Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

STASE KEPERAWATAN ANAK


TERAPI BERMAIN “MEMBUAT MOZAIK DENGAN ORIGAMI”

Oleh kelompok 1:

ADI KUSWANTO FARJRI LAILA


AGUNG FIRMANSYAH HESTI MAEI RINI
AZMIA RAHAYU M KATIMIN
DELLA MONICA F MUHAMMAD AFIF
DENI ARIYANTO NURAINI
DEWI PUJI LESTARI NURWULANDARI
DINI RAHMATUL H SILVIA FITRI
DISKA AYOMI TOPAN PAMUNGKAS A
ERPIN ANDANI

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Terapi bermain


Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian terapi bermain
2. Pengertian mozaik
3. Cara membuat mozaik
Sasaran : Anak Usia Toodler-Prasekolah
Jumlah peserta :
Waktu : 50 menit
Hari/tanggal :
Tempat : Universitas Muhammadiya Pringsewu
Pelaksana : Jum’at, 10 Juni 2022

A. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah diberikan terapi bermain diharapkan kemampuan motoric halus
anak meningkat
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak diharapkan :
a. Melatih meningkatkan kognitif anak
b. Meningkatkan kemampuan social dan afektif anak
c. Meningkatkan kemampuan berkonsentrasi
d. Memfasilitasi kreativitas anak
e. Memberikan relaksasi pada anak
f. Memberikan rasa senang pada anak
B. Sarana Prasarana :
1. Ruangan tempat bermain
2. Tikar
3. Media mozaik (origami)
4. Media gambar
5. Gunting
6. Lem
7. Katton bud
8. Sound system
9. Hadiah

C. Metode :
1. Demonstrasi
D. Kegiatan Terapi
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta

1 (5 menit) Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucap salam, berdoa
dan memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan
pembimbing dan rekan
rekan 3. Memperhatikan
3. Memperkenalkan anak satu
persatu dan anak saling
berkenalan dengan
temannya
4. Kontrak waktu dengan 4. Memperhatikan
anak

2 (12 menit) Pelaksanaan :


1. Moderator menanyakan 1. Memperhatikan
pada anak-anak mau
bermain atau tidak
2. Leader menjelaskan cara
2. Menerima
permainan dan
permainan
membagikan permainan
kertas bergambar
3. Leader dan fasilitator
memotivasi anak 3. Bermain
4. Observer mengobservasi
anak 4. Bermain
5. Moderator menanyakan
perasaan anak 5. Mengungkapkan
perasaan

3 (3 menit) Penutup :
1. Mendengarkan
1. Leader menghentikan
permainan 2. Senang
2. Menanyakan perasaan anak 3. Senang
3. Menyampaikan hasil
permainan
4. Membagikan sovernir 4. Menerima souvenir
5. Menanyakan perasaan anak 5. Senang
6. Moderator menutup acara 6. Mendengarkan
7. Mengucapkan salam 7. Menjawab salam
E. Setting Tempat

= anak

= fasilitator
= lead + co lead

= moderator

= notulen

F. Susunan Panitia
Leader = Erpin
Co-Leader = Della
Moderator = Diska
Konsumsi = Dewi, Silvi, Topan
Fasilitator = Adi, Deni, Wulan, Hesti, Katimin, Afif, Dewi,
Silvi, Topan
Observer = Aini, Fajri, Azmi
Notulen = Dini
Dokumentasi = Agung
Perlengkapan = Adi, Deni, Wulan, Hesti, Katimin, Afif
G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Mempersiapkan materi SAP dan media yang akan diberikan
b. Datang tepat waktu dan pada tempat yang telah ditentukan
c. Acara dimulai dan berakhir tepat waktu
2. Evaluasi proses
a. Anak mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain
c. Tidak ada hambatan saat dilakukan terapi
d. Pengorganisaasian berjalan sesuai dengan rencana
3. Evaluasi akhir
a. Acara dimulai tepat waktu
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut pada perawat
e. Orangtua dapat memahami manfaat yang dirasakan dengan aktivitas
bermain.
Lampiran 1

A. Definisi Terapi Bermain


Bermain merupakan aktivitas yang dapat merangsang pertumbuhan dan
perkembangan anak baik secara fisik maupun secara psikologis (Dian, 2013).
Melalui bermain semua aspek perkembangan anak di tumbuhkan sehingga
anak menjadi lebih sehat dan cerdas. Bermain pada anak usia pra sekolah telah
terbukti mampu meningkatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak.
daya pikir anak terangsang untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial,
serta fisiknya.
Menurut Vanfleet, et al, 2010, terapi bermain merupakan suatu bentuk
permainan anak-anak di mana mereka dapat berhubungan dengan orang lain,
saling mengenal, sehingga dapat mengungkapkan perasaanya sesuai dengan
kebutuhan mereka.

