Anda di halaman 1dari 7

446 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.14 No.

2 (2023) 446-452

EFEKTIVITAS BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT


KECEMASAN PADA PENDERITA HIPERTENSI

Arif Hendra Kusumaa*, Atika Dhiah Anggraenib


a
STIKes Serulingmas Cilacap. Jalan Raya Maos No. 505. Cilacap. Indoensia
b
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jalan KH Ahmad Dahlan.
Banyumas. Indonesia
Email: arifsermas@gmail.com
Abstrak

Hipertensi merupakan kondisi meningginya tekanan darah sistolic maupun diastolic pada
sesorang. Gejala yang ditimbulkan pada penderita hipertensi acapkali tidak terasa, padahal tekanan darah
yang tinggi secara berkepanjangan lambat laun akan mengakibatkan adanya komplikasi. Penderita
hipertensi sangat membutuhkan tata laksana tekanan darah untuk selalu menjaga kualitas hidupnya.
Dibutuhkan suatu terapi komplementer selain terapi obat yang dapat mengontrol tekanan darahnya.
Terapi komplementer yang bisa diterapkan salah satunya adalah brain gym. Penelitian ini bermaksud
mengetahui efektivitas braine gym terhadap penurunan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi.
Penelitian ini mempergunakan rancangan quasie experimentale dengan one group pretest-posttestt
edesign. Jumlah sampelnya sebesar 20 responden. Penelitian bertempat di Desa Wlahar Puskesmas
Adipala I. Analisis data mempergunakan uji statistik dependent sample t-test. Hasil uji statistik
mendapatkan hasil terdapat selisih penurunan tingkat kecemasan sebesar 4,25. Hasil penelitian diketahui
bahwa terjadi perbedaan yang signifikan penurunan tingkat kecemasan pada penderita antara sebelum
dan setelah diberikan brain gym dengan nilai p=0,003 (α<0,05). Maka dapat diambil kesimpulane bahwa
braine gym terbukti efektif menurunkan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi.

Kata Kunci: brain gym, hipertensi, tingkat kecemasan

Abstract

Hypertension is a condition of elevated systolic and diastolic blood pressure in a person. The
symptoms caused by hypertension sufferers are often not felt, even though prolonged high blood pressure
will eventually lead to complications. Patients with hypertension really need blood pressure management
to always maintain their quality of life. A complementary therapy is needed besides drug therapy that
can control his blood pressure. One of the complementary therapies that can be applied is brain gym.
This study intends to determine the effectiveness of the brain gym to reduce anxiety levels in people with
hypertension. This study used a quasie experimental design with one group pretest-posttest edesign. The
number of samples is 20 respondents. The research took place in Wlahar Village, Adipala I Public
Health Center. Data analysis used the dependent sample t-test statistical test. The results of the
statistical test showed that there was a difference in the decrease in anxiety level of 4.25. The results
showed that there was a significant difference in decreasing anxiety levels in patients between before
and after being given the brain gym with a value of p = 0.003 (α <0.05). So it can be concluded that the
brain gym is proven to be effective in reducing anxiety levels in people with hypertension.

Keywords: anxiety level, brain gym, hypertension

dirinya sehat. Penyakit hipertensi biasanya


PENDAHULUAN baru diketahui setelah adanya pemeriksaan
Hipertensi merupakan penyakit silent saat keluhan yang lainnya muncul.
killer yang masih dianggap sebagai penyakit Data World Health Organization (WHO)
yang ringan. Banyak masyarakat yang tidak tahun 2015 diperkirakan 1,13 Miliar orang di
mengetahui bahayanya penyakit hipertensi dunia mengidap hipertensi. Diproyeksikan
dikarenakan sebagian besar penderita jumlah pengidap hipertensi setiap tahunnya
hipertensi tidak mempunyai keluhan yang akan terus bertambah. Pada tahun 2025
mengganggu aktifitasnya bahkan merasakan diproyeksikan akan terdapat 1,5 Miliar orang
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.14 No.2 (2023) 446-452 | 447

yang terdiagnosis hipertensi, dan setiap menggantikan terapi obat-obatan yang


tahunnya 10,44 juta orang meninggal diberikan kepada penderita hipertensi
dampak dari hipertensi dan komplikasinya. (Malachias et al., 2016).
Di Indonesia jumlah kasus hipertensi sebesar Brain gym pada dasarnya bertujuan
63.309.620 orang, sedangkan angka kematian mengoptimalkkan fungsi otak kiri dan kanan.
akibat hipertensi sebesare 427.218 kematian Inti dari senam ini adalah menggerakkan
(Arum, 2019). tubuh secara menyilang melewati bagian
Penyakit hipertensi dapat bertahan tanpa tengah tubuh atau corpus callosum. Gerakan-
gejala atau keluhan selama bertahun-tahun gerakan menyilang secara teratur dapat
(Triyanto & Iskandar, 2012). Kondisi ini mengharmonisasikan otak kanan dan otak
yang dapat menyebabkan kecemasan pada kiri. Brain gym membantu seseorang
penderita hipertensi. Kecemasan merupakan menyesuaikan diri dengan stres, kesulitan,
keresahan yang tidak nyata, yang dan tuntutan hidup sehari-hari (Nono &
ditunjukkan dengan nampaknya rasa Selano, 2020). Hasil penelitian dari Eka
kekhawatiran dan ketakutan disertai Adimayanti (2019) menyatakan bahwa
perubahan tanda vital pada tubuh seperti penerapan brain gym efektif untuk
denyut nadi, frekuensi nafas dan tekanan menurunkan tingkat kecemasan pada anak
darah yang meningkat (Stuart, 2019). yang dilakukan perawatan di rumah sakit.
Kecemasan sering ditemui pada penderita Latihan brain gym membantu anak
hipertensi karena adanya keresahan menghilangkan tekanan dan membuatnya
seseorang akan datangnya komplikasi pada lebih rileks (Adimayanti et al., 2019).
hipertensi. Umumnya keadaan ini dapat Gerakan-gerakan pada brain gym akan
menyebabkan gangguan mental emosional menjadikan seseorang lebih tenang dan rileks
penderitanya. Perasan itu datang dikarenakan sehingga memungkinkan organ tubuh bekerja
adanya ketakutan dan kurangnya lebih baik dan aliran oksigen meningkat.
pengetahuan seseorang tentang penyakit Sistem saraf parasimpatetis akan diaktifasi
yang dideritanya serta komplikasi yang bisa oleh tubuh ketika seseorang berada dalam
terjadi selanjutnya (Istirokah, Surtiningrum, keadaan rileks. Sistem parasimpatis yang
& Nurullita, 2013). telah aktif akan menjadikan nadi, tekanan
Kecemasan yang diderita pasien hipertensi darah dan frekuensi nafas menurun. Oleh
sebenarnya akan memperberat keadaan karena itu untuk mencegah terjadinya
hipertensinya. Kecemasan akan meningkatan peningkatan tekanan darah yang tidak
tekanan darah karena dapat menstimulus terkontrol maka penderita hipeertensi harus
sekresi Adrenocorticotropin Hormone dapat mengendalikan stress mereka (Lestari
(ACTH) dan hormon kortisol (Guyton & et al., 2020).
Hall, 2008). Oleh karena itu, tata laksana Informasi yang dapat didapat tentang
yang tepat dalam menurunkan kecemasan dampak atau keuntungan brain gym terhadap
pada pasien hipertensi yang mengalami kecemasan pada pada penderita hipertensi
kecemasan sangat diperlukan supaya kondisi masih sangat minim. Sehingga peneliti
hipertensinya tidak bertambah buruk tersentak untuk melakukan penelitian tentang
(Sherwood & Manusia, 2014). brain gym sebagai referensi terapi alternatif
Penatalaksanaan kecemasan pada dalam megurangi tingkat kecemasan pada
penderita hipertensi sangat diperlukan untuk penderita hipertensi. Penelitian ini menjadi
selalu menjaga kualitas hidup penderita bagian yang penting untuk diteliti karena
hipertensi. Dibutuhkan suatu terapi brain gym ini dapat menjadi alternatif
komplementer selain terapi obat untuk dapat tindakan keperawatan mandiri yang dapat
mengontrol tekanan darahnya. Salah satu dilakukan oleh perawat sebagai stimulan
terapi penyerta yang bisa diterapkan adalah kepada penderita hipertensi yang diharapkan
brain gym. Brain Gym ini bermaksud untuk dapat berakibat pada pengontrolan dan
membantu pasien mengurangi kecanduan pencegahan terjadinya komplikasi. Penelitian
terhadap obat-obatan namun tidak ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
448 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.14 No.2 (2023) 446-452

brain gym terhadap tingkat kecemasan pada perlakuan diberikan brain gym. Penelitian
penderita hipertensi di Desa Wlahar dilakukan di Desa Wlahar Puskesmas
Puskesmas Adipala I. Adipala I. Penelitian ini sudah memperoleh
ijin dari komite etik penelitian kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
LANDASAN TEORI dengan nomor KEPK/UMP/45/VI/2021.
Brain Gym Populasi dalam penelitian ini seluruh
Brain gym adalah rangkaian latihan gerak pasien hipertensi di Desa Wlahar Puskesmas
tubuh yang sederhana, gerakan tersebut Adipala I. Teknik pengambilane sampel pada
untuk mengoptimalkan fungsi otak hemisfer penelitian ini menggunakan teknik purposive
kanan dan kiri (dimensi lateral), sampling yang dilandaskan pada kriteria
mengendurkan otak bagian belakang dan inklusi. Sampel dalam penelitian ini
depan (dimensi pemfokusan), serta berjumlah 20 responden penderita hipertensi
mengoptimalksan otak tengah dan otak besar di Desa Wlahar Puskesmas Adipala I.
(dimensi pemusatan) (Yengmen, 2018). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
Pelaksanaan brain gym sangatlah mudah klien yang sudah terdiagnosis hipertensi, usia
diterapkan, karena kegiatan ini dapat ≥ 15 tahun, klien tidak mengalami kelemahan
dilakukan dalam segala situasi dan kondisi. anggota gerak, dan bersedia menjadi
Latihan yang bermanfaat dapat dilakukan responden. Responden yang bersedia
selama 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam mengikuti penelitian akan memperagakan
sehari. Brain gym ini mengajarkan otak untuk gerakan brain gym selama 15 menit yang
beroperasi dengan melakukan gerakan secara dilakukan 2 kali sehari dalam 2 hari.
berulang dan latihan kebugaran otak. Latihan Variabel independent pada penelitian ini
ini memungkinkan bagian otak menjadi adalah brain gym sedangkan variable
berfungsi lebih optimal. Selain itu, senam dependen yaitu tekanan darah. Pengambilan
otak menjadikan peredaran darah dan data dilakukan selama 2 kali pertemuan. Pada
oksigen ke otak lebih lancar, mengaktifkan pertemuan pertama responden diajarkan cara
kedua sisi otak untuk bekerja secara melakukan brain gym serta dievaluasi
bersamaan (Abdillah & Octaviani, 2018). kesesuaian gerakan brain gymnya dan
diberikan video sebagai panduan dalam
Kecemasan
melakukan brain gym secara mandiri.
Kecemasan merupakan kondisi emosi
Responden diukur tingkat kecemasannya
yang tidak menggembirakan dalam bentuk
sebelum melakukan brain gym dan setelah
reaksi psikofisiologis yang muncul untuk
melakukan brain gym selama 2 hari.
mengantisipasi bahaya yang tidak nyata atau
Pengukuran tingkat kecemasan menggunakan
yang dibayangkan, kemungkinan dampak
skala HARS.
dari konflik intrapsikis yang tidak disadari
yang tidak langsung (Dorland, 2010). Data yang sudah diperoleh kemudian
Tingkat kecemasan adalah respon yang dianalisis perbedaan mean tingkat kecemasan
dialami seseorang yang terbagi dalam sebelum dan setelah dilakukan intervensi
kecemasan ringan, sedang, berat atau bahkan menggunakan uji statistic dependent sample
panik. Kecemasan berhubungan erat dengan t-test.
rasa kurang aman dan tidak memiliki
kemampuan yang cukup (Stuart, 2019).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Karakteristik responden dalam penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif ini meliputi jenis kelamin, usia, dan
yang dirancang dengan metode Quasi- pendidikan yang ditampilkan dalam Tabel 1.
eksperimental melalui pretest-posttest one
grup design. Responden dalam penelitian ini
dibagi menjadi satu kelompok dengan
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.14 No.2 (2023) 446-452 | 449
Tabel 1 Karakteristik Responden diberikan brain gym terdapat penurunan
Frekuensi (%) tingkat kecemasan menjadi kecemasan
Jenis kelamin
ringan. Hasil penelitian ini selaras dengan
Perempuan 14 70
Laki-laki 6 30 penelitian Wicaksana, (2019) yang
Usia membuktikan bahwa senam otak memiliki
< 40 tahun 3 15 pengaruh terhadap menurunnya tingkat
≥ 40 tahun 17 85 kecemasan pada lansia di Kecamatan Pakem.
Pendidikan
SLTA 10 50
Kecemasan merupakan keadaan
SLTP 6 30 ketegangan mental yang tidak menyenangkan,
SD 4 20 seringkali disertai dengan beberapa gejala
Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat fisik, seperti jantung berdebar, pernapasan
disimpulkan bahwa distribusi frekuensi dari pendek, dan ketegangan otot. Sebenarnya
karakteristik reponden adalah sebagain besar kecemasan yang mengganggu muncul ketika
responden berjenis kelamin perempuan objek atau situasi yang ditakutkan, padahal
sebanyak 14 reponden (70%), tingkat usia sebenarnya situasi pada saat itu objek atau
paling banyak berusia 40-50 tahun yaitu 17 situasi itu tidak berbahaya. Sehingga
responden (85%) sedangkan tingkat menghindari situasi atau menghadapinya
pendidikan terbanyak yaitu SLTA sebanyak dengan rasa terancam (Triyanto, 2014).
10 orang (50%). Hipertensi dapat berpengaruh terhadap
munculnya atau meningkatnya kecemasan
Tabel 2 Perbedaan rerata tingkat kecemasan sebelum pada seorang penderita hipertensi. Interaksi
dan sesudah brain gym kondisi kecemasan dan hipertensi merupakan
Kecemasan Mean SD SE P value siklus masalah yang dapat memperburuk
Sebelum 23,20 3,995 0,893 kedua kondisi tersebut. Kecemasan yang
0,003 dialami oleh penderita hipertensi akan
Sesudah 18,95 5,501 1,230
mempengaruhi peningkatan tekanan darah
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata atau sebaliknya tekanan darah tinggi dapat
tingkat kecemasan sebelum diberikan brain meningkatkan tingkat kecemasan pasien.
gym yaitu 23,20 dan setelah diberikan brain Kecemasan mempengaruhi peningkatan
gym yaitu 18,95. Sehingga terdapat selisih aktivitas saraf simpatis korteks adrenal, yang
penurunan tingkat kecemasan sebesar 4,25. mengeluarkan noadrenalin, kortisol,
Hasil uji statistik dependent sample t-test aldosteron, sehingga menyebabkan
pada tingkat kecemasan didapatkan p= 0,003 peningkatan tekanan sistolik dan diastolik
(α<0,05), maka disimpulkan bahwa terdapat (Nurhayati & Homdijah, 2020).
perbedaan penurunan tingkat kecemasan Seseorang yang telah divonis hipertensi
antara sebelum dan setelah diberikan brain dapat mengakibatkan timbul kecemasan,
gym. secara signifikan. karena apabila seseorang sudah didiagnosis
menderita hipertensi maka pola hidupnya
harus dirubah dengan segera untuk mengatasi
Pembahasan
penyakitnya. Serta kemungkinan besar
Berdasarkan hasil penelitian dapat
penderita hipertensi akan timbul komplikasi
diketahui bahwa reratan tingkat kecemasan
penyakit lainya yang lebih serius. Oleh
sebelum diberikan brain gym adalah 23,20.
karenanya, perlu ada upaya untuk
Kemudiane setelah diberikan brain gym
meniadakan masalah tersebut, baik dengan
didapatkan hasil rerata tingkat tingkat
cara mengendalikan kecemasan maupun
kecemasan adalah 18,95. Hasil rerata tersebut
hipertensinya. Sebelum seorang penderita
terjadi selisih penurunan tingkat kecemasan
hipertensi dapat mengendalikan
dengan rerata 4,25 setelah diberikan brain
kecemasannya, maka harus mengetahui
gym.
tingkat kecemasannya yang dialaminya
Tingkat kecemasan pada penderita terlebih dahulu (Arif et al., 2013).
hipertensi sebelum diberikan brain gym pada
tingkat kecemasan sedang. Namun setelah
450 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.14 No.2 (2023) 446-452

Latihan brain gym dilakukan untuk penderita hipertensi untuk lebih teratur
membantu penderita hipertensi mengurangi melakukan Latihan brain gym secara mandiri
kecemasananya. Gerakan brain gym yang dalam Upaya menurunkan tingkat
mudah dan sederhana akan membantu kecemasannya.
mengurangi kecemasan. Hal tersebut sesuai Penelitian ini dapat menjadi salah satu
dengan penelitian Chosiyah et al (2013) perencananan dan pengembangan program
tentang efek senam otak terhadap kecemasan pada penderita hipertensi dalam upaya
pada mahasiswa tingkat akhir yang pelayanan kesehatan secara optimal di
menunjukkan penurunan kecemasan yang Puskesmas Adipala I.
berbeda sebelum dan sesudah senam otak
dengan p value (0,000). Gerakan braine gym
diyakini dapat memacu aktifnya neocortexx DAFTAR PUSTAKA
dan saraf parasimpatik untuk menurunkan
peningkatan hormon adrenalin didalam tubuh Abdillah, A. J., & Octaviani, A. P. (2018).
yang dapat mengendurkan kekakuan otot- PENGARUH SENAM OTAK
otot pada tubuh dan mental (Nurhayati & TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
Homdijah, 2020). DEMENSIA. Jurnal Kesehatan, 9(2),
Gerakan brain gym yang 112–118.
diimplementasikan berupa gerakan minume https://doi.org/10.38165/JK.V9I2.86
air, gerakane silang, 8 tidur, tombol kebumi, Adimayanti, E., Haryani, S., & Astuti, A. P.
tombol angkasa, kait relaks, dan titik positif. (2019). PENGARUH BRAIN GYM
Gerakan tersebut akan mengoptimalkan TERHADAP KECEMASAN ANAK
fungsi otak kanan dan kiri (dimensi lateral), PRA SEKOLAH YANG DI RAWAT
mengendurkan otak bagian belakang dan INAP DI RSUD UNGARAN. Jurnal
depan (dimensi pemfokusan), serta Keperawatan Dan Kesehatan
mengoptimalksan otak tengah dan otak besar Masyarakat Cendekia Utama, 8(1), 72–
(dimensi pemusatan). Gerakan-gerakan brain 83.
gym apabila dilakukan secara teratur akan https://doi.org/10.31596/JCU.V8I1.307
membuat tubuh dan pikiran a menjadi relaks
dan seimbang sehingga dapat menurunkan Ardian, I. (2018). Signifikansi Tingkat Stres
tingkat kecemasan seorang penderita Dengan Tekanan Darah Pada Pasien
hipertensi (Purwanto et al., 2009). Hipertensi. Unissula Nursing
Conference Call for Paper & National
Hasild penelitiana ini selaras dengan teori Conference, 1(1), 152–156.
dan beberapa hasil penelitian diatas yang https://doi.org/10.26532/.V1I1.2907
mana ada perbedaan ingkat kecemasan
sebelum dan setelah melakukan brain gym Ariani, T. A. (2012). Sistem Neurobehaviour.
pada pasien hipertensi di Desa Wlahar Salemba Medika.
Puskesmas Adipala I secara signifikan. https://penerbitsalemba.com/v3/book-
Penurunan tingkat kecemasan disebabkan display.php?id=362
oleh gerakan brain gym yang bersifat Arum, Y. T. G. (2019). Hipertensi pada
memberikan respon berupa keseimbangan Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun).
dan relaksasi. HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development), 3(3), 345–
356.
KESIMPULAN https://doi.org/10.15294/HIGEIA.V3I3.3
Terdapat perbedaan yang signifikan 0235
tingkat kecemasan sebelum dan setelah brain
gym pada penderita hipertensi di Di Desa Azhari, M. H. (2017). Faktor-Faktor yang
Wlahar Puskesmas Adipala I dengan nilai p= Berhubungan dengan Kejadian
0.003 (α<0,05). Brain gym terbukti efektif Hipertensi di Puskesmas Makrayu
untuk menurunkan tingkat kecemasan bagi Kecamatan Ilir Barat II Palembang.
penderita hipertensi. Maka disarankan Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan,
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.14 No.2 (2023) 446-452 | 451

