Dosen Pengajar:
Disusun Oleh:
Kelompok 6
2. Melani (202001051)
Dosen Pengajar:
Disusun Oleh:
Kelompok 6
2. Melani (202001051)
3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.2 Tujuan..................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI........................................................................................................7
4
2.4.3 Kandungan Madu...........................................................................................36
BAB III.........................................................................................................................38
ANALISIS JURNAL....................................................................................................38
BAB IV.........................................................................................................................48
PEMBAHASAN...........................................................................................................48
BAB V..........................................................................................................................52
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................52
5.2 Saran.......................................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................53
5
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetic Foot Ulcer merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang
masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat
diabetik salah satunya yaitu pencucian luka yang merupakan kunci dalam
mencuci luka (wound cleansing), membuang jaringan nekrotik pada luka, memilih
Amerika Utara dengan prevalensi di tingkat global rata-rata 6,4% (Zhang, P.,
Lu, J., Jing, Y., Tang, S., Zhu, D., & Bi, 2017). Demikian pula negara di Asia
disertai dengan komplikasi luka kaki (Ramachandran, A., Snehalatha, C., Chan, J.
C. N., Chia, K. S., Shaw, J. E., & Zimmet, 2016). Indonesia Timur, prevalensi luka
kaki diabetes sekitar 12 % dan prevalensi risiko luka kaki diabetes sekitar 55.4 %
(Rasyid et al., 2018). Di wilayah Jawa Timur prevalensi penderita DM dengan ulkus
diabetikum sebanyak 15% (Kominfo Jatim, 2018). Ulkus diabetes pada penderita
diabetes perlu ditangani dengan pencegahan peningkatan kadar gula darah sehingga
DFU disebabkan oleh penyakit vaskular, persarafan dan infeksi. DFU terjadi
6
dapat merasakan nyeri pada saat cedera, dan cedera tersebut terjadi dalam bentuk
cedera termal, cedera kimia atau trauma (Maryunani, 2013). Efek lain dari DFU
perawatan dirumah sakit membutuhkan biaya yang sangat besar tiap tahun dan
menjadi beban yang sangat besar dalam sistem pemeliharan kesehatan (Riani &
enzim katalase yang berfungsi sebagai antibakteria dan kandungan air yang kurang
18% memungkinkan madu untuk menarik pus (nanah) disekitar area luka yang di
oles dengan madu alami. Metode MWH seperti madu ini secara klinis memiliki
keuntungan akan meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar
lapisan air yang tipis, mengurangi resiko timbulnya jaringan parut, dan lain-lain,
sintesa kolagen sebanyak 50%, rata-rata reepitelisasi dengan kelembaban 2–5 kali
lebih cepat serta dapat mengurangi kehilangan cairan dari atas permukaan luka.
Kualitas penyembuhan baik, luka cepat sembuh sehingga dapat mengurangi biaya
7
1.2 Tujuan
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
yang disebut sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ
yang paling luar. Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku,
rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk
organ pada sistem integumen berfungsi menutup organ atau jaringan dalam
manusia dari kontak luar. Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit,
dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatankekuatan
9
membangun sebuah barier yang memisahkan organorgan internal dengan
lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.
lapisan, yaitu :
1. Epidermis
merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang
10
kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini
mencegah kanker.
difus.
11
d. Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat
tanduk) dan lapisan ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali.
berinti.
12
bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya
lapisan inti.
13
Gambar 2.1 Epidermis
2. Dermis
dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis
epidermis.
14
terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum
keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel,
15
3. Skin Appendages/adnexa
Rambut terdiri dari medula yang terdiri dari keratin lunak dan
dan sel-sel saraf. Bagian luar papila diliputi sel-sel epitel yang
16
disebutgerminal matri, dan ujung folikel rambut tampak
kemerahan
17
2) Kuku
bila dilihat dari atas dan diapit oleh lipatan kulit yang
darikuku, terdiri dari, ujung kuku atas ujung batas, badan kuku
18
19
2.2 Konsep Diabetik Foot Ulcer (DFU)
Ulkus Kaki Diabetik (DFU) didefinisikan sebagai erosi kulit yang meluas d
ari lapisan dermis ke jaringan yang lebih dalam, yang disebabkan oleh berbagai
memperbaiki dirinya sendiri secara tepat waktu (Aini, Nur dan Aridiana, 2016).
Luka diabetes adalah luka yang terjadi pada kaki penderita diabetes, dimana
terdapat kelainan pada kaki bagian bawah akibat penyakit diabetes melitus yang
tidak terkontrol. Kelainan bentuk kaki diabetik melitus dapat disebabkan oleh
1. Neuropati
Neuropati adalah salah satu etiologi DFU. Neuropati terjadi dengan 3 efek
abnormal pada saraf, yaitu saraf motorik, sensorik, dan saraf otonom. Dampak
dari ketiga kelainan saraf tersebut juga berbeda. Neuropati pada saraf motorik
menyebabkan kelainan bentuk pada tungkai, seperti jari kaki palu dan kaki
cakar, sehingga terjadi kelainan tekanan pada tonjolan tulang. Neuropati saraf
dan disthesia juga bisa muncul. Beberapa jenis gejala juga dapat muncul saat
20
neuropati memburuk. Gejala yang terjadi mungkin termasuk kesemutan, nyeri
tajam atau sensasi terbakar, sensasi mati rasa yang dimulai di kaki dan
pasien, yang diikuti dengan peningkatan kadar gula darah. Nyeri sering terjadi
di ekstremitas bawah. Nyeri ini muncul saat istirahat dan bertambah parah di
pergelangan kaki dan sensasi posisi abnormal dapat ditemukan (Ekore, R.I.,
Kadar gula darah yang naik selama beberapa tahun, bisa menyebabkan
stenosis pada pembuluh darah besar atau pembuluh darah di ekstremitas. Pada
sel iskemik. Sel iskemik, jika terjadi luka, dapat menghambat penyembuhan
luka. Gejala kelainan vaskular perifer yang paling umum adalah klaudikasio.
atau nyeri otot yang terjadi saat beraktivitas dan mereda saat istirahat.
panggul, pinggang dan paha yang muncul pada pasien dengan penyakit aorta
Deformitas menyebabkan jari kaki palu dan kaki cakar (Alimul aziz, 2012).
