Anda di halaman 1dari 12

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENGENDALIAN HIPERTENSI

DAN TINGKAT PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN DENGAN


TERJADINYA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

Uti Rusdian Hidayat1*, Nurpratiwi2, Wandira3


1-3
Stikes Yarsi Pontianak

Koresponden*:
Uti Rusdian Hidayat: STIKes Yarsi Pontianak, Jln Panglima A´im, No.1, Kalimantan Barat
E-mail: uti_rusdian@yahoo.co,id

ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi disebut sebagai silent killer karena sebagian besar kasus hipertensi dimasyarakat akibat
dari penderita tidak menyadari bahwa dia menderita hipertensi karena tidak mendapat gejala, pengontrolan yang kurang
dan tidak rutin serta tidak minum obat sesuai anjuran petugas kesehatan.
Tujuan: untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dan pemanfaatan fasilitas
kesehatan dengan terjadinya hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kakap.
Metode: penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian observasional analitik korelatif dengan desain
penelitian case control. Besar sampel yaitu 68 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisa data
menggunakan uji chi square, dengan nilai P < 0,05.
Hasil: hubungan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dengan terjadinya hipertensi (p value=0,000) dan
pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan dengan terjadinya hipertensi (p value=0,002).
Kesimpulan: Terdapat Hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dan tingkat
pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan terjadinya hipertensi.
Kata Kunci: Hipertensi, Pengetahuan, Pemanfaatan fasilitas kesehatan.

ABSTRACT
Background: Hypertension is called a silent killer because most cases of hypertension in the community as a result of
sufferers do not realize that he is suffering from hypertension because he does not get symptoms. Poor and irregular
control and not taking medication as recommended by health workers.
Purpose: to determine the relationship between the level of knowledge about hypertension control and the use of health
facilities for the occurrence of hypertension in the working area of the Sungai Kakap community health center.
Method: quantitative research using a correlative analytic observational research design with case control research
design. The sample size is 68 people taken by purposive sampling technique. Data analysis using chi square test, with a
value of p < 0,05.
Results: the relationship between the level of knowledge about controlling hypertension and the occurrence of
hypertension (p value = 0,000) and the utilization of health facilities with the occurrence of hypertension (p value =
0,002).
Conclusion: there is a significant correlation between the level of knowledge about hypertension control and the level
of utilization health facilities with the occurrence of hypertension.
Keyword: Hypertension, Knowledge, Utilization of health facilities.

I. PENDAHULUAN alasan mereka diketahui sudah merasa sehat


dan tidak rutin melakukan pemeriksaan ke
Hipertensi disebut sebagai silent killer karena
fasilitas pelayanan kesehatan serta meminum
sebagian besar kasus hipertensi dimasyarakat
obat tradisional (Riskesdas, 2018). Data
akibat dari penderita tidak menyadari bahwa
WHO 2015, menunjukkan 1,13 miliar orang
dia menderita hipertensi karena tidak
di dunia menderita hipertensi. Artinya 1 dari 3
mendapat gejala, pengontrolan yang kurang
orang di dunia terdiagnosis menderita
dan tidak rutin serta tidak minum obat sesuai
hipertensi, hanya 36,8% diantaranya minum
anjuran petugas kesehatan. Beberapa dari
obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia

22
terus meningkat setiap tahunnya, di komplikasi penyakit lain (Ulya, dkk. (2017).
perkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,15 Menurut Wulansari, dkk (2013), ada
miliar orang yang terkena hipertensi dan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan tentang hipertensi dengan pengendalian
komplikasi (Kemenkes 2018). Riset tekanan darah pada pasien hipertensi di
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr.
Indonesia memperoleh data prevalensi Moewardi Surakarta.
kejadian penyakit tidak menular mengalami
Sedangkan menurut Hesriantica & Diana
kenaikan jika dibandingkan Riskesdas 2013,
(2017), kesimpulan yang dapat ditarik adalah
antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal
tidak ada hubungan antara tindakan
kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Hasil
pengendalian dan pengetahuan lansia.
pengukuran tekanan darah penduduk usia ≥
Hubungan yang terdapat antara riwayat
18 tahun penderita hipertensi naik dari 25,8%
hipertensi dengan tindakan pengendalian
menjadi 34,1% dengan 185.857 kasus. Dinas
adalah hubungan yang rendah. Disarankan
kesehatan melalui profil kesehatan provinsi
untuk adanya penyebaran informasi tentang
Kalimantan Barat tahun 2017 menunjukkan
hipertensi pada lansia di Posyandu melalui
bahwa hipertensi menduduki urutan ke tiga
penyuluhan ataupun adanya media.
menjadi 23,5% dengan 15.681 kasus dari
sepuluh penyakit yang tertinggi di provinsi Dalam penelitian lain Putri, dkk. (2015),
Kalimantan Barat. diperoleh simpulan 1. Tidak ada hubungan
antara jenis kelamin, tingkat pendidikan
Berdasarkan data tahun 2018 dari 15.815
formal, dan pendapatan keluarga dengan
kasus hipertensi tertinggi terjadi di kabupaten
kepatuhan pengobatan pada penderita
Kubu Raya terdapat 2.199 kasus hipertensi
hipertensi. 2. Ada hubungan antara status
terbanyak berada pada daerah wilayah kerja
pekerjaan, jarak rumah terhadap pelayanan
Puskesmas Sungai Kakap. Menurut data
kesehatan, tingkat pengetahuan tentang
kunjungan Puskesmas Kabupaten Kubu Raya
tatalaksana hipertensi, motivasi untuk
mencapai 91.835 dan 5.966 orang berada di
berobat, dan dukungan keluarga dengan
Puskesmas Sungai Kakap (Data Dinas
kepatuhan pengobatan pada penderita
Kabupaten Kubu Raya, 2018). Di Puskesmas
hipertensi.
Sungai Kakap penderita hipertensi yang telah
diberikan surat keterangan pemberian obat Hasil studi pendahuluan dilakukan bulan
yang dibawa pulang sekitar 10 hari kemudian maret 2019 dengan penderita hipertensi di
melakukan kunjungan ulang sehingga angka wilayah kerja Puskesmas Sungai Kakap
kunjungan yang dianjurkan dalam 1 bulan Kabupaten Kubu Raya. Pada 10 orang yang
bisa 3 kali kunjungan dengan total 36 kali menderita hipertensi terdapat 2 orang paham
kunjungan dalam setahun. Berdasarkan rata- tentang hipertensi dan penanganannya.
rata jumlah penderita hipertensi dengan Kemudian 5 orang menyatakan tidak banyak
frekuensi kunjungan ke puskesmas yaitu mengetahui penyebab hipertensi dan hanya
hanya 2,71 kali dalam setahun untuk setiap melakukan pemeriksaan tekanan darah
penderita terbilang sangat rendah. Dari data apabila sudah ada tanda dan gejala berat yang
kunjungan penderita hipertensi ke puskesmas dialaminya. Selanjutnya 3 orang lainnya
dari bulan Januari sampai Maret sebanyak 68 mengatakan tidak tahu apa itu hipertensi dan
orang. (Data Puskesmas Sungai Kakap, penanganannya serta pergi ke puskesmas jika
2019). tidak tahan lagi dengan sakitnya. Hal ini
menunjukkan kurangnya pengetahuan dan
Pengetahuan manajemen hipertensi yang
kesalahan persepsi tentang konsep sehat-sakit
rendah dapat menyebabkan tidak
khususnya fenomena yang berkaitan dengan
terkontrolnya tekanan darah dan timbulnya

