu melawan edema mukosa bronkial
dan spasme muskular. Karena efek samping dapat terjadi pada tindakan ini, dosis obat
disesuaikan dengan cermat untuk setiap pasien, sesuai dengan toleransi dan respons
klinisnya.
4) Evaluasi efektivitas tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPPB. Kaji penurunan
sesak napas, penurunan mengi atau krekels, kelonggaran sekresi, penurunan ansietas.
Pastikan bahwa tindakan diberikan sebelum makan untuk menghindari mual dan untuk
mengurangi keletihan yang menyertai aktivitas makan.
R/ Mengkombinasikan medikasi dengan aerosolized bronkodilator nebulisasi biasanya
digunakan untuk mengendalikan bronkokonstriksi. Pemberian tindakan yang tidak tepat akan
mengurangi keefektifannya. Aerolisasi memudahkan klirens bronkial, membantu
mengendalikan proses inflamasi, dan memperbaiki fungsi ventilasi.
5) Instruksikan dan berikan dorongan pada pasien pada pernapasan diafragmatik dan batuk
yang efektif.
R/ Teknik ini memperbaiki ventilasi dengan membuka jalan napas & membersihkan jalan
napas dari sputum. Perbaikan pertukaran gas.
6) Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
R/ Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.

2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkokonstriksi, peningkatan produksi lendir, batuk
tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal.
Tujuan: Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/ jelas.

Intervensi:
1) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air
hangat. Anjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makan.
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran.
Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat
meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
2) Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan diafragmatik dan batuk.
R/ Teknik ini akan membantu memperbaiki ventilasi dan untuk menghasilkan sekresi tanpa
menyebabkan sesak napas dan keletihan.
3) Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebuliser ultranik, humidifier aerosol ruangan.
R/ Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran dan dapat
membantu menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
4) Bantu pengobatan pernapasan, mis: IPPB, fisioterapi dada.
R/ Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyaknya sekresi/kental
dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru.
5) Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan pada dokter dengan segera:
peningkatan sputum, perubahan dalam warna sputum, peningkatan kekentalan sputum,
peningkatan napas pendek, rasa sesak di dada, keletihan, peningkatan batuk.
R/ Infeksi pernapasan minor yang tidak memberikan konsekuensi pada individu dengan paru-
paru yang normal dapat menyebabkan gangguan fatal. Pengenalan diri sangat penting.
6) Berikan antibiotik sesuai resep dokter.
R/ Antibiotik untuk mencegah atau mengatasi infeksi.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, mual/muntah, dispnea, kelemahan.


Tujuan: Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi:
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi
berat badan dan ukuran tubuh.
R/ Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan
obat.
2) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan
tisu.
R/ Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu makan dan
dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
3) Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi
kecil tapi sering.
R/ Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan
untuk meningkatkan masukan kalori total.
4) Konsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang
mudah di cerna, secara nutrisi seimbang, mis: tambahan oral/selang, nutrisi parenteral.
R/ Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi/kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal pasien/penggunaan energi.
5) Kaji pemeriksaan laboratorium, mis: albumin serum, transferin, profil asam amino, besi,
pemeriksaan keseimbangan nitrogen, glukosa, pemeriksaan fungsi hati, elektrolit. Berikan
vitamin/mineral/elektrolit sesuai indikasi.
R/ Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi.
6) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
R/ Menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan meningkatkan masukan.

4. Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan
insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan: Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.

Intervensi:
1) Ajarkan klien untuk mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik dengan aktivitas (mis:
berjalan, membungkuk).
R/ Akan memungkinkan klien untuk lebih aktif dan untuk menghindari keletihan yang
berlebihan atau dispnea selama aktivitas.
2) Berikan dorongan untuk mulai mandi sendiri, berpakaian sendiri, berjalan, dan minum
cairan. Bahas tentang tindakan penghematan energi.
R/ Sejalan dengan teratasinya kondisi, klien mampu melakukan lebih banyak namun perlu
didorong untuk menghindari peningkatan ketergantungan.
3) Ajarkan tentang drainase postural bila memungkinkan.
R/ Memberikan dorongan untuk terlibat dalam perawatan dirinya, membangun harga diri dan
menyiapkan klien untuk mengatasinya di rumah.

5. Koping individu tidak efektif b/d kurang sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas
rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja.
Tujuan: Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan ikut serta dalam program
rehabilisasi paru.
Intervensi:
1) Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat yang ditujukan pada
klien.
R/ Suatu perasaan harapan atau memberikan klien sesuatu yang dapat dikerjakan dan bukan
sikap yang merasa kalah tidak berdaya.
2) Dorong aktivitas sampai tingkat toleransi gejala.
R/ Aktivitas mengurangi ketegangan dan mengurangi tingkat dispnea sejalan dengan klien
menjadi terkondisi.
3) Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi bagi klien.
R/ Relaksasi mengurangi stress dan ansietas serta membantu klien untuk mengatasi
ketidakmampuannya.
4) Daftarkan klien pada program rehabilitasi pulmonari bila tersedia.
R/ Program rehabilitasi paru telah menunjukkan dapat meningkatkan perbaikan subjektif
status dan harga diri pasien juga meningkatkan toleransi latihan serta mengurangi
hospitalisasi.
5) Sarankan konseling vokasional untuk menggali kesempatan alternatif pekerjaan (jika
memungkinkan).
R/ Modifikasi pekerjaan mungkin harus dibuat dan sumber-sumber yang sesuai digunakan
untuk mencapai tujuan ini.

6. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit yang dideritanya.


Tujuan: Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi:
1) Bantu klien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Ajarkan
klien tentang penyakit dan perawatannya.
R/ Klien harus mengetahui bahwa ada rencana dan metode dimana ia memainkan peranan
yang besar, pasien harus mengetahui apa yang diperkirakan. Mengajarkan klien tentang
kondisinya adalah salah satu aspek yang paling penting dari perawatannya; tindakan ini akan
menyiapkan klien untuk hidup dalam dan mengatasi kondisi serta memperbaiki kualitas
hidup.
2) Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok, berikan informasi tentang sumber-sumber
kelompok.
R/ Asap tembakau menyebabkan kerusakan pasti pada paru dan menghilangkan mekanisme
proteksi paru-paru. Aliran udara terhambat dan kapasitas paru menurun.

IV. EVALUASI

1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan.
2. Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/ jelas.
3. Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat yang tepat.
4. Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.
5. Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan ikut serta dalam program rehabilisasi
paru.
6. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai