DISUSUN OLEH :
1
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association (ADA) adalah
kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam
darah (hiperglikemia) yang terjadi karena gangguan sekresi insulin, penurunan kerja
insulin, atau akibat dari keduanya. Diagnosis Diabetes Mellitus menurut ADA jika
hasil pemeriksaan gula darah : 1) Kadar gula sewaktu lebih atau sama dengan 200
mg/dl, 2) Kadar gula puasa lebih atau sama dengan 126 mg/dl, 3) Kadar gula darah
lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam setelah beban glukosa 75 pada tes
toleransi glukosa. (ADA, 2011).
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
dengan kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, disertai dengan kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, dan menimbulkan berbagai komplikasi akut
dan kronik. Penyakit ini menimbulkan beberapa komplikasi, komplikasi yang paling
sering terjadi pada pasien Diabetes Mellitus adalah terjadinya perubahan patologis
pada anggota gerak, yaitu timbulnya luka pada kaki. Luka yang apabila tidak dirawat
dengan baik akan berkembang menjadi ulkus gangrene (Suyono S, 2007). Jadi
Diabetes Mellitus adalah kelompok penyakit heterogen yang ditandai dengan
tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) akibat gangguan sekresi insulin,
penurunan kerja insulin, atau keduanya, dan menimbulkan berbagai komplikasi akut
dan kronik.
Populasi penderita Diabetes Mellitus di Indonesia saat ini menduduki
peringkat kelima terbanyak di dunia (WHO, 2013). Berdasarkan data IDF Diabetes
Atlas, pada tahun 2013 penderita Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai 8.554.155
orang. Bahkan angka tersebut semakin naik pada tahun 2014 hingga mencapai 9,1 juta
orang. Tahun 2035 jumlah penderita Diabetes Mellitus diprediksi melonjak hingga ke
angka 14,1 juta orang dengan tingkat prevalensi 6,67 persen untuk populasi orang
dewasa (DINKES, 2013).
Luka diabetik sangat mudah menimbulkan komplikasi berupa infeksi akibat
invasi bakteri serta adanya hiperglikemia menjadi tempat yang optimal untuk
pertumbuhan bakteri (Sudoyo AW, 2008). Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi
pada luka diabetic adalah bakteri yang menghasilkan biofilm. Biofilm ini dihasilkan
4
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah ke-efektifan Asuhan Keperawatan dengan pemberian terapi
madu pada penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat proses penyembuhan ?
C. TUJUAN
Menggambarkan ke-efektifan Asuhan Keperawatan dengan pemberian terapi
madu pada penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat proses penyembuhan.
D. MANFAAT
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam merawat luka penderita Diabetes
Mellitus dengan pemberian terapi madu.
5
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur pemberian terapi
madu pada Asuhan Keperawatan penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat
proses penyembuhan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
Kulit merupakan organ kompleks yang melindungi dari lingkungan, pada saat
perpaduan yang dinamis, kompleks, terintegrasi dari sel, jaringan, dan elemen matriks
yang memediasi berbagai fungsi, yaitu: kulit merupakan barier permeabilitas fisik,
menjaga dari agen infeksius, termoregulasi, proteksi sinar ultraviolet, penutupan luka
dan regenerasi, dan memberikan penampilan fisik luar (Kochevar dkk, 2008). Kulit
terdiri dari tiga lapisan besar, yaitu epidermis, dermis, dan subkutis.
B. KONSEP LUKA
1. Definisi Luka
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomi normal yang diakibatkan
oleh proses patologis yang berasal dari faktor internal dan eksternal yang
Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kulit, mukosa mambran dan
2. Jenis-jenis Luka
2) Luka tidak disengaja, dibagi menjadi dua yaitu luka terbuka (jika terjadi
b. Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi dua, yaitu luka mekanisme dan
non-mekanisme
(1) Vulnus Scissum atau luka sayat akibat benda tajam. Pinggir luka
kelihatan rapi.
