Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS CARA MENINGKATKAN

KUALITAS TIDUR PADA PASIEN CKD DAN TUMOR


INTRAABDOMEN DENGAN TERAPI DZIKIR KOMBINASI
INSTRUMEN MUSIK DI SATU RUMAH SAKIT DI JAKARTA
Suhirman1, Hening Pujasari2
1
Mahasiswa Ners Keperawatan, Departemen Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat– 16424, Indonesia
2
Staff Pengajar DKKD, Departemen Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia, Depok, Jawa Barat– 16424, Indonesia
*
danang.ariadi1988@gmail.com

Abstrak
Penyakit gagal ginjal dapat menyebabkan dampak buruk pada kualitas tidur pasien sehingga dapat mempengaruhi
kesehatan, baik secarafisik maupun psikologis. Oleh karena itu artikel ini menjelaskan tentang cara meningkatkan
kualitas tidur pada pasien CKD dengan terapi dzikir sebagai bentuk pasrah atau menyerahkan diri kepada Allah SWT
dan dikombinasi dengan instrumen musik. Pada artikel ini metode yang digunakan adalah case report tujuannya agar
pasien dapat menggunakan teknik ini dan dapat meningkatkan kualitas tidur selain itu juga dapat mengurangi
kecemasan pasien CKD. Pasien yang diberikan intervensi adalah pasien CKD yang kooperatif dengan skala nyeri
sedang. Intervensi dilakukan selama seminggu dengan cara berdzikir, kemudian diperdengarkan menggunakan
audiospeaker dengan instrumen musik yang tenang dan nyaman. Evaluasi pada kasus dilakukan sesuai dengan respon
pasien yang telah diberikan intervensi menggunakan dua alat ukur yaitu Pitsburg Sleep Quality Index (PSQI)
didapatkan bahwa ada pengaruh peningkatan kualitas tidur dan pengurangan kecemasan pada pasien CKD di ruangan
penyakit dalam. Sehingga artikel ini dapat menjadi dasar inspirasi untuk dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya agar
menjadi bahan pertimbangan dalam menilai evaluasi dengan alat ukur yang aplikatif untuk digunakan di ruangan
rawat.

Kata kunci: gagal ginjal, instrumen musik, kualitas tidur

Abstrak

Kidney failure can have a negative impact on the patient's sleep quality so that it can affect health, both physically
and psychologically. Therefore, this article describes how to improve sleep quality in CKD patients with dhikr
therapy as a form of surrender or surrender to Allah SWT and combined with musical instruments. In this article,
the method used is a case report, the goal is that patients can use this technique and can improve sleep quality while
also reducing anxiety in CKD patients. Patients who were given the intervention were cooperative CKD patients
with moderate pain scale. The intervention was carried out for a week by means of dhikr, then played using an
audiospeaker with a quiet and comfortable musical instrument. The evaluation of the case was carried out
according to the response of patients who had been given intervention using two measuring instruments, namely the
Pitsburg Sleep Quality Index (PSQI). It was found that there was an effect of improving sleep quality and reducing
anxiety in CKD patients in the internal medicine room. So that this article can be the basis of inspiration for further
research to be carried out so that it can be taken into consideration in assessing evaluations with applicable
measuring instruments for use in the treatment room.

Keywords: kidney failure, musical instruments, sleep quality.


PENDAHULUAN
Gangguan tidur pada pasien CKD uyang menjalani terapi CKD sering disebabkan karena
mengalami gangguan psikologi. Demografi, psikologi, gaya hidup, faktor dialysis dan biologis
dapat menjadi faktor yang menyebabkan gangguan tidur.
Gangguan tidur berdampak pada fungsi fisiologis tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya
kehilangan nafsu makan, kelelahan, kurang konsentrasi, dan masalah fisik. Kemungkinan
penyebab gangguan tidur kegelisahan 26,9%, nyeri 24%, batuk20,8%, khawatir 8,9% gangguan
kesehatan 5,8% ( De Santo et all,2017).
Pada pasien CKD kemampuan untuk mempertahankan lingkungan internal tubuh berubah secara
progresif dan melemah ( Black & Hawk, 2005).
Hal ini dapat mengakibatkan laju GFR menurun,penurunan GFR di bawah 15 mL/min/1.73 m2
yang disertai uremia, berarti pasien tersebut mengalami gagal ginjal tahap akhir atau end stage
renal disease (ESRD) dan harus mendapatkan terapi hemodialisis seumur hidupnya. Di Amerika
pada akhir tahun 2007 jumlah penderita ERDS mencapai 527.283 orang dan yang menjalani
dialisis 368.544 orang (NKUDIC, 2010). Menurut Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(PERNEFRI), pada tahun 2007 di Indonesia terdapat sekitar 70.000 orang penderita GGK dan
hanya 13.000 orang yang menjalani hemodialisis (Rosdiana et all,2014)
Komplikasi yang sering muncul pada pasien GGK yang mendapatkan terapi haemodialisa adalah
gangguan tidur. Kurang lebih 50–80% pasien yang menjalani hemodialisis mengalami gangguan
tidur (Kosmadakis & Medcalf, 2008) dengan prevalensi tertinggi berupa insomnia, yaitu berkisar
antara 45–69.1% (Al-Jahdali, et al ).
Gangguan tidur sering terjadi pada pasien yang menjalani dialisis pada penyakit gagal ginjal.
Meskipun bervariasi, prevalensi mereka telah dilaporkan lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi umum. Keluhan yang paling sering dilaporkan adalah insomnia, restless leg syndrome
(RLS), gangguan pernapasan saat tidur dan kantuk berlebihan di siang hari (EDS) (Ezzat et
all,2015).
Dalam menciptakan asuhan keperawatan yang efektif, perawat harus memahami gangguan tidur
serta faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan tidur pada pasien yang mendapatkan terapi
hemodialisa agar dapat menentukan tindakan keperawatan secara tepat dan cepat. Apabila hal ini
tidak tertangani dapat berakibat melemahkan sistem kekebalan tubuh, yang dapat menurunkan
kualitas kesehatan, dengan musik instrumental yang nyaman diharapkan kualitas tidur pasien CKD
meningkat. Musik dikenal baik dalam perawatan pasien holistik, studi menunjukkan peran musik
dalam mengurangi kelelahan psikologis dan mengatur kesejahteraan (Sutu & O’Brien, 2021).
Terapi musik merupakan getaran suara yang masuk ke dalam otak dan tubuh sehingga dapat
mempengaruhi suasa hati dan emosi seseorang baik positif atau negative yang mempengaruhi
tingkat perilaku dan saraf (O. Semyachkina-Glushkovskaya et al., 2020).
Selain itu musik dapat memberikan dampak positif pada sistem kekebalan tubuh, yang memiliki
pengaruh langsung terhadap kehidupan selama perawatan. Pengalaman serta disiplin medis lain
perlu menyadari bahwa ini dapat bekerja dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Mastnak,
2020). Ada hubungan erat antara musik dan emosi, dan musik umumnya digunakan untuk
pengaturan emosi diri (Koelsch, 2010; Saarikallio, 2011). Insomnia sering mengganggu ditandai
dengan gangguan emosional termasuk depresi dan kecemasan. Musik diharapkan dapat
menginduksi suasana hati yang positif dan dapat memfasilitasi tidur pada pasien dengan insomnia.
Demikian pula, musik dapat bekerja sebagai pengalih perhatian positif dari perenungan atau
perhatian (GarzaVillarreal et al., 2014)

ILUSTRASI KASUS
Studi kasus dilakukan pada Tn A dengan umur 41 tahun yan terdiagnosa tumor intra abdomen
selama 8 bulan terakhir dan CKD selama 4 bulan terakhir. Tn A menjalani terapi hemodialisa
seminggu 2 kali. Klien masuk Rs Fatmawati tanggal 25-3-2022 kemudian dirawat selama 13 hari
diruang isolasi Covid 19 karena terkonfirmasi positif. Setelah hasil PCRnya negatif klien
dipindahkan ke ruang perawatan penyakit dalam.