Ulkus arteri, disebut juga ulkus iskemik, adalah luka di kaki yang disebabkan
21
oleh perfusi kaki yang tidak memadai, hal ini disebabkan oleh penyumbatan
sebagian atau total arteri yang memasok darah ke ekstremitas inferior. Penyakit
disebabkan oleh kekakuan membran sel darah merah yang sejalan dengan
peningkatan agregasi sel darah merah. Sel darah merah harus fleksibel saat
penyumbatan aliran darah dan kerusakan endotel. Ulkus arteri disebabkan oleh
karena lukanya berdarah. Penyakit arteri yang parah dan kematian sel spontan
kolesterol pada dinding pembuluh darah dapat pecah dan tetap berada di
aliran darah secara tiba-tiba dan lengkap dalam proses yang disebut oklusi
1. Neuropati perifer
luka, merupakan faktor utama dalam ulkus diabetes. Penderita ulkus diabetik
22
sekitar 45-60% disebabkan oleh neuropati, dimana 45% merupakan
kombinasi dari neuropati dan iskemik. Neuropati juga berperan dalam ulserasi
kaki. Neuropati perifer terbagi menjadi 3 bagian yaitu neuropati motorik yaitu
tekanan tinggi pada ulkus kaki yang mengakibatkan kelainan bentuk kaki,
neuropati sensorik, yaitu hilangnya sensasi pada kaki, dan yang terakhir
saraf yang serius atau masalah sirkulasi yang dapat berdampak pada
1. Neuropati
melitus karena kadar gula dalam darah yang tinggi yang bisa merusak urat
23
syaraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada
terasa. Gejala- gejala neuropati meliputi kesemutan, rasa panas, rasa tebal
ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari (Maryunani,
2013).
2. Angiopathy
diabetik, yaitu luka berwarna merah kehitaman atau berbau busuk di kaki.
penambahan berat badan (fase kompensasi). Keadaan ini tidak segera ditangani
maka akan terjadi gejala fase dekompensasi yang dikenal dengan gejala diabetes
klasik yaitu poliuria, polidipsi, dan penurunan berat badan. Ketiga gejala klasik
ini juga disebut sebagai "trias sindrom diabetes akut", yang jika tidak segera
24
2.2.5 Penatalaksanaan DFU
2013).
3. Perawatan Luka
balutan yang tepat dan agen topikal pada luka, dan debridemen jaringan
25
dehidrasi dan kematian sel, mempercepat proses angiogenesis, dan
memudahkan proses epitelisasi (Ekore, R.I., Ajayi, I.O., Arije, A., & Ekore,
2010).
4. Pengontrolan infeksi
ditangani dengan baik. Melakukan kultur jaringan perlu dilakukan agar kita
mengetahui jenis bakteri yang ada pada luka sehingga membantu kita
5. Pengurangan tekanan
pada tungkai yang cedera dan pada kaki yang mengalami kalus, hal ini
dilakukan agar tidak terjadi trauma tambahan pada kaki maupun pada kaki.
6. Pemberian edukasi
26
untuk menambah pengetahuan, mengubah perilaku pasien dalam perawatan
2013).
yang tepat, penyediaan alas kaki pasca penyembuhan, dan perawatan kaki
1. Fase Inflamasi
Fase Inflamasi terbagi dua, yaitu Fase inflamasi awal atau fase haemostasis
dan fase inflamasi akhir. Pada inflamasi awal pada saat jaringan terluka,
pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan pendarahan, reaksi
darah yang putus (retraksi) dan reaksi haemostasis. Pada inflamasi akhir dimulai
segera setelah terjadinya trauma sampai hari ke-5 pasca trauma. Tujuan utama
fase ini adalah menyingkirkan jaringan yang mati, dan pencegahan kolonisasi
maupun infeksi oleh agen mikrobial patogen. Setelah hemostasis tercapai, sel
radang akut serta neutrofil akan menginvasi daerah radang dan menghancurkan
semua debris dan bakteri. Dengan adanya neutrofil maka dimulai respon
27
keradangan yang ditandai dengan cardinal symptoms, yaitu tumor, kalor, rubor,
2. Fase Proliferasi
dan makrofag secara bertahap digantikan oleh migrasi sel fibroblast dan
deposisi sintesis matriks ekstraselular. Tujuan fase proliferasi ini adalah untuk
3. Fase Maturasi
Tahap pematangan berlangsung dari hari ke-21 sampai sekitar 1 tahun dan
pengisi luka baru, pertumbuhan epitel dan pembentukan bekas luka. Saat kadar
maturasi dari penyembuhan jaringan luka. Fase ini dapat berlangsung hingga 1
tahun lamanya atau lebih, tergantung dari ukuran luka dan metode penutupan
luka yang dipakai. Fase remodelling jaringan parut adalah fase terlama dari
proses penyembuhan. Pada umumnya tensile strength pada kulit dan fascia tidak
akan pernah mencapai 100%, namun hanya sekitar 80% dari normal, karena
serat-serat kolagen hanya bisa pulih sebanyak 80% dari kekuatan serat kolagen
28
Gambar 2.1 Fase Penyembuhan Luka Ethicaldigest.com
istirahat, stress, infeksi, merokok, kondisi medis dan pengobatan, dan obesitas.
amino, yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan degenerasi. Diet yang
baik juga mempertahankan tubuh terhadap infeksi (Darmawati & Sastra, 2013).
Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: usia, anemia,
adalah:
1. Usia
Usia adalah umur pasien dalam menjalani perawatan dalam hitungan tahun.
Kriteria objektif:
29
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan
Kriteria Objektif:
1. Perempuan
2. Laki-laki
Stadium luka awal adalah tingkatan masa yang dialami oleh kondisi luka. Kriteria
objektif:
kulit
IV
Stadium luka akhir adalah kondisi perkembangan yang dialami oleh luka. Kriteria
objektif:
1. Stadium IV – II : luka terdapat pada rongga (cavity), tulang, otot, dan tendon
30
merawat luka yang dimulai dari awal hingga terakhir kali pelaksanaan.
Kriteria objektif:
1. 1 - 24 Minggu
2. 25 - 48 Minggu
Jadwal perawatan luka merupakan pengaturan waktu rawat luka sesuai yang
telah ditentukan.
Kriteria objektif:
1. Teratur
2. Tidak teratur
Jansen Wound Assessment Tool (BWAT) yang mengkaji status luka yang
BWAT berisi 13 item untuk menilai ukuran luka, kedalaman, tepi luka,
31
untuk memprediksi penyembuhan luka namun pengkajian ini dibuat
untuk mengkaji luka diabetik. Pengkajian ini tidak melihat beberapa faktor
untuk luka serta menentukan intervensi lebih lanjut (Arisandi et al., 2017).
BWAT merupakan alat ukur luka ulkus diabetikum yang terdiri dari 13 item
a. Ukuran luka
Ukuran luka merupakan luas permukaan luka pasien yang dapat dihitung dengan
b. Kedalaman
seperti katun/kapas. Masukkan aplikator di bagian terdalam dari luka dan tandai
aplikator dengan pulpen, dan ukur jarak dari ujung yang ditandai, dengan
c. Tepi luka
Tepi luka merupakan daerah dimana jaringan normal menyatu dengan dasar
luka. Tepi luka menunjukkan beberapa karakteristik luka yang paling penting.
Saat menilai tepi luka, lihat bagaimana penampakan dari luka tersebut.
d. Terowongan/Goa
disamping luka.
32
e. Tipe jaringan nekrotik
Tipe jaringan nekrosis didefinisikan sebagai jaringan devisa yang mati. Dapat
berwarna hitam, coklat, abu-abu, atau kuning. Tekstur bisa kering dan kasar,
g. Tipe eksudat
h. Jumlah eksudat
33
Warna kulit di sekitar luka dapat mengindikasikan luka lebih lanjut dari tekanan,
j. Edema
Edema merupakan pembengkakakan yang terjadi pada luka dan sekitarnya. Kaji
jaringan dalam 4 cm tepi luka. Kenali edema dengan menekan jari ke dalam
jaringan dan tunggu selama 5 detik. Saat melepaskan tekanan, jaringan gagal
untuk kembali ke posisi normal, dan lekukan muncul. Ukur seberapa jauh edema
l. Jaringan granulasi
Jaringan granulasi adalah penanda dari kesehatan luka. Itu adalah tanda fase
proliferasi dari penyembuhan luka dan biasanya akhir dari penutupan luka.
Jaringan granulasi berkembang dari pembuluh darah kecil dan jaringan ikat ke
rongga luka.
m. Epitelisasi
peradangan atau fase proliferasi dari penyembuhan sebagai jaringan merah muda
34
1. Pencucian Luka
Pencucian luka pada diabetes melitus merupakan salah satu kunci dalam
pengendalian infeksi. Sebagian besar pasien yang dirawat pada kondisi ulkus
adalah pasien dengan luka grade 3 menurut skala Wagner dengan karakteristik
luka telah terjadi infeksi yang meluas sehingga proses penyembuhan akan
integral dari persiapan luka dalam menciptakan lingkungan luka yang optimal
dengan cara melepaskan benda asing, mengurangi jumlah bakteri dan mencegah
standar selama perawatan luka akut dan kronis, pencucian luka melibatkan
et al., 2019). Perawatan luka ulkus diabetik pada umumnya adalah menyiapkan
dasar luka (wound bed preparation) dan persiapan dasar luka yang meliputi
pada luka, memilih topical therapy yang tepat (Antoni & Harahap, 2019).
Perawatan luka kaki diabetes memerlukan waktu yang cukup lama. Selama ini
larutan yang sering digunakan untuk melakukan perawatan luka kaki diabetes
adalah NaCl 0.9%. Cairan NaCl 0.9% juga merupakan cairan fisiologis yang
efektif untuk perawatan luka karena sesuai dengan kandungan garam tubuh
Salah satu cairan pencuci luka adalah normal salin. Normal salin
merupakan cairan osmotik, steril, bebas pirogen, non toksik terhadap jaringan
tubuh manusia serta efektif terhadap adanya material organik pada luka seperti
35
darah, pus dan jaringan nekrotik, oleh karena itu pembersihan luka dengan
normal salin ini dianggap lebih efektif dibandingkan hanya sekedar penggunaan
2. Debridement
3. Pemilihan Dressing
dressing, yaitu pembalutan luka untuk menahan kelembaban area sekitar luka.
Penyembuhan luka terjadi lebih cepat pada kondisi lingkungan yang lembab
dan bersih (Leong et al., 2012) dalam (Khairani & Sriwidodo, 2019). Pada
yang dipakai adalah balutan dengan prinsip kering, kondisi yang kering pada
dan kolagen. Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa
kelembaban luka atau dikenal dengan moist dressing (Sibbald et al., 2007)
moist terdiri dari berbagai tipe yang bertujuan untuk tetap menjaga kelembaban
36
1) Foam/Busa: balutan ini dapat menyerap eksudat yang keluar dari luka serta
Silikon mencegah perlengketan pada permukaan kulit pada area luka yang
hasilnya dapat mengurangi trauma yang terjadi pada luka dan membantu
proses penyembuhan.
3) Alginate: balutan ini dapat menyerap eksudat pada luka atau menghentikan
menimbulkan trauma.
Madu adalah cairan kental yang berasal dari nektar yang dikumpulkan dan
Madu adalah cairan kental manis yang dihasilkan oleh lebah, bahan ini telah
lama di gunakan sebagai obat dan penelitian yang dilakukan pada penelitian
dekade terakhir telah menunjukkan manfaat yang besar dari madu (Pratama &
Rochmawati, 2019).
37
Widayanti, N., & Rifki, 2017), penggunaan honey dressing memiliki efek
mengurangi edema di sekitar ulkus dan mengurangi sekresi luka. Madu dapat
menjaga luka dalam kondisi steril sehingga senyawa yang berperan sebagai
antibacterial memiliki campuran 48% gula dan kadar air 15-20% sehingga
38
luka, Madu mengandung vitamin c lebih tinggi 3x lipat dibandingkan serum
vitamin yang baik untuk sintesis kolagen.13 Sifat osmosis pada madu
adekuyat. Tidak hanya nutrisi yang sampai ke area luka, tetapi leukosit juga
akan merangsang pelepasan sitokin dan growth factor (Ningsih et al., 2019).
3. Madu sebagai ekstrak etanol madu antijamur yang ampuh (Khan, SU,
Anjum, SI, Rahman, (Khan, S. U., Anjum, S. I., Rahman, K., Ansari, M.
J., Khan, W. U., Kamal, S., Khattak & Muhammad, A., & Khan, 2018).
madu adalah thiamine (B1), ribovlafin (B12), asam askorbat (C), piridoksin
39
(B6), niasin (B3), asam pantotenat (B5), biotin (B7), asam folat (B kompleks)
dan vitamin K. Enzim yang penting terkandung dalam madu adalah enzim
diatase, invertase, glukosa, peroksidase dan lipase. Asam utama yang terdapat
dalam madu adalah asam asetat, asam butirat, format, suksinat, glikolat, malat,
pelindung untuk mengurangi kontak antara luka dan sumber infeksi.(Sandi et al.,
2020). Madu diyakini efektif dalam penyembuhan luka dan perbaikan jaringan,
dengan sedikit atau tanpa pembentukan jaringan parut. (Martinotti, S., &
Ranzato, 2018). Madu juga menginduksi peningkatan kemampuan sel- sel kulit
diatur oleh EMT. Pada proses penutupan luka yang melibatkan peran matriks
40
BAB 3
ANALISIS JURNAL
41
011 test. Populasi luka dengan kasa kering, menjadi 3 responden berat. Sedang
han penelitian adalah anjurkan pada responden (30%), derajat luka sedang luka diabetik
n pasien yang untuk luka agar tetap juga berubah dari yang sesudah pemb
ya menderita luka dalam kondisi kering. semula tidak ada menjadi 4 madu, di RW
diabetik sejumlah responden (40%), dan Kelurahan Pe
10 orang, sampel untuk derajat luka berat Surabaya ada
diambil dengan terjadi penurunan dari 9 luka kategori
menggunakan orang (90%) menjadi 3 Dari hasil ters
teknik Non orang (30%). Dan dari didapatkan ad
Probability hasil uji statistik pemberian ter
Sampling dengan menggunakan Wilcoxon terhadap dera
pendekatan Total diperoleh ρ=0,023 yang RW 011, Kel
Sampling. berarti ada pengaruh terapi Pegirian, Sura
Pengumpulan data madu terhadap luka
menggunakan diabetikum.
lembar observasi.
uh Madu Metode yang Alat ukur Terdapat 4 responden Hasil uji pengaruh madu dapat disimpu
ap Proses digunakan adalah DESIGN yang memiliki luka terhadap proses madu memili
mbuhan metode Quasi menurut gangren penyembuhan gangrene untuk memba
Gangren Eksperiment Sugawa dkk, Kemudian Dengan paired t tes hasil t penyembuhan
asien Design. Penelitian (2006) terdiri Membandingkan subjek hitung 5.000 dan p value gangrene pasi
es Mellitus ini menggunakan dari: check list sebelum dan sesudah 0.015, hasil t hitung 5.000 mellitus, hasi
pendekatan One diberikan tindakan diatas harga atau > table t: menggunakan
Design Pre-test perawatan luka 2.35 dan p < dari 0.05. test mendapat
and Post-test menggunakan madu Hasi uji kekuatan pengaruh hitung 5.000
Group. dilakukan perawatan Paired Samples 0.015 karena
Populasinya selama dua minggu Correlations bahwa hitung 5.000
adalah seluruh keeratan pengaruh paired atau > table t:
pasien kunjungan sample correlation 0,577 < dari 0.05, m
di poliklinik omah (57%) sehingga disimpulkan a
luka sejumlah 20 mempunyai pengaruh yang madu untuk m
dengan teknik sedang proses penyem
Aksidental gangrene sehi
sampling. Analisa hipotesis yang
menggunakan uji ada manfaat m
Paired t test pada terhadap peny
signifikan 5%. luka gangrene
uh Madu Desain penelitian lembar Peneliti menanyakan sebelum intervensi paling Perawatan lu
i Topikal ini adalah quasi observasi skala kenyamanan subjek banyak adalah grade 5 madu terbukt
Terhadap eksperiment verbal rating penelitian berdasarkan (ganggren nekrotik) yaitu statistika dapa
t dengan comfort scale. verbal rating comfort 16 orang subjek penelitian mempengaruh
manan pendekatan one scale. Peneliti selanjutnya (51,6%) dan sisanya yaitu positif tingka
Dengan group pre test post melakukan perawatan 15 orang subjek penelitian kenyamanan
Kaki test design. Teknik luka dengan madu (48,4%) adalah grade 4 penelitian. Ha
k sampling yang sebagai topikal terapi. 10 (ganggren sebagian). diakibatkan te
digunakan adalah cm x 10 cm gauze Adapun setelah intervensi aspek-aspek p
consecutive dioleskan 20 ml madu. mayoritas subjek penelitian perawatan luk
sampling dengan Gauze yang sudah grade 1 yaitu 17 subjek dialami subje
kriteria penderita dioleskan madu tersebut penelitian (54,8%) tetapi seperti penuru
42
luka kaki diabetik ditempel langsung ke masih ada subjek penelitian penurunan ek
derajat IV dan V. permukaan luka hingga yaitu 8 (25,8%) masih pada ataupun rasa n
Jumlah sampel seluruh luka tertutup. grade 5. Sebagian besar dengan sensa
dalam penelitian Fixomul stretch subjek penelitian (54,8%) penggunaan m
ini adalah 31 digunakan sebagai memiliki luas luka lebih
orang dressing sekunder. dari 80 cm². Adapun
Kegiatan ini dilakukan setelah dilakukan
per 2 hari hingga intervensi, terjadi
maksimal 7 kali perubahan salah satunya
pertemuan (hari ke-13). adalah 1 subjek penelitian
memiliki luas luka antara 4
hingga 16 cm².
subjek penelitian
berdasarkan skala
kenyamanan, sebelum
intervensi sebanyak 24
subjek penelitian (77,4%)
memiliki kenyamanan
skala 0 (tidak nyaman).
Adapun setelah intervensi
sebagian besar subjek
penelitian yaitu 13 subjek
penelitian (41,9%)
memiliki kenyamanan
skala 5 (sedang).
itas Metode dalam menggunakan luka yang memiliki bahwa sebagian besar perawatan luk
unaan penelitian ini skor MUNGS slough dan cairan yang jumlah pasien berdasarkan diabetic deng
Campuran menggunakan banyak dilakukan luka kaki diabetik grade II menggunakan
ap Proses Quasi Experiment dressing selang sehari berjumlah 8 orang (53,3 %) campuran san
mbuhan dengan rancangan sebanyak 4 kali dalam dan grade III berjumlah 7 membantu, se
Di Poli penelitian satu minggu, sedangkan orang (46,7 %). sebagai altern
iabetik menggunakan untuk luka yang memiliki Rata-rata granulasi tumbuh pengganti ma
Sakit rangkaian slough sedikit maka pada hari ke 14 sampai sampai sekara
Daerah observasi proses dilakukan dressing luka 3 dengan 21 hari perawatan. susah untuk d
anjarmasin penyembuhan luka hari sekali dalam Hal ini tentunya berbeda madu campur
2016 dengan seminggu dilakukan 2 dengan teori yang lebih ekonom
menggunakan kali perawatan luka. menyatakan granulasi pada menunjukkan
madu campuran. Selama perawatan luka, luka kaki diabetik akan perbaikan luk
Populasi dan luka dilakukan secara tumbuh pada hari ke 21 dan cepat, ser
sampel penelitian steril, berhati-hati dalam atau 3 minggu setelah kandungan ni
adalah klien membuang nekrosis atau perawatan. Walaupun jelas sama de
dengan luka kaki jaringan mati, setelah sebelumnya tidak ada kandungan m
diabetik grade II selesai luka ditutup penelitian yang meneliti pada umumny
dan III dengan dengan menggunakan tentang perawatan kaki
jumlah sampel madu campuran secara diabetik dengan
minimal sebanyak merata dan dibalut menggunakan madu
15 sampel dengan menggunakan campuran dan hanya
kassa steril menggunakan madu asli
dalam perawatan luka,
namun dalam hal ini tim
43
peneliti membuktikan
bahwa madu campuran
juga bisa digunakan dalam
perawatan luka kaki
diabetik.
aan Desain penelitian observasi selama 7 hari masing- - Rata-rata skor Berdasarkan h
itas Madu yang dilakukan pengkajian masing kelompok penilaian status luka parametric in
fratulle adalah pre- luka. eksperimen dilakukan diabetik sebelum test dapat disi
ap experimental perawatan luka setiap hari perawatan luka bahwa, ada pe
mbuhan dengan rancangan dengan prosedur menggunakan madu efektivitas pe
Diabetik one group pretest- perawatan luka sesuai adalah 24,60 dan rata- luka menggun
asien posttest. Sampel standar yang telah rata skor penilaian dan sofratulle
es Mellitus penelitian ditetapkan sebelumnya, status luka diabetik penyembuhan
sebanyak 20 yaitu mulai dengan sesudah perawatan diabetik pasie
responden yang pengkajian luka, luka menggunakan mellitus di Ru
dibagi dalam 2 pembersihan luka, madu adalah 32.40. Bhayangkara
kelompok, 10 debridement, kemudian Berdasarkan hasil uji (p value = 0,0
responden sebagai baru dilakukan pemberian statistik ada pengaruh Dapat disimp
kelompok madu ataupun sofratull perawatan luka bahwa madu
eksperimen (sesuai dengan kelompok menggunakan madu keefektifan ya
perawatan luka masing-masing) dan terhadap penyembuhan tinggi dari pa
dengan madu dan terakhir ialah pembalutan luka diabetik pasien dalam penyem
10 responden luka. Setelah 1 minggu diabetes mellitus di diabetik.
sebagai kelompok atau pada hari ke-7 Rumah Sakit
eksperimen dilakukan perawatan luka, Bhayangkara
perawatan luka masing-masing kelompok Pekanbaru (p value =
dengan sofratulle. eksperimen yang 0,000 < α).
Teknik analisa menggunakan madu dan - Rata-rata skor
data yang sofratull dilakukan penilaian status luka
digunakan adalah pengujian kembali yaitu diabetik sebelum
independen t-test hasil posttest dimana perawatan luka
dengan nilai α = telah dilakukan menggunakan
0,01. pengkajian ulang. sofratulle adalah
25,50. Rata-rata skor
penilaian status luka
diabetik sesudah
perawatan luka
menggunakan
sofratulle adalah 29.30
Berdasarkan hasil uji
statistik ada pengaruh
perawatan luka
menggunakan
sofratulle terhadap
penyembuhan luka
diabetik pasien
diabetes mellitus di
Rumah Sakit
Bhayangkara
Pekanbaru (p value =
44
0,006< α).
dingan Desain penelitian Lembar Pada kelompok madu+ rata-rata perawatan luka Setelah dilaku
itas Madu yang digunakan Observasi NaCl 0,9% dan NaCl madu + NaCl 0,9% pada penelitian, ma
0,9% adalah quasi 0,9% saja,intervensi di sebelum perlakuan adalah disimpulkan a
n Nacl 0,9 eksperimen lakukan dengan membagi 18,20 dengan standar perbandingan
Terhadap dengan rancangan responden menjadi 2 deviasi 2,658. Sesudah perawatan luk
mbuhan control time series bagian dengan waktu perlakuan didapat rata-rata menggunakan
Gangren design. Sampel yang berbeda, perawatan perawatan luka NaCl 0,9% da
asien penelitian ini luka dilakukan dalam dua menggunakan madu + 0,9% terhadap
es Mellitus adalah 20 pasien, hari sekali, pada hari ke NaCl 0,9% adalah 29,50 penyembuhan
Di yang dibagi 15 dilakukan pengukuran dengan standar deviasi gangren pasie
h Kerja menjadi dua kembali bagaimana 3,171, pada nilai mean mellitus di wi
mas kelompok dengan penyembuhan luka terjadi perbedaan antara sebelum Puskesmas B
nang Kota rincian 10 pasien pada kelompok dan sesudah perlakuan Kota.
2015 sebagai perawatan madu+NaCl 0,9% dan adalah 11,300 dengan
luka menggunakan NaCl 0,9% saja. standar deviasi 1,889.Hasil
madu + NaCl uji statistik didapatkan nilai
0,9% dan 10 p = 0,001 maka dapat
pasien lainnya disimpulkan ada perbedaan
perawatan luka yang signifikan antara
menggunakan perawatan luka madu +
NaCl 0,9% Teknik NaCl 0,9% sebelum
analisa data yang perlakuan dan sesudah
digunakan adalah perlakuan.
uji parametik yaitu -
uji statistik uji T-
test atau Paired T-
test yaitu uji
dependen dan
independen
dengan nilai α =
0,05.
uh Lidah Desain penelitian Alat ukur yang lidah buaya yang telah - Sebelum perawatan Terdapat peng
Dan Madu menggunakan Pra- digunakan dipilih oleh peneliti luka didapatkan hasil perawatan luk
ap Experiment pada penelitian kemudian dibersihkan bahwa Jaringan sehat 0 menggunakan
mbuhan dengan One Group ini adalah dan diambil gel pada responden (0%), buaya dan ma
Diabetik Pra-Postest lembar dagingnya. Sedangkan Jaringan sembuh 0 penyembuhan
asien Design. Populasi observasi madu yang digunakan resonden (0%),, Luka diabetik pada
es Mellitus penelitian adalah pengkajian adalah madu murni yang Regenerasi 18 diabetes mell
seluruh pasien luka untuk berasal dari hutan. reponden (90%) dan Klinik Griya
diabetes mellitus menilai status Kemudian kedua bahan Luka Degenerasi 2 Kota Kediri. D
sebanyak 20 luka pasien. tersebut diaplikasikan responden (10 %) lidah buaya d
responden yang Yang sebagai topikal dalam - Sesudah perawatan dapat diaplika
diambil dengan digunakan perawatan luka. luka menggunakan dalam perawa
teknik total diambil dan lidah buaya dan madu untuk mempe
sampling dimodifikasi didapatkan hasil bahwa proses penyem
dari format Jaringan sehat 0 luka diabetik.
status luka responden (0%),
Bates-Jensen Jaringan sembuh 5
45
Wound responden (25 %),
Assesment Luka Generasi 15
Tool (BWAT) responden (75 %), luka
yang telah degenerasi 0 responden
disesuaikan (0 %)
dengan luka - Dari luka degenerasi
diabetik yang akhirnya
mengalami regenerasi
ada 2 responden (10%),
luka regenerasi yang
memiliki jaringan
sembuh ada 5 (25%).
Berdasarkan hasil
analisis ini
menunjukkan ada
perbedaan antara
sebelum dan sesudah
perawatan luka
menggunakan lidah
buaya dan madu.