B. Tujuan Terapi Bermain


Menurut Wong, et al (2009) bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Bermain dirumah sakit memberikan
manfaat utama yaitu meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak,
selain itu tujuan terapi bermain adalah menciptakan suasana aman bagi anak-
anak untuk mengekspresikan diri mereka, memahami bagaimana sesuatu dapat
terjadi. mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka serta
memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba
sesuatu yang baru.
Adapun tujuan bermain dirumah sakit adalah agar dapat melanjutkan fase
tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak sehingga
anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap kecemasan. Permainan juga
sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak (santrock, 2007).

C. Fungsi Bermain
Dunia anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bermain. Diharapkann
dengan bermain, anak akan mendapatkan stimulus yang mencukupi agar dapat
berkembangan secara optimal, adapun fungsi bermain menurut Saputro &
Fazrin. 2017, yaitu:
1) Perkembangan sensori-motorik aktivitas sensori-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot
2) Perkembangan intelektual anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya, teruatam
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
Misalnya, anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan
anak dapat memperbaikinya maka anak telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainnya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi, akan
melatih kemampuan intelektualnya.
3) Perkembangan sosial perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan
berinterajsu dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan
belajar memberi dan menerima
4) Perkembangan kreativitas: berkreasi adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu mewujudkan kedalam bentuk objek dan atau
kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya
5) Perkembangan kesadaran diri : melalui bermain, anak akan
mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak
akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan
orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran
baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain
6) Bermain sebagai terapi: pada saat anak dirawat dirumah sakit, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti :
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya
karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi).