7
(2) Vulnus Contusum, luka memar karena cedera pada jaringan bawah
(3) Vulnus Kaceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya
(4) Vulnus Punctum, luka tusuk yang kecil di bagian luar (bagian mulut
(6) Vulnus Morcun, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian
luka.
(7) Vulnus Abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak
2) Luka non-mekanik terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi, atau
sengatan listrik.
a. Fase koagulasi: setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada daerah luka yang
hematoma. Proses ini diikuti oleh proses selanjutnya yaitu fase inflamasi.
infeksi oleh bakteri patogen terutama bakteria. Pada fase ini platelet yang
C5a, TNFα, IL-1 dan IL-8. Leukosit bermigrasi menuju daerah luka.Terjadi
c. Fase proliperatif: Fase proliperatif terjadi dari hari ke 4-21 setelah trauma.
granulasi.
d. Fase remodeling: Remodeling merupakan fase yang paling lama pada proses
yang memberikan kekuatan kontraksi pada penyembuhan luka. Pada fase ini
terjadi juga remodeling kolagen. Kolagen tipe III digantikan kolagen tipe I
dan sel endotel. Pada masa 3 minggu penyembuhan, luka telah mendapatkan
sel membutuhkan kadar protein sel yang cukup. Oleh sebab itu, orang
penyembuhan luka.
10
penyembuhan luka.
1. Konsep Madu
Madu merupakan produk lebah yang lebih dahulu dikenl dan diteliti. Madu
terbuat dari nektar yang dikumpulkan lebah madu dari berbagai tumbuhan
sebagai makanan mereka sendiri. Namun, para peternak lebah memanen madu
2007).
Madu adalah cairan manis alami berasal dari nektar tumbuhan yang diproduksi
oleh lebah madu. Lebah madu mengumpulkan nektar madu dari bunga
11
mekar,cairan tumbuhan yang mengalir di dedaunan dan kulit pohin, atau kadang-
kadang dari embun. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar
necteriffer dalam bunga, bentuknya berupa cairan, berasa manis alami dengan
2. Karakteristik Madu
a. Kekentalan (viskositas)
b. Kepadatan (densitas)
gravitasi sesuai berat jenis. Bagian madu yang kaya akan air (densitasnya
rendah) akan berada diatas madu yang lebih padat dan kental.
Madu bersifat menyerap air sehingga akan bertambah encer dan akan
e. Suhu
12
f. Warna
air, dari warna terang hingga hitam. Warna dasar madu adalah kuning
kecoklatan seperti gula caramel. Warna madu dipengaruhi oleh sumber nektar,
g. Aroma
yang mudah menguap (volatil). Aroma madu bersumber dari zat yang
dihasilkan sel kelenjar bunga yang bercampur dalam nektar dan juga karena
proses fermentasi dan gula, asam amino dan vitamin selama pematangan
madu.
h. Rasa
Rasa madu yang khas ditentukan oleh kandungan asam organik dan
i. Sifat Mengkristal
Banyak orang berfikir bila madu mengkrtistal berarti kwalitas madu buruk
j. Memutar Optik
dalam madu.
3. Komposisi Madu
a. Gula
dari total gula). Tingginya kandunga gula sederhana dan presentasi fruktosa
b. Air
Hanya madu mengandung kadar air kurang dari 18% yang dapat disimpan
c. Kalori
Madu merupakan salah satu nutrisi alami sumber energi. Satu kilogram
madu mengandung 3,280 kalori atau setara dengan 50 buir telur ayam, 5,7 liter
susu, 25 buah pisang, 40 buah jeruk, 4 kilogram kentang dan 1,68 kilogram
daging.
d. Enzim
katalase, oksidase, peroksidase, dan protease. Guna enzim ini adalah memecah
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Enzim diastase berfungsi mengubah zat
14
e. Hormon
Hormon adalah zat kimia yang berfungsi mengatur aktivitas sel atau
f. Asam amino
kandungan sangat bervariasi dari 0,6 hingga 500 mgdalam 100 gram madu.
