Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN POLA TIDUR DAN AKTIFITAS

TERHADAP TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA DI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

Disusun Oleh:

DEFI RAHAYU

1714201009

PROGRAM STUDI SI – KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020
BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidur sebagai suatu keadaan bawah sadar sesorang yang masih dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang
lainnya (Guyton and Hall 1997 dalam Indarwati, 2012) . Tidur sebagai salah
satu kebutuhan fisiologis manusia yang secara alami terjadi karena perubahan
status kesadaran, ditandai dengan penurunan pada kesadaran dan respon
terhadap stimuli (Craven and Hirnle, 2000 dalam Deshinta, 2009)
Kualitas tidur yang diharapkan setiap orang untuk mempertahankan
keadaan tidur dan mendapatkan tahap tidur Rapid Eye Movement (REM) dan
Non Rapid Eye Movement (NREM) yang sesuai (Khasanah, 2012). Kualitas
tidur yang dijalani seorang individu untuk mendapatkan kesegaran dan
kebugaran saat terbangun dari tidurnya serta dikatakan baik apabila tidak
menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah
dalam tidurnya (Gaultney, 2010 dalam Indarwati, 2012) .
Menurut Mayo Clinic Staff (2012), hipertensi digambarkan sebagai
kondisi medis disaat tekanan darah terhadap dinding arteri cukup tinggi
sehigga pada akhirnya dapat menyebabkan masalah kesehatan. Kebanyaan
orang yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi tidak memiliki
tanda-tanda atau gejala, bahkan jika ternyata setelah dilakukan pengukuran
tekanan darah, tekanan darahnya telah mencapai tingkat yang berbahaya.

1
2

Namun, pada sebagian orang yang menderita hipertensi terkadang akan


mengeluhkan sakit kepala yang terasa tumpul perdarahan lewat hidung yang
semakin sering, atau pusing ( sensasi berputar, atau vertigo).
Mekanisme yang mendasari hubungan antara mencukupi atau kualitas
tidur yang buruk (gangguan tidur) diduga menjadi salah satu multifaktorial
terjadinya hipertensi, termasuk peningkatan aktivitas sistem saraf (Knutson,
2010 dalam McGrath, 2014). Selama terjadi ketidakseimbangan pada
homeostasis tubuh, sistem saraf simpatik mengaktifkan dua sistem utama
dalam sistem endokrin yaitu Hypotalamic Pituitari Adrenal- Axis (HPA-
axis) dan sympathomedullary system.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007,
sebagian besar kasus hipertensi pada masyarakat belum terdiagnosis. Di
Indonesia, pada usia lebih dari atau sama dengan 18 tahun didapatkan
prevalensi hipertensi sebesar 31,7 %, yang sudah mengetahui memiliki
hipertensi 7,2 % dan yang minum obat hipertensi hanya 0,4 % (Depkes RI,
2012). Hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor resiko yaitu riwayat
keluarga, kebiasan hidup yang kurang baik, pola diet yang kurang baik dan
durasi atau kualitas tidur yang kurang baik. Durasi dan kualitas tidur yang
kurang baik akan lebih banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan
menimbulkan stressor fisik dan psikologis ( Kitamura, 2002 dalam Lu
2015).
Studi epidemiologi melaporkan hubungan antara gangguan tidur,
dalam hal durasi dan kualitas dengan peningkatan resiko hipertensi
(Gangwisch, 2006 dalam Lu, 2015). Sebuah Penelitian cross-sectional di
kalangan remaja yang sehat dilaporkan hubungan antara efisiensi tidur yang
rendah (ukuran yang obyektif dari kualitas tidur, yang didefinisikan sebagai
persentase waktu di tempat tidur) dan prehipertensi, setelah disesuaikan
sebagai faktor hubungan (Javaheri, 2008 dalam McGrath, 2014).
Dalam substudy dari 578 orang dewasa dari Coronary Artery Risk
Development in Young Adults Study, durasi tidur pendek (actigraphy) dan
persentase waktu antara onset tidur awal dan bangun akhir yang dihabiskan
di tempat tidur, yang tercatat dalam analisis cross-sectional, secara
signifikan sistolik lebih tinggi dari diastolik tekanan darah. Dalam analisis
longitudinal kohort ini, durasi tidur yang lebih pendek juga diprediksi secara
signifikan terjadi peningkatan peluang kejadian hipertensi lebih dari 5 tahun
( Knutson, 2009 dalam McGrath, 2014).
Peneliti telah melakukan observasi kepada mahasiwa Universitas
Muhammadiyah Tangerang. Berdasarkan hasil observasi, terdapat tingkat
tekanan darah yang bervariasi, termasuk hipertensi tingkat ringan. Diketahui
pula bahwa rata-rata mahasiswia mengalami gangguan tidur (durasi tidur
pendek) yang menyebabkan kualitas tidur menjadi buruk.
Penelitian untuk meneliti hubungan kualitas tidur dengan tekanan
darah pada dewasa muda masih jarang, khususnya di Indonesia, sedangkan
pemahaman tentang faktor resiko dalam hal ini kualitas tidur yang dapat
dicegah pada orang dewasa ini akan sangat penting, oleh karena itu maka
peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian ini dan mengetahui
bagaimana hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut. Adakah hubungan antara kualitas tidur dan aktivitas
dengan tekanan darah pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Tangerang. Sehingga timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan tekanan darah pada mahasiswa dengan
kualitas tidur baik dan mahasiswa dengan kualitas tidur buruk?
2. Apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah
pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran hubungan antara kualitas tidur
dengan tekanan darah pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Tangerang.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas tidur dan aktivitas
pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang.
b. Mengetahui distribusi frekuensi tekanan darah pada
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang.
c. Mengetahui perbedaan tekanan darah mahasiswa
dengan kualitas tidur baik dan mahasiswa dengan
kualitas tidur buruk.
d. Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan
tekanan darah pada mahasiswa Universitas
Muhammadiyah.
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik
Merupakan bahan masukan untuk melakukan
identifikasi hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah
sehingga menjadi acuan untuk peneliti-peneliti selanjutnya
yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang gambaran
hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah

2. Manfaat Aplikatif
a. Untuk responden dan masyarakat luas agar dapat
memperoleh edukasi dan informasi mengenai pentingnya
kualitas tidur kaitannya dengan tekanan darah.
b. Untuk fisioterapis, sebagai tambahan wawasan ilmu,
khususnya mengenai tekanan darah dan kualitas tidur
sehingga dapat memberikan edukasi kepada pasien
ataupun masyarakat untuk selalu memelihara pola tidur
yang baik.

Anda mungkin juga menyukai