2(1), 23–30. Liem, A. (2020). Pengobatan Komplementer


https://doi.org/10.30604/jika.v2i1.29 Dan Alternatif Dalam Psikologi Klinis -
Andrian Liem, Rachmania (Nia) P.
Biahimo, N. U. I., Mulyono, S., & Herlinah,
Wardhani - Google Buku. In Sanata
L. (2020). Perubahan Tekanan Darah
Dharma University Press.
Lansia Hipertensi Melalui Terapi
https://books.google.co.id/books?hl=id&
Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat.
lr=&id=dyL_DwAAQBAJ&oi=fnd&pg
Jakiyah: Jurnal Ilmiah Umum Dan
=PA1&dq=Diperlukan+adanya+sebuah+
Kesehatan Aisyiyah, 5(1), 9–16.
terapi+pelengkap+atau+komplementer+s
https://journal.polita.ac.id/index.php/jaki
elain+terapi+obat+yang+dikonsumsi+pe
yah/article/view/3
nderita+hipertensi.+Salah+satu+terapi+k
Gunawati, N. P. J. E., Utami, P. A. S., & omplementer+yang+dapat+digunakan+y
Yanti, N. L. P. E. (2020). Pengaruh aitu+Brai
Brain Gym Kolaborasi Gamelan Bali
Muhammad, A. A. (2013). Tutorial senam
terhadap Stres pada Lansia. Jurnal Ners
otak untuk umum. FlashBooks.
Widya Husada, 4(3), 71–76.
https://scholar.google.com/scholar?hl=id
https://doi.org/10.33666/JNERS.V4I3.31
&as_sdt=0%2C5&q=Muhammad%2C+
9
A.+A.+%282013%29.+Tutorial+senam+
Hou, P. W., Hsu, H. C., Lin, Y. W., Tang, N. otak+untuk+umum.+Yogyakarta%3A+F
Y., Cheng, C. Y., & Hsieh, C. L. (2015). lashBooks.&btnG=
The history, mechanism, and clinical
Nono, E. A., & Selano, M. K. (2020).
application of auricular therapy in
Manfaat Brain Gym (BR) sebagai
traditional Chinese medicine. Evidence-
Intervensi Keperawatan dalam
Based Complementary and Alternative
meningkatkan Quality of life (QOL)
Medicine, 2015.
Lansia yang Mengalami Dimensia |
https://doi.org/10.1155/2015/495684
Nono | Jurnal Inovasi Kesehatan. Jurnal
Kowalski, R. E. (2010). Terapi Hipertensi Inovasi Kesehatan, 1(2).
(Vol. 1). Penerbit Qanita. http://ojs.stikessorong.ac.id/index.php/ik
https://books.google.co.id/books?hl=id& /article/view/45
lr=&id=7d0Ex0LAIc4C&oi=fnd&pg=P
Penggalih, M. H. S. T., Hardiyanti, M., &
A13&dq=Hipertensi+belum+banyak+di
Sani, F. I. (2015). PERBEDAAN
ketahui+sebagai+penyakit+yang+berbah
PERUBAHAN TEKANAN DARAH
aya,+padahal+hipertensi+termasuk+pen
DAN DENYUT JANTUNG PADA
yakit+pembunuh+diam-
BERBAGAI INTENSITAS LATIHAN
diam,+karena+penderita+hipertensi+mer
ATLET BALAP SEPEDA. Jurnal
asa+sehat+dan+tanpa+keluhan+berarti+s
Keolahragaan, 3(2), 218–227.
ehingga+menganggap+ringan+penyakitn
https://doi.org/10.21831/JK.V3I2.4949
ya.+Sehingga+pemeriksaan+hipe&ots=j
Ae3W- Pinto, E. (2007). Blood pressure and ageing.
bDZR&sig=X174RTqbmoWtBa_Sbbjrw Postgraduate Medical Journal, 83(976),
Vg9C0o&redir_esc=y#v=onepage&q&f 109–114.
=false https://doi.org/10.1136/PGMJ.2006.0483
71
Lestari, M. S., Azizah, L. M., & Khusniyati,
E. (2020). Pengaruh Brain Gym terhadap Prasetya, A. S., Hamid, A. Y. S., & Susanti,
Fungsi Kognitif pada Lansia di Panti H. (2010). Penurunan Tingkat Depresi
Werdha Majapahit Kabupaten Mojokerto. Klien Lansia Dengan Terapi Kognitif
Jurnal Ilmiah Kesehatan Rustida, 7(2), dan Senam Latihan Otak di Panti
125–132. Wredha. Jurnal Keperawatan Indonesia,
https://www.akesrustida.ac.id/e- 13(1), 42–48.
journal/index.php/jikr/article/view/107 https://doi.org/10.7454/JKI.V13I1.230
452 | Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.14 No.2 (2023) 446-452

