PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (PMK No. 74, 2016). Upaya pembangunan kesehatan yang
dilaksanakan di puskesmas dapat berjalan dengan baik jika dilakukan proses
manajemen yang baik, proses manajemen yang baik dapat tercipta salah satunya
dengan menaati tugas pokok dari puskesmas itu sendiri yaitu salah satunya upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular diantaranya Hipertensi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis dan tidak
menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat global karena prevalensi
yang tinggi dan risiko bersamaan untuk penyakit kardiovaskular dan ginjal. Saat
ini, lebih dari 25% dari populasi dunia adalah hipertensi dengan perkiraan bahwa
persentase ini dapat meningkat menjadi 29% pada tahun 2025 (Amaral et al,
2015).
Menurut World Health Organization (2011), dari 50% penderita hipertensi
yang diketahuihanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang
diobati dengan baik. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah kasus hipertensi
terutama dinegara berkembang akan mengalami peningkatan sekitar 80% dari 639
juta kasus pada tahun 2000 dan menjadi 1,15 milyar kasus seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk.
Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan
Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah
kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka
kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi
terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%),
umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui
bahwa
1
sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis
hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa
dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
Klien yang patuh terhadap pengobatan memiliki prognosis yang jauh lebih
baik dari pada klien yang tidak patuh terhadap pengobatan. Klien yang tidak patuh
terhadap pengobatan akan memperburuk kondisi kesehatannya (WHO,2003). Hal
ini sangat berbahaya karena dapat lebih meningkatkan tekanan darah sebelumnya
dan dapat meningkatkan resiko komplikasi akibat hipertensi bahkan menyebabkan
kematian. Berdasarkan data WHO bulan September 2011, disebutkan bahwa
hipertensi menyebabkan 8 juta kematian pertahun diseluruh dunia dan 1,5 juta
kematian pertahun di wilayah Asia Tenggara. Melihat fenomena tersebut, maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang tepat dan cepat untuk mengurangi peningkatan
jumlah penderita hipertensi. Kepatuhan minum obat adalah faktor terbesar yang
mempengaruhi kontrol tekanan darah.
Diperkirakan rata-rata rentang kepatuhan minum obat antihipertensi yaitu
50-70% (WHO,2003). Setiap tahunnya, ketidakpatuhan mengakibatkan sekitar
125.000 kematian dari penyakit kardiovaskular (Office of US Inpector
General,2009). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebesar
37,1% dari 76,1% angka kejadian hipertensi di Indonesia disebabkan karena
ketidakpatuhan meminum obat. Akibatnya, tingkat keberhasilan dalam
menurunkan jumlah penderita hiperteni sangatlah rendah.
Profil kesehatan Provinsi Lampung tahun 2020 untuk pelayanan hipertensi per
Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung adalah sebagai berikut.
Tabel 1.1 Pelayanan Penderita Hipertensi sesuai Standar
Per Kabupaten / Kota se Provinsi Lampung Tahun 2020
2
Berdasarkan tabel di atas bahwa, capaian pelayanan penderita hipertensi
sesuai standar belum mencapai target yang ditetapkan, capaian Provinsi Lampung
Tahun 2020 sebesar 31,79%. Terdapat kabupaten yang capaiannya mendekati
100%, yaitu Kota Metro (100%). Alasan tidak tercapainya target SPM ini
dikarenakan belum semua sasaran diskrining, penderita yang dilayani baru pada
level puskesmas dan belum menjangkau yang dilayani di rumah sakit, klinik dan
praktek dokter mandiri.
Grafik 1.1 Penderita Hipertensi Berobat Teratur
Menurut Kab/Kota Tahun 2020
3
Tabel 1.2 Data Pasien Hipertensi
September Oktober
Pasien yang rutin minum obat Pasien yang rutin minum obat
6 13
secara teratur dan kontrol ulang secara teratur dan kontrol ulang
Pasien yang tidak rutin minum obat Pasien yang tidak rutin minum
secara teratur dan tidak kontrol 10 obat secara teratur dan tidak 23
ulang kontrol ulang
Total Pasien 16 Total Pasien 36
Sumber: Laporan Bulanan 1 UPTD Puskesmas Donomulyo
Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa ada berbagai macam
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi. Carpenito (2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
penderita sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhannya,
sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh.
