Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa indonesia yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antara upaya program
dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah
dilaksanakan oleh periode sebelumnya (Kemenkes RI, 2015).
Pola penyakit di Indonesia mengalami transisi epidemiologi selama
dua dekade terakhir, yakni dari penyakit menular yang semula menjadi
beban utama kemudian mulai beralih menjadi penyakit tidak menular.
Kecenderungan ini meningkat dan mulai mengancam sejak usia muda.
Penyakit tidak menular yang utama di antaranya adalah hipertensi.
Berdasarkan seluruh data yang telah dikumpulkan dari WHO, pada tahun
2015 diperkirakan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah
meningkat menjadi 20 juta jiwa, kemudian akan tetap meningkat sampai
tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta penduduk akan meninggal akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah. Menurut WHO Indonesia berada
dalam deretan 10 negara dengan prevalensi hipertensi tertinggi di dunia
(WHO, 2013). Penyakit hipertensi dikenal dengan “silent killer” karena
tidak menunjukkan tanda dan gejala, sehingga banyak orang tidak
mengetahui telah menderita penyakit tersebut. Menurut CDC 1 dari 3
orang dewasa di Amerika Serikat menderita hipertensi, 75 juta orang
diperkirakan menderita hipertensi dan setengahnya (54%) dengan
tekanan darah yang tidak terkontrol. Tekanan darah yang dikontrol dapat
menurunkan risiko terjdinya komplikasi dari hipertensi, misalnya dengan

Puskesmas Embaloh Hilir 1


patuh minum obat secara teratur mengubah gaya hidup. World Health
Organization (WHO) dan Center Disease Control and Prevention (CDC)
memperkirakan jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat.
Prevalensi hipertensi yang terdiagnosis dokter di Indonesia mencapai
8,4% dan dari penduduk usia 18 tahun ke atas satu dari empat mengalami
hipertensi (Rikerkesdas, 2018).
Prevalensi hipertensi menurut data Riskesdas tahun 2013, terbagi atas
dua yaitu berdasarkan hasil wawancara dan pemeriksaan tekanan darah.
Prevalensi berdasarkan hasil wawancara oleh tenaga kesehatan
Kalimantan Barat dengan jumlah kasus hipertensi 8,0% lebih rendah 7%
dari Provinsi Sulawesi Utara sebagai daerah dengan prevalensi hipertensi
tertinggi di Indonesia, berdasarkan jumlah kasus ini menempatkan
Kalimantan Barat sebagai salah satu daerah dengan prevalensi hipertensi
lebih rendah dari prevalensi Nasional (Riskesdas, 2013). Saat ini di
Kalimantan Barat kasus hipertensi mencapai 39,99%, dengan jumlah
persentase yang minutm obat tidak secara rutin 12,0% (Riskesdas, 2018).
Pada tahun 2018, jumlah kasus hipertensi yang sudah dilayani sesuai
standar di Kabupaten Kapuas Hulu ialah sebesar 69,21% (Dinkes Kapuas
Hulu, 2018).
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM) sangat diperhatikan
oleh Pemerintah karena menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
menimbulkan kesakitan, kecacatan dan kematian yang tinggi (Kemenkes
RI, 2015). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu Program
PTM, penderita hipertensi yang dilayani sesuai standar di tahun 2018
sebanyak 32.160 jiwa (69,21%). Berdasarkan hasil data kunjungan PIS-
PK (Pogram Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga) tahun 2018
di Desa Nanga Embaloh Kecamatan Embaloh Hilir ditemukan kepatuhan
minum obat penderita hipertensi 14 %. Temuan ini selaras dengan data
kunjungan program Penyakit Tidak Menular (PTM) Puskesmas Embaloh
Hilir (Oktober 2018 - Maret 2019), ditemukan jumlah kunjungan
penderita hipertensi sebanyak ....orang. Angka kunjungan yang masih

Puskesmas Embaloh Hilir 2


rendah adalah yang berjenis kelamin laki-laki (....%) dari jumlah
kunjungan penderita hipertensi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa masih
ada kemungkinan penderita hipertensi yang tidak pernah memeriksakan
diri dan tidak patuh minum obat.

DIAGRAM KUNJUNGAN LAKI-LAKI DAN WANITA DARI


POSBINDU

25

20

15

10

0
Oct-18 Nov-18 Dec-18 Jan-19 Feb-19 Mar-19

Datang Posbindu P Datang Posbindu L

Diagram.1
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan advokasi dan sosialisasi lintas sektor terkait dengan hasil
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
2. Hasil sosialisasi diperoleh pemecahan masalah dari hasil analisis IKS
PIS-PK yang menunjukkan kepatuhan minum obat penderita
hipertensi yang masih rendah
3. Hasil kegiatatan dikaitkan dengan data kunjungan kegiatan Program
Penyakit Menular (PTM)
4. Hasil analisis semua data tersebut dijadikan dasar dalam membentuk
kegiatan Kelompok Peduli Hipertensi (KOPI) di Desa Nanga Embaloh

Puskesmas Embaloh Hilir 3


B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan angka kejadian hipertensi
di Desa Nanga Embaloh Kecamatan Embaloh Hilir.
2. Tujuan khusus
a. Menjaring lebih banyak penderita hipertensi
b. Meningkatkan angka kepatuhan minum obat antihipertensi
c. Meningkatkan angka kunjungan program PTM
d. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit
hipertensi dan pencegahannya.

C. Kegunaan
1. Bagi Perangkat Desa
Bagi Perangkat Desa Nanga Embaloh, diharapkan hasil kegiatan ini
dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
menurunnya angka kejadian hipertensi.
2. Bagi Mayarakat
Bagi masyarakat Desa Nanga Embaloh, diharapkan kegiatan ini
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi,
menigkatkan kepatuhan minum obat dan menurunkan tekanan darah
penderita hipertensi.
3. Bagi Puskesmas
Bagi Puskesmas Embaloh Hilir, hasil kegiatan ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
masukan dalam kebutuhan program Puskesmas yang berkaitan.

Puskesmas Embaloh Hilir 4

Anda mungkin juga menyukai