Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit (RS) Nur Hidayah Desa Jetis

Kabupaten Bantul Yogyakarta. RS Nur Hidayah beralamat di Jl. Imogiri Timur

Km. 11,5 Trimulyo Jetis Bantul Yogyakarta. Secara geografis RS Nur Hidayah

terletak kira-kira 3 km dari taman wisata makam raja-raja di Imogiri, dilewati

jalur kendaraan umum jurusan Yogya-Imogiri sehingga amat mudah diakses oleh

masyarakat di Kabupaten Bantul dan sekitarnya (RS Nur Hidayah, 2016).

Rumah Sakit Nur Hidayah dipimpin oleh seorang dokter umum dengan

pendidikan tambahan Magister Manajemen Rumah Sakit. Dalam penyelenggaraan

Rumah Sakit, Direktur dibantu oleh Wakil Direktur Pelayanan dan Wakil Direktur

Umum. Masing-masing Wakil Direktur dibantu oleh Kepala Sub Bagian dan

Koordinator Tim Kerja. Bagian cleaning servis dan gizi karyawan, rumah sakit

bekerjasama dengan pihak luar sebagai penyelenggara dengan tetap

memperhatikan mutu layanan. Jumlah tenaga kerja di Rumah Sakit Nur Hidayah

saat ini ada 207 orang, yang terdiri dari Dokter Umum 11, Dokter Gigi 3, Dokter

Spesialis 21, Perawat Unit Gawat Darurat (UGD) 12, Perawat Bangsal 30, Bidan

13, Fisioterapis 3, Asper Poli dan OK 7, Perawat Poli 3, Asper Bangsal 4,

Apoteker 2, Asisisten Apoteker 8, Reseptir 1, Ahli gizi 2 , Pengolah Gizi 8,

Rekam Medis dan Filling 8, Analis Kesehatan 7, Radiografer 6, Kerohanian 3,

Keuangan 2, Sumber Daya Manusia (SDM) 2, Customer Service 2, Pendaftaran 6,

53
54

Administrasi Umum 2, Administrasi Jamkes 3, Promosi Kesehatan Rumah Sakit

(PKRS) 4, Sanitasi 1, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS) 3,

Keamanan 3, Parkir 7, Linen 3, Kasir 5, IT/Programer 1, Direktur 1, Wakil

Direktur 1, Usaha Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (UPMKP) 1, Satuan

Pengawas Internal (SPI) 2, Dewan Pengawas 5 (RS Nur Hidayah, 2016).

Jenis pelayanan yang ada di Rumah Sakit Nur Hidayah meliputi (RS Nur

Hidayah, 2016) :

1. Pelayanan 24 Jam meliputi: Unit Gawat Darurat (UGD), Poli Umum, Rawat

Inap, Pelayanan Operasi Minor dan Mayor, Bedah Laparascopy, Circumcisi

(Khitan), Bidan 24 Jam, Laboratorium, Rontgent, Farmasi, Ambulance Siap

Antar Jemput.

2. Pelayanan Poli Klinik meliputi: Poli Spesialis Bedah , Poli Spesialis Anak, Poli

Spesialis Syaraf, Poli Spesialis Penyakit Dalam, Poli Spesialis Telinga Hidung

dan Tenggorokan (THT), Poli Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Poli Spesialis

Kebidanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan Keluarga Berencana (KB), Poli

Spesialis Kulit dan Kelamin, Poli Imunisasi, Poli Gigi.

3. Pelayanan Penunjang Medik meliputi: Fisiotherapi, Home Care/ Home Visite/

Kunjungan Dokter ke Rumah, Konsultasi Gizi, Konsultasi Obesitas dan

Akupunture Medik, Ultrasonography (USG), Elektrokardiogram (EKG),

Medical Check Up dan Pemeriksaan Calon Haji/ Umroh, Hu Care (Khusnul

Khatimah Care), Rukhti Jenazah, Pijat Bayi, Pijat Getar Syaraf, Rekam Medik.

4. Khitan Center meliputi: RS Nur Hidayah melayani kerjasama dengan Instansi/

perusahaan untuk melakukan khitan bersama. Adapun khitan yang dapat kami
55

layani sebagai berikut: Khitan di Rumah Sakit Nur Hidayah, Khitan di Rumah,

Khitan Laser, Khitan Fimosis, Khitan dengan Bius Total, Khitan Bermalam,

Khitan Bersama, Khitan Putri.

5. Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Bakti Sosial: Layanan untuk

meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekitar, waktu sesuai permintaan

atau kesehatan meliputi: Pembinaan Posyandu, Pembinaan Usaha Kesrhatan

Sekolah (UKS), Pos Kesehatan Pesantren, Penyuluhan/Ceramah Islam dan

Kesehatan, Pengobatan/Screening Kesehatan. Pemeriksaan Rutin untuk

Instansi/ Perusahaan.

6. Pelayanan Penunjang Umum: Administrasi, Humas Marketing, Pemeliharaan,

Keamanan dan lain-lain.

7. Pendidikan dan Penelitian: Magang Mahasiswa, Diklat Karyawan, Penelitian

Mutu Layanan, Penelitian Kepuasan Pasien, Penelitian Kepuasan Karyawan,

dan sebaginya.
56

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Karakteristik Responden

NO Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Usia (tahun)
<20 tahun 0 0
20-35 tahun 28 93,3
>35 tahun 2 6,7
Jumlah 30 100
2 Tingkat Pendidikan
SD 2 6,7
SMP 7 23,3
SMA 17 56,7
Perguruan Tinggi 4 13,3
Jumlah 30 100
3 Pekerjaan
IRT 10 33,3
Buruh 2 6,7
Petani 1 3,3
Swasta 7 23,3
Karyawan Swasta 2 6,7
Wirausaha 8 26,7
Jumlah 30 100
(Sumber : Data Primer, 2016)

Tabel 4.1. menunjukan bahwa sebagian besar responden berusia 20-

35 tahun yaitu sebanyak 28 responden (93,3%). Pendidikan responden

mayoritas SMA yaitu sebanyak 17 responden (56,7%). Ibu post sectio

caesarea (SC) di Rumah Sakit Nur Hidayah sebagian besar bekerja sebagai

ibu rumah tangga (IRT) yaitu 10 responden (33,3%).


57

b. Kejadian Mobilisasi Dini

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan mengenai

mobilisasi dini post sectio ceasarea (SC) di Rumah Sakit Nur Hidayah

Imogiri Bantul yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2. Mobilisasi Dini Post Sectio Ceasarea (SC) di Rumah Sakit Nur
Hidayah Imogiri Bantul

No Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Baik 17 56,7
2 Kurang Baik 13 43,3
Jumlah 30 100
(Sumber : Data Primer, 2016)

Table 4.2. menunjukan bahwa sebagian besar mobilisasi dini responden

termasuk kategori mobilisasi baik yaitu sebanyak 17 responden (56,7%).

c. Penyembuhan luka post sectio caesarea (SC)

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan mengenai

penyembuhan luka post sectio ceasarea (SC) di Rumah Sakit Nur Hidayah

Imogiri Bantul yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.3. Penyembuhan Luka Post Sectio Ceasarea (SC) di Rumah Sakit Nur
Hidayah Imogiri Bantul

No Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Sembuh 24 80
2 Tidak Sembuh 6 20
Jumlah 30 100
(Sumber : Data Primer,2016)

Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui bahwa penyembuhan luka post sectio

ceasarea (SC) di Rumah Sakit Nur Hidayah Imogiri Bantul, sebagian besar

responden termasuk kategori sembuh yaitu sebanyak 24 responden (80%).