Pada saat pengkajian tanggal 14-4-2022 didapatkan bahwa klien mengeluh susah tidur, sering
terbangun dimalam hari untuk ke kamar mandi dan merasakan nyeri skala 5. Tampak klien
memegangi perutnya, klien tampak kesakitan, mata sayu dan klien menguap.

DESAIN ARTIKEL

Desain artikel ini adalah single case report penggunaan teknik dzikir yang dikombinasi dengan
terapi musik klasik yang dilakukan selama seminggu. Evaluasi yang digunakan dengan alat ukur
Pitsburg Sleep Quality Index (PSQI) sebelum dan setelah dilakukan intervensi.
PARTISIPAN

Desain pada artikel ini adalah pasien CKD dan tumor intra abdomen yang mengalami gangguan
tidur dan sering terbangun dimalam hari karena ingin ke kamar mandi dan merasakan nyeri

PENGGUNAAN TEKNIK DZIKIR DAN INSTRUMEN MUSIK

Intervensi dalam case report ini menggunakan teknik dzikir yang dikombinasikan dengan terapi
music klasik. Tn A melakukan relaksasi dengan mengatur nafas, menutup mata kemudian
melakukan terapi dzikir yang dikombinasi dengan terapi music klasik akan menghasilkan
melatonin, hal ini disebabkan Nukleus Suprachiasmatic (SCN) hipotalamus diotak melepaskan
melatonin secara berkala. Hormon melatonin inilah yang menyebabkan ngantuk kemudian tidur.
Produksi hormone melatonin ini dapat terhambat apabila ada stimulus yang masuk misalnya
berupa cahaya, begitu sebaliknya saat malam hari dengan minimnya cahaya maka hormone
melatonin akan semakin cepat diproduksi, (Giri at al,2021). Hormone melatonin juga dapat
dihasilkan dengan makan buah-buahan, sayuran serta biji-bijian misalnya jagung, kacang-
kacangan, susu kedelai, kentang (Meng et al,2017). Pada kasus Tn A ini, diet yang diberikan 1800
kkal dengan sayuran dan juga buah-buahan yang mengandung melatonin seperti: kacang-
kacangan, pisang, jeruk.

Terapi dzikir merupakan alternatif pilihan penanganan depresi kepada para pasien yang mengalami
penyakit kronis seperti CKD serta Tumor intra abdomen terutama bagi penganut agama Islam.
Terapi Dzikir menjadi pilihan dalam menangani depresi bukan hanya karena dzikir relative mudah,
murah dan dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dalam kondisi apapun. Dzikir juga
merupakan salah satu amalan utama, sebagai bentuk keridhoan yang mempunyai derajat tinggi di
hadapan Allah, menguatkan keimanan, menjauhkan dari perbuatan ataupun perilaku buruk
sekaligus memberikan ketenteraman dan ketenangan jiwa. Hal ini dapat mencegah terjadinya
keputus asaan dan rasa hampa. Dengan menhayati dan mengucapkan kalimat dzikir secara terus
menerus, tulus, ikhlas dan sungguh-sungguh, maka dapat menjadi kegiatan yang dapat
dilaksanakan secara rutin dalam rangka mendekatan diri kepada Allah.
mendekatan diri kepada Allah.
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kenyamanan yang bersifat holistic. Sesuai dengan
kenyamanan holistik, dimana, salah satu kenyaman yang dibutuhkan pasien adalah kenyamanan
psikospiritual. Keharmonisan hati dan ketenangan jiwa sangat berpengaruh terhadap kenyamanan
psikospiritual, hal ini dapat difasilitasi salah satunya adalah berdo’a atau berdzikir bersama
perawat atau bersama anggota keluarga lainya (Utami, 2016).