Berdasarkan permasalahan dan uraian yang telah dipaparkan, penulis
merumuskan sebuah gagasan kreatif untuk membuat inovasi dalam upaya
meningkatkan kepatuhan bagi pasien hipertensi untuk melakukan kunjungan rutin
ke Puskesmas. Penulis ingin melakukan inovasi yang mengedepankan nilai-nilai
Ber-AKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif dan Kolaboratif) yang tercantum dalam UU Nomor 5 Tahun 2014. Maka
dari itu penulis mengangkat solusi pemecahan masalah yaitu”Penerapan Kartu
Minum Obat (KMO) Guna Meningkatkan Kepatuhan Pasien Hipertensi
Untuk Minum Obat Secara Teratur Dan Kontrol Ulang Di UPTD Puskesmas
Rawat Jalan Donomulyo Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung
Timur”
4
B. Identifikasi Isu Permasalahan
2. Manfaat
a. Bagi peserta
5
c. Bagi Pemerintah
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan kepada
masyarakat.
6
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Profil Organisasi
Puskesmas Donomulyo terletak di wilayah Kecamatan Bumi Agung
Kabupaten Lampung Timur. Luas wilayah kerja Puskesmas Donomulyo lebih
kurang 73,17 km2 yang terdiri atas 7 Desa : Donomulyo, Lehan, Bumi Tinggi,
Catur Swako, Nyampir, Mulyo Asri dan Marga Mulya. Puskesmas Donomulyo
dibantu oleh 3 Puskesmas Pembantu yang terletak di desa Lehan, desa Nyampir
dan desa Marga Mulya.
Jarak Puskesmas ke desa terdekat selain ibukota kecamatan adalah 0 km
dan jarak puskesmas ke desa terjauh lebih kurang 15 km ditempuh dengan waktu
30 - 45 menit.
Batas wilayah kerja Puskesmas Donomulyo adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara, berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sukadana.
- Sebelah Selatan, berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sekampung.
- Sebelah Timur, berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sukaraja
Nuban.
- Sebelah Barat, berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sukadana.
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rawat Jalan Donomulyo
7
1. Visi dan Misi UPTD Puskesmas Rawat Jalan Donomulyo
8
PJ. JARINGAN YAN
PKM & JEJARING
PKM KEPALA PUSKESMAS
Ahmad Nursahid,Amd.
2. Struktur Organisasi Kep H. SUYONO, SKM
g. memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman serta bebas risiko
penularan infeksi;
perawatan paliatif;
2. Akuntabel
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan
kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin
terwujudnya perilaku yang sesuai dengan core values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cerrmat,
disiplin dan berintegritas tinggi.
2. Kemampuan menggunakan kekayaan milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien.
3. Kemampuan menggunakan kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi.
Akuntabilitas dan integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak
pihak menjadi landasan dasar dari sebuah administrasi sebuah negara (Matsiliza
dan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur
pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bahkan suatu
sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya
akuntabilitas, integritas itu sendiri dan transparansi.
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi.
Secara harfiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan
perbuatan. Integritas juga dapat diartikan sebagai kejujuran atau
ketidakmunafikan. Hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan
kerja yang akuntabel adalah kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung
jawab (responsibilitas), keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan dan
konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu
akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program
dan akuntabilitas kebijakan.
Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat
membantu pembangunan budaya akuntabel dan integritas di lingkungan kerja.
Akuntabilitas dan integritas dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun
pola pikir dan budaya anti korupsi. Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang
ASN akan memberikan dampak sistemik bila bisa dipegangteguh oleh semua
unsur.
Panduan perilaku akuntabel antara lain:
1. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, serta disiplin
dan berintegritas tinggi.
2. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif dan efisien.
3. Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.
3. Kompeten
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “VUCA World”
yaitu dunia yang penuh gejolak (Volatility) disertai dengan penuh ketidakpastian
(uncertainty). Demikian halnya situasi yang saling berkaitan dan mempengaruhi
(complexity) serta ambiguitas (ambiguity). Faktor VUCA menuntut ekosistem
organisasi terintegrasi dengan berbasis pada kombinasi kemampuan teknikal dan
generik, dimana setiap ASN dapat beradaptasi dengan dinamika perubahan
lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan.