D. Permainan Mozaik
1) Pengertian Mozaik
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mozaik adalah seni
dekorasi bidang dengan kepingan bahan keras berwarna yang disusun dan
ditempelkan dengan perekat (Purwodarminto, 2001: 756). Pengertian
Mozaik yaitu pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang
menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja
dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah dibentuk potongan
kemudian disusun dengan, ditempelkan pada bidang datar dengan cara
dilem. Kepingan benda-benda itu, antara lain: kepingan pecahan keramik,
potongan kaca, potongan kertas, potongan daun, potongan kayu. Untuk
membuat garis kontur yang membaasi ruangan atau bidang tidak
menggunakan pewarna yang dioleskan, tetapi menggunakan tempelan
tempelan yang berbeda warna (Mely Novikasari, 2012).
2) Fungsi Mozaik
Dalam pembelajaran mozaik pada anak usia dini, memiliki
beberapa fungsi (Mely Novikasari, 2012), di antaranya: (a) fungsi praktis,
(b) fungsi edukatif. (c) fungsi ekspresi, (d) fungsi psikologis, (e) fungsi
social.
a. Fungsi Praktis
Karya seni rupa (dalam hal ini karena kolase, mozaik dan montase
sebagai bagian dari seni rupa), selain bersifat individual sebagai
media ekspresi, karena manusia secara naluriah dalam kehidupannya
mencintai keindahan dan selalu berupaya menghadirkan sentuhan
keindahan dalam berbagai aspek kehidupannya, juga memiliki sifat
pragmatis untuk memenuhi fungsi praktis dan fisik sebagai benda-
benda kebutuhan sehari hari (Mely Novikasari, 2012).
b. Fungsi Edukatif
Berkarya seni apapun telah terbukti secara tidak langsung sangat
membantu pendidikan melalui penerapan metode pembelajaran
melalui pendidikan seni dalam upaya untuk membantu
pengembangan berbagai fungsi perkembangan dalam diri seorang
anak (Lina Wijanarko, 2013). Kemampuan tersebut meliputi: fisik,
daya pikir, daya serap, cita rasa keindahan, kreativitas. Seorang anak
akan lebih mudah belajar tentang sesuatu bila melalui seni. Hal ini
dikarenakan kegiatan berseni seni pada anak seperti halnya anak
sedang bermain, sehingga dalam proses pembelajarannya pun akan
berlangsung dengan menyenangkan. Oleh karena itu usia berapapun
proses berseni selalu dapat terlaksana berkat rasa senang (Mely
Novikasari, 2012).
c. Fungsi Ekspresi
Unsur-unsur seni rupa kolase, mozaik dan montase seperti garis.
warna, bentuk dan tekstur merupakan ide-ide/gagasan, imajinasi,
pengalaman yang estetis yang kemudian diungkapkan berwujud
ekspresi simbolis yang sangat pribadi (Lina Wijanarko, 2013). Fungsi
ekspresi ini banyak dijumpai pada seni murni, karena seni murni
merupakan penuangan ekspresi yang murni yang hanya sebagai
media ekspresi diri, bukan dilakukan untuk fungsi seni praktis. Pada
kegiatan seni rupa anak, pada umumnya memiliki sifat seni murni,
karena anak belum menginginkan apa apa selain berseni sebagai
perwujudan gagasan estetisnya (Mely Novikasari, 2012).
d. Fungsi Psikologis
Seni rupa di samping sebagai media ekspresi dapat pula
dimanfaatkan sebagai fungsi terapeutik sebagai sarana sublimasi,
relaksasi, yaitu sebagai penyaluran berbagai permasalahan psikologis
yang di alamai seseorang. Terapi melalui seni tidak mementingkan
nilai tingkat keindahan karya yang dihasilkan, tetapi lebih
mementingkan terlaksananya proses penyembuhan pengalaman
traumatik dalam diri seseorang (Mely Novikasari, 2012).
e. Fungsi Sosial
Kehadiran fungsi sosial menyediakan lapang pekerjaan dan
peningkatan taraf hidup melalui pengembangan industri kriya
(banyak dijumpai di art shopdengan karya kolase, mozaik). Bahkan
melalui kebebasan berekspresi dalam seni memungkinkan seorang
seniman melalui ekspresi simbolisnya dalam mengkritisi berbagai
keadaan dalam masyarakat yang perlu perbaikan. Seni dapat
berfungsi sebagai indikator tanda-tanda zaman yang berlangsung
pada satu kurun waktu tertentu. Baik sebagai monumen budaya, gaya
hidup masyarakat, maupun sebagai ciri peradaban yang sedang
berlangsung (Lina Wijanarko, 2013). Fungsi Sosial artinya kehadiran
karya seni rupa terutama seni pakai pada umumnya banyak
membantu memecahkan berbagai persoalan sosial.
Menurut Agus Sachri (Mely Novikasari, 2012) bahwa seni dapat
berfungsi sebagai indikator tanda-tanda zaman yang berlangsung
pada suatu kurun waktu tertentu. Baik sebagai monumen budaya,
gaya hidup masyarakat, selera masyarakat maupun sebagai ciri
peradaban yang sedang berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa fungsi mozaik
pada anak usia dini, terdiri dari fungsi praktis (bersifat individual
sebagai media ekspresi), fungsi edukatif (membantu pendidikan
melalui penerapan metode pembelajaran melalui pendidikan seni),
fungsi ekspresi (pengalaman yang estetis yang kemudian
diungkapkan berwujud ekspresi simbolis yang sangat pribadi), fungsi
psikologis (fungsi terapeutik sebagai sarana sublimasi, relaksasi), dan
fungsi sosial (peningkatan taraf hidup melalui pengembangan industri
kriya).
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ihsan, Muhammad, dkk. 2018. TerapiBermain Mozaik Terhadap


Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Menjalani Hospitalisasi.
Jurnal
Keperawatan Volume 6, Nomor 1 63-70 Saputro, Heri; Fazrin, Intan.
2017. Anak Sakit WajibBermain di Rumah Sakit. Ponoro: Forum Ilmiah
Kesehatan (FORIKES)
Soemantri, Ms. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak
Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Rohmah, Nikamtur. 2018. Buku Terapi Bermain Nikmatur, Jember:
LPPM. Universitas Muhamadiyah
https://www.researchgate.net/publication/330202233 Wong DL. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Jember
Yusnani. 2017. Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Permainan
melipat Kertas Origami di Taman Kanak-kanak Mekar Jaya Kec. Bengkunat
Belimbing Pesisir Barat. Institut Agama Islam Negeri Raden Intan
Lampung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Anda mungkin juga menyukai