23
hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja diuji validitas dan reliabelitasnya. Sasaran
Sungai Kakap. responden yaitu penderita hipertensi dan
bukan penderita hipertensi yang melakukan
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti ingin
kunjungan ke Puskesmas Sungai Kakap.
mengetahui apakah tingkat pengetahuan
Peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan
tentang pengendalian hipertensi dan tingkat
responden melalui inform consent yang telah
pemanfatan fasilitas kesehatan benar-benar
di tandatangani kemudian kuesioner
berhubungan dengan terjadinya hipertensi.
dibagikan untuk diisi oleh responden, setelah
itu diinput menggunakan program komputer
dan diolah menggunakan software analisa
II. METODOLOGI PENELITIAN statistik. Analisa data menggunakan uji Chi
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian square.
kuantitatif dengan rancangan observasional
analitik korelatif. Penelitian ini menggunakan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
desain penelitian case control yang A. Hasil Analisa Univariat dan
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pembahsan
Sungai Kakap Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya selama 1 bulan mulai Tabel 5.1 distribusi frekuensi responden
dari pengumpulan data sampai analisis data. berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan,
Populasi pada penelitian ini yaitu sebanyak 68 pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Sungai
orang terhitung dari bulan Januari – Maret Kakap
2019. Pengambilan sampel menggunakan Kasus Kontrol
teknik Non Probability Sampling, jenis yang Karakteristik
n % n %
dipilih yaitu purposive sampling didapatkan Jenis kelamin
sebanyak 34 orang kelompok intervensi dan Laki-laki 14 41.2 12 35.3
34 orang kelompok kontrol instrument Perempuan 20 58.8 22 64.7
penelitian menggunakan kuesioner sebanyak
Total 34 100.0 34 100.0
16 item pertanyaan dan pernyataan yang telah

24
Usia perempuan yang juga ikut
18-40 11 32.4 16 47.1
41-60 18 52.9 15 44.1 bekerja/mempunyai kesibukan.
>60 5 14.7 3 8.8
Total 34 100.0 34 100.0 Hasil penelitian Novitaningtyas, T. (2014)
Pendidikan mengatakan tidak ada hubungan antara jenis
Tidak 2 5.9 6 17.6
Sekolah kelamin dengan tekanan darah pada lansia.
SD 17 50.0 15 44.1 Rata-rata perempuan akan mengalami
SMP 4 11.8 3 8.8
SMA 9 26.5 8 23.5 peningkatan resiko tekanan darah tinggi
Perguruan 2 5.9 2 5.9 (hipertensi) setelah menopause yaitu diatas 45
Tinggi
Total 34 100.0 34 100.0 tahun. Perempuan yang belum menopause
Pekerjaan dilindungi oleh hormon estrogen yang
Pelajar/Maha 3 8.8
siswa berperan dalam meningkatkan kadar High
PNS 4 11.8 1 2.9 Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol
Swasta/Nelay 13 38.2 9 26.5
an/Petani HDL rendah dan tingginya kadar LDL (Low
Ibu Rumah 17 50.0 21 61.8 Density Lipoprotein) mempengaruhi
Tangga
Total 34 100.0 34 100.0 terjadinya proses aterosklerosis.
Sumber:data primer 2019
Berdasarkan usia responden yang terbanyak
Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin pada kelompok kasus yaitu kelompok usia 41-
responden lebih banyak perempuan sebanyak 60 tahun sebanyak 18 responden (52,9%).
42 responden (61,8%) diantaranya 20 Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa usia
responden berada pada kelompok kasus. seseorang erat kaitannya dengan pengetahuan.
Notoatmodjo, (2010) dalam hal menjaga Semakin cukup usia seseorang, tingkat
kesehatan, biasanya kaum perempuan lebih pengetahuannya akan lebih matang dalam
memperhatikan kesehatannya dibandingkan berpikir dan bertindak.
dengan laki-laki. Perbedaan pola perilaku
Menurut penelitian Rano, K.S (2017)
sakit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin,
berdasarkan survei yang dilakukan oleh Joint
perempuan lebih sering mengobatkan dirinya
National Association (JNC) VII, American
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dapat
Heart Associaton, dan Profil kesehatan Jawa
dikaitkan dengan ketersediaan waktu dan
Barat risiko menderita hipertensi akan
kesempatan bagi perempuan untuk datang ke
semakin meningkat seiring pertambahan usia.
puskesmas lebih banyak dibandingkan dengan
laki-laki. Namun, saat ini perempuan tidak Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian
selalu memiliki ketersedian waktu untuk Widjaya, N. Dkk (2018) yang menyebutkan
datang ke puskesmas karena banyak ada hubungan yang signifikan antara usia
dengan kejadian hipertensi. Hal ini