Pada sisi lain implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses
bisnis, karakter dan tuntutan keahlian baru. Berdasarkan dinamika global ini dan
adanya tren keahlian baru tersebut, perlu pemutakhiran keahlian ASN yang
relevan dengan orientasi pembangunan dan aparatur. Demikian halnya untuk
mendukung pemutakhiran ASN yang lebih dinamis, diperlukan pendekatan
pengembangan yang lebih adaptif dan mudah diakses secara lebih luas oleh
seluruh elemen ASN. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap
waktu. Kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandingkan dengan
tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
Lawan dari VUCA adalah stability (stabilitas), certainty (kepastian),
simplicity (kesederhanaan) dan clarity (kejelasan). Keempat poin tersebut benar-
benar kebalikkan dari VUCA, yang mana sangat menggambarkan situasi yang
sangat nyaman, dimana VUCA penuh dengan ketidaknyamanan.
Panduan perilaku kompeten antara lain :
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah.
2. Membantu orang lain belajar.
3. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga
menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut
mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya
perasaan kedaerahan yang amat sempit yang sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan
yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara
disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia, Semboyan bangsa
yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan
perwujudan kesadaranpersatuan berbangsa tersebut. Etika Publik merupakan
refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilainilai kejujuran, solidaritas,
keadilan, kesetaraan dan lain-lain dipraktikan dalam wujud keprihatinan dan
kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Panduan perilaku harmonis antara lain :
1. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya.
2. Suka menolong orang lain.
3. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika
suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis
yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok professional tertentu.
Oleh karena itu, dengan ditetapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara,perilaku
pejabat publik harus berubah. Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN
harus memiliki pengetahuan tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak awal
Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan dalam mewujudkan persatuan
bangsa, termasuk pula berbagai gerakan separatis dan berbagai potensi yang
menimbulkan perpecahan dan menjadi ancaman bagi persatuan bangsa.
Membangun budaya harmonis dan tempat kerja harmonis sangat penting
dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga
berdampak bagi berbagai bentuk organisasi. Harmoni adalah ketertiban alam dan
prinsip/hukum alam semesta. Pola Harmoni merupakan sebuah usaha untuk
mempertemukan berbagai pertentangan dalam masyarakat. Ada tiga hal yang
dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja nyaman dan
berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah membuat tempat kerja yang
berenergi, memberi keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi serta,
dan berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi. Identifikasi potensi
disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan suasana harmonis harus
dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.
5. Loyal
Secara harfiah loyal berarti setia atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul
tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Bagi
seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling
tidak terhadap cita-cita organisasi, lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa
mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan
mempengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang digunakan
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya yaitu taat pada peraturan,
bekerja dengan integritas, tanggung jawab kepada organisasi, kemauan untuk
bekerja sama, rasa memiliki yang tinggi, hubungan antar pribadi, kesukaan
terhadappekerjaan, keberanian menyatakan ketidaksetujuan serta menjadi teladan
bagi pegawai lain.
Panduan perilaku loyal antara lain :
1. Memegang teguh ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
3. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi dan negara, serta menjaga
rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilaku loyal tersebut diatas diantaranya adalah sebagai berikut:
komitmen dedikasi kontribusi nasionalisme pengabdian. Sikap loyal ASN dapat
tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan sumpah/janji yang
diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS sebagaimanan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Disiplin ASN adalah kesanggupan ASN untuk mentaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS yang
memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan ketentuan-ketentuan
kedisiplinan dengan baik. Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam mewujudkan
nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen
dari organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.
6. Adaptif
Dalam KBBI diuraikan definisi adaptif adalah mudah menyesuaikan (diri)
dengan keadaan. Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris, seperti Cambridge
menyebutkan bahwa adaptif adalah kemampuan untuk berubah dalam situasi yang
berubah. Sedangkan dalam Collin Dictionary adaptif adalah kemampuan atau
kecenderungan untuk menyesuaikan diri pada situasi yang berbeda.
Organisasi maupun individu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan apa yang
menjadi tuntutan perubahan. Di perubahan pada selera pasar akan memaksa
pelaku usaha untuk menyesuaikan produk mereka agar sesuai dengan keinginan
pasar. Banyak persoalan pelayanan publik tidak dapat diselesaikan secara tuntas,
bukan karena persoalan kemampuan adaptabilitasnya yang rendah, tetapi justru
karena persoalan-persoalan kelembagaan dan kebijakan yang tidak memberi ruang
yang cukup untuk beradaptasi.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas
yang ditumbuh kembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya
dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis
versus berpikir kreatif. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan
kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu
yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang
membuat organisai kuat dan imajinatif yaitu kecerdasan organisasi, sumber daya,
desain, adaptasi dan budaya. Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus
dipenuhi dalam mencapai tujuan baik individu maupun organisasi dalam situasi
apapun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individu dan
organisasi tersebut adalah VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan
Ambiguity). Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk
merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat
dan fleksibel.
