Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

High care unit (HCU) adalah unit pelayanan rumah sakit bagi

pasien dengan kondisi pasien masih memerlukan pengobatan, perawatan

dan pemantauan secara ketat namun stabil dari fungsi respirasi,

hemodinamik, dan kesadaran. Pelayanan HCU adalah tindakan medis yang

dilaksanakan melalui pendekatan multidisiplin yang terdiri dari dokter

spesialis dan dokter serta dibantu oleh perawat yang bekerja secara

interdisiplin dengan fokus pelayanan pengutamaan pada pasien yang

membutuhkan pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat sesuai

dengan standar prosedur operasional yang berlaku di rumah sakit

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa

melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan

tidur yang serius. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang

menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter

(Setiabudhi & Hardiwinoto, 2005). Tidur dibutuhkan oleh otak seseorang

agar berfungsi dengan baik. Tidur adalah aktivitas yang dibutuhkan agar

dapat berfungsi normal. kekurangan tidur yang kronis meningkatkan kadar

hormon stres kortisol yang dapat merusak atau mengganggu sel-sel otak

yang dibutuhkan untuk pembelajaran dan ingatan. Selain itu sel-sel otak

Hubungan Kualitas Tidur.., Nastiti Asri Wijaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2

baru dapat gagal berkembang atau dapat juga tumbuh secara abnormal

(Sagal, 2011).

Pengaruh yang dapat terjadi akibat buruknya kualitas tidur antara

lain dapat menimbulkan penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi,

membuat keputusan, berpartisipasi dalam melakukan aktifitas harian,

menyebabkan terjadinya peningkatan kepekaan (irritabilitas), delusi,

halusinasi, berbicara tidak jelas dan pandangan kabur (Potter & Perry,

2013). Dampak gangguan tidur di Intensive Care Unit (ICU) kemungkinan

mengarah pada diagnosa delirium meskipun hubungan antar keduanya

masih menjadi perdebatan, memperpanjang length of stay di ICU dan

meningkatkan angka kematian (Boyko, Ording & Jennum, 2012).

Mencapai kualitas tidur yang baik merupakan suatu hal yang

penting bagi kesehatan, karena tidur merupakan suatu kebutuhan dasar

manusia. Pasien yang sedang sakit sering kali membutuhkan tidur dan

istrahat yang lebih banyak dari pada pasien yang sehat dan biasanya

penyakit mencegah beberapa pasien untuk mendapatkan tidur dan istirahat

yang adekuat (Potter & Perry, 2010).

Kualitas tidur yang buruk dapat terjadi karena beberapa faktor yang

mempengaruhiunya. Pada penelitian Hadi (2014) menjelaskan jika ada

beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien di Ruang

Intensive Care Unit diantaranya faktor kebisingan (53,3%) mempengaruhi

kualitas tidur dan terganggu sekali (20,0%), pencahayaan (40,0%) dan

Hubungan Kualitas Tidur.., Nastiti Asri Wijaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3

(33,3%) sangat terganggu, intervensi keperawatan (43,3%) dan (10,0%)

sangat terganggu.

John, et al (2017) melakukan penelitian yang meneliti beberapa

faktor yang memepengaruhi kualitas tidur pasien di ruang ICU, hasil yang

di dapat diantaranya tingkat kebisingan semalam (53,6%);

ketidaknyamanan (33,9%); nyeri (32,1%); sedang dibangunkan untuk

prosedur (32%); melekat pada peralatan medis (28,6%); stres / kecemasan

(26,8%); dan tingkat cahaya (23,2%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa

faktor kebisingan sangat mempengaruhi kualitas tidur pasien.

Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Qinglan, et al (2017)

mengungkapkan hasil dari wawancara ada 4 subtema terkait yaitu (1)

Lingkungan unit perawatan medis intensif semalam mempengaruhi tidur,

(2) faktor non-lingkungan seperti emosi yang sulit dan kecemasan juga

mempengaruhi tidur, (3) persepsi responden tentang kualitas tidur di medis

unit perawatan intensif sangat bervariasi, dan (4) saran untuk perbaikan

tidur termasuk meyakinkan pasien dan strategi perawatan-clustering.

Manusia dewasa baik yang sehat maupun sakit memerlukan

kuantitas tidur rata-rata 6-8 jam perhari. Namun ketika sakit pola tidur

biasanya akan terganggu, sehingga perawat perlu untuk mencukupi atau

memenuhi kebutuhan tidur tersebut (Triyanta & Dwi Susi, 2013).