58

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini dengan menggunakan uji Statistic

Chi Square, dapat diketahui sebagai berikut :

Tabel 4.4. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Cesarea
(SC) di Rumah Sakit Nur Hidayah Imogiri Bantul
Mobilisasi
Dini Penyembuhan Luka Total
X2 P C
Sembuh Tidak
Sembuh
F % f % f %
Baik 17 56,7 0 0 17 56,7
9,808 0,002 0,496
Kurang Baik 7 23,3 6 20 13 43,3
Total 24 80 6 20 30 100
(Sumber: Data Primer, 2016)

Berdasarkan Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dengan mobilisasi dini baik dan penyembuhan lukanya sembuh

yaitu sebanyak 17 responden (56,7%). Nilai X2hitung 9,808 (X2tabel 3.841) dan

nilai probaility (p) sebesar 0,002 p (<0,05), menunjukan bahwa ada hubungan

mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post sectio cesarea (SC) di Rumah

Sakit Nur Hidayah Imogiri Bantul. Nilai coefficient contingency (CC) sebesar

0,496 yang berarti bahwa penelitian ini memiliki keeratan hubungan dengan

kategori sedang.

C. Pembahasan

Persalinan dengan sectio caesarea (SC) dapat menjadi salah satu penyebab

terjadinya infeksi apabila perawatan yang dilakukan tidak benar. Komplikasi yang
59

dapat terjadi adalah infeksi puerperal seperti kenaikan suhu pada masa nifas,

peritonitis, sepsis, dan sebagainya. Komplikasi yang lain adalah pendarahan, luka

kandung kencing, embolisme paru-paru (Wiknjosastro, 2010).

Jahitan operasi caesar memiliki resiko untuk terjadinya infeksi yang bisa

saja muncul selama berada dalam masa penyembuhan dari operasi caesar yang

telah di lakukan. Dampak dari infeksi setelah melahirkan adalah membuat para

wanita cenderung kurang bisa merawat bayi mereka dan akan membutuhkan

penyembuhan yang lebih lama dari proses melahirkan (Hardianti, 2014).

Pada periode post partum awal, ibu yang menjalani persalinan dengan

Sectio Caesarea (SC) akan lebih sedikit bergerak dari pada ibu yang melahirkan

spontan. Hal ini disebabkan karena adanya luka setelah operasi menimbulkan

nyeri dan biasanya dirasakan setelah sadar dari pengaruh anastesi. Adanya luka

yang menimbulkan nyeri tersebut membuat pasien merasa takut dan cemas untuk

melakukan mobilisasi dini sehingga pasien cenderung untuk berbaring,

mempertahankan seluruh tubuh kaku dan tidak mengindahkan daerah

pembedahan. Mobilisasi dini secara bertahap sangat berguna untuk membantu

jalannya penyembuhan (Mochtar, 2010).

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di

tempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan

atau belajar berjalan (Hamilton, 2009). Mobilisasi dini dapat dilakukan pada

kondisi pasien yang membaik. Konsep mobilisasi berasal dari ambulasi dini yang

merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Ancheta, 2009).


60

Berdasarkan Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

dengan mobilisasi dini baik dan penyembuhan lukanya sembuh yaitu sebanyak 17

responden (56,7%). Nilai X2hitung 9,808 (X2tabel 3.841) dan nilai probaility (p)

sebesar 0,002 p (<0,05), menunjukan bahwa ada hubungan mobilisasi dini dengan

penyembuhan luka post sectio cesarea (SC) di Rumah Sakit Nur Hidayah Imogiri

Bantul. Nilai coefficient contingency (CC) sebesar 0,496 yang berarti bahwa

penelitian ini memiliki keeratan hubungan dengan kategori sedang.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriani dkk (2014)

dengan judul “Hubungan Mobilisasi Dini terhadap Penyembuhan Luka Post Op

Sectio Caesarea di RSUD Salewangang Maros”. Hasil penelitian tersebut analisis

bivariat didapatkan data bahwa terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap

penyembuhan luka SC dengan tingkat kemaknaan p= 0,001< 0,05. Kesimpulan

dalam penelitian tersebut adalah mobilisasi dini mempengaruhi Penyembuhan

luka sectio caesarea di RSUD Salewangeng Maros.

Mobilisasi dini merupakan kebijaksanaan untuk segera mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing segera

mungkin untuk berjalan (Manuaba, 2008). Mobilisasi dini pada ibu post partum

pelaksanaannya tergantung pada kondisi pasien, apabila pasien melakukan

persalinan dengan normal, bisa dilakukan setelah 2-4 jam setelah persalinan dan

ibu yang menjalani caesar bisa melakukan mobilisasi 8 jam sesudah bersalin

(Manuaba, 2012). Mayoritas mobilisasi dini di RS Nur Hidayah imogiri, sudah

termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 17 responden (56,7%).