25
disebabkan oleh karena tekanan arterial ada pengaruh yang bermakna antara tingkat
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, pendidikan dengan kepatuhan dalam
terjadinya reugurgitasi aorta, serta adanya menjalani pengobatan hipertensi.
proses degenerative, lebih sering pada usia
Dari data pekerjaan sebanyak 38 responden
tua.
(55,9%) terdapat 17 responden pada
Berdasarkan tingkat pendidikan responden kelompok kasus adalah ibu rumah tangga. Hal
sebanyak 17 responden (50,0%) lebih banyak ini dikarenakan ibu rumah tangga
yang berlatarbelakang pendidikan sekolah pekerjaannya hanya mengurus rumah setiap
dasar (SD). Notoatmodjo (2010) menyatakan hari dan mengurus berbagai macam persoalan
pendidikan adalah kegiatan atau proses didalam rumah tangga, banyak yang
pembelajaran untuk mengembangkan atau dipikirkan sehingga dapat menyebabkan stres
meningkatkan kemampuan tertentu sehingga dan kurangnya kepedulian terhadap kesehatan
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. dirinya.
perubahan dan tindakan pemeliharaan dan
Dalam penelitian lain menurut Kanine, E. &
peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh
Pobela, N. (2015) hipertensi lebih banyak
pendidikan kesehatan didasarkan kepada
terjadi pada pekerja seperti swasta/petani dan
pengetahuan dan kesadarannya melalui proses
ibu rumah tangga karena salah satu faktor
pembelajaran. Pengobatan hipertensi bisa
resikonya adalah berkaitan erat dengan cara
disebabkan karena faktor lain selain tingkat
hidup kita seperti cara kita menghadapi
pendidikan, dapat pula disebabkan karena
permasalahan dan dipengaruhi juga oleh berat
perbedaan pekerjaan/kesibukan sehingga
ringannya pekerjaan seseorang seperti ibu
penderita hipertensi tidak punya waktu untuk
rumah tangga maka kejadian hipertensi paling
berobat ke puskesmas. Responden yang
banyak terjadi pada golongan pekerja seperti
berpendidikan tinggi maupun yang
mereka.
berpendidikan rendah sama-sama ingin
sembuh dari peyakitnya sehingga tingkat Tabel 5.2 distribusi frekuensi responden

pendidikan tidak mempengaruhi kepatuhan berdasarkan tingkat pengetahuan di wilayah

melakukan pengobatan.
Pengetahuan n %
Dalam penelitian Iche, A. L (2017) responden Kurang baik 16 23.5
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai Baik 52 76.5
Total 68 100.0
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan kerja Puskesmas Sungai Kakap
dengan responden yang tingkat
Sumber:data primer 2019
pendidikannnya rendah. Berdasarkan hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak

26
Hasil penelitian pada tingkat pengetahuan hipertensi untuk masyarakat Sungai Kakap.
sebanyak 52 responden (76,5%) berada dalam Selain itu juga, beberapa responden
kategori baik. Pada kelompok kasus, hampir mengatakan bahwa mereka mendengar
semua penderita hipertensi (97,1%) memiliki informasi tentang hipertensi dari media masa
tingkat pengetahuan yang baik sedangkan dan media elektronik. Pengetahuan yang baik
pada kelompok kontrol yang diisi oleh tentang hipertensi dapat mempengaruhi
masyarakat yang belum menderita hipertensi perilaku masyarakat dalam mencegah
hanya 55,9% memiliki tingkat pengetahuan hipertensi. Secara umum melalui data diatas
baik. Pengetahuan atau kognitif merupakan dapat dimaknai bahwa mayoritas masyarakat
domain yang sangat penting dalam akan lebih memiliki motivasi untuk
membentuk tindakan seseorang (overt menambah pengetahuan dan mencari
behavior). Demikian pula pernyataan oleh informasi mengenai penyakit setelah mereka
(Notoatmodjo 2014) Pengetahuan adalah hasil menderita penyakit itu sendiri.
tahu seseorang terhadap objek melalui indera
Tabel 5.3 distribusi frekuensi responden
yang dimilikinya. Pengetahuan tiap orang
berdasarkan pemanfaatan fasilitas kesehatan
akan berbeda-beda tergantung dari bagaimana
pengindraannya masing-masing terhadap
Pemanfaatan n %
objek atau sesuatu. Pengetahuan masyarakat Kurang memanfaatkan 34 50.0
Memanfaatkan 34 50.0
dipengaruhi oleh isyarat untuk bertindak. Total 68 100.0
Isyarat untuk bertindak ini dapat berasal dari di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kakap
informasi dari media massa, nasihat dari Sumber:data primer 2019
orang-orang sekitar, pengalaman pribadi atau
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keluarga.
pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh 68
Hasil temuan dari penelitian bahwa terjadinya responden pada kelompok kasus yaitu 24
hipertensi salah satunya faktor pengetahuan responden (70,6%) penderita hipertensi yang
penderita hipertensi yang baik karena memanfaatkan dan sebaliknya bukan
penderita yang melakukan kunjungan ke penderita sebanyak 24 responden kurang
puskesmas cenderung mendapat informasi memanfaatkan fasilitas kesehatan. Menurut
yang cukup dalam menambah Notoatmodjo (2011) faktor eksternal yang
pengetahuannya. Sehingga dapat dinyatakan mempengaruhi perilaku seseorang antara lain;
bahwa sebagian besar responden memiliki nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan,
pengetahuan yang baik tentang hipertensi. Hal kebiasaan masyarakat, tradisi, dan
ini dikarenakan puskesmas sering melakukan sebagainya.
penyuluhan tentang hipertensi dan
melaksanakan program khusus penderita