Sebelum melakukan teknik dzikir yang dikombinasikan dengan terapi musik dilakukan anamnesis
terlebih dahulu untuk mengetahui gejala dan riwayat kesehatan pasien.
1. Alat-alat
2. Persiapan

No Langkah-langkah
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan maksud kedatangan dan juga prosedur tindakan kepada klien
3 Melakukan pengkajian keluhan dan apa yang dirasakan klien
4 Menjelaskan tujuan dilakukan dilakukan teknik dzikir dan terapi musik
5 Memberikan posisi nyaman pada pasien dengan semifowler, berikan lingkungan
yang nyaman, tenang ataupun mematikan lampu dan tawarkan musik yang disukai
serta pemandangan apa yang disukai (jika pasien mengatakan terserah, pilihkan
instrumen musik yang lembut dan memberikan ketenangan
6 Menganjurkan pasien untuk menutup mata, rileks kemudian mengatur nafas ‘
Tarik nafas dalam melalui hidung pak kemudian hembuskan pelan-pelan, Tarik
nafas lagi, pelan-pelan hembuskan lagi, Tarik nafas lagi kemudian hembuskan,
rileks, semakin rileks dan semakin rileks. Rasakan tubih bapak dari ujung kepala
sampai ujung kaki
7 Melanjutkan tekhnik relaksasi dengan metode :
Memutar music instrument klasik yang nyaman, lembut dan enak didengar dengan
volume sedang.
Setelah klien merasa rileks anjurkan klien untuk membaca dzikir “Astaghfirullah
hal adzim” dalam hati atau sesekali dengan suara perlahan, dzikir dilakukan terus
menerus secara perlahan-lahan tidak terburu-buru, rileks , atur nafas, rileks dan
semakin rileks (jika pasien tidur, tinggalkan dalam kondisi aman
Pastikan pasien mulai rileks dan tertidur dengan melihat gerakan bola mata
Berikan pujian saat pasien melakukan relaksasi dengan mengucapkan “ bagus pak,
bagus, ya teruskan”
8 Memberikan waktu untuk klien saat melakukan tindakan tanpa ada gangguan
9 Menginfokan jika tindakan yang dilakukan telah selesai apabila klien sudah mulai
bangun dari tidur
10 Memposisikan klien pada posisi nyaman dan kemudian dirapikan klien
11 Mendokumentasi yang telah dilakukan dan menilai respon klien terkait tidur

PENGUKURAN HASIL
Dalam menilai respon dari tindakan yang telah dilakukan yaitu dengan menggunakan instrument
Pitsburg Sleep Quality Index (PSQI) yang dilakukan penilaian sebelum dan sesudah tindakan.
Pada tahun 1988 Buysse membuat indeks yang terstandar dan mudah digunakan oleh pasien
maupun klinisi untuk megukur kualitas tidur dengan menggunakan Pitsburg Sleep Quality Index
(PSQI). Pada skoring akhir dengan menggunakan PSQI, kualitas tidur yang baik adalah dibawah
5, dan kualitas tidur yang buruk adalah lebih dar sama dengan 5 (Buysse,1989).
Skoring Pitsburg Sleep Quality Index (PSQI)

Tanggal Jumlah
Sebelum Setelah Skoring
Tindakan Tindakan
18/4/2021 (jam
10.00) 10
19/4/2022
(jam 10.00) 10
20/4/2022
(jam 10.00) 8
21/4/2022
(jam 22.00) 8
23/4/2022
(jam 10.00) 8
25/4/2022
(jam 10.00) 10