Pasien dengan kondisi kritis kebutuhan tidur akan terganggu oleh

berberapa faktor sehingga berdampak pada gangguan fisiologis. Fakto-

faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu kualitas tidur pada pasien

Hubungan Kualitas Tidur.., Nastiti Asri Wijaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4

ICU, haltersebut dapat menimbulkan dampak yang tidak baik bagi

fisiologis tubuh.Ketidakstabilan perubahan fisiologis pada pasien kritis

dapat merangsang sistem simpatik termasuk peningkatan tekanan darah

dan denyut nadi. Peningkatan tekanan darah pada pasien kritis disebabkan

oleh peningkatan aktivitas vasomotor di medula yang menyebabkan

vasokonstriksi arteriol dan meningkatkan resistensi perifer (Jevon dan

Ewens, 2009).

Banyak anggota masyarakat umum dan tenaga kesehatan tidak

menyadari konsekuensi dari kehilangan tidur kronis (misalnya,

peningkatan risiko hipertensi, diabetes, obesitas, depresi, serangan jantung,

dan stroke) (Berman, et al, 2015). Tekanan darah secara normal menurun

ketika sedang tidur normal (sekitar 10-20% masih dianggap normal)

dibandingkan ketika kita sedang dalam keadaan sadardan keadaan ini

dihubungkan karena penurunan aktifitas simpatis pada keadaan tidur.

Apabila tidur mengalami gangguan, maka tidak terjadi penurunan tekanan

darah saat tidur sehingga akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi

yang berujung pada penyakit kardiovaskuler. Setiap 5% penurunan normal

yang seharusnya terjadi dan tidak dialami seseorang, maka kemungkinan

20% akan terjadi peningkatan tekanan darah (Calhoun dan Harding, 2012).

Hanon , et al (2014) menjelaskan dalam penelitiannya tentang

Tekanan Darah Pagi hari dihubungkan dengan kualitas tidur pada remaja

yang obesitas didapatkan hasil dari 27 peserta memiliki BP pagi normal,

dan 22 mengalami peningkatan BP pagi. Kelompok dengan BP tinggi

Hubungan Kualitas Tidur.., Nastiti Asri Wijaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
5

menghabiskan lebih pendek persentase waktu dalam gerakan mata cepat

(REM; P = 0,006) dan tidur gelombang lambat (SWS; P = 0,024). Analisis

regresi linier berganda menunjukkan bahwa persentase yang lebih rendah

dari REM dan SWS dikaitkan dengan peningkatan BP pagi setelah kami

disesuaikan untuk tahap pubertas, jenis kelamin, ras, dan BMI.

Rustamaji (2017) yang memberikan intervensi Accupressure untuk

mengurangi kualitas tidur yang buruk di dapatkan hasil bahwa Terdapat

peningkatan kualitas tidur secara bermakna dan penurunan signifikan

frekuensi nadi pada kelompok intervensi. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Triyanta dan Dwi Susi (2011) yang mencari hubungan

antara kualitas tidur dengan denyut nadi mengatakan jika hasil

penelitiannya, didapatkan kualitas tidur baik 26,47 %, kualitas tidur

sedang 29,41 % dan yang buruk 44,12 % dari seluruh jumlah sampel.

Responden dengan takikardia 12 orang, normal 18 responden dan 4

responden bradikardia. Hasil analisis statitik dengan pearson menunjukkan

bahwa Ada hubungan antara kualitas tidur dengan denyut jantung dilihat

dari gambaran EKG pada pasien infark miokard di Ruang ICVCU RSUD

Dr. Moewardi Surakarta 2011.

Penelitian sebelumnya meneliti tentang hubungan antara kualitas

tidur dengan denyut jantung dilihat dari gambaran ekg pada pasien infark

miokard. Adapun perbedaan disini penulis akan meneliti tentang hubungan

kualitas tidur dengan status hemodinamik pada semua pasienyang di HCU.

Pasien yang berada di HCU masih tergolong pada pasien kritis sehingga

Hubungan Kualitas Tidur.., Nastiti Asri Wijaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
6

peneliti mengambil di ruang HCU. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka

peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kualitas tidur dengan status

hemodinamik pada pasien HCU di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto.

B. Rumusan Masalah

Kualitas tidur yang buruk dapat berdampak pada gangguan

fisiologis. Ketidakstabilan perubahan fisiologis pada pasien kritis dapat

menyebabkan gangguan pada kardiovaskuler. Berdadarkan fenomena

tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Adakah

hubungan antara kualitas tidur dengan status hemodinamik pada pasien di

ruang HCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan status

hemodinamik pada pasien di ruang HCU RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kualitas tidur pasien di ruang HCU RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

b. Untuk mengetahui status hemodinamik pasien di ruang HCU

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Hubungan Kualitas Tidur.., Nastiti Asri Wijaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
7

c. Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan status

hemodinamik pasien di ruang HCU RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto.

D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai

pihak, diantaranya:

1. Manfaat bagi peneliti

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap ilmu

pengetahuan dan wawasan terhadap penulis maupun pembaca

mengenai kualitas tidur pasien di ruang HCU.

b) Dapat memberikan kontribusi terhadap literatur maupun peneliti

selanjutnya

2. Manfaat bagi Tenaga Kesehatan

Memberikan informasi bagi rumah sakit dan profesi kesehatan lain

tentang kualitas tidur pasien di HCU sehingga dapat digunakan sebagai

masukan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien.