27
Hanya sebagian kecil penderita hipertensi terjadinya hipertensi di wilayah kerja
yang tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan Puskesmas Sungai Kakap
karena masyarakat yang telah menderita
Kasus Kontrol p Value
Pengetahuan
hipertensi pada umumnya sudah dapat n n
Kurang baik 1 15
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan Baik 33 19 0,000
lewat penyuluhan dan media informasi Total 34 34
Sumber:data primer 2019
lainnya serta telah memiliki motivasi dalam
Dengan melihat tabel 5.4 diatas, diketahui
memanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
bahwa kelompok kasus lebih banyak dengan
sehingga mereka percaya bahwa dengan
kategori baik sebanyak 33 respoden (97,1%)
memanfaatkan fasilitas kesehatan dapat
dibandingkan kelompok kontrol sebanyak 19
meningkatkan derajat kesehatannya.
responden (55,9%). Dari hasil analisis dengan
Dalam penelitian Ryman, M. N. Dkk. (2016) uji Chi Square diperoleh nilai p value 0,000
menurut Twoddle, apa yang dirasakan sehat Karena nilai signifikansi pada 0,000 < 0,05.
bagi seseorang bisa saja tidak dirasakan sehat maka berdasarkan dasar pengambilan
bagi orang lain, karena adanya perbedaan keputusan diatas, dapat disimpulkan bahwa
persepsi. Selain itu, ada perbedaan konsep H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian
dan persepsi sehat-sakit didalam masyarakat. dapat diartikan bahwa” Ada hubungan yang
Dimana mereka merasa dirinya sakit ketika signifikan antara tingkat pengetahuan tentang
tubuh mereka tidak dapat lagi menjalankan pengendalian hipertensi dengan terjadinya
aktivitas, barulah mereka memanfaatkan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sungai
fasilitas pelayanan kesehatan. Kakap”. Tterjadinya hipertensi di wilayah

Hasil temuan dari penelitian bahwa kerja Puskesmas Sungai Kakap”. Tingkat

pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh penderita pengetahuan yang baik pada penderita

hipertensi hanya ketika sedang sakit hipertensi dalam penelitian ini diperoleh pada

mayoritas responden telah mengetahui tanda saat telah menderita hipertensi. Hal ini dapat

dan gejala penyakit hipertensi serta berobat dimaknai bahwa menderita suatu penyakit

dengan memanfaatkan jaminan kesehatan. tertentu seperti hipertensi dapat secara


signifikan mempengaruhi motivasi penderita
untuk mencari informasi terkait dan
B. Hasil Analisa Bivariat dan menambah pengetahuannya. Motivasi belajar
Pembahasan pada diri penderita sehingga berkeinginan

Tabel 5.4 hubungan tingkat pengetahuan yang mengaktifkan, menggerakkan,

tentang pengendalian hipertensi dengan menyalurkan dan mengarahkan sikap dan


perilaku individu untuk belajar.

