Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala ISSN: 1412-1026

Volume 22, Number 2, September 2022 E-ISSN: 25500112


Pages: 89-95 DOI: 10.24815/jks.v22i2.25966

Hubungan tingkat stres dan sleep hygiene dengan kejadian sleep paralysis pada mahasiswa
Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala
1
Fitriah Rizki, 2Zahratul Aini, 3Jufitriani Ismy
1)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2)Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala/Bagian Family Medicine, 3)Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala/Divisi Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

*Email: scottish.risky@gmail.com

Abstrak. Sleep paralysis termasuk kedalam salah satu gangguan tidur parasomnia yang terjadi pada fase tidur rapid
eye movement (REM) yang ditandai dengan tidak mampunya seseorang untuk menggerakkan otot volunter tubuh
yang bisa diikuti dengan adanya halusinasi. Mahasiswa kedokteran rentan mendapatkan tekanan akademis yang
tinggi selama perkuliahan, sehingga dapat menyebabkan meningkatnya tingkat stres yang menjadi faktor risiko
terjadinya sleep paralysis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dan sleep hygiene
dengan kejadian sleep paralysis pada mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala. Variabel pada
penelitian diukur dengan menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42), Sleep Hygiene Index
(SHI) dan Unusual Sleep Experience Questionnare (USEQ) yang telah dimodifikasi. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian analitik observational dan rancangan cross-sectional. Teknik sampling penelitian menggunakan
teknik proportional random sampling dengan jumlah sampel 253 responden. Data penelitian menunjukkan 49%
mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala tidak mengalami stres, 17% stres ringan, 21,3% stres
sedang, 10,7% stres berat dan 2% stres sangat berat. Dari mahasiswa yang mengalami stres ternyata sebanyak 87,4%
pernah mengalami sleep paralysis. Responden yang memiliki praktik sleep hygiene yang sedang sebanyak 54,2%
dan buruk 8,7%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres
dan sleep hygiene dengan kejadian sleep paralysis.

Kata kunci: Sleep paralysis, stres, sleep hygiene

Abstract. Sleep paralysis is one of the parasomnia sleep disorders that occurs in the rapid eye movement (REM)
sleep phase which characterized by the inability of a person to move the body’s voluntary muscles which can be
followed by hallucinations. Medical students are susceptible to high academic pressure during their time in
university which can lead to increased stress levels and is the risk factors for sleep paralysis. This study aims to
determine the relationship between stress levels and sleep hygiene with the incidence of sleep paralysis in Medical
students at Syiah Kuala University. The variables in this study were measured using the Depression Anxiety Stress
Scale 42 (DASS 42) questionnaire, The Sleep Hygiene Index (SHI) and modified Unusual Sleep Experience
Questionnare (USEQ). This study used an observational analytical research design and cross-sectional design. The
research sampling technique used proportional random sampling technique with a sample size of 253 respondents.
The research data showed that 49% Medical Student of Syiah Kuala University did not experience stress, 17% mild
stress, 21,3% moderate stress, 10,7% severe stress and 2% very severe stress. 87,4% of the students who
experienced stress, had experienced sleep paralysis. Respondents who had moderate sleep hygiene practices were
54,2% and 8,7% bad sleep hygiene. The results of the Chi-Square test showed that there is a significant relationship
between stress levels and sleep hygiene with the incidence of sleep paralysis.

Keywords: Sleep paralysis, Stress levels, Sleep hygiene


Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 22 (2): 72-79, Juni 2022

Pendahuluan Syiah Kuala didapatkan sebanyak 12,1%


mahasiswa mengalami stres ringan, 22,6% stres
Sleep paralysis merupakan keadaan di mana sedang, 15,3% stres berat, dan didapatkan 67,7%
terjadinya ketidakmampuan untuk menggerakkan mengalami sleep paralysis.7
otot tubuh selama periode perpindahan antara tidur
dan bangun disertai atau tanpa halusinasi dan dapat Banyak masyarakat di berbagai belahan dunia
terjadi dalam waktu yang relatif singkat.1 Pada saat menurut beberapa jurnal menyatakan mereka
Sleep paralysis berlangsung, pergerakan mata dan pernah mengalami sleep paralysis dalam hidupnya.
pernapasan tidak terganggu dan masih bekerja Di Indonesia, masih banyak masyarakat
dengan normal, tetapi pergerakan kaki, kepala dan menghubungkan kejadian sleep paralysis ini
bagian badan lainnya tidak dapat bergerak. 2 dengan suatu hal gaib yang biasa disebut dengan
ketindih, di mana orang yang mengalaminya akan
The American College Health Association terbangun secara tiba-tiba, tidak dapat
mengatakan dalam penelitian terbarunya pada menggerakkan tubuhnya dan tidak dapat berbicara
tahun 2019, terdapat sekitar 37% mahasiswa ataupun berteriak, dan bisa juga diikuti dengan
dilaporkan mengalami kesulitan tidur sebagai hal adanya halusinasi seperti melihat bayangan hitam
yang traumatik dan sulit menanganinya. ataupun mendengar adanya suara. Sleep paralysis
Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan bahwa dapat menjadi sebuah pengalaman yang tidak
sebagian besar mahasiswa mengalami kualitas tidur menyenangkan bagi yang mengalaminya dan dapat
yang buruk dan lebih dari seperempat mahasiswa menjadi suatu tanda adanya masalah pada tubuh
memiliki faktor resiko untuk mengalami gangguan sehingga harus mengetahui bagaimana cara agar
tidur. Diketahui terdapat sekitar 28% populasi dapat menghindari kejadian sleep paralysis ini.
mahasiswa pernah mengalami satu atau lebih Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
kejadian sleep paralysis.3 penelitian mengenai bagaimana stres dan sleep
hygiene dapat menyebabkan terjadinya sleep
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan paralysis pada mahasiswa Pendidikan Dokter,
gangguan sleep paralysis adalah kurang tidur, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
gangguan tidur narkolepsi, gangguan cemas, tidur
terlentang, panyalahgunaan zat kimia, dan stres. Metode Penelitian
Sleep hygiene juga menyebabkan kemungkinan
meningkatnya kejadian dari sleep paralysis.2 Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Menurut Hengstebeck (2011) faktor utama dari metode analitik observasional dengan pendekatan
terjadinya sleep paralysis pada mahasiswa adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan dari
terjadinya perkembangan biologis dan stres, angka tanggal 22 Oktober sampai 11 November 2021
kejadian sleep paralysis karena stres sekitar dengan responden mahasiswa Pendidikan Dokter
40,8%.1 Stres yang berlangsung secara lama dan Universitas Syiah kuala angkatan 2018, 2019, 2018
terus menerus dapat mengakibatkan menurunnya dan 2021. Teknik pengambilan sampel dilakukan
konsentrasi, menimbulkan penyakit, masalah tidur, dengan proportional random sampling yang sesuai
dan sebagainya.4 dengan kriteria inklusi dan ekslusi.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
Pada mahasiswa, terdapat berbagai macam sumber berupa kuesioner online yang sudah dilakukan uji
stresor yang dapat menyebabkan stres seperti validitas dan uji realibilitas. Kuesioner sleep
kehidupan akademik,tuntutan dari eksternal paralysis terdiri dari 8 pertanyaan yang diambil
ataupun tuntutan dari harapannya sendiri, jauh dari dari penelitian sebelumnya, kuesioner tingkat stres
orang tua dan keluarga, masalah finansial seperti menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stress
pengelolaan keuangan, masalah interaksi sekitar, Scales (DASS 42) yang terdiri dari 14 pertanyaan
dan lainnya.5 dan kuesioner sleep hygiene menggunakan Sleep
Hygiene Index (SHI) yang terdiri dari 13
Berdasarkan dari beberapa penelitian yang telah pertanyaan.
dilakukan menunjukkan bahwa mahasiswa
kedokteran rentan untuk mengalami stres. Analisa penelitian ini menggunakan univariat dan
Penelitian yang dilakukan oleh Adryana (2020) bivariat. Uji bivariat menggunakan uji chi-square
pada mahasiswa tingkat satu, dua dan tiga fakultas untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dan
kedokteran Universitas Lampung didapatkan pada sleep hygiene dengan kejadian sleep paralysis.
mahasiswa tingkat satu 76,5% menglami stres
sedang dan 23,5% stres berat, tingkat dua
didapatkan 82% stres sedang dan 18% stres berat,
dan tingkat tiga didapatkan 65,3% stres sedang dan
34,7% stres berat.6 Penelitian yang dilakukan Sipta
pada mahasiswa pendidikan dokter Universitas
Fitriah et al.- Hubungan tingkat stres dan sleep hygiene

Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres pada
Tiap Angkatan
Responden penelitian adalah mahasiswa
Pendidikan Dokter Universitas Syiah kuala Angkatan
angkatan 2018, 2019, 2020 dan 2021 dengan Tingkat
2018 2019 2020 2021
jumlah 253 responden. Stres
n % Jlh % Jlh % Jlh %
Normal 34 61,8 25 43,1 38 55,9 27 37,5
Berdasarkan tabel 1, didapatkan mayoritas Ringan 9 16,4 13 22,4 10 14,7 11 15,3
responden berjenis kelamin perempuan yaitu Sedang 10 18,2 13 22,4 12 17,6 19 26,4
66,4% sedangkan laki-laki 33,6%. Mayoritas usia Berat 1 1,8 4 6,9 7 20,8 15 20,8
responden pada penelitian ini adalah responden Sangat
1 1,8 3 5,2 1 1,5 0 0
dengan usia 19 tahun dengan persentase 28,1%. berat
Total 55 100 58 100 61 100 72 100
Tabel 1 Karakteristik demografi responden
penelitian Berdasarkan tabel 3, didapatkan frekuensi tingkat
Persentase stres pada tiap angkatan di mana didapatkan tingkat
Karakteristik Frekuensi
(%) stres pada angkatan awal lebih tinggi dibandingkan
Jenis kelamin dengan angkatan akhir. Pada angkatan 2018
Laki-laki 85 33,6 didapatkan 16,4% stres ringan, 18,2% stres sedang,
Perempuan 168 66,4 1,8% stres berat dan 1,8% sangat berat, sedangkan
Angkatan angkatan 2021 didapatkan 15,3% stres ringan,
2018 55 21,7 26,4% sedang, dan 20,8% berat. Hal ini sejalan
2019 58 22,9 dengan penelitian yang dilakukan Adryana (2020)
2020 68 26,9 yang mendapatkan tingkat stres pada tingkat I
2021 72 28,5 didapatkan stres sedang 76,5% dan berat 23,5%
Usia dan pada tingkat III didapatkan stres sedang 63,5%
dan berat 34,7%.6 Penelitian tersebut juga didukung
17 16 6,3% dengan penelitian yang dilakukan oleh Heme
18 51 20,2% (2019) didapatkan tingkat stres pada mahasiswa
19 71 28,1% Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahman
20 67 26,5% tingkat akhir sebanyak 10% stres ringan, 87,5%
21 33 13,0% stres sedang dan 2,5% stres berat. Sedangkan pada
22 12 4,7% mahasiswa tingkat awal didapatkan 30% stres
23 3 1,2% ringan 60% stres sedang dan 10% stres berat.9 Hal
ini mungkin dapat terjadi karena adanya faktor
Berdasarkan Tabel 2, didapatkan bahwa responden pandemi sehingga mahasiswa angkatan awal lebih
yang tidak mengalami stres sebanyak 49,0% dan sulit untuk beradaptasi dan memahami perkuliahan
mahasiswa yang mengalami stres sebanyak 51% karena perkuliahan sebagian besar dilakukan secara
yang dibagi menjadi beberapa kategori yaitu stres dalam jaringan (daring).
ringan 17,0%, stres sedang 21,3% dan stres berat Menurut Heme beberapa faktor yang dapat menjadi
10,7%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian penyebab stres pada mahasiswa tingkat awal faktor
yang dilakukan oleh Sipta (2016) pada mahasiswa yang dapat menyebabkan timbulnya stres seperti
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala tempat tinggal yang jauh dari orang tua, lingkungan
angkatan 2012 bahwa terdapat 50,0% tidak yang buruk, adaptasi dari lingkungan sekolah ke
mengalami stres, 12,1% mengalami stres ringan, lingkungan universitas, terjadinya perubahan
22,6% stres sedang dan 15,3% stres berat.8 pembelajaran dari sekolah yang mempelajari ilmu-
ilmu dasar sedangkan pada kuliah kedokteran yang
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
Tingkat Stres Frekuensi Persentase klinis dan cara belajar yang berbeda dari sekolah.9
Normal 124 49,0% Pada mahasiswa tingkat akhir faktor yang dapat
Ringan 43 17,0% menyebabkan stres adalah karir di masa depan,
Sedang 54 21,3% kurangnya manajemen waktu, penumpukan beban
Berat 27 10,7% kuliah, gagal dalam melakukan penyesuaian diri,
Sangat berat 5 2,0% dan hubungan dengan teman ataupun pasangan.
Total 253 100%

