Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan

Volume 13 Nomor 1, Maret 2021


e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan

PERAN BEKAM DALAM MENURUNKAN SKALA NYERI LEHER PASIEN


HIPERTENSI

Aris Setyawan1*, Via Agna Muliyatul Ula1 , Anna Nur Hikmawati1, Irna Kartina2
1
STIKes Surya Global, Jalan Ringroad Selatan Blado, Jl. Monumen Perjuangan, Balong Lor, Potorono, Kec.
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, Indonesia 55194
2
Universitas Kusuma Husada, Jl. Jaya Wijaya No..11, Kadipiro, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah,
Indonesia 57136
*setyawan08@gmail.com

ABSTRAK
Nyeri leher merupakan salah satu gejala yang sering terjadi pada pasien hipertensi. Nyeri akan
membatasi aktivitas pasien sehingga memberikan efek negatif pada fungsi fisik dan psikologis.
Keadaan ini jika tidak segera diatasi tentunya akan menimbulkan kecemasan, depresi, gangguan tidur,
serta kualitas hidup pasien. Bekam efektif menurunkan nyeri karena mampu menstimulus sistem
opioid endogen yang menyebabkan pelepasan β-endophin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peran bekam dalam menurunkan skala nyeri leher. Penelitian ini menggunakan desain
quasy-eksperimen dengan pendekatan pre-post test control group design. Populasi penelitian ini 40
pasien hipertensi, jumlah sampel sebanyak 32 dikategorikan dalam kelompok secara acak yaitu
kelompok intervensi 16 dan kontrol 16. Instrumen menggunakan alat skala nyeri Numerik Rating
Scale. Analisis data menggunakan uji parametric t-Test. Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat
penurunan nilai pre post yang signifikan pada kelompok intervensi dengan nilai p-value <0.001 dan
terdapat perbedaan yang signifikan nilai delta kelompok kontrol dan intervensi dengan nilai p-value
<0.001. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bekam memiliki peran yang baik dalam menurunkan
skala nyeri leher pasien hipertensi.

Kata kunci: bekam; hipertensi; nyeri leher

ROLE OF ISLAMIC WET CUPPING FOR REDUCING NECK PAIN OF


HYPERTENSION PATIENTS

ABSTRACT
Neck pain is a symptom that often occurs in hypertensive patients. Pain will limit the patient's
activities so that it has negative effect on physical and psychological functions. If this situation
continuously happen, it can cause anxiety, depression, sleep disorders, and the patient's quality of life.
Cupping is effective in reducing pain because it is able to stimulate the endogenous opioid system
which causes for releasing β-endophin. The purpose of this study was to determine the role of cupping
in reducing neck pain. This study used a quasy-experimental design with pre-post test control group
design approach. The study’s population was 40 patients with hypertension Primary. The number of
respondents was 32 patients who recruited by random sampling technique. The Numerical Rating
Scale pain scale tool was used for measuring the pain scale. Data analysis used parametric t-test. The
results of the analysis showed that there was a significant decrease in the pre-post value in
intervention group with a p-value <0.001 and there was a significant difference in the delta value of
the control and intervention groups with a p-value <0.001. It can be concluded that cupping has a
good role for reducing the scale of neck pain in hypertensive patients.

Keywords: cupping; hypertension; neck pain

1
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 10, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN
Nyeri leher merupakan salah satu gejala yang sering terjadi pada pasien hipertensi. Nyeri
terjadi akibat dari penumpukan asam laktat yang dihasilkan dari konsekuensi jaringan saat
kekurangan oksigen. Pada pasien hipertensi oksigen dalam jaringan akan berkurang karena
vikositas darah yang meningkat dan juga vasokonstriksi pembuluh darah. Kurangnya oksigen
akan menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob (Setyawan, Budiyati, et al., 2020). Nyeri
juga dapat terjadi karena adanya cedera kinetik, vasokontriksi atau cedera pembuluh darah
sehingga dapat mengsekresi beberapa enzim yang dapat menimbulkan rasa nyeri seperti zat
prostaglandin, zat bradikinin dan histamine (Sharaf & Murtadlo, 2012).