Pada saat pengkajian 19-4-2022 klien mengeluh susah tidur dikarenakan mengalami nyeri skala 5
pada area perut sampai ke daerah pinggang. Nyeri dirasakan setiap saat seperti ditusuk-tusuk.
Klien mengatakan tidak ada sesak nafas. Klien memikirkan penyakitnya dan ingin segera
dioperasi. Tampak mata klien sayu, klien juga menguap saat diajak mengobrol, lingkar mata agak
hitam.
Pada pengkajian pertama sebelum dilakukan tindakan pada pukul 10.00 WIB pada Tn A
didapatkan pengukuran dengan metode PSQI nilai skor kualitas tidur TN A adalah 10. Skor 10 ini
berarti Tn A mengalami gangguan tidur skala sedang. Klien mengeluh sering terbangun waktu
malam hari karena nyeri dan ingin BAK.
Pada hari pertama tersebut klien sudah diajarkan untuk mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi
nafas dalam. Pada hari pertama tersebut klien belum mampu berkonsentrasi karena mengeluh nyeri
skala 5.
Pada hari kedua dilakukan tindakan pada pukul 10.00 WIB, klein masih mengeluh nyeri tetapi
tidak sehebat kemarin, klien juga mengatakan semalam masih sering terbangun sehingga tidurnya
kurang pulas. Pada hari kedua ini klien diajarkan mulai dengan menutup mata, mengatur nafas
supaya rileks kemudian klien memulai dzikir “Astaghfilullahaladzim” secara terus menerus
sambal didengarkan music klasik yang menenangkan . pada hari kedua ini klien masih susah
berkonsentrasi karena masih mengeluh nyeri sehingga latihan tidak maksimal hasilnya.
Pada hari ketiga dilakukan tindakan pada pukul 10.00 WIB klien masih mengeluh nyeri dan
bangun saat malam untuk kekamar mandi tetapi tidak sesering kemarin. Pada hari ketiga ini klein
diajarkan hal yang sama dengan kemarin yaitu dimulai dengan memejamkan mata, mengatur nafas
agar rileks kemudian setelah membaca dzikir “ Astagfirullahaladzim” secara terus menerus diiringi
dengan instrument music klasik yang menenangkan. Pada hari ketiga ini klien lebih bisa
berkonsentrasi dan mulai bisa tertidur walaupun tidak lama.
Pada hari keempat dilakukan tindakan pada pukul 22.00 WIB klien mengatakan semalam bisa
tidur lumayan pulas. Klein diatur posisinya senyaman mungkin kemudian mulai melakukan apa
yang sudah diajarkan dengan lancar dengan sedikit panduan, dimulai dengan memejamkan mata
kemudian melakukan dzikir dengan membaca istighfar ‘ astaghfirullahaladzim” secara terus
menerus dengan diiringi music klasik yang menenangkan . pada hari keempat ini klien dapat
tertidur .
Pada hari kelima dilakukan tindakan pada jam 10.00 WIB, klien mengatakan semalam tidurnya
lumayan pulas dan terbangun dimalam hari hanya 1 kali. Pada hari kelima ini dilakukan evaluasi
skor PSQI yaitu 8 .
Pada hari ke enam yang dilakukan tindakan evaluasi pada jam 10.00 WIB, klien mengatakan
semalam tidak bisa tidur karena memikirkan tindakan operasi yang akan dijalani hari ini. Skor
PSQI 10.
DISKUSI
Terapi dzikir yang dikombinasikan dengan terapi music dapat diberikan pada pasien tumor intra
abdomen dengan komplikasi CKD yang mengalami nyeri skala 5. Nyeri yang dirasakan pada
daerah pinggang seperti ditusuk-tusuk yang timbul sepanjang hari terutama dirasakan saat malam
hari.
Pada saat Tn A melakukan relaksasi dengan mengatur nafas, menutup mata kemudian melakukan
terapi dzikir yang dikombinasi dengan terapi music klasik akan menghasilkan melatonin, hal ini
disebabkan Nukleus Suprachiasmatic (SCN) hipotalamus diotak melepaskan melatonin secara
berkala. Hormon melatonin inilah yang menyebabkan ngantuk kemudian tidur. Produksi hormone
melatonin ini dapat terhambat apabila ada stimulus yang masuk misalnya berupa cahaya, begitu
sebaliknya saat malam hari dengan minimnya cahaya maka hormone melatonin akan semakin
cepat diproduksi, (Giri at al,2021). Hormone melatonin juga dapat dihasilkan dengan makan buah-
buahan, sayuran serta biji-bijian misalnya jagung, kacang-kacangan, susu kedelai, kentang (Meng
et al,2017). Pada kasus Tn A ini, diet yang diberikan 1800 kkal dengan sayuran dan juga buah-
buahan yang mengandung melatonin seperti: kacang-kacangan, pisang, jeruk.
Pada Tn A dilakukan terapi dzikir. Terapi dzikir merupakan alternatif pilihan penanganan depresi
kepada para pasien yang mengalami penyakit kronis seperti CKD serta Tumor intra abdomen
terutama bagi penganut agama Islam.