91
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 22 (2): 72-79, Juni 2022

masalah lain seperti stres, kecemasan dan depresi.


14

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sleep Hygiene


Tingkat Sleep Tabel 5 Distribusi Frekuensi Sleep Para;ysis
Frekuensi Persentase
Hygiene
Sleep
Baik 94 37,2% Frekuensi Persentase
Paralysis
Sedang 137 54,2%
Ya 221 87,4%
Buruk 22 8,7%
Tidak 32 12,6%
Total 253 100%
Total 253 100%
Berdasarkan Tabel 4, responden yang memiliki
Berdasarkan tabel 5 distribusi frekuensi responden
sleep hygiene baik 37,2%, sedang 54,2% dan buruk
yang mengalami sleep paralysis lebih banyak
8,7%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mardalifa (2018) pada mahasiswa dibandingkan dengan responden yang tidak
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas bahwa mengalami sleep paralysis dengan persentase yang
pernah mengalami sleep paralysis sebesar 87,4%
mahasiswa yang memiliki sleep hygiene yang baik
sedangkan yang tidak pernah sebanyak 12,6%.
adalah 18,5%, sedang 80% dan buruk 1,5%.10 Hal
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
tersebut juga dilaporkan oleh Minar (2021) bahwa
dilakukan oleh Helmi (2019) pada mahasiswa
66,7% mahasiswa kedokteran Universitas Sumatera
Utara memiliki sleep hygiene yang sedang dan Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala yang
16,7% memiliki sleep hygiene yang buruk.11 didapatkan mahasiswa yang pernah mengalami
sleep paralysis lebih banyak yaitu 74,4%.15
Penelitian Permata dan Widia juga melaporkan
Sleep hygiene dapat diartikan sebagai perilaku
angka kejadian sleep paralysis sebesar 66,25%
ataupun kebiasaan yang dapat dilakukan untuk
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur
Udayana tahun pertama.16
seseorang. Sleep hygiene yang optimal termasuk
praktik perilaku dan lingkungan tidur seperti Sleep paralysis bukan suatu fenomena yang jarang,
konsisten pada jam tidur, disarankan tidur pada terutama pada remaja dan para orang dewasa.17
tempat tidur dan lingkungan yang nyaman, Hampir setiap individu pernah mengalami sleep
olahraga secara teratur, mengurangi jam tidur paralysis setidaknya sekali atau dua kali dalam
siang, menghindari minuman berkafein atau hidupnya. Sleep paralysis dapat terjadi pada
stimulan sebelum tidur, dan menghindari aktivitas perempuan ataupun laki-laki.16 Menurut Benham
yang merangsang secara emosional dan kognitif (2020) pada mahasiswa, hal yang dapat
sebelum tidur.12 Tidur diatur oleh suatu faktor meningkatkan terjadinya fenomena ini salah
fisiologis yaitu adanya prosuksi hormon melatonin satunya adalah stres dan kurang tidur. Hal tersebut
dalam tubuh. Penggunaan alat elektronik seperti dapat terjadi karena banyaknya tuntutan dan
penggunaan handphone, menonton televisi, kegiatan pada akademik mahasiswa.3 Menurut studi
bermain laptop yang memaparkan cahaya akan yang dilakukan oleh Chaube (2017) seseorang yang
menunda pelepasan melatonin sehingga mengalami kejadian sleep paralysis lebih sering
mengakibatkan tertundanya tidur seseorang terjadi pada individu yang tidur sendirian dengan
sehingga dapat menyebabkan gangguan tidur yaitu posisi tidur terlentang. Individu yang mengalami
kesulitan dalam memulai tidur yang kemudian sleep paralysis sadar akan lingkungan sekitar
dapat mengakibatkan masalah tidur lainnya.13 mereka dan dapat membuka mata tetapi tidak dapat
menggerakkan tubuh mereka. 18
Mahasiswa sering memiliki jadwal tidur yang tidak
teratur, kebiasaan mengerjakan tugas non-
Tabel 6 Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian
akademik maupun akademik ketika seharusnya
Sleep Paralysis
waktu tidur, dan tempat tidur yang tidak
Sleep paralysis
dikhususkan untuk tidur. Hal tersebut mungkin
merupakan efek tidak langsung dari kegiatan Tingkat Tidak Uji
P
perkuliahan, organisasi, dan lingkungan Stres Pernah Pernah Kemaknaan
pertemanan. Secara umum, kesadaran mahasiswa Jlh % Jlh %
kurang terhadap sikap sleep hygiene dan tidak Normal 99 79,8 25 20,2
mengimplementasikan sleep hygiene yang baik Ringan 41 95,3 2 4,7
sehingga hal tersebut dapat menyebabkan Sedang 49 90,7 5 9,3 Chi-
0,007
timbulnya masalah tidur.24 Mahasiswa kedokteran Berat 27 100 0 0 Square
rentan terhadap kurang tidur, karena intensitas Sangat
5 100 0 0
belajar yang tinggi, durasi yang panjang, dan berat
pilihan gaya hidup yang juga dapat menimbulkan Total 221 87,4 32 12,6
Fitriah et al.- Hubungan tingkat stres dan sleep hygiene

Tabel 7 Hubungan Sleep Hygiene dengan Kejadian


Sleep paralysis
Uji Sleep Paralysis
Sleep Tidak
Pernah Kemak P
Hygiene Pernah
naan
n % n % Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa
Baik 77 81,9 17 18,1 responden yang mengalami sleep paralysis
Chi- 0,04
Sedang 122 89,1 15 10,9 cenderung memiliki kebiasaan sleep hygiene yang
Square 8
Buruk 22 100 0 0 buruk yaitu 100% responden yang memiliki
Total 221 87,4 32 12,6 kebiasaan sleep hygiene yang buruk pernah
Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa mengalami fenomena sleep paralysis. Berdasarkan
responden yang mengalami kejadian sleep hasil uji analisa bivariat Chi-square yang
paralysis cenderung memiliki tingkat stres yang digunakan untuk mencari hubungan antara
berat dan sangat berat yaitu 100%. Berdasarkan kebiasaan sleep hygiene dengan kejadian sleep
hasil uji analisa bivariat Chi-square yang paralysis pada mahasiswa Pendidikan Dokter
digunakan untuk mencari hubungan antara tingkat Universitas Syiah Kuala didapatkan p value 0,048
stres dengan kejadian sleep paralysis pada (p value <0,05) yang menunjukkan adanya
mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Syiah hubungan antara sleep hygiene dengan kejadian
Kuala didapatkan p value 0,007 (p value <0,05) sleep paralysis.
yang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Shengli MA
stres dengan kejadian sleep paralysis.
(2014) kemungkinan terjadinya sleep paralysis
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang meningkat tinggi pada individu yang memiliki
dilakukan oleh Sipta (2016) bahwa adanya durasi tidur kurang dari 5 jam. Sleep paralysis
hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dilaporkan terjadi ketika pada fase tidur REM yang
sleep paralysis. Menurut penelitian yang dilakukan terjadi pada saat sleep onset REM (SOREM) atau
oleh Sipta, mahasiswa yang mengalami sleep fase REM yang segera terjadi ketika memulai tidur.
paralysis memiliki tingkat stres yang lebih tinggi SOREM ini biasa terjadi ketika durasi tidur
dibandingkan dengan individu yang tidak seseorang singkat atau kurang dari yang
mengalami stres.8 Menurut penelitian yang dianjurkan. Individu yang tidur lewat dari jam 2
dilakukan oleh Tjang (2017) bahwa mahasiswa pagi dan tidur siang lebih dari dua jam didapatkan
yang mengalami stres akan memiliki risiko yang memiliki rasio yang lebih tinggi untuk terjadinya
cukup besar untuk mengalami kejadian sleep sleep parlaysis. Hal ini masih belum jelas apakah
paralysis.19 sleep paralysis dialami selama tidur siang yang
lama, atau apakah individu yang mengalami sleep
Selama berkuliah, mahasiswa kedokteran pada
paralysis cenderung tidur siang yang lebih lama
umumnya akan mengalami stres yang dapat
karena tidur malam yang kurang. Studi tersebut
diakibatkan oleh terjadinya perubahan psikologis
mengacukan bahwa semakin lama durasi tidur
yang dialami selama masa kuliah dan juga diikuti
siang seseorang dan semakin lama waktu seseorang
dengan kelelahan secara emosi yang terjadi. Ketika
untuk tidur malam yang merupakan beberapa
seseorang mengalami stres dan diikuti dengan
faktor dari sleep hygiene dapat berkontribusi
koping stres yang tidak baik maka akan dapat
meningkatkan kejadian sleep paralysis.17,23
berdampak pada kehidupan sehari-harinya dan
kualitas tidur yang dimilikinya.20 Menurut Ganesh Pada mahasiswa, kesadaran mengenai sleep
et al (2012) Stres yang terjadi pada mahasiswa hygiene lebih buruk dibandingkan dengan orang
sehari-hari dapat menyebabkan terjadinya dewasa karena mahasiswa lebih mungkin terlibat
perubahan ritme sirkandian tidurnya sehingga dapat dalam jadwal tidur yang tidak teratur karena
menimbulkan berbagai gangguan ketika tidur kehidupan sosialnya, belajar sampai larut malam,
seperti sleep paralysis.21 dan jadwal kelas yang bervariasi.10
Sleep paralysis terjadi pada saat fase tidur REM. Kesimpulan
Pada fase tidur REM, otot-otot tubuh akan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan
mengalami relaksasi yang maksimal atau paralysis.
oleh peneliti, dapat diambil kesimpulan berupa:
Jika seseorang mengalami stres, produksi kadar
hormon norepinefrin pada tubuh akan meningkat. 1. Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas
Produksi hormon norepinefrin yang tinggi pada Syiah Kuala yang mengalami stres sebagian
tubuh dapat mengacaukan fase tidur NREM dan besarnya memiliki tingkat stres dalam kategori
REM seseorang. Akibatnya seseorang yang sedang.
mengalami stres dapat masuk ke fase tidur NREM 2. Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas
1 atau 2 ketika berada pada fase REM secara tiba- Syiah Kuala sebagian besar memiliki kebiasaan
tiba. Hal tersebutlah yang dapat menyebabkan sleep hygiene dalam kategori sedang
seseorang mengalami kejadian sleep paralysis.22 3. Pada mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas
Syiah Kuala yang mengalami stress, lebih

93
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 22 (2): 72-79, Juni 2022

banyak pernah mengalami kejadian sleep 10. Mardalifa T, Yulistini Y, Susanti R.


paralysis daripada yang tidak pernah Hubungan Sleep Hygiene dengan Hasil
mengalami kejadian sleep paralysis. Belajar Blok Pada Mahasiswa Tahap
4. Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan Akademik Fakultas Kedokteran. J Kesehat
kejadian sleep paralysis pada mahasiswa Andalas. 2018;7(4):504.
Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala 11. Minar ETIO. Korelasi Sleep Hygiene
5. Terdapat hubungan antara sleep hygiene dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa
dengan kejadian sleep paralysis pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Utara Angkatan 2017 – 2019. Universitas
Syiah Kuala . Sumatera Utara. 2021.
12. Seun-Fadipe CT, Aloba OO, Oginni OA,
Mosaku KS. Sleep hygiene index:
Daftar Pustaka Psychometric characteristics and usefulness
as a screening tool in a sample of Nigerian
1. Pragholapati A, Muliani R, Permatasari undergraduate students. J Clin Sleep Med.
Lestari I. Hubungan Tingkat Stres dengan 2018;14(8):1285–92.
Kejadian Sleep paralysis pada Mahasiswa 13. Purnama NLA. Sleep Hygiene Dengan
Sarjana Keperawatan Tingkat Akhir. J Gangguan Tidur Remaja. J Keperawatan.
Kesehat dr Soebandi. 2020;8(1):34–9. 2019;8(1):30–6.
2. Denis D, French CC, Gregory AM. A 14. Haryati H, Yunanigsih SP. Faktor yang
systematic review of variables associated Mempengaruhi Kualitas Tidur Mahasiswa
with sleep paralysis. Sleep Med Rev Fakultas Kedokteran Universitas Halu
[Internet]. 2018;38:141–57. Available Oleo. J Surya Med. 2020;5(2):42–53.
from: 15. Helmi DP. Hubungan Kualitas Tidur dan
http://dx.doi.org/10.1016/j.smrv.2017.05.0 Kecemasan dengan Kejadian Sleep
05 Paralysis pada Mahasiswa Pendidikan
3. Benham G. Sleep paralysis in college Dokter Universitas Syiah Kuala. Syiah
students. J Am Coll Heal [Internet]. Kuala; 2019.
2020;0(0):1–6. Available from: 16. Permata KA, Widiasavitri PN. Hubungan
https://doi.org/10.1080/07448481.2020.179 antara kecemasan akademik dan sleep
9807 paralysis pada mahasiswa Fakultas
4. w nugrahati. Tingkat Stres pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Udayana tahun
Keperawatan Yang Menyusun Skripsi. J pertama. J Psikol Udayana. 2019;6(01):1.
Chem Inf Model. 2018;06(2):76–80. 17. Ma S, Wu T, Pi G. Sleep paralysis in