Nutrisi penting seperti vitamin B6, riboflavin, thiamin dan asam pantotenat.
mangan, natrium, dan fosfor. Zat lainnya adalah brium, seng, sulfur, klorin,
kecil madu ada yang mengandung bismuth, germanium, lithium dan emas.
tahun yang lalu. Dunia kedokteran modern saat ini telah banyak membuktikan
madu sebagai obat yang unggul (Suranto, 2007). Sebuah laporan menunjukkan
keunggulan madu dibandingkan obat topikal Silver Sulfadiazin untuk luka bakar.
Sejumlah 104 wanita dan pria dengan berbagai derajat luka bakar dibagi 2
Madu merangsang terbentuknya kulit yang baru dan sehat sehingga jarang
membuat bekas luka yang jelek. Kandungan madu yang kaya nutrisi membuat
2000).
dengan berkurangnya nyeri, bengkak, dan luka yang mengering. Salah satu
penyebabnya karena madu memiliki osmolaritas yang tinggi hingga menyerap air
dan memperbaiki sirkulasi serta pertukaran udara di area luka. Selain itu, madu
memiliki efek membersihkan. Hal ini dikarenakan madu bersifat lengket pada
luka dan jaringan mati turut terangkat hingga luka menjadi bersih (Broadhurst,
2009).
16
jumlah sel darah putih. Jadi, kemampuan madu untuk menghambat radikal bebas
Madu yang bersifat asam dapat memberikan lingkungan asam pada luka
Selain itu kandungan air yang terdapat dalam madu akan memberikan
kelembaban pada luka. Hal ini sesuai dengan prinsip perawatan luka modern
vena/arteri dan luka dekubitus) dalam waktu du minggu secara signifikan. Hal ini
gangrene, dan luka akibat diabetes mellitus pada pasien di Afrika. Madu
diberikan secara topika sebanyak 15-30 ml sekali sehari. Luka gangrene dan luka
pyogenes.
Luka setelah operasi cesar juga tak luput dari penelitian para ahli dan
madu sebagai penyembuhan luka bekas operasi Caesar akan membuka peluang
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. N DENGAN DIABETES MELITUS
DI BANGSAL PRABU KRESNA RSUD. K.R.M.T WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG
1. BIODATA
a. Biodata Pasien
1) Nama : Tn. N
2) Umur : 47Tahun
3) Alamat : Genuk, Semarang
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Wiraswasta
6) Tanggal masuk : 24 November 2018
7) Diagnosa medis : Diabetes Melitus
8) Nomor register : 452871
b. Biodata Penanggung Jawab
1) Nama : Nn. R
2) Umur : 25 tahun
3) Alamat : Genuk, Semarang
4) Pekerjaan : wiraswasta
5) Hubungan dengan klien: Anak Kandung
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat Penyakit
18
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke RSUDK.R.M.T Wongsonegoro dengan keluhan mengatakan
lemas, nyeri pada kaki kanan, bengkak, dan luka di kaki bernanah, jari ke 3
menghitam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan pasien memiliki
riwayat post debridement pada kaki kanannya.
: Perempuan : pasien
: Laki-laki
: Meninggal
19
: Tinggal serumah
: Hubungan
3. PENGKAJIAN BIOLOGIS
a. Rasa Aman dan Nyaman
1) Sebelum sakit : klien tidak mengalami gangguan rasa aman dan nyaman
seperti nyeri
2) Saat sakit : klien mengalami gangguan rasa aman dan nyaman yaitu nyeri
padat kaki kanan terdapat luka telapak kaki dan punggung kaki, klien tidak
memiliki riwayat pembedahan.
P : saat di tekan dan di gerakan
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : pada kaki kanan
S : skala nyeri 5
T : terus-menerus
b. Aktivitas Istirahat-Tidur
1) Sebelum sakit : klien tidur 8-9 jam perhari, tidak mengalami gangguan tidur,
tidak menggunakan obat penenang. Klien tidak memiliki gangguan aktivitas,
tidak menggunakan alat bantu untuk beraktivitas, klien memulai aktivitas
mulai pukul 5 pagi dan beraktivitas hingga sore, klien tidak memiliki
ketrampilan khusus.