Ketika diberikan terapi dzikir yang dikombinasikan dengan terapi musik Tn A merasa nyaman,
terbukti dengan wajah yang tampak tenang dan lebih rileks, hal ini sesuai dengan teknik relaksasi
dan instrument music menunjukkan relaksasi secara umum dan mempengaruhi kualitas tidur
(Cordi, et al). respon relaksasi seperti ini dapat dilakukan dengan latihan secara sadar, dengan
mengontrol kecepatan dan kedalaman nafas serta meditasi dengan berdzikir dan merelaksasi otot
progresif dimana kelompok tertentu dari tubuh dapat secara sadar berkontraksi dan rileks secara
bertahap. Teknik seperti ini dapatmenciptakan rasa tenang, mengurangi stress sehingga membantu
untuk tidur lebih lelap (Giri, et al,2021)
Terapi Dzikir menjadi pilihan dalam menangani depresi bukan hanya karena dzikir relative mudah,
murah dan dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dalam kondisi apapun. Dzikir juga
merupakan salah satu amalan utama, sebagai bentuk keridhoan yang mempunyai derajat tinggi di
hadapan Allah, menguatkan keimanan, menjauhkan dari perbuatan ataupun perilaku buruk
sekaligus memberikan ketenteraman dan ketenangan jiwa. Hal ini dapat mencegah terjadinya
keputus asaan dan rasa hampa. Dengan menhayati dan mengucapkan kalimat dzikir secara terus
menerus, tulus, ikhlas dan sungguh-sungguh, maka dapat menjadi kegiatan yang dapat
dilaksanakan secara rutin dalam rangka mendekatan diri kepada Allah.
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kenyamanan yang bersifat holistic. Sesuai dengan
kenyamanan holistik, dimana, salah satu kenyaman yang dibutuhkan pasien adalah kenyamanan
psikospiritual. Keharmonisan hati dan ketenangan jiwa sangat berpengaruh terhadap kenyamanan
psikospiritual, hal ini dapat difasilitasi salah satunya adalah berdo’a atau berdzikir bersama
perawat atau bersama anggota keluarga lainya (Utami, 2016).
Evaluasi yang dilakukan dengan parameter pengukuran PSQI dimana pada hari ketiga intervensi,
skoring PSQI Tn A mengalami penurunan, yang tadinya nilainya 10 menjadi 8.Tn A juga
mengatakan bahwa saat ini lebih pasrah terhadap apa yang dialaminya karena penyakit bersumber
dari Allah, Allah pula yang akan menyembuhkan, manusia hanya bisa berusaha tetapi Allah yang
dapat menyembuhkan dengan perantara manusia.