28
Menurut riswandi (2016) salah satu upaya meningkatkan pengetahuan penderita yang
seseorang mendapat pengetahuan yaitu tidak melakukan kunjungan ke puskesmas
dengan bertanya kepada orang yang memiliki sehingga penderita hipertensi akan melakukan
otoritas atau dianggap lebih tahu. Selain itu tindakan sesuai dengan harapan perawat.
pengalaman masa lalu dapat menyelesaikan Hasil analisis OR mempunyai nilai 0,038
masalah yang dihadapi saat ini. Hasil yang mempunyai arti responden dengan
penelitian ini berkaitan dengan manfaat yang tingkat pengetahuan yang kurang baik
dirasakan atau perceived benefit yang akan memiliki risiko 0,038 kali terkena hipertensi.
dirasakan jika mengadopsi perilaku yang OR kurang dari 1, maka tingkat pengetahuan
dianjurkan. Perceived benefit merupakan dengan terjadinya hipertensi berkorelasi
persepsi seseorang tentang nilai atau negatif, dan kehadiran pengetahuan
kegunaan dari suatu perilaku baru dalam mengurangi peluang terjadinya hipertensi.
mengurangi risiko terkena penyakit. Penderita
hipertensi yang telah mengetahui bahwa Tabel 5.5 hubungan tingkat pemanfaatan
dirinya mengalami hipertensi akan fasilitas kesehatan dengan terjadinya
mengetahui tentang kesehatannya. hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Kakap
Wawan dan Dewi (2011) menyatakan
pengetahuan merupakan tingkah laku yang Kasus Kontrol p Value
Pemanfaatan
n n
sangat penting guna terbentuknya tindakan Kurang 10 24
seseorang (open behavior). Dalam fenomena memanfaatkan 0,002
Memanfaatkan 24 10
yang diperoleh dari hasil penelitian ini Total 34 34
Sumber: data primer 2019
tindakan yang dimaksud adalah upaya untuk
Dengan melihat tabel 5.5 diatas, diketahui
mendapatkan pengobatan dan kesembuhan
bahwa kelompok kasus lebih banyak
bukan untuk mencegah penyakit itu datang.
memanfaatkan fasilitas kesehatan sebanyak
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
24 responden (70.6%). Berbanding terbalik
dilakukan Wulansari, J. (2013) membuktikan
pada kelompok kontrol yang lebih banyak
terdapat hubungan Pengetahuan Tentang
kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan
Hipertensi dengan Pengendalian Tekanan
sebanyak 24 responden (70.6%). Dari hasil
Darah Pada Pasien Hipertensi di Poliklinik
analisis dengan Chi Square diperoleh nilai p
Penyakit Dalam RSUD DR. MOEWARDI
value 0,002. Karena nilai signifikansi 0,002 <
Surakarta.
0,05, maka berdasarkan dasar pengambilan
Hasil temuan dilapangan bahwa dengan
keputusan diatas, dapat disimpulan bahwa H0
didapatkan pengetahuan penderita hipertensi
ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian
yang melakukan kunjungan ke puskesmas
dapat diartikan bahwa” Ada hubungan yang
dapat menjadi acuan dalam upaya

29
signifikan antara tingkat pemanfaatan fasilitas sendiri dengan membeli obat diwarung atau
kesehatan dengan terjadinya hipertensi di dibiarkan saja sampai penyakit itu sembuh
wilayah kerja Puskesmas Sungai Kakap”. dengan sendirinya.
Hal ini menunjukkan bahwa penderita
Arifin (2016) menyatakan persepsi positif
hipertensi dengan persepsi sehat-sakit yang
tentang penyakit yaitu seseorang dapat
sebenarnya dapat merasakan risiko pribadi
memahami penyakit dan cara untuk
atau kerentanan yang merupakan salah satu
mengontrol penyakitnya dengan baik, akan
persepsi yang lebih kuat dalam mendorong
tetapi sebaliknya apabila persepsi negatif
orang untuk mengadopsi perilaku sehat.
tentang penyakit yaitu seseorang tidak dapat
Semakin besar risiko yang dirasakan, semakin
dengan baik memahami penyakit dengan cara
besar kemungkinan terlibat dalam perilaku
yang tepat untuk mengontrol penyakitnya.
untuk mengurangi risiko tersebut dengan
mencari tahu kemudian memahaminya. Dalam penelitian Kanine, E. & Pobela, N.

Masyarakat memanfaatkan fasilitas pelayanan (2015) menyebutkan beberapa faktor yang

kesehatan yang dipercaya mampu mengatasi signifikan menyebabkan motivasi penderita

masalah kesehatan yang mereka alami. hipertensi dalam pemanfaatan fasilitas

Keinginan ini muncul akibat dari penderita kesehatan yaitu faktor kunjungan, jarak ke

hipertensi yang bergerak untuk mencapai puskesmas, kepemilikan asuransi dan sosial

tujuan dalam meningkatkan derajat ekonomi. Hal ini yang menyebabkan

kesehatannya. Hal ini bertolak belakang penderita tidak melakukan kontrol kesehatan

dengan pepatah yang menyebutkan lebih baik rutin. Oleh karena itu, diperlukan sikap

mencegah daripada mengobati. petugas kesehatan dalam hal penyuluhan


kesehatan yang dilakukan dengan cara
Menurut masyarakat, sakit merupakan hal
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
yang bisa dirasakan oleh seseorang dimana
sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu,
jika mereka merasa dirinya sakit maka mereka
dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
akan merasa butuh untuk pergi ke fasilitas
melakukan suatu anjuran yang ada
pelayanan kesehatan. Responden juga
hubungannya dengan kesehatan.
mengatakan bahwa sakit itu ketika tubuh
tidak dapat lagi menjalankan aktivitas. Ketika Hasil analisis OR mempunyai nilai 5,760

responden tidak dapat lagi menjalankan yang mempunyai arti responden yang kurang

aktivitas, barulah mereka merasa butuh untuk memanfaatkan memiliki risiko 5,760 kali

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. lebih besar terkena hipertensi. OR lebih dari

Sebagian responden jika mereka merasa 1, maka kurang memanfaatkan fasilitas

tubuhnya sakit dan belum terlalu parah kesehatan dan terjadinya hipertensi

mereka cenderung melakukan pengobatan (berkorelasi) dalam arti bahwa, kurangnya

30
responden dalam memanfaatkan fasilitas C. Tingkat pemanfaatan fasilitas
kesehatan dapat meningkatkan peluang kesehatan oleh responden yang
terjadinya hipertensi. memanfaatkan dan yang kurang
memanfaatkan sama banyak yaitu
IV. KESIMPULAN masing-masing 34 responden
A. Karakteristik responden di (50.0%). Akan tetapi, 24
wilayah kerja Puskesmas Sungai responden penderita hipertensi
Kakap dalam penelitian ini lebih banyak memanfaatkan
sebagian besar responden berjenis fasilitas kesehatan untuk
kelamin perempuan sebanyak 42 meningkatkan derajat
responden dengan 20 responden kesehatannya.
(58,8%) pada kelompok kasus. D. Terdapat hubungan pada tingkat
Usia responden kategori umur 41- pengetahuan tentang pengendalian
60 tahun sebanyak 33 responden hipertensi dengan terjadinya
dengan kelompok kasus 18 hipertensi kelompok kasus dan
responden (52,9%). Sebagian kontrol di wilayah kerja
besar pendidikan terakhir yaitu Puskesmas Sungai Kakap, dengan
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 32 p value = 0,000 yang berarti H0
responden diantaranya terdapat 17 ditolak dan Ha diterima.
Responden (50,0%) pada E. Terdapat hubungan tingkat
kelompok kasus. Mayoritas pemanfaatan fasilitas kesehatan
pekerjaan responden sebagai ibu dengan terjadinya hipertensi
rumah tangga, sebanyak 38 kelompok kasus dan kontrol di
responden dengan kelompok wilayah kerja Puskesmas Sungai
kasus sebanyak 17 responden Kakap dengan p value = 0,002
(50,0%). yang berarti H0 ditolak dan Ha
B. Tingkat pengetahuan dalam diterima.
kategori baik sebanyak 52
responden (76,5%). Karena V. DAFTAR PUSTAKA
penderita hipertensi yang Arifin, F. F. (2016). Hubungan Antara
melakukan kunjungan ke Persepsi Tentang Penyakit Dengan
puskesmas cenderung mendapat Kepatuhan Minum Obat Hipoglikemik
informasi yang cukup dalam Oral (Oho) di Puskesmas Srondol
menambah pengetahuannya. Kota Semarang. Semarang: Skripsi
Prodi Ilmu Keperawatan UNDIP.

31
Data Dinas Kabupaten Kubu Raya. 2018 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
(2018). Untuk Indonesia yang Lebih
Data Puskesmas Sungai Kakap. 2019
Sehat. Www.depkes.go.id. Di peroleh
Dinas Kesehatan. (2018). Profil Kesehatan 18 Maret 2019.
Kabupaten Kubu Raya 2018.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Hesriantica, D.Z & Diana, R.R. (2017). Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hubungan Pengetahuan dan Riwayat
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan
Hipertensi Dengan Tindakan
Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Pengendalian Tekanan Darah Pada
Lansia. Jurnal Berkala Eoidemologi, Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan
volume 5 Nomor 2, Mei 2017, Teori dan Aplikasinya. Edisi revisi.
hlm.174-184. Jakarta: Rineka Cipta.

Iche, A. L (2017). Determinan Kepatuhan Novitaningtyas, T. (2014). Hubungan


Berobat Pasien Hipertensi Pada Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin,
Fasilitas Kesehatan Tingkat I. Tingkat Pndidikan) dan Aktivitas Fisik
Universitas Sriwijaya: Jurnal dengan Tekanan Darah Pada Lansia di
Penelitian dan Pengembangan Kelurahan Makamhaji kecamatan
Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, Agustus Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
2017: 58-65. Naskah Publikasi diakses 22 Juli 2019.

Kanine, E. & Pobela, N. (2015). Motivasi Pemerintah Kalimantan Barat Dinas


Penderita Hipertensi Di Desa Kobo Kesehatan. (2017). Profil Kesehatan
Kecil Memanfaatkan Pelayanan Kalimantan Barat tahun 2017.
Kesehatan Di Puskesmas Kotabangun.
Putri, Q. R. dkk. (2015). Faktor-Faktor yang
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Berhubungan dengan Kepatuhan
(2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Pengobatan pada Penderita Hipertensi
Badan Penelitian dan Pengembangan Diwilayah Kerja Puskesmas
Kesehatan. Kedungmundu Kota Semarang: UJPH
4 (3) (2015)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
(2018). Profil kesehatan Indonesia Rano, K. Dkk (2017). Pengukuran Tingkat
2017: health statistik. Jakarta: Katalog Pengetahuan Tentang Hipertensi Pada
dalam terbitan kementrian kesehatan Pasien Hipertensi Di Kota Bandung:
RI. Sebuah Studi pendahuluan. Jurnal

32
Farmasi Klinik Indonesia, Desember Terhadap Pengetahuan Manajemen
2017. Vol. 6 No. 4, hkm 290-297. Hipertensi pada Penderita Hipertensi:
Jurnal Keperawatan Soedirman (The
Riswandi. (2016). Hubungan Pengetahuan
Soedirman Journal of Nursing),
dan Sikap Ibu Terhadap Penyakit
Volume 12, No.1 Maret 2017
DBD di Sidomulyo Pekanbaru.
Pekanbaru. Wawan, A. & Dewi M. (2010). Teori &
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Ryman, M. N. Dkk. (2016). Faktor-Faktor
Perilaku Mannusia. Yoyakarta: Nuha
yang Berhubungan dengan
Medika.
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di
Wilayah Kerja Puskesmas Tambarana Wulansari, J. Dkk. (2013). Hubungan
Kecamatan Poso Pesisir Utara Pengetahuan Tentang Hipertensi dengan
Kabupaten Poso. Jurnal Pengendalian Tekanan darah Pada
Pengembangan Kota (JPK). Volume 4 Pasien Hipertensi di Poliklinik Penyakit
No. 1 (29-39). Dalam di RSUD DR. Moewardi
Surakarta. Biomedika, volume 5 nomor
Ulya, Z. dkk. (2017). Pengaruh Pendidikan
1, febuari 2013.
Kesehatan dengan Media Poster

33

Anda mungkin juga menyukai