Manajemen nyeri yang efektif saat ini penting untuk dilakukan karena secara patofisiologi,
nyeri mungkin akan menyebabkan beberapa gangguan seperti fungsi pernapasan, sistem
peredaran darah dan saraf. Selain itu, nyeri juga membatasi aktivitas pasien sehingga
memberikan efek negatif pada fungsi fisik dan psikologis. Keadaan ini jika tidak segera
diatasi tentunya akan menimbulkan kecemasan, depresi, gangguan tidur, serta kualitas hidup
pasien. (Borge et al., 2011;Ataoğlu et al., 2013; Leppert et al., 2016; Setyawan & Hasnah,
2020).

Penanganan nyeri bisa dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan farmakologi dan non
farmakologi. Analgesik merupakan jenis farmakologi untuk menurunkan nyeri, non-steroidal
anti-inflammatory drugs (NSAID) merupakan jenis analgesik yang pada umumnya digunakan
untuk mengurangi nyeri ringan dan sedang, sedangkan analgesik narkotik untuk nyeri sedang
dan berat. Terapi non farmakologi atau disebut juga terapi komplementer merupakan terapi
alternatif selain pengobatan secara medis. Terapi komplementer diantaranya yaitu akupuntur,
cupping therapy (bekam), acupressure, pijat bayi, refleksi (Setyawan, Budiyati, et al., 2020;
Chen & Wang, 2014;You et al., 2019; Subadi et al., 2017).

Bekam merupakan salah satu terapi komplementer invasive, karena melibatkan proses
perlukaan ringan pada bagian kulit dengan tujuan mengeluarkan darah kapiler. Bekam
merupakan salah satu pengobatan yang dianjurkan dalam islam. Rasulullah SAW bersabda :
“Kesembuhan itu terdapat dalam tiga hal: minum madu, sayatan alat bekam, dan sundutan
besi panas. Namun aku melarang umatku berobat dengan sudutan besi panas.” (Al-Bukhari,
1996). Bekam efektif menurunkan nyeri karena mampu menstimulus sistem opioid endogen
(sistem analgesik alami tubuh) yang menyebabkan pelepasan β-endophin dan hormon
adrenocortical sehingga nyeri akan berkurang. Selain itu nitrit oksida (NO) juga berperan
dalam meningkatkan pelepasan β-endophin dan hormon adrenocortical, NO akan aktif saat
terjadi cedera atau luka (El Sayed et al., 2013; Subadi et al., 2017).

Berdasarkan studi pendahuluan yang diakukan, didapatkan 3 dari 5 orang mengatakan


mereka memiliki penyakit hipertensi dengan keluhan nyeri leher yang mengganggu
aktifitasnya, namun belum menemukan terapi yang pas untuk mengatasi nyeri tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, manajemen nyeri yang efektif penting untuk dilakuakan,
salah satu terapi yang dapat digunakan adalah bekam, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang peran bekam dalam menurunkan skala nyeri leher. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui peran bekam dalam menurunkan skala nyeri leher. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif.

2
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 10, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian Quasy-eksperimen dengan pendekatan pre-post test
control group design. Populasi dalam penelitian yakni semua pasien hipertensi dengan nyeri
leher. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi di Posbindu PTM dengan kriteria
inklusi: Pasien Hipertensi dengan tekanan darah sistolik ≤ 160 mmHg dan dan tekanan
diastolik ≤ 100 mmHg, Usia 20-50 tahun, mengalami nyeri leher dan bersedia menjadi
responden. Sedangkan kriteria eksluksi: pasien dengan kontraindikasi bekam,
mengkomsumsi obat anti hipertensi 6 jam sebelum terapi bekam, sedang menjalani terapi
komplementer lain atau sejenisnya. Jumlah sampel sebanyak 32 yang dikategorikan atau
ditempatkan dalam kelompok secara acak (random assignment) yaitu kelompok intervensi 16
dan kontrol 16. Tehnik pengambilan sampel yaitu dengan simple random sampling dengan
pengambilan secara acak nomer urut presensi kehadiran pasien yang digulung dengan kertas.
Penelitian ini telah lulus etik dengan No.2.06/KEPK/SG/V/2020.

Pada penelitian ini instrument yang digunakan adalah lembar observasi yang berisi biodata
responden, skala nyeri NRS (Numerik Rating Scale) sebagai pedoman pengukuran nyeri dan
alat bekam yang telah dikalibrasi. Numerik Rating Scale (NRS) dinyatakan valid dengan nilai
0,90 sedangkan nilai reabilitas 0,798. Peneliti melakukan pengukuran skala nyeri sebelum
dilakukan terapi bekam (pre test). Pengambilan data pre test dilakukan 5 – 10 menit sebelum
dilakukan proses bekam. Pelaksanaan intervensi bekam ini dilakukan sebanyak 1 kali pada
setiap responden, dan dilakukan oleh terapis bekam yang sudah memiliki sertifikat dalam
bidang tersebut. Bekam dilakukan dengan rentang waktu 15-30 menit untuk setiap
respondennya. Bekam pada penelitian ini dilakukan dengan metode Cupping Pungture
Cupping (CPC). Pertama dilakukan pembersihan pada area/titik bekam dengan alcohol,
meletakan kop/gelas bekam di area/titik bekam dan melakukan penghisapan pertama
(Cupping) selama 5 menit, kop/gelas diangkat perlahan, penusukan area/titik bekam 20 tusuk
(Pungture), Penghisapan kedua (Cupping) selama 7 menit, kop/gelas di angkat perlahan dan
dilakukan pembersihan darah, berikan minyak zaitun pada area/titik bekas bekam.

Bekam dilakukan pada 3 titik, yaitu 2 titik diarea belakang leher tepatnya di sekitar otot
strenokletomastoideus, titik ini disebut dengan titik Al Akhda’in. Titik berikutnya berada di
sekitar processus spinosus vertebrae cervicalis VII, atau di sebut dengan titik Al Kahil. Ketiga
titik ini direkomendasikan di dalam literature bekam islam. Setelah proses bekam selesai, 15-
20 menit setelahnya dilakukan pengukuran skala nyeri (postest). Analisis data menggunakan
uji parametrik t Test.

HASIL
Tabel 1 menunjukan bahwa rata-rata usia responden berusia 46-55 tahun, berjenis kelamin
perempuan, tidak rutin mengonsumsi obat antihipertensi, mayoritas tidak memiliki kebiasaan
merokok dan pekerjaan mayoritas IRT.

Tabel 2 menunjukan bahwa hasil dari uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro Wilk,
didapatkan salah satu kelompok mempunyai nilai p < 0.05. Hal ini menunjukan bahwa data
dalam penelitian ini berdistribusi tidak normal, sehingga pengujian statistic akan
menggunakan uji non parametric.

Tabel 3 menunjukan bahwa hasil dari uji beda dengan menggunakan uji Paired t Test,
didapatkan terdapat perbedaan yang signifikan nilai pre post kelompok intervensi dengan nilai
p < 0.05.

3
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 10, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 1.
Karakteristik Responden penderita hipertensi (n= 32)
Karakterisitik f %
Usia (Tahun)
26 – 35 Tahun 3 9.4
36 - 45 Tahun 5 15.6
46 – 55 Tahun 15 46.9
56 – 65 Tahun 9 28.1
Jenis Kelamin
Perempuan 20 62.5
Laki – laki 12 37.5
Obat Antihipertensi
Ya 23 71.9
Tidak 9 28.1
Kebiasaan Merokok
Ya 6 18.8
Tidak 26 81.3
Pekerjaan
IRT 15 46.8
Petani 14 43.7
TNI 1 0.03
Perawat 2 0.06

Table 2.
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Uji Shapiro-Wilk (n= 32)
Kelompok Shapiro Wilk
Statistic Df Sig.
Intervensi Pre Test .751 16 .001
Post Test .945 16 .419
Kontrol Pre Test .932 16 .258
PostTest .923 16 .187

Table 3.
Hasil Uji Paired t Test Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum dan
Setelah Diberikan Intervensi Bekam (n= 32)
Pre test Post test P value
Kelompok n
Mean+SD Mean+SD
Kontrol 16 2.62+1.258 2.19+1.109 .040
Intervensi 16 4.50+1.211 1.56-1.094 .000

Table 4.
Hasil Uji independent t-Test Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Setelah
Diberikan Intervensi Bekam (n= 32)
Kelompok n Δ Confidence level P-Value
Mean (95%)
Kontrol Pretest dan Postest 16 0.43 -2.97 – (-2.0) .000
Intervensi Pretest dan Postest 16 2.93

4
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 10, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 4, Uji beda nilai delta kelompok intervensi dan kontrol dengan Uji independent t-Test
menunjukan hasil yang signifikan dengan nilai p< 0.005.

PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Rata rata usia responden pada penelitian ini adalah 46-55 tahun. Usia menjadi salah satu
faktor terjadinya hipertensi. Semakin bertambah usia maka semakin besar resiko terjadinya
hipertensi. Hal ini terjadi akibat dari penurunan elastisitas pembuluh darah (Setyanda et al.,
2015). Selain itu usia juga menjadi faktor resiko terjadinya keluhan nyeri otot. Hal ini terjadi
karena semakin bertambah usia maka semakin berkurang kepadatan tulang sehingga mudah
mengalami nyeri otot dan masalah tulang(Umami et al., 2014). Jenis pekerjaan pada
penelitian ini mayoritas IRT dan Petani. Jenis pekerjaan juga berhubungan dengan resiko
terjadinya nyeri otot. Hal ini terjadi Karena semakin berat pekerjaan maka otot akan
mengalami kelelahan dan nyeri (Andini, 2015)

Peran Bekam dalam Menurunkan Skala Nyeri


Nyeri leher merupakan salah satu gejala yang sering dirasakan pasien hipertensi. Selain itu
nyeri juga merupakan masalah yang sering terjadi di negara lain (Iizuka et al., 2015). Nyeri
yang dirasakan akan mempengaruhi Activities Of Daily Living (ADL) dan berdampak pada
kualitas hidup pasien (Hiyama et al., 2015; Borge et al., 2011; Ataoğlu et al., 2013).

Penatalaksanaan nyeri leher yang dapat digunakan adalah dengan pendekatan komplementer.
Bekam merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk mengurangi
skala nyeri. Saat ini bekam menjadi terapi pendamping pada pengobatan hipertensi yang
mulai diterima masyarakat karena terbukti tidak memiliki efek samping. Bekam juga terbukti
mampu mengatasi gejala atau masalah lain yang timbul akibat hipertensi. (Zarei et al., 2012;
Jia et al., 2015; Aleyeidi et al., 2015; Al-Tabakha et al., 2018). Bekam basah dan bekam
kering saat ini disarankan untuk mengatasi masalah nyeri, namun bekam basah memiliki efek
lebih baik dalam menurunkan nyeri dari pada bekam kering (Setyawan, Sari, et al., 2020).

Pada studi ini bekam terbukti efektif dalam menurunkan skala nyeri leher pasien hipertensi.
Terdapat penurunan yang signifikan antara skala nyeri sebelum diberikan terapi bekam dan
setelah diberikan terapi bekam dengan nilai p <0.01. Efek bekam dalam menurunkan nyeri
bisa dirasakan segera setelah proses bekam. Studi lain mengungkapkan bekam bermanfaat
untuk mengurangi nyeri punggung bawah yang tidak spesifik dan persisten (Kim et al., 2011;
Tarique et al., 2016), nyeri bahu dan leher (Arslan et al., 2016) nyeri kronis (Volpato et al.,
2020).

Mekanisme kerja bekam masih belum jelas, namun mungkin peran bekam dalam menurunkan
nyeri terjadi karena bekam melibatkan efek hematologi, saraf, antioksidan dan psikologis
(Tagil et al., 2014; Lauche et al., 2013). Tekanan negative saat vakumisasi yang di berikan di
area leher akan mengevakuasi toxic dan agen inflamasi penyebab nyeri, selain itu juga
mampu melancarkan sirkulasi darah dan getah bening (Lauche et al., 2012).

Efek kuratif bekam dalam mengurangi skala nyeri leher mungkin juga terjadi karena bekam
mampu merangsang sistem saraf tepi (Arslan et al., 2014), menghilangkan oksidan dan stres
oksidatif (Tagil et al., 2014) serta mengeluarkan logam berat beracun (Gok et al., 2016).
Stress oksidatif menjadi salah satu faktor penyebab nyeri dan logam berat adalah racun yang
berbahaya bagi semua jaringan tubuh. Keduanya dapat dikeluarkan melalui proses bekam
basah sehingga efektif dalam meredakan nyeri leher.

5
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 10, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Bekam yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode Cupping Pungture dan
Cupping (CPC), sehingga terjadi proses insisi pada kulit untuk mengeluarkn darah kapiler.
Selain itu, sayatan atau tusukan yang dilakukan saat bekam akan menstimulus ekspresi
HSP70 yang selanjutnya akan meningkatkan ß-endorphin. Penusukan pada kulit akan
memungkinkan pelepasan opioid endogen seperti endorphin, encephalins dan dinorpin yang
berfungsi mengurangi rasa nyeri dan mengintensifkan efek analgesic (Subadi et al., 2017).
Tusukan pada kulit saat proses bekam akan menyebakan kerusakan sel mast yang akan
mengeluarkan beberapa zat seperti serotonin, histamine, bradikinin, slow reacting substance.