Hubungan Kualitas Tidur.., Nastiti Asri Wijaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
8

E. Penelitian Terkait

Tabel 1.1 penelitian terkait

Judul Peneliti Metode Hasil Perbedaan dan


persamaan
Hubungan Triyanta Rancangan penelitian Hasil penelitian ini, Persamaan dalam
Antara , Dwi yang digunakan didapatkan kualitas penelitian ini adalah
Kualitas Tidur Susi adalah penelitian tidur baik 26,47 %, sama-sama meneliti
Dengan Haryati deskriptif kualitas tidur sedang tentang kualitas tidur
Denyut analitik dengan 29,41 % dan yang serta menggunakan
Jantung desain penelitian buruk 44,12 % dari desain cross sectional
Dilihat Dari korelasi cross seluruh jumlah sampel. Namun perbedaannya
Gambaran sectional. Metode Responden dengan adalah pada penelitian
Ekg Pada pengambilan sampel takikardia 12 orang, ini peneliti mencari
Pasien Infark adalah dengan normal 18 responden hubungan kualitas tidur
Miokard Di purposive sampel dan 4 responden dengan status
Ruang sebanyak 34 orang, bradikardia. Hasil hemodinamik,
Icvcu Rsud dengan kriteria analisis statitik dengan responden yang
Dr. Moewardi inklusi. pearson menunjukkan diambil oleh peneliti
Surakarta bahwa Ada hubungan bukan hanya pada
Tahun 2013 antara kualitas tidur penyakit infark
dengan denyut jantung miokard saja, tetapi
dilihat dari gambaran pada seluruh pasien
EKG pada pasien yang ada di ruang HCU
infark miokard di dan pada pengambilan
Ruang ICVCU RSUD sample peneliti
Dr. Moewardi menggunakan Non
Surakarta 2011. sample random.
Effect Of Eko Penelitian ini Akupresur memiliki Persamaan dalam
Accupressure Rustamaj menggunakan efek yang signifikan penelitian ini adalah
On Quality Of i penelitian quasi- pada peningkatan sama-sama meneliti
Sleep And eksperimen dengan kualitas tidur dan tentang kualitas tidur
Pulse pretest-posttest penurunan denyut nadi dengan denyut nadi
Rate In dengan control group pada pasien dengan namun penelitian Eko
Patients With design pada 50 infark miokard akut. diberikan intervensi
Acute responden . Ada 50 Dengan demikian, akupresur pada pasien
Myocardial responden yang disarankan bahwa infark miokard
Infarction dipilih dalam akupresur bisa menjadi sedangkan dalam
(2017) penelitian ini, dengan salah satu intervensi penelitian ini peneliti
25 ditugaskan dalam keperawatan untuk hanya menilai kualitas
intervensi dan pasien AMI untuk tidur dengan status
kelompok kontrol meningkatkan kualitas hemodinamik pada
menggunakan tidur dan penurunan semua pasien yang ada
consecutive sampling. denyut nadi. di HCU.
Data dianalisis
menggunakan paired
t-test dan independent
t-test.

Hubungan Kualitas Tidur.., Nastiti Asri Wijaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
9

Judul Peneliti Metode Hasil Perbedaan dan


persamaan
\Morning Tamara Semalam Peserta (n = 27) Persamaan pada
Blood S. Hanon polysomnogram dan memiliki BP pagi penelitian ini adalah
Pressure Is et al pengukuran BP pagi normal, dan 22 (44,9%) meneliti tentang
Associated dilakukan dalam mengalami tekanan darah dan
with Sleep obesitas (indeks peningkatan BP pagi. kualitas tidur. Namun
Quality in massa tubuh [BMI]> Analisis regresi linier penelitian yang
Obese 95 persentil) remaja berganda menunjukkan dilakukan oleh Tamara
Adolescents(2 nondiabetes (usia bahwa persentase yang tekanan darah yang
014) yang memenuhi lebih rendah dari REM diukur adalah saat pagi
syarat 12-18 tahun, n dan SWS dikaitkan hari pada pasien
= 49). Subjek dengan peningkatan BP obesitas, sedangkan
dikelompokan pagi setelah penelitian ini yang
menjadi 2 kelompok, disesuaikan untuk diukur adalah status
satu dengan BP tahap pubertas, jenis hemodinamik sebelum,
normal, dan satu kelamin, ras, dan BMI. sedang dan saat tidur
dengan BP tinggi, pada semua pasien
dan karakteristik yang ada di HCU.
demografi dan klinis
dibandingkan antara
kelompok. Analisis
regresi linier
berganda digunakan
untuk menilai efek
kualitas tidur pada
BP.

Hubungan Kualitas Tidur.., Nastiti Asri Wijaya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai