Hubungan tingkat stres dan sleep hygiene dengan kejadian sleep paralysis pada mahasiswa
Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala
1
Fitriah Rizki, 2Zahratul Aini, 3Jufitriani Ismy
1)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2)Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala/Bagian Family Medicine, 3)Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala/Divisi Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
*Email: scottish.risky@gmail.com
Abstrak. Sleep paralysis termasuk kedalam salah satu gangguan tidur parasomnia yang terjadi pada fase tidur rapid
eye movement (REM) yang ditandai dengan tidak mampunya seseorang untuk menggerakkan otot volunter tubuh
yang bisa diikuti dengan adanya halusinasi. Mahasiswa kedokteran rentan mendapatkan tekanan akademis yang
tinggi selama perkuliahan, sehingga dapat menyebabkan meningkatnya tingkat stres yang menjadi faktor risiko
terjadinya sleep paralysis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dan sleep hygiene
dengan kejadian sleep paralysis pada mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala. Variabel pada
penelitian diukur dengan menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42), Sleep Hygiene Index
(SHI) dan Unusual Sleep Experience Questionnare (USEQ) yang telah dimodifikasi. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian analitik observational dan rancangan cross-sectional. Teknik sampling penelitian menggunakan
teknik proportional random sampling dengan jumlah sampel 253 responden. Data penelitian menunjukkan 49%
mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala tidak mengalami stres, 17% stres ringan, 21,3% stres
sedang, 10,7% stres berat dan 2% stres sangat berat. Dari mahasiswa yang mengalami stres ternyata sebanyak 87,4%
pernah mengalami sleep paralysis. Responden yang memiliki praktik sleep hygiene yang sedang sebanyak 54,2%
dan buruk 8,7%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres
dan sleep hygiene dengan kejadian sleep paralysis.
Abstract. Sleep paralysis is one of the parasomnia sleep disorders that occurs in the rapid eye movement (REM)
sleep phase which characterized by the inability of a person to move the body’s voluntary muscles which can be
followed by hallucinations. Medical students are susceptible to high academic pressure during their time in
university which can lead to increased stress levels and is the risk factors for sleep paralysis. This study aims to
determine the relationship between stress levels and sleep hygiene with the incidence of sleep paralysis in Medical
students at Syiah Kuala University. The variables in this study were measured using the Depression Anxiety Stress
Scale 42 (DASS 42) questionnaire, The Sleep Hygiene Index (SHI) and modified Unusual Sleep Experience
Questionnare (USEQ). This study used an observational analytical research design and cross-sectional design. The
research sampling technique used proportional random sampling technique with a sample size of 253 respondents.
The research data showed that 49% Medical Student of Syiah Kuala University did not experience stress, 17% mild
stress, 21,3% moderate stress, 10,7% severe stress and 2% very severe stress. 87,4% of the students who
experienced stress, had experienced sleep paralysis. Respondents who had moderate sleep hygiene practices were
54,2% and 8,7% bad sleep hygiene. The results of the Chi-Square test showed that there is a significant relationship
between stress levels and sleep hygiene with the incidence of sleep paralysis.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres pada
Tiap Angkatan
Responden penelitian adalah mahasiswa
Pendidikan Dokter Universitas Syiah kuala Angkatan
angkatan 2018, 2019, 2020 dan 2021 dengan Tingkat
2018 2019 2020 2021
jumlah 253 responden. Stres
n % Jlh % Jlh % Jlh %
Normal 34 61,8 25 43,1 38 55,9 27 37,5
Berdasarkan tabel 1, didapatkan mayoritas Ringan 9 16,4 13 22,4 10 14,7 11 15,3
responden berjenis kelamin perempuan yaitu Sedang 10 18,2 13 22,4 12 17,6 19 26,4
66,4% sedangkan laki-laki 33,6%. Mayoritas usia Berat 1 1,8 4 6,9 7 20,8 15 20,8
responden pada penelitian ini adalah responden Sangat
1 1,8 3 5,2 1 1,5 0 0
dengan usia 19 tahun dengan persentase 28,1%. berat
Total 55 100 58 100 61 100 72 100
Tabel 1 Karakteristik demografi responden
penelitian Berdasarkan tabel 3, didapatkan frekuensi tingkat
Persentase stres pada tiap angkatan di mana didapatkan tingkat
Karakteristik Frekuensi
(%) stres pada angkatan awal lebih tinggi dibandingkan
Jenis kelamin dengan angkatan akhir. Pada angkatan 2018
Laki-laki 85 33,6 didapatkan 16,4% stres ringan, 18,2% stres sedang,
Perempuan 168 66,4 1,8% stres berat dan 1,8% sangat berat, sedangkan
Angkatan angkatan 2021 didapatkan 15,3% stres ringan,
2018 55 21,7 26,4% sedang, dan 20,8% berat. Hal ini sejalan
2019 58 22,9 dengan penelitian yang dilakukan Adryana (2020)
2020 68 26,9 yang mendapatkan tingkat stres pada tingkat I
2021 72 28,5 didapatkan stres sedang 76,5% dan berat 23,5%
Usia dan pada tingkat III didapatkan stres sedang 63,5%
dan berat 34,7%.6 Penelitian tersebut juga didukung
17 16 6,3% dengan penelitian yang dilakukan oleh Heme
18 51 20,2% (2019) didapatkan tingkat stres pada mahasiswa
19 71 28,1% Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahman
20 67 26,5% tingkat akhir sebanyak 10% stres ringan, 87,5%
21 33 13,0% stres sedang dan 2,5% stres berat. Sedangkan pada
22 12 4,7% mahasiswa tingkat awal didapatkan 30% stres
23 3 1,2% ringan 60% stres sedang dan 10% stres berat.9 Hal
ini mungkin dapat terjadi karena adanya faktor
Berdasarkan Tabel 2, didapatkan bahwa responden pandemi sehingga mahasiswa angkatan awal lebih
yang tidak mengalami stres sebanyak 49,0% dan sulit untuk beradaptasi dan memahami perkuliahan
mahasiswa yang mengalami stres sebanyak 51% karena perkuliahan sebagian besar dilakukan secara
yang dibagi menjadi beberapa kategori yaitu stres dalam jaringan (daring).
ringan 17,0%, stres sedang 21,3% dan stres berat Menurut Heme beberapa faktor yang dapat menjadi
10,7%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian penyebab stres pada mahasiswa tingkat awal faktor
yang dilakukan oleh Sipta (2016) pada mahasiswa yang dapat menyebabkan timbulnya stres seperti
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala tempat tinggal yang jauh dari orang tua, lingkungan
angkatan 2012 bahwa terdapat 50,0% tidak yang buruk, adaptasi dari lingkungan sekolah ke
mengalami stres, 12,1% mengalami stres ringan, lingkungan universitas, terjadinya perubahan
22,6% stres sedang dan 15,3% stres berat.8 pembelajaran dari sekolah yang mempelajari ilmu-
ilmu dasar sedangkan pada kuliah kedokteran yang
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
Tingkat Stres Frekuensi Persentase klinis dan cara belajar yang berbeda dari sekolah.9
Normal 124 49,0% Pada mahasiswa tingkat akhir faktor yang dapat
Ringan 43 17,0% menyebabkan stres adalah karir di masa depan,
Sedang 54 21,3% kurangnya manajemen waktu, penumpukan beban
Berat 27 10,7% kuliah, gagal dalam melakukan penyesuaian diri,
Sangat berat 5 2,0% dan hubungan dengan teman ataupun pasangan.
Total 253 100%
91
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 22 (2): 72-79, Juni 2022
93
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 22 (2): 72-79, Juni 2022
95