61

Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat

pemulihan paska bedah dan dapat mencegah komplikasi paska bedah. Dengan

mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka

resiko perdarahan abnormal dapat dihindari, karena kontraksi membentuk

penyempitan pembuluh darah yang terbuka. Selain itu tindakan mobilisasi dini

diharapkan ibu post sectio caesarea dapat menjadi lebih sehat dan lebih kuat, serta

dapat melancarkan pengeluaran lochea, membantu proses penyembuhan luka

akibat proses persalinan, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan

fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan serta meningkatkan kelancaran

peredaran darah. Sehingga mempercepat fungsi air susu ibu (ASI) dan

pengeluaran sisa metabolisme (Manuaba, 2011).

Sikap seseorang dalam melakukan mobilisasi dini dipengaruhi beberapa

faktor diantaranya adalah usia, pendidikan, dan pekerjaan (Lauro, 2010;

Cerpenito, 2011; Notoatmojo, 2008). Usia merupakan faktor yang mempengaruhi

seseorang dalam melakukan mobilisasi dini karena seorang anak akan berbeda

tingkat kemampuan mobilisasi dini dibandingkan dengan seorang remaja atau

dewasa. Mayoritas ibu post sectio caesarea di RS Nur Hidayah Imogiri Bantul

sebagian besar responden berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 28 responden

(93,3%). Hal ini sejalan dengan Ambarwati (2010) yang mengatakan bahwa

Seorang anak dapat melakukan mobilisasi yang lebih aktif karena mobilisasi yang

dilakukan anak-anak tidak berdasarkan instruksi yang diperintah oleh seseorang.

Sedangkan mobilisasi yang dilakukan pasien post setio caesarea harus bertahap

dan harus sesuai dengan instruksi yang telah diberikan oleh perawat.
62

Pengaruh usia sebenarnya lebih berpengaruh kepada bagaimana seseorang

itu mampu terhadap adaptasi nyeri dan ditinjau dari segi kultur/budaya masing-

masing orang. Sedangkan untuk penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia

muda dari pada orang tua. Orang yang sudah lanjut usia tidak dapat mentolerir

stres seperti trauma jaringan atau infeksi (Smeltzer, 2009).

Penyembuhan luka merupakan suatu poses pergantian jaringan yang mati

atau rusak dengan jaringan yang baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan

regenerasi. Penyembuhan luka post sectio caesarea (SC) di Rumah Sakit Nur

Hidayah Imogiri Bantul, sebagian besar responden termasuk kategori sembuh

yaitu sebanyak 24 responden (80%). Luka dikatakan sembuh apabila

permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang

kembali normal. Kesembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu pemulihan jaringan

ialah regenerasi jaringan pulih seperti semula baik secara struktur maupun

fungsinya, dan repair ialah pemulilhan atau penggantian oleh jaringan ikat (Boyle,

2009).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Angriani

dkk (2014) dengan judul “Hubungan Mobilisasi Dini terhadap Penyembuhan

Luka Post Op Sectio Caesarea di RSUD Salewangang Maros”. Hasil penelitian

menunjukan dari 15 responden, didapatkan 11 responden dengan penyembuhan

lukanya Sembuh.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempegaruhi seseorang

dalam meningkatkan pengetahuan. Mayoritas ibu post sectio caesarea di RS Nur


63

Hidayah Imogiri Bantul berpendidikan SMA yaitu sebanyak 17 responden

(56,7%). Hal ini sejalan dengan Notoatmojo (2008) yang mengatakan bahwa

pengetahuan akan mobilisasi dini sangatlah penting karena pengetahuan tentang

mobilisasi dini saja tidak cukup tetapi harus diimbangi dengan motivasi untuk

memelihara mobilisasi dini agar mempercepat penyembuhan dan tidak

menyebabkan infeksi.