Endorphin juga dihasilkan oleh keratinosit di lapisan kulit saat terstimulus oleh sayatan atau
tusukan bekam. Namun keratinosit hanya di dapatkan di kedalaman tidak lebih dari 0,1 mm.
Meningkatnya endorphin akan memperbaiki suasana hati dan meningkatkan perasaan nyaman
(Petersen, 2019). Kerusakan lokal pada kulit dan pembuluh kapiler saat proses bekam juga
dapat menstimulus nosiseptif untuk mengaktifkan Diffuse Noxious Inhibitory Control (DNIC)
(Al-Bedah et al., 2019). Studi sebelumnya juga mengungkapkan bahwa bekam basah
merupakan modalitas yang efektif untuk manajemen nyeri (Cao et al., 2014). Dalam studi
sebelumnya penurunan nyeri terjadi karena bekam mampu menurunkan kadar asam laktat,
hormone kortisol dan mengurangi kandungan substansi P serum perifer secara signifikan
(Tian et al., 2013; Lin et al., 2014; El Sayed et al., 2014). Pada studi ini terjadi pengeluaran
darah dari proses intervensi bekam yang diberikan. Darah yang dikeluarkan mengandung
Causative Phatological Substance (CPS), cairan intertisial, eritrosit tua/rusak, bahan
hidrofilik dan hidrofobik dalam bentuk lipoprotein. Causative Phatological Substance (CPS)
yang dijelaskan dalam teori taibah merupakan sisa dari hasil metabolisme. Bekam terbukti
efektif dalam mengeluarkan CPS diantaranya substansi penyebab nyeri seperti substansi P (El
Sayed et al., 2014)

SIMPULAN
Bekam menjadi salah satu terapi komplementer yang dapat direkomendasikan untuk
mengatasi masalah nyeri leher. Dalam studi ini bekam memiliki peran yang baik dalam
penurunan skala nyeri leher pada pasien hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Bedah, A. M. N., Elsubai, I. S., Qureshi, N. A., Aboushanab, T. S., Ali, G. I. M., El-
Olemy, A. T., Khalil, A. A. H., Khalil, M. K. M., & Alqaed, M. S. (2019). The medical
perspective of cupping therapy: Effects and mechanisms of action. Journal of
Traditional and Complementary Medicine, 9(2), 90–97.
https://doi.org/10.1016/j.jtcme.2018.03.003
Al-Bukhari, M. I. (1996). The English Translation of Sahih Al Bukhari with the Arabic Text
(9 Volume Set). Translated by Muhammad Muhsin Khan, Al-Saadawi Publications.
Al-Tabakha, M., Sameer, F., Saeed, M., Batran, R., Abouhegazy, N., & Farajallah, A. (2018).
Evaluation of bloodletting cupping therapy in the management of hypertension. Journal
of Pharmacy And Bioallied Sciences, 10(1), 1.
https://doi.org/10.4103/jpbs.JPBS_242_17
Aleyeidi, N. A., Aseri, K. S., Matbouli, S. M., Sulaiamani, A. A., & Kobeisy, S. A. (2015).
Effects of wet-cupping on blood pressure in hypertensive patients: a randomized
controlled trial. Journal of Integrative Medicine, 13(6), 391–399.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/S2095-4964(15)60197-2