46
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil dari 8 jurnal terdapat 8 jurnal yang memiliki kesamaan yaitu madu
digunakan secara topical. Penelitian tersebut antara lain menurut Fauziyah &
Hendro., 2017; Nengke & Maritta, 2020 menyatakan bahwa madu sebagai agen
perawatan luka topical karena madu mudah diserap oleh kulit sehingga dapat
osmosis pada madu memperlancar peredaran darah, sehingga area luka mendapat
nutrisi yang adekuat. Tidak hanya nutrisi yang sampai ke area luka, tetapi juga
leukosit akan akan merangsang pelepasan Sitokin dan growth factor sehingga lebih
cepat terbentuk granulasi dan epitelisasi. Selain itu karena sifatnya yang osmosis,
saat balutan dengan madu dilepas tidak terjadi perlengketan sehingga tidak
dengan normal salin, perawatan dengan madu lebih efektif untuk meningkatkan
granulasi dan epitelisasi (Nengke, 2020). Menurut Sari & Sari, 2020; madu
berbagai macam bakteri, mengurangi jaringan nekrotik pada diabetic foot ulcer.
Menurut Imran et al., 2015, madu topikal menjadi pengobatan yang efektif karena
atau kain kasa pada luka. Madu yang diberikan secara topical pada diabetic foot
luka, mudah diserap oleh kulit, sebagai anti bakteri, mengurangi jaringan nekrotik,
47
efek anti-inflamasi, meningkatkan Fibroblas dan hemangioblas. Analisis Mengenai
kandungan madu yang disebutkan bahan terbesar dari madu yaitu glukosa dengan
kadar fruktosa paling besar (76,8%) disamping mineral dan vitamin (Rahman &
meningkatkan fibroblas dan sel pembuluh darah, serta memiliki kadar air yang
rendah sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Aktivitas kadar air
yang rendah dan tekanan osmotik yang tinggi pada bahan perawatan luka
Proses osmosis ini menyerap air dari bakteri pada luka, yang dapat menghambat
bakteri, sehingga bakteri sulit untuk tumbuh dan akhirnya mati (Rahman &
selain mempercepat jaringan baru madu juga mengurangi morbiditas bekas luka
atau bekas luka pada kulit. Mengobati luka diabetes dengan madu dirancang
atau penebalan jaringan di sekitar luka. Madu dipercaya akan menambah waktu
tidak langsung dasar luka akan segera menjadi lebih sejajar dengan kulit di sekitar
48
Hasil dari 8 jurnal ada beberapa penelitian yang memiliki perbedaan dan
Nabhani & Widiyastuti, 2017; Fauziyah & Hendro 2017; Sukhri et.al 2016;
minggu antara lain Subhanur & Dini 206; Awaluddin et.al 2019. Dan ada 1 jurnal
yang tidak dijelaskan pemberian dosis atau pemberian perawatan yaitu Nengke &
Maritta 2020. Berbeda dengan penelitian yang lain seperti penelitian dari
Fauziyah Sundari, 2016 juga Diberikan sebanyak 2x/hari tetapi tidak dijelaskan
memberikan perawatan sehari sekali atau 7 hari berturut-turut selama 7 hari atau
seminggu tetapi tidak dijelaskan diberikan secara topical atau oral. Penelitian
Nurman 2015 perawatan yang diberikan yaitu menggunakan madu dan NaCl
0,9% yaitu Pada kelompok madu+ NaCl 0,9% dan NaCl 0,9% saja,intervensi di
berbeda, perawatan luka dilakukan dalam dua hari sekali, pada hari ke 15
kelompok madu+NaCl 0,9% dan NaCl 0,9% saja. Penelitian Anik et.al 2022
perawatan dengan menggunakan madu dan lidah buaya yaitu lidah buaya yang
telah dipilih oleh peneliti kemudian dibersihkan dan diambil gel pada dagingnya.
Sedangkan madu yang digunakan adalah madu murni yang berasal dari hutan.
luka. Penelitian Subhanur & Dini 2016 luka yang memiliki slough dan cairan
yang banyak dilakukan dressing selang sehari sebanyak 4 kali dalam satu minggu,
49
sedangkan untuk luka yang memiliki slough sedikit maka dilakukan dressing luka
3 hari sekali dalam seminggu dilakukan 2 kali perawatan luka. Selama perawatan
luka, luka dilakukan secara steril, berhati-hati dalam membuang nekrosis atau
jaringan mati, setelah selesai luka ditutup dengan menggunakan madu campuran
bervariasi, akan tetapi hasil semua jurnal menyatakan bahwa madu efektif untuk
luka karena kandungan airnya rendah, juga PH madu yang asam serta kandungan
50
BAB V
5.1 Kesimpulan
ditarik kesimpulan bahwa Madu efektif untuk perawatan Diabetic Food Ulcer.
5.2 Saran
Hasil analisis jurnal ini dapat dijadikan salah satu referensi perawatan
luka Diabetic Foot Ulcer untuk mempercepat penyembuhan. Selain itu kita
masyarakat untuk menjaga pola gaya hidup sehat dan menyadarkan agar
51
DAFTAR PUSTAKA
Alimul aziz. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep Dsar
Bahasa Achir Yani S. Hamid dan Ibrahim, Kusman (8 volume 1). elsevier.
Maret 2016.
Daun Jambu Biji Terhadap Tingkat Malodor Klien Luka Kaki Diabetik. Riset
Arisandi, D., Haryanto, H., Suriadi, S., Imran, I., Ogai, K., Sanada, H., Okuwa,
Asbaningsih, F., & Gayatri, D. (2014). Uji Kesesuaian Instrumen Skala Wagner
Awad N,. Yuanita A.L, . Karel P. (2013). Gambaran Faktor Resiko Pasien
RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode Mei 2011 - OKTOBER 2011.