Panduan perilaku adaptif antara lain :
1. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan.
2. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas.
3. Bertindak proaktif.
7. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantangan global yang
dihadapi saat ini. Banyak ahli merumuskan tantangan yang dihadapi saat ini yaitu
disrupsi di semua kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja
milenial Gen Y dan Z, serta mobilitas dan fleksibilitas. Kolaborasi pemerintahan
adalah sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling
menguntungkan antar aktor pemerintahan. Kolaborasi pemerintahan mencakup
kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik. Sebuah pendekatan
pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama
dimana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab
dan sumber daya.
Tata kelola kolaboratif ada di berbagai tingkat pemerintahan, di seluruh
sektor publik dan swasta, dan dalam pelayanan berbagai kebijakan.
Panduan perilaku kolaboratif antara lain :
1. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi.
2. Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah.
3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.
DRatner (2012) mengungkapkan terdapat tiga tahapan yang dapat dilakukan
dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu:
1. Mengidentifikasi permasalahan dan peluang.
2. Merencanakan kolaborasi.
3. Mendiskusikan strategi untukmempengaruhi.
Whole of Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang
terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Beberapa aktivitas kolaborasi antar organisasi yaitu:
1. kerjasama informal.
2. perjanjian bantuanbersama.
3. memberikan pelatihan.
4. menerima pelatihan.
5. perencanaan bersama.
6. menyediakan peralatan.
7. menerima peralatan.
8. pemberian bantuan teknis.
9. menerima bantuan teknis.
10. memberikan pengelolaan hibah.
11. menerima pengelolaan hibah.
8. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI
a) Manajemen ASN
Kaitan terhadap
Tahapan Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
Visi dan Misi
Kegiatan Output Organisasi
Kegiatan Pelatihan Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
5. Penerapan a. Menyiapkan a. Lembar Kartu Berorientasi Pelayanan Sesuai dengan visi Kegiatan ini
Kartu Minum Kartu Minum Minum Obat Saya akan responsif dengan memamahi UPTD Puskesmas memberikan
Obat (KMO) Obat (KMO) dan (KMO) dan alat kebutuhan pasien dengan mencatat jadwal Rawat Jalan
dan alat Tensimeter Tensimeter penguatan nilai
pemeriksaan sebagai pengingat pasien Donomulyo yaitu
pengecekan untuk
melakukan pemeriksaan Terciptanya organisasi :
Tekanan Darah pengecekan b. Dokumentasi
sebagai sarana Tekanan Darah pendistribusian Akuntabel Masyarakat Bumi 1. Luwes
pencatatan KMO kepada Saya akan melakukan penyiapan, Agung yang Sehat
2. Unggul
hasil dan b. Pendistribusian pasien pendistribusian dan pencatatan hasil secara Holistik dengan
sebagai jadwal Kartu Minum pemeriksaan dengan penuh tanggung jawab misi poin 3 yaitu 1. Inovasi
pemeriksaan Obat (KMO) a. Lembar KMO dan berintegritas tinggi “Meningkatkan 3. Akuntabel
selanjutnya yang sudah Kompeten
c. Melakukan kualitas hidup dan
tercatat hasil
Saya akan melakukan penyiapan, kesehatan masyarakat
pencatatan Hasil pemeriksaan
jadwal serta jadwal pendistribusian dan pencatatan hasil dengan melalui
kunjungan kunjungan kemampuan terbaik upaya kuratif dan
berikutnya di berikutnya Harmonis rehabilitatif”
Kartu Minum Dalam melakukan pendistribusian dan
Obat (KMO) b. Dokumentasi pencatatan hasil pemeriksaan saya tidak
foto dan video membeda-bedakan apapun latar belakang
pasien
Loyal
Saya akan mengedepankan Visi Misi
danTata Nilai Puskesmas Rawat Jalan
Donomulyo dalam penerapan Kartu Minum
Obat
Adaptif
Saya akan menyesuaikan diri dan berinovasi
agar penerapan Kartu Minum Obat dapat
maksimal
Kolaboratif