6
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 10, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Andini, F. (2015). Risk factors of low back pain in workers. Jurnal Majority, 4(1).
Arslan, M., Gökgöz, N., & Dane, Ş. (2016). The effect of traditional wet cupping on shoulder
pain and neck pain: A pilot study. Complementary Therapies in Clinical Practice, 23,
30–33. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2016.02.003
Arslan, M., Yeşilçam, N., Aydin, D., Yüksel, R., & Dane, Ş. (2014). Wet cupping therapy
restores sympathovagal imbalances in cardiac rhythm. The Journal of Alternative and
Complementary Medicine, 20(4), 318–321.
https://doi.org/https://doi.org/10.1089/acm.2013.0291
Ataoğlu, E., Tiftik, T., Kara, M., Tunc, H., Ersöz, M., & Akkuş, S. (2013). Effects of chronic
pain on quality of life and depression in patients with spinal cord injury. Spinal Cord,
51(1), 23–26.
Borge, C. R., Wahl, A. K., & Moum, T. (2011). Pain and quality of life with chronic
obstructive pulmonary disease. Heart & Lung, 40(3), e90–e101.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.hrtlng.2010.10.009
Cao, H.-J., Liu, J.-P., Hu, H., & Wang, N. S. (2014). Using a partially randomized patient
preference study design to evaluate the therapeutic effect of acupuncture and cupping
therapy for fibromyalgia: study protocol for a partially randomized controlled trial.
Trials, 15(1), 280.
Chen, Y.-W., & Wang, H.-H. (2014). The effectiveness of acupressure on relieving pain: a
systematic review. Pain Management Nursing, 15(2), 539–550.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.pmn.2012.12.005
El Sayed, S. M., Al-quliti, A.-S., Mahmoud, H. S., Baghdadi, H., Maria, R. A., Nabo, M. M.
H., & Hefny, A. (2014). Therapeutic benefits of Al-hijamah: in light of modern
medicine and prophetic medicine. American Journal of Medical and Biological
Research, 2(2), 46–71. https://doi.org/doi: 10.12691/AJMBR-2-2-3
El Sayed, S. M., Mahmoud, H. S., & Nabo, M. M. H. (2013). Methods of wet cupping therapy
(Al-Hijamah): in light of modern medicine and prophetic medicine. Alternative &
Integrative Medicine, 1–16.
Gok, S., Kazanci, F. H., Erdamar, H., Gokgoz, N., Hartiningsih, S., & Dane, S. (2016). Is it
possible to remove heavy metals from the body by wet cupping therapy (Al-hijamah)?
https://doi.org/in/handle/123456789/35259
Hiyama, A., Watanabe, M., Katoh, H., Sato, M., Sakai, D., & Mochida, J. (2015). Evaluation
of quality of life and neuropathic pain in patients with low back pain using the Japanese
Orthopedic Association Back Pain Evaluation Questionnaire. European Spine Journal,
24(3), 503–512.
Iizuka, Y., Iizuka, H., Mieda, T., Tajika, T., Yamamoto, A., Ohsawa, T., Sasaki, T., &
Takagishi, K. (2015). Association between neck and shoulder pain, back pain, low back
pain and body composition parameters among the Japanese general population. BMC
Musculoskeletal Disorders, 16(1), 333. https://doi.org/https://doi.org/10.1186/s12891-
015-0759-z
Johnson, J. M., & Proppe, D. W. (2011). Cardiovascular Adjustments to Heat Stress. In
Comprehensive Physiology (Issue 12, pp. 1165–1168). John Wiley & Sons, Inc.

7
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 10, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