2) Saat sakit : klien tidur 6-7 jam perhari, tidak menggunakan obat penenang
sering terbangun di malam hari untuk BAK, terkadang klien tidur siang selama
di RS, aktivitas klien hanya berbaring, duduk dan mengobrol dengan
pasien/penunggu lain, klien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
c. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit : klien BAB 1x sehari bau khas, warna kekuningan, klien tidak
pernah menggunakan obat pencahar, tidak mengalami kesulitan BAB dan
tidak menggunakan alat bantu untuk BAB. BAK 6-7x/hari bau khas warna
kekuningan, tidak memiliki masalah perkemihan, tidak menggunakan alat
bantu berkemih, tidak memiliki riwayat pembedahan sistem perkemihan.
2) Saat sakit : klien mengatakan BAB 1x setiap hari bau khas warna
kekuningan, tidak mengalami kesulitan BAB dan tidak menggunakan alat
bantu untuk BAB. BAK 6-7x/hari bau khas, warna kekuningan, sering kencing
20
d. Personal Hygiene
1) Sebelum sakit : klien dapat merawat diri sendiri, klien mandi 2x sehari, gosok
gigi 3x sehari.
2) Saat sakit : Aktivitas klien mandi dibantu oleh istri klien, klien di seka 2x
sehari, gosok gigi 2x sehari.
e. Nutrisi dan Cairan
1) Sebelum sakit : klien makan 3x sehari dengan porsi sedang meliputi nasi,
sayur, lauk-pauk dan buah, tidak ada alergi terhadap makan tertentu, tidak
memiliki riwayat pembedahan terkait sistem pencernaan. Klien minum 5 gelas
air putih setiap hari, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak ada minuman favorit
khusus/pantangan, tidak ada masalah saat makan dan minum.
2) Saat sakit : klien mengatakan makan 3x sehari porsi rumah sakit meliputi
nasi, sayur, lauk-pauk dan buah, 4 gelas air putih setiap hari, tidak ada
program pembatasan cairan, tidak ada masalah saat makan dan minum.
f. Pernafasan
1) Sebelum sakit : klien bernafas biasa, tidak ada sesak, tidak menggunakan alat
bantu nafas, tidak memiliki alergi, tidak merokok, tidak memiliki riwayat
gangguan pernafasan
2) Saat sakit : klien bernafas biasa, sudah tidak sesak, RR: 22x/menit
g. Kardiovaskuler
1) Sebelum sakit : klien menatakan beraktivitas biasa, tidak cepat merasa lelah,
tidak ada keluhan berdebar-debar, nyeri dada menyebar, pusing dan nyeri
berat di dada, klien tidak menggunakan alat pacu jantung, klien tidak
mengkonsumsi obat kardiovaskuler
2) Saat sakit : klien mengatakan merasa nyeri dada yang menyebar hingga
ke punggung dan tangan, pusing hingga ke punggung.
h. Seksualitas
Klien berjenis kelamin laki-laki, memiliki istri dan seorang anak prempuan.
4. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
a. Psikologi
21
Klien mengatakan memiliki usaha kecil di rumah yaitu membuka warung, saat di
ajak berbicara klien menunjukan ekspresi yang baik, klien dapat mengungkapkan
apa yang dirasakanya, suasana hati klien baik, klien menerima kondisinya saat ini.