52
Jurnal EBiomedik (EBM). 1:45-9.
Awaluddin, Syarifah, A., & Nurhayatina. (2019). Perbedaan Efektifitas Madu Dan
User D.
Ekore, R.I., Ajayi, I.O., Arije, A., & Ekore, J. O. (2010). Diabetic Foot Care;
53
Eprints.Ums.Ac.Id.
Harris, C., Parslow, N., Raizman, R., Singh, M., Ketchen, R., & Bates-Jensen, B.
Edition 2017.
Insani, I. B., Widayanti, N., & Rifki, A. (2017). Honey As A Treatment For
3(2), 45–51.
Kale, E. D., & Akoit, E. E. (2016). Analisis risiko luka kaki diabetik pada
14(Dm), 1006–1018.
Khairani, A. R., & Sriwidodo. (2019). Review Artikel : Efikasi Polimer Alami dan
Khan, S. U., Anjum, S. I., Rahman, K., Ansari, M. J., Khan, W. U., Kamal, S.,
Khattak, B., & Muhammad, A., & Khan, H. U. (2018). Honey: Single food
320– 325.
13–28.
54
Krisnanto. H. (2016). Perbandingan Kebutuhan Cairan Dan Pembiayaan Dalam
Leong, K., Philips, L. G., & Murphy, D. (2012). Wound Healing. 7(2).
https://doi.org/10.1002/wdev.309
Terhadap Penurunan Mual dan Muntah pada Pasien Kanker yang Menjalani
Martinotti, S., & Ranzato, E. (2018). Honey, wound repair and regenerative
Perawatan.
55
Melfianora. (2017). Penulisan Karya Tulis Ilmiah Dengan Studi Literatur. Studi
Litelatur.
Med Healthc.
Ningsih, A., Darwis, I., & Graharti, R. (2019). Terapi Madu Pada Penderita Ulkus
Nurani, D., Keintjem, F., & Losu, F. N. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Nurbaya, Tahir, T., & Yusuf, S. (2019). Peranan Pencucian Luka Terhadap
Nuridayanti, A., Retno, D. P., Wahdi, A., & Jayanti, E. A. (2022). Pengaruh Lidah
Melitus Tipe Ii. Jurnal Keperawatan Stikes Tuanku Tambusi Riau, 11.
56
Oliver, J. (2013). Ulkus Kaki Diabetik. Journal of Chemical Information and
1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Oryan, A., Alemzadeh, E., & Moshiri, A. (2016). Biological properties and
Pashar, I., Armiyati, Y., & Pranata, S. (2018). Pengaruh Pencucian Luka Antara
Larutan NaCl 0.9% dengan Kombinasi Larutan NaCl 0.9% dan Rebusan
Daun Sirih Merah 40% Terhadap Proses Penyembuhan Luka Kaki Diabetes.
http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/view/2130
57
https://doi.org/10.37311/jnj.v1i2.2475
Luka Ditinjau dari Aspek Mekanisme Seluler dan Molekuler. Qanun Medika
https://doi.org/10.30651/jqm.v3i1.2198
Ramachandran, A., Snehalatha, C., Chan, J. C. N., Chia, K. S., Shaw, J. E., &
Zimmet, P. Z. (2016). Diabetes in Asia and the Pacific : Implications for the
10.2337/Dc15- 1536.
Rasyid, N., Yusuf, S., & Tahir, T. (2018). Study Literatur : Pengkajian Luka Kaki
Rebolledo, F.A. Teran, S. & Jorge, E.P. (2011). The Pathogenesis of the Diabetic
“Moist Wound Healing” dan terapi komplementer “NaCl 0,9% + madu asli”
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners/article/download/12
1/90
58
Ritonga, S. H., Putra, I. B., & Ariani, Y. (2016). Pengaruh Madu Sebagai Topikal
Sari, N. P., & Sari, M. (2020). Pengaruh Pemberian Topikal Madu Kaliandra
Sandi, Victoria, C., & Divandra, R. (2020). Madu Sebagai Dressing Pada
Sibbald, R. G., Orsted, H. L., Coutts, P. M., & Keast, D. H. (2007). Best Practice
Recommendations for Preparing the Wound Bed. Advances in Skin & Wound
Sundari, F., & Joko, H. (N.D.). Pengaruh Terapi Madu Terhadap Luka Diabetik
59
Tabatabaei-Malazy O, Mohajeri-Tehrani M, Madani S, Heshmat R, L. B. (2011).
Http//Www.Pubmedcentral.Nih.Gov/Articlerender.Fcgi?Artid=3481654&too
l=p Mcentrez&rendertype=abstract.
Https://Doi.Org/10.4172/2327-5146.1000132.
Velnar, T. (2009). The Wound Healing process: an Overview of the Cellular and
1528–1542. https://doi.org/10.1177/147323000903700531
Engineering, A Systemat.
Software Engineering.
Wolcott, R., & Fletcher, J. (2008). Technology update : The role of wound
60
terhadap resiko terjadinya ulkus diabetik pada pasien rawat jalan dengan
Tahun 2014.
Zhang, P., Lu, J., Jing, Y., Tang, S., Zhu, D., & Bi, Y. (2017). Global
Http://Doi.Org/10.1080/
07853890.2016.1231932.
61
Lampiran 1
MADU
penyembuhan
PROSEDUR Alat:
Kasa steril
3. Madu TJ
5. Handscoen 2 pasang
6. Bengkok 1 buah
7. Perlak
62
CM keperawatan
pasien/keluarga
tindakan dilakukan
63
luka
nyaman
lepas
3. Apotik
64