KESIMPULAN
Penerapan teknik dzikir yang dikombinasikan dengan terapi music pada pasien CKD dan Tumor
intra abdomen pada Tn A kurang berjalan efektif. Hal ini disebabkan karena pada hari ke enam
klien mengatakan sulit tidur dikarenakan akan menjalani operasi dan juga klien mengatakan
semalam merasakan nyeri. Untuk meningkatkan kualitas tidur yang disebabkan karena nyeri perlu
diatasi penyebab nyeri. Kolaborasi pemberian analgetik sangat diperlukan sebagai terapi
farmakologi, karena pengobatan nyeri skala 5 tidak bisa hanya dilakukan dengan terapi non
farmakologi. Kedua terapi tersebut harus selalu berjalan beriringan dengan menghilangkan
penyebab nyerinya, terutama pasien-pasien yang menderita nyeri kronik.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia.R, Suratman, F,Y, Kusumandari, D,E, & Lailiyya, N, (2018), Analisis pengaruh Musik
Klasik dan Musik Alam Terhadap Kualitas Tidur Berdasarkan Sinyal Electrocephalogram,
Jurnal Tetrika,Vol 3, No 1.
American Psychological Association. (2020). Getting a good night's sleep. How psychologist help
with insomnia. Retrieved from http://www.apa.org/helpcenter/sleep-disorders
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb's Fundamental of Nursing, Concepts,
Process, and Practice (10th ed. Vol. 2). New Jersey: Pearson Bjorvatn, B., Dale, S., Hogstad-
Erikstein, R., Fiske, E., Pallesen, S., & Waage, S. (2012). Self-reported sleep and health
among Norwegian hospital nurses in intensive care units. Nursing in Critical Care, 17(4),
180-188. doi:10.1111/j.1478-5153.2012.00504.x
Buysse, D. J., Reynolds, C. F., Monk, T. H., Berman, S. R., & Kupfer, D. J. (1989). The Pittsburgh
sleep quality index: A new instrument for psychiatric practice and research. Psychiatry
Research, 28(2), 193–213. https://doi.org/10.1016/0165- 1781(89)90047-4
Cordi, M. J., Ackermann, S., & Rasch, B. (2019). Effects of Relaxing Music on Healthy Sleep
OPEN. Frontiers in Neuroscience. https://doi.org/10.1038/s41598-019- 45608-y
George, R. J., & Sam, S. T. (2017). Guided Imagery: Child + Guided Imagery = Reduced Pain,
Stress and Anxiety. Let Your Child get Healed Without pain and Expenses. Asian Journal
of Nursing Education and Research, 7(1), 79. https://doi.org/10.5958/2349-
2996.2017.00017.9
Juelich, J., Lindseth, G., & Petros, T. V. (2019). The effects of sleep on neurobehavioral outcomes.
Archives of Psychiatric Nursing, 33(5), 51-57.
doi:https://doi.org/10.1016/j.apnu.2019.08.005
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan :
konsep. proses dan praktik (7th ed. Vol. 2). Jakarta: EGC
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of Nursing.
Missouri: Mosby.
Semyachkina-Glushkovskaya, O., Esmat, A., Bragin, D., Bragina, O., Shirokov, A. A., Navolokin,
N., Yang, Y., Abdurashitov, A., Khorovodov, A., Terskov, A., Klimova, M., Mamedova,
A., Fedosov, I., Tuchin, V., & Kurths, J. (2020). Phenomenon of music-induced opening of
the blood-brain barrier in healthy mice. Universitas Indonesia Proceedings of the Royal
Society B, 287(1941), 20202337. https://doi.org/10.1098/RSPB.2020.2337
Semyachkina-Glushkovskaya, Oxana, Mamedova, A., Vinnik, V., Klimova, M., Saranceva, E.,
Ageev, V., Yu, T., Zhu, D., Penzel, T., & Kurths, J. (2021). Brain Mechanisms of COVID-
19-Sleep Disorders. International Journal of Molecular Sciences, 22(13), 6917.
https://doi.org/10.3390/IJMS22136917
Sutu, B., & O’Brien, E. (2021). Music as medicine: a way to buoy staff morale in the age of
COVID-19. Internal Medicine Journal, 51(2), 308–308. https://doi.org/10.1111/IMJ.14996

Anda mungkin juga menyukai