Saat ini klien hanya dapat melakukan aktivitas di bangsal dan sesekali
bercengkerama dengan pasien lain/keluarga pasien.
b. Hubungan sosial
Klien mengatakan memiliki banyak teman.Klien mengatakan orang yang di
percaya adalah istri, dirumah klien berjualan dan memiliki warung kecil, klien
sebelum sakit dapat mengikuti kegiatan bermasyarakat seperti gotong royong,
arisan, dan lain-lain, sehingga saat sakit klien hanya duduk dan tiduran tidak
banyak melakukan aktivitas fisik karena kaki kanannya yang nyeri.
c. Spiritual
Klien beragama Islam, klien selalu berdo’a demi kesembuhanya dan
melaksanakan sholat 5 waktu di tempat tidur meskipun di rawat di RS.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) GCS : 15 (E= 4, V=5, M=6)
3) Kondisi umum : Baik
4) Tanda-tanda Vital :
- TD : 120/70 mmHg
- N: 81x/menit
- S: 36,5oC
- R: 22x/menit
5) Pertumbuhan Fisik
- BB : 63 kg
- TB : 170 cm
- Postur tubuh : tegak
6) Keadaan Kulit
Warna kulit kuning langsat, turgor elastis, tidak ada kelainan kulit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
22
a) Bentuk
Mesocephal, rambut berwarna hitam, tidak ada lesi atau luka bekas jahitan.
b) Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor +/+,
terdapat refleks cahaya.
c) Telinga
Bentuk simetris, telinga bersih, tidak ada serumen berlebih, fungsi
pendengaran baik, tidak terdapat nyeri telinga
d) Hidung
Fungsi penghidu baik, tidak ada polip, tidak ada sekret berlebih, tidak ada
nyeri
e) Mulut
Kemampuan bicara baik, tidak pelo, mukosa bibir lembab, warna lidah
merah jambu, lidah tidak kotor, gigi baik, tidak ada bau mulut, tidak ada
dahak.
2) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada
nyeri telan.
3) Dada
a) Inspeksi : Dada simetris antara perkembangan kanan-kiri, tidak ada
retraksi otot dinding dada,
b) Palpasi : fokal fremitus teraba kanan-kiri, tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : vesikuler
4) Jantung
a) Inspeksi : ictus cordis terlihat pada ics 5, simetris kanan-kiri
b) Palpasi : ictus cordis teraba pada ics 4,5
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : bunyi jantung 1-2 normal
5) Abdomen
a) Inspeksi : tidak ada ascites, tidak ada lesi
b) Auskultasi : terdengar suara bising usus 8x/menit
c) Palpasi : tidak ada pembesaran hepar dan limpha
23
d) Perkusi : tyhmpani
6) Genetalia
Terpasang kateter, tidak ada kelainan genetalia, tidak ada penumpukan urine.
7) Ekstremitas
1. Atas : terpasang infus RL 20 tpm di tangan kanan, tidak ada kelainan
jari, tidak ada gangguan gerak, kekuatan otot 5/5.
2. Bawah : tidak ada edema perifer, kekuatan otot 4/5, tidak ada varices,
kaki kanan& punggung kananterdapat luka, jari jari kaki kanan
menghitam, nyeri sekitar kaki kanan.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan : Darah rutin
Tanggal/Jam : 24-11-2018/10:16 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Ket
Hematologi
Hb 7.9 g/dL 12,2 -17,2 L
Hematokrit 24.40 % 40 - 52 L
Jumlah Leukosit 12.5 /uL 3.8 – 10.6 H
Jumlah Trombosit 465 /uL 150 – 400 H
Kimia Klinik
Ureum 49.2 mg/dL 17.0 – 43.0 H
Creatinin 1.2 mg/dL 0.6 – 1.1 H
Natrium 126.0 mmol/L 135.0- 147.0 L
Kalium 4.60 mmol/L 3.50 – 5.0
Calcium 1.11 mmol/L 1.12 – 1.32 L
GDS : 216 mg/dL
7. TERAPI
- Infus RL 20 tpm : IV
- Inj. Ketorolac 30 mg 2x1 : IV
- Inj. Ranitidin 50 mg 2x1 : IV
- Rawat luka
- Cek GDS/ 8 jam
8. DAFTAR MASALAH
No Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
1. 24-11-2018 DS : Pasien mengatakan Agens cedera Kerusakan
11.00 WIB luka pada kaki kanan biologis integritas
bernanah dan bengkak jaringan
DO : Terdapat luka ulkus
pada kaki sebelah kanan
2. 24-11-2018 DS : Klien mengatakan Agen cidera Nyeri kronis
11.00 WIB nyeri pada kaki kanan
DO : Klien tampak
menahan rasa nyeri,
terdapat luka di kaki kanan
dan bernanah, jari ke 3
klien menghitam dan ada
luka di punggung kaki
kanan
P : saat bergerak dan
ditekan
25
Q : ditusuk-tusuk
R : kaki kanan
S:5
T : terus-menerus
3. 24-11-2018 DS : Klien mengatakan Kurang Resiko
11.00 WIB memiliki riwayat diabetes kepatuhan ketidakstabilan
melitus. Klien mengatakan pada rencana kadar glukosa
sering di rawat di RS manajemen darah
dengan masalah yang diabetes
sama yaitu diabetes
melitus, klien mengatakan
sering kencing,
kesemutan, pandangan
kabur
DO :
TD : 120/70 mmHg
N : 81x/menit
S : 36,5oC
R : 22x/menit
GDS : 216 mg/dL
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan agens cedera biologis
b. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cidera.
c. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah faktor resiko dengan kurang kepatuhan
pada rencana manajemen diabetes
26
5. Berikan pemeliharaan
kulit luka bernanah
sesuai kebutuhan
6. Urut sekitar luka untuk
merangsang sirkulasi
7. Gunakan salep yang
cocok pada kulit/ lesi,
yang sesuai
8. Balut dengan perban
yang cocok
9. Pertahankan teknik
pensterilan perban ketika
merawat luka
10. Periksa luka setiap
mengganti perban
11. Bandingkan dan
mencatat secara teratur
perubahan-perubahan
pada luka
12. Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
prosedur perawatan luka
24-11- 2. NOC: Manajemen nyeri :
2018/11.10 ü Tingkat nyeri 1. Lakukan pegkajian nyeri
WIB ü Nyeri terkontrol secara komprehensif
Setelah dilakukan asuhan termasuk lokasi,
keperawatan selama 3 x karakteristik, durasi,
24 jam, klien dapat frekuensi, kualitas,
mengontrol nyeri, intensitas dan faktor
dengan indikator : presipitasi.
1. Mengenal faktor- 2. Observasi reaksi
28
6. Memberikan insulin
11.30 WIB DS : Klien bersedia
sesuai order.
diberikan obat insulin
DO : diberikan injeksi
humalog 3iu.
S : 36,4O C, R :
20x/menit
BAB IV
PEMBAHASAN
3. ANALISA KASUS
Kasus yang diangkat yaitu kasus Tn. N dengan penyakit Diabetes Mellitus dan terdapat
luka gangren dibagian kaki kanannya, dimana pasien mengalami luka kronis. Pasien
mengalami nyeri pada daerah luka tersebut saat bergerak dan ditekan, kualitas nyeri seperti
ditusuk – tusuk, dengan skala nyeri 5, serta nyeri secara terus menerus. Pasien telah
dilakukan perawatan luka dengan madu selama 3 hari, dimulai dari tanggal 27 – 29
November 2018, dengan implementasi sebagai berikut :
1. Tanggal 27 November 2018 pukul 12.00 WIB dengan respon pasien :
DS : Pasien mengatakan sudah mengetahui kegunaan dari perawatan luka diabetik,
merasa sedikit nyeri diberikan madu untuk balutan dasar pada lukanya.
DO : Tampak bekas luka operasi debridement tidak keluar eksudatnya, tampak bersih
pada kaki kanannya dan diberikan madu sebagai balutan dasar.
2. Tanggal 28 November 2018 pukul 12.00 WIB dengan respon pasien :
DS : Pasien mengatakan sudah mengetahui kegunaan dari perawatan luka diabetik,
merasa sedikit nyeri diberikan madu untuk balutan dasar pada lukanya.