Langkah keberhasilan dalam penyembuhan luka fase proliferasi adalah

pengetahuan ibu tentang melakukan mobilisasi dini pada penyembuahn luka post

secti caesarea. Penyembuhan luka adalah peroses pengganti dan perbaikan fungsi

jaringan yang rusak (Marison, 2012). Penelitian ini pun sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Purwanti (2011) yang menyatakan pengetahuan ibu post setio

caesarea dipengaruhi oleh faktor informasi, karena bertambahnya informasi yang

diperoleh dapat mempengaruhi tingkat pengethauan ibu post setio caesarea

tentang mobilisasi dini pada penyembuhan lukanya sehingga akan mempengaruhi

penyembuhan luka fase proliferasi pada luka post sectio caesarea.

Penyembuhan luka fase proliferasi dipengaruhi oleh faktor internal

diantaranya lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial ekonomi, penagan petugas,

kondisi ibu dan gizi, sehingga ibu post sectio caesarea dapat memperhatian

penyembuhan luka fase proliferasi pada luka post sectio caesarea dengan faktor

yang mempengaruhi tersebut. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan

semakin mudah menerima informasi, sehingga akan semakin banyak pula

penegtahuan yang dimiliki khususnya akan mengetahui pentingnya mobilisasi dini

dan sebaliknya bila pendidikan yang kurang akan menghambat seseorang dalam
64

meningkatkan penegetahuan. Mobilisasi dini pada post sectio caesarea akan

mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka post sectio caesarea sehingga

tidak akan terjadi infeksi (Smeltzer, 2009).

Mayoritas pekerjaan ibu post sectio caesarea di RS Nur Hidyah Imogiri,

sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu 10 responden

(33,3%). Pernyataan tersebut seperti yang dikatakan Smeltzer (2009) bahwa status

ekonomi akan mempengaruhi prektek mobilisasi dini yang dilakukan. Pekerjaan

dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menyediakan fasilitas dan

kebutuhan yang diperlukan untuk menjaga hidup dan kelangsungan hidup

keluarganya.

Berdasarkan paparan pembahasan dapat dikatakan bahwa semakin baik

moblisasi dini maka penyembuhan lukanya akan semakin sembuh. Mobilisasi dini

merupakan faktor dalam mempercepat pemulihan post operasi dan dapat

mencegah komplikasi post operasi. Banyak keuntungan yang dapat diraih dari

latihan mobilisasi dini di tempat tidur dan berjalan pada periode dini post operasi.

Mobilisasi dini juga sangat penting dalam percepatan rawat inap dan mengurangi

terjadinya dekubitus, kekakuan /penegangan otot (Hamilton, 2011).

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah responden harus mengingat-

ingat mobilisasi dahulu yang dilakukan.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulan bahwa:

1. Karakteristik responden berdasarkan usia sebagian besar 20-35 Tahun,

mayoritas berpendidikan SMA, dan paling banyak bekerja sebagai IRT.

2. Mobilisasi dini post sectio ceasarea (SC) di Rumah Sakit Nur Hidayah

Imogiri Bantul, sebagian besar dengan kategori baik.

3. Sebagian besar responden di Rumah Sakit Nur Hidayah Imogiri Bantul,

penyembuhan lukanya termasuk kategori sembuh.

4. Ada hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post sectio

cesarea (SC) di Rumah Sakit Nur Hidayah Imogiri Bantul, dan memiliki

keeratan hubungan dengan kategori sedang.

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan tentang mobilisasi

dini dan sebaiknya mobilisasi dini perlu bimbingan/pendampingan secara

langsung.

2.Bagi Ibu Post Sectio Caesarea (SC)

Diharapkan ibu Post Sectio Caesarea segera mungkin untuk melakukan

mobilisasi dini untuk memperkecil terjadinya infeksi Post Sectio Caesarea

(SC).

65
66

3.Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan meyediakan buku sumber dan jurnal-jurnal pendukung penetian

yang lebih banyak dan lengkap, agar lebih mempermudah mahasiswa dalam

proses penelitian.

4. Bagi Peneliti Selajutnya

Diharapkan dapat meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan

luka post setio caesarea selain mobilisasi dini.

Anda mungkin juga menyukai