5. Dini MP, Al ET, September N. Analisis Chinese adolescents: A representative
Hubungan Antara Self Efficacy dan Beban survey. Sleep Biol Rhythms.
Kerja Akademik Dengan Stres Mahasiswa 2014;12(1):46–52.
Profesi Ners : Studi Literatur. J 18. Chaube N, Nathawat SS. Sleep Paralysis:
Keperawatan Jiwa. 2020;2(2):79–91. Its Genesis and Qualitative Analysis of
6. Adryana NC, Apriliana E, Oktaria D, Case Histories. Adv Sci Lett.
Kedokteran F, Lampung U, Dokter BP, et 2018;24(5):3347–51.
al. A Comparative Study of Stress Level in 19. Tjang YS, Arista M. Pengaruh Stress
The First, Second, And Third Year Terhadap Kejadian Sleep Paralysis Pada
Students of Medical Faculty of University Mahasiswa Fakultas Kedokteran. J Psikol
of Lampung. Majority. 2020;9(2):142–9. Pendidik dan Konseling J Kaji Psikol
7. Sipta CM. Hubungan Tingkat Stres dengan Pendidik dan Bimbing Konseling.
Kejadian Sleep Paralysis pada Mahasiswa 2017;3(2):41.
Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala 20. Larasaty R. Hubungan Tingkat Stres
Banda Aceh. Syiah Kuala; 2016. Dengan Kejadian Sleep Paralysis Pada
8. Sipta CM. Hubungan Tingkat Stres dengan Mahasiswa Fik Ui Angkatan 2008
Kejadian Sleep Paralysis pada Mahasiswa Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian
Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala Sleep Paralysis Pada Mahasiswa Fik Ui
Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala; Angkatan 2008. Universitas Indonesia;
2016. 2012.
9. Agusmar AY, Vani AT, Wahyuni S. 21. Ganesh B, Venkata S, Pisipati V,
Perbandingan Tingkat Stres pada Shivashanker M, Sirisha V, Ch B, et al.
Mahasiswa Angkatan 2018 dengan Sleep paralysis. Int J Res Pharm Chem.
Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran 2012;2(2):376–82.
Universitas Baiturrahmah. Heal Med J. 22. Cheyne JA. Sleep Paralysis and the
2019;1(2):34–8. Structure of Waking-Nightmare
Fitriah et al.- Hubungan tingkat stres dan sleep hygiene

Hallucinations. Dreaming. 2003;13(3):163–


79.
23. Munezawa T, Kaneita Y, Osaki Y, Kanda
H, Ohtsu T, Suzuki H, et al. Nightmare and
sleep paralysis among Japanese
adolescents: A nationwide representative
survey. Sleep Med [Internet].
2011;12(1):56–64. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.sleep.2010.04.0
15

95

Anda mungkin juga menyukai