Anda di halaman 1dari 5

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian pengaruh terapi generalis terhadap

penurunan tanda dan gejala klien halusinasi pendengaran di ruang rawat inap elang,

perkutut dan merak Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta yang telah

dilakukan pada tanggal 28 Desember sampai 8 Januari 2016. Bedasarkan data yang

diperoleh selama penelitian, pasien yang memenuhi kriteria dengan diagnosa

halusinasi pendengaran berjumlah 30 orang responden. Semua responden tersebut

diberikan terapi generalis dari sesi 1-4 yang terbagi menjadi 2 kelompok, yang mana

setiap respondennya diberikan terapi selama 15 menit. Adapun hasil penelitian ini

adalah:

A. Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden

Karakteristik klien yang diteliti meliputi, usia, jenis kelamin, status

perkawinan, tingkat pendidikan.

a. Usia

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Usia Klien Halusinasi Pendengaran di Ruang Rawat Inap
Elang,Perkutut, Merak RS. Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta Tahun 2015 (n=30)
Usia Responden Jumlah Persentase(%)

12-18 Tahun 2 6,7


18-30 Tahun 18 60,0
30-60 Tahun 8 26,7
>60 Tahun 2 6,7
Total 30 100,0

45
46

Tabel 5.1 diatas menunjukkan distribusi frekuensi usia klien halusinasi

pendengaran di ruang rawat inap elang perkutut dan merak RS. Jiwa Soeharto

Heerdjan Jakarta terbanyak adalah usia 18-30 tahun sebanyak 18 (60,0 %) responden

sedangkan usia 30-60 tahun sebanyak 8 (26,7) responden, untuk usia 12-18 tahun

sebanyak 2 (6,7 %) responden dan usia >60 tahun sebanyak 2 (6,7 %) responden .

Jadi dapat disimpulkan usia terbanyak yang mengalami halusinasi pendengaran yaitu

usia 18-30 tahun sebanyak 18 responden

b. Status Perkawinan

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Status Perkawinan Klien Halusinasi Pendengaran di
Ruang Rawat Inap Elang,Perkutut, Merak RS. Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta Tahun 2015 (n=30)
Status Perkawinan Jumlah Persentase (%)

Menikah 18 60,0
Belummenikah 12 40,0
Total 30 100,0

Tabel 5.2 diatas menunjukkan distribusi frekuensi status perkawinan klien

halusinasi pendengaran di ruang rawat inap elang perkutut dan merak RS. Jiwa

Soeharto Heerdjan Jakarta sebanyak 18 (60,0%) responden yang sudah menikah dan

12 (40,0%) yang belum menikah. Jadi dapat disimpulkan responden terbanyak yang

mengalami halusinasi pendengaran yaitu responden yang sudah menikah sebanyak

18 responden
47

c. Tingkat Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Klien Halusinasi Pendengaran di
Ruang Rawat Inap Elang,Perkutut, Merak RS. Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta Tahun 2015 (n=30)
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD 17 56,7
SMP 8 26,7
SMA 5 16,7
Total 30 100,0

Tabel 5.3 diatas menunjukkan distribusi frekuensi tingkat pendidikan

klien halusinasi pendengaran di ruang rawat inap elang perkutut dan merak RS. Jiwa

Soeharto Heerdjan Jakarta yaitu SD sebanyak 17 (56,7%) responden, SMP sebanyak

8 (26,7) responden dan SMA sebanyak 5 (16,7%) responden. Jadi dapat disimpulkan

responden terbanyak yang mengalami halusinasi pendengaran yaitu responden yang

tingkat pendidikannya hanya sampai SD sebanyak 18 responden

2. Gambaran Tanda dan Gejala Klien Halusinasi Pendengaran Sebelum dan


Sesudah Diberikan Terapi Generalis di Ruang Rawat Inap Elang,
Perkutut, Merak RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2015.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala Klien Halusinasi Pendengaran Sebelum dan
Sesudah DiberikanTerapi Di Ruang Rawat Inap Elang, Perkutut, Merak
RS. Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta Tahun 2015 (n=30)
Terapi Jumlah Tanda dan Gejala (n=30) Mean

Sebelum Terapi 1299 43,3


Sesudah Terapi 738 24,6
Penurunan 561 18,7

Tabel 5.4 diatas menunjukkan distribusi frekuensi tanda dan gejala klien

halusinasi sebelum diberikan terapi di ruang rawat inap elang perkutut dan merak RS.
48

Jiwa Soeharto Heerdjan Jakarta sebanyak 1299 (43,3) sedangkan setelah diberikan

terapi sebanyak 738 (24,6) itu artinya terdapat penurunan nilai rata-rata tanda dan

gejala klien halusinasi sebelum dan sesudah diberikan terapi sebesar 18,7.

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi generalis

terhadap penuruan tanda dan gejala klien halusinasi pendengaran di ruang rawat inap

elang perkutut, merak di RS. Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2015. Dalam

penelitian ini mengunakan skala interval sehingga uji yang digunakan adalah uji

parametrik yaitu uji paired sample T test. Sebelum dilakukan uji paired sampe T test

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas yang dipakai adalah Shapiro Wilk. Setelah

dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilk hasilnya berdistribusi

normal

1. Uji Paired T Test

Setelah diketahui distribusi data mempunyai distribusi yang normal maka uji

hipotesis yang digunakan adalah uji paired Ttest.

Tabel 5.5
Uji Paired T Test
Hasil Mean Std. Deviasi Std. Error Mean CI 95%
Lower Upper P-value
Sebelum terapi 18,700 6,041 1,103 16,444 20,956 0,000
Sesudah terapi

Tabel 5.5 dapat diketahui hasil uji statistic bahwa nilai p=0,000 berarti p<0,05

maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penurunan tanda dan gejala klien

halusinasi sebelum dan sesudah diberikan terapi generalis dengan melihat angka
49

mean setelah diberikan terapi bahwa di tabel 5.5 mean setelah diberikan terapi lebih

rendah (24,60) dibandingkan dengan mean sebelum diberikan terapi (43,30). Itu

artinya terdapat penurunan mean sebelum diberikan terapi dan sesudah diberikan

terapi sebesar 18,70.

Anda mungkin juga menyukai