DO : Tampak bekas luka operasi debridement tidak keluar eksudatnya, tampak bersih
pada kaki kanannya dan diberikan madu sebagai balutan dasar.
3. Tanggal 29 November 2018 pukul 13.15 WIB dengan respon pasien :
DS : Pasien mengatakan kegunaan dari perawatan luka menggunakan madu yaitu
mengurangi nyeri dan bau tidak sedap sehingga lebih nyaman beraktivitas.
DO : Tampak eksudat yang keluar lebih sedikit dari hari sebelumnya dan warna luka
menjadi kemerahan.
48
2. Judul Jurnal : Low Dose Stingless Bee Honey Increases Viability of Human Dermal
Fibroblasts That Could Potentially Promote Wound Healing.
Penulis : Abid Nordin, Norazzila Omar, Nur Qisya Afifah Veronica Sainik,
Shiplu Roy Chowdhury, Eshaifol Omar, Aminuddin Bin Saim, Ruszymah Bt Hj Idrus.
Tempat Terbit : Malaysia
Tanggal terbit : 13 September 2018
Isi Jurnal :
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil jaringan yang sehat yang berasal
dari pasien abdominoplasty. Penelitian tersebut dilakukan pada 96 potongan jaringan
sebagai medium yang dipanaskan oleh incubator 37C dengan 5% CO2 selama 24 jam.
Setelah itu, medium diberikan dosis madu (dari lebah yang tidak menyengat) yang
berbeda, dimulai dari 0.012 μg/ml hingga 25 600 μg/ml. Setelah itu, diletakkan
50
diincubator kembali 37C dengan 5% CO2. Lalu, medium diteteskan oleh propidium
iodide (PI) solution dan diinkubasi selama 30 menit di 4oC didaerah yang gelap.
Setelah itu, sel diteteskan paraformal dehyde 1% selama 15 menit. Perkembangan sel
pada medium tersebut dapat dilihat oleh alat bernama flow cytometry pada
FACSCalibur PI.
Peningkatan pertumbuhan jaringan paling banyak terlihat jelas pada dosis madu 0,024
µg/dL, sedangkan pada dosis madu 200 µg/dL dan 6400 µg/dL ternyata pertumbuhan
jaringan lebih lambat dan sel proliferasi yang dihasilkan lebih sedikit.
Pembahasan dari penelitian tersebut, yaitu terdapat 4 model penyembuhan luka,
yaitu hemostasis, inflamasi, proliferative, dan remodelling. Dosis yang tepat untuk
penyembuhan luka dengan madu yaitu 0.024 μg/ml, karena dapat mempercepat proses
proliferasi pada luka. Umumnya, proses proliferasi pada luka berlangsung pada 24 – 48
jam setelah kecelakaan / cidera. Efek jangka panjang untuk madu dosis rendah
menimbulkan proses proliferasi ada luka yang baik selama 24 jam, sebaliknya jika dosis
madu lebih tinggi menyebabkan proses proliferasi berlanjut lebih dari 24 jam. Hal ini
terjadi karena madu dari lebah yang tidak menyengat memiliki antimikroba yang
mengurangi infeksi mikroorganisme dan mempercepat proses penyembuhan pada luka
tersebut.
Jadi, dapat dapat disimpulkan bahwa melakukan perawatan luka ulkus pada
penderita Diabetes Mellitus sebaiknya dengan dosis yang sedikit, karena jaringan luka
dapat berkembang apabila lingkungannya lembab sehingga mempercepat proses
pertumbuhan jaringan baru.