https://doi.org/10.1002/cphy.cp040111
Kim, J.-I., Kim, T.-H., Lee, M. S., Kang, J. W., Kim, K. H., Choi, J.-Y., Kang, K.-W., Kim,
A.-R., Shin, M.-S., & Jung, S.-Y. (2011). Evaluation of wet-cupping therapy for
persistent non-specific low back pain: a randomised, waiting-list controlled, open-label,
parallel-group pilot trial. Trials, 12(1), 146. https://doi.org/https://doi.org/10.1186/1745-
6215-12-146
Lauche, R., Cramer, H., Hohmann, C., Choi, K.-E., Rampp, T., Saha, F. J., Musial, F.,
Langhorst, J., & Dobos, G. (2012). The Effect of Traditional Cupping on Pain and
Mechanical Thresholds in Patients with Chronic Nonspecific Neck Pain: A Randomised
Controlled Pilot Study. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine,
2012, 1–10. https://doi.org/10.1155/2012/429718
Lauche, R., Cramer, H., Langhorst, J., & Dobos, G. (2013). Cupping for chronic nonspecific
neck pain: a 2-year follow-up. Complementary Medicine Research, 20(5), 328–333.
https://doi.org/https://doi.org/10.1159/000355634
Leppert, W., Zajaczkowska, R., Wordliczek, J., Dobrogowski, J., Woron, J., & Krzakowski,
M. (2016). Pathophysiology and clinical characteristics of pain in most common
locations in cancer patients. J Physiol Pharmacol, 67(6), 787–799.
Lin, M.-L., Lin, C.-W., Hsieh, Y.-H., Wu, H.-C., Shih, Y.-S., Su, C.-T., Chiu, I.-T., & Wu, J.-
H. (2014). Evaluating the effectiveness of low level laser and cupping on low back pain
by checking the plasma cortisol level. 2014 IEEE International Symposium on
Bioelectronics and Bioinformatics (IEEE ISBB 2014), 1–4.
https://doi.org/10.1109/ISBB.2014.6820906
Petersen, O. H. (2019). Lecture notes: Human physiology. John Wiley & Sons.
Setyanda, Y. O. G., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015). Hubungan merokok dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 35-65 tahun di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
4(2). https://doi.org/https://doi.org/10.25077/jka.v4i2.268
Setyawan, A., Budiyati, G. A., & Hardiyanti, W. O. S. (2020). The Comparison of
Effectiveness and Mechanisms of Dry Cupping Therapy and Wet Cupping Therapy in
Reducing Neck Pain Symptom in Hypertension. Jurnal Keperawatan Respati
Yogyakarta, 7(3). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.35842/jkry.v7i3.542
Setyawan, A., & Hasnah, K. (2020). EFEKTIVITAS WET CUPPING THERAPY
TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN HIPERTENSI. Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada, 212–217. https://doi.org/10.34035/jk.v11i2.574
Setyawan, A., Sari, D. N. A., & Budiyati, G. A. (2020). Effectiveness and Mechanism of wet
Cupping Therapy in Reducing Mean Arterial Pressure Value in Hypertension Patients.
Jurnal Keperawatan, 12(4), 727–734.
https://doi.org/https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i4.987
Sharaf, A. R., & Murtadlo, H. (2012). Penyakit dan terapi bekamnya: dasar-dasar ilmiah
terapi bekam. Thibbia.
Subadi, I., Nugraha, B., Laswati, H., & Josomuljono, H. (2017). Pain relief with wet cupping
therapy in rats is mediated by heat shock protein 70 and ss-endorphin. Iranian Journal
of Medical Sciences, 42(4), 384.

8
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 10, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tagil, S. M., Celik, H. T., Ciftci, S., Kazanci, F. H., Arslan, M., Erdamar, N., Kesik, Y.,
Erdamar, H., & Dane, S. (2014). Wet-cupping removes oxidants and decreases
oxidative stress. Complementary Therapies in Medicine, 22(6), 1032–1036.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ctim.2014.10.008
Tarique, M., Ansari, A. H., & Zulkifle, M. (2016). Effects of Hijamat bish Shart in Wajauz
Zahr (Low back pain) and associated disability.
https://doi.org/http://nopr.niscair.res.in/handle/123456789/33555
Tian, H., Tian, Y.-J., Wang, B., Yang, L., Wang, Y.-Y., & Yang, J.-S. (2013). Impacts of
bleeding and cupping therapy on serum P substance in patients of postherpetic
neuralgia. Zhongguo Zhen Jiu= Chinese Acupuncture & Moxibustion, 33(8), 678.
Umami, A. R., Hartanti, R. I., & Sujoso, A. D. P. (2014). Hubungan antara Karakteristik
Responden dan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low
Back Pain) Pada Pekerja Batik Tulis (The Relationship Among Respondent
Characteristic and Awkward Posture with Low Back Pain in Batik Workers). Pustaka
Kesehatan, 2(1), 72–78.
Volpato, M. P., Breda, I. C. A., de Carvalho, R. C., de Castro Moura, C., Ferreira, L. L.,
Silva, M. L., & Silva, J. R. T. (2020). Single Cupping Thearpy Session Improves Pain,
Sleep, and Disability in Patients with Nonspecific Chronic Low Back Pain. Journal of
Acupuncture and Meridian Studies, 13(2), 48–52.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jams.2019.11.004
You, E., Kim, D., Harris, R., & D’Alonzo, K. (2019). Effects of auricular acupressure on pain
management: A systematic review. Pain Management Nursing, 20(1), 17–24.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.pmn.2018.07.010
Zarei, M., Hejazi, S., Javadi, S. A., & Farahani, H. (2012). The efficacy of wet cupping in the
treatment of hypertension. ARYA Atherosclerosis, 145–148.

9
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 10, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

10

Anda mungkin juga menyukai