Saya akan membangun kerja sama yang
sinergis dengan dokter, penanggung jawab
program prolanis dan teman sejawat
lainnya dalam penerapan Kartu Minum
Obat agar dapat maksimal
Kaitan terhadap
Tahapan Keterkaitan Substansi Mata Penguatan
No Kegiatan Output Visi dan Misi
Kegiatan Pelatihan Nilai
Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
6. Evaluasi a. Melakukan a. Lembar daftar Berorientasi Pelayanan Sesuai dengan visi Kegiatan ini
kegiatan evaluasi pada nama dan nilai Saya akan menggunakan hasil evaluasi UPTD Puskesmas
memberikan
pasien yang di pemeriksaan penggunaan Kartu Minum Obat (KMO) Rawat Jalan
berikan KMO Tekanan dengan cekatan, solutif dan dapat diandalkan Donomulyo yaitu penguatan nilai
(Kartu Minum Darah Akuntabel Terciptanya
organisasi :
Obat) datang Saya akan melakukan evaluasi pengaruh Masyarakat Bumi
melakukan b. Dokumentasi penggunaan Kartu Minum Obat (KMO) Agung yang Sehat 1. Maju
pemeriksaan foto Kartu terhadap peningkatan pemeriksaan tekanan secara Holistik dengan
2. Inovasi
sesuai jadwal Minum Obat darah dengan benar, jujur dan dapat misi poin 1 yaitu
(KMO) pasien dipertanggungjawabkan “Memelihara dan 3. Akuntabel
b. Mengolah data yang datang Kompeten meningkatkan mutu
peningkatan sesuai jadwal Saya akan menggunakan hasil evaluasi pelayanan kesehatan
pasien yang penggunaaan Kartu Minum Obat (KMO) dengan
melakukan c. Lembar Untuk meningkatkan kapabilitas UPTD mengutamakan upaya
pemeriksaan laporan hasil Puskesmas Rawat Jalan Donomulyo preventif.”
sesuai jadwal Harmonis
d. Dokumentasi Saya akan melakukan evaluasi
c. Melaporkan foto dan video penggunaan Kartu Minum Obat (KMO)
hasil kegaiatan dengan tidak membeda-bedakan latar
belakang pasien dan keluarga pasien
Loyal
Saya akan melakukan evaluasi
penggunaan Kartu Minum Obat (KMO)
dengan mengedepankan visi misi UPTD
Puskesmas Rawat Jalan Donomulyo
Adaptif
Saya akan terus berinovasi dan antusias dalam
menerapkan evaluasi Kartu Minum Obat
(KMO) jika dikemudian hari ada perubahan-
perubahan
Kolaboratif
Saya melakukan evaluasi dengan
berkoordinasi dengan mentor,
pembimbing, dokter, teman sejawat dan
pemegang program Prolanis
D. Jadwal Rancangan Aktualisasi
November Desember
Minggu Minggu Minggu Minggu
No Kegiatan
ke 3 ke 4 ke 1 ke 2
1. Menyusun rencana
kegiatan dengan mentor
2. Pengumpulan data
pasien Hipertensi di Poli
Umum Puskesmas
Donomulyo
3 Membuat Kartu Minum
Obat (KMO), Leflet, PPT
dan Daftar Hadir
4 Melakukan penyuluhan
tentang Penyakit
Hipertensi dan pentingnya
melakukan pemeriksaan
Tekanan Darah
5. Penerapan Kartu Minum
Obat (KMO) dan
pengecekan Tekanan
Darah sebagai sarana
pencatatan hasil dan
sebagai jadwal
pemeriksaan selanjutnya
6. Evaluasi kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta: In Books.
Kusumasari, Bevaola, 2015. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS, Akuntabilitas. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Modul Pelatihan Dasar CPNS, Manajemen ASN. Jakarta :
Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Pelatihan Dasar CPNS, Berorientasi Layanan. Jakarta :
Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Pelatihan Dasar CPNS, Akhlak. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Pelatihan Dasar CPNS, Kompeten. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Pelatihan Dasar CPNS, Harmonis. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Pelatihan Dasar CPNS, Loyal. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Pelatihan Dasar CPNS, Adaptif. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2021. Modul Pelatihan Dasar CPNS, Kolaboratif. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta:
Badan Litbangkes, Depkes RI, 2007
UPTD Puskesmas Donomulyo. 2022. Laporan Bulanan Penyakit Tidak Menular
WHO-ISH. WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. 1999. Guidelines of The Management of
Hypertension Journal of Hypertension, 2003