Pratama, A. Y., & Listyaningsih, E. (2020). DI PANTI GRIYA WERDA KOTA


PENGARUH BRAIN GYM SURABAYA.
TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA ORANG DENGAN
HIPERTENSI DI RW 13 GIWANGAN
UMBULHARJO YOGYAKARTA.
Jurnal Kesehatan, 8(1), 42–51.
https://doi.org/10.35913/JK.V8I1.193
Putri, M. E. (2019). Korelasi Stres dan
Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah
pada Penderita Hipertensi Essensial.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi, 19(1), 147–151.
https://doi.org/10.33087/JIUBJ.V19I1.58
0
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku
Ajar Keperawatan Medikal - Bedah, Vol.
3.
http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/ha
ndle/123456789/77560
Sukarmin S, & Himawan R. (2015).
RELAKSASI BENSON UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH
PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH
SAKIT DAERAH KUDUS. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 6(3).
https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.ph
p/jikk/article/view/134
Sundari, L., & Bangsawan, M. (2017).
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 11(2),
216–223.
https://doi.org/10.26630/JKEP.V11I2.57
5
Taslim, R. W. R., Kundre, R., & Masi, G.
(2016). HUBUNGAN POLA MAKAN
DAN STRES DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI GRADE 1 DAN 2 PADA
IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAMONJI
KECAMATAN PALU BARAT.
JURNAL KEPERAWATAN, 4(1).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jk
p/article/view/10853
Yengmen, D. N. (2018). PENGARUH
SENAM OTAK (BRAIN GYM)
TERHADAP DEMENSIA PADA LANSIA

Anda mungkin juga menyukai