Tempat : Bangkinang
Tanggal terbit : Tahun 2017
Isi Jurnal :
Perawatan luka modern menggunakan metode Moist Wound Healing dan terapi
komplementer menggunakan NACL 0.9% + madu asli. Saat ini seluruh rumah sakit
di Bangkinang hanya berpusat pada Nacl 0,9% + kasa saja dalam perawatan luka kaki
diabetik pasien, belum menggunakan metode perawatan luka yang lain padahal sudah
banyak perawatan luka yang sudah berkembang dengan pesat di Indonesia. Basri
(2015) menunjukn perawatan luka kaki menggunakan metode konvensional cukup
banyak mengeluarkan biaya perawatan bagi pasien dibandingkan dengan metode
modern. Penelitian ini bersifat eksperiment dengan cara pre post one group with
control. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita luka kaki diabetik
derajat II di RSUD Bangkinang Nacal 0,9 %+ Madu asli. Dianjurkan untuk tenaga
kesehatan untuk tenaga untuk melakukanteknik MWH pada luka diabetik pasien DM
agar biaya perawatan lebih murah.
Berdasarkan hasil observasi terhadap pasien DM dengan luka kaki diabetik yang
mendapatkan perawatan luka, diperoleh penurunan skor derajat luka yang cukup
besar dengan madu menunjukkan perbaikan kondisi luka yakni ukuran luka
berkurang, tipe dan jumlah jaringan nekrotik berkurang, jumlah eksudat pada luka
berkurang, serta peningkatan epitelisasi pada permukaan luka sedangkan perubahan
kondisi luka yang menggunakan cairan NaCl 0,9% + Madu adalah pada penurunan
jumlah eksudat untuk epitelisasi tidak ada perubahan yang signifikan. Sebagai agen
pengobatan luka topical, madu mudah diserap kulit, sehingga dapat menciptakan
kelembaban kulit dan memberi nutrisi yang dibutuhkan kulit (Jeffrey dan echazaretta
1997). Jadi perawatan luka diabetik menggunakan madu bertujuan untuk membunuh
kuman (antibakteri), mengurangi inflamasi (antiinflamasi), serta mensimulasi dan
mempercepat penyembuhan luka, fungsi madu sebagai anti bakteri, antiinflamasi,
menstimulasi dan mempercepat penyembuhan luka dapat dilihat dari perbedaan hasil
penilaian status luka pada seluruh parameter penilaian.
53
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penggunaan madu sebagai salah satu materi perawatan luka bersifat menguntungkan
karena madu mengandung sekaligus berbagai potensi antiinflamasi, antibakterial, serta
antioksidan; ditambah dengan sifat madu yang antiresisten. Tak hanya karena
bioaktivitasnya tersebut, madu juga mampu mempertahankan kelembapan luka serta
menstimulasi pengangkatan jaringan mati, sehingga dapat mendukung penyembuhan luka;
madu dapat mengurangi bau tidak sedap pada luka dapat memberikan kenyamanan.
Meskipun demikian, salah satu penyulit yang patut dipertimbangkan adalah perlunya
penggantian balut madu setiap hari untuk madu lokal agar tujuan awal tetap tercapai. Selain
itu, madu yang digunakan untuk perawatan luka sebaiknya sudah terstandarisasi dan sudah
steril.
2. Saran
Sebaiknya perawatan luka dengan madu dilakukan pada penelitian selanjutnya, dan
dengan waktu hingga epitelisasinya luka terbentuk sehingga peneliti memahami seberapa
lama tingkat epitelisasi pada luka DM terbentuk apabila dikompres dengan madu.
54
DAFTAR PUSTAKA
Abidin RK. Faktor penghambat proses proliferasi luka diabetic foot ulcer pada pasien
diabetes mellitus tipe ii di klinik kitamura Pontianak. [Tanjungpura]: Keperawatan
Universitas Tanjungpura; (2013) [cited 13 Februari 2014].
Aden, R. (2010). Manfaat dan Khasiat Madu. Hanggat Kreator : Yogyakarta. 128 hlm.
Andyagreeni. (2010). Tanda Klinis Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Askandar. (2009). Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes Mellitus. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Dr. Nabyl RA. (2011). Prinsip Pencegahan Diabetes Mellitus. Jakarta : CV. Trans Info Media
Hardjito K, Wijayanti LA, Saputri NM., (2012). Senam kegel dan penyembuhan luka jahitan
perineum pada ibu post partum. 2-TRIK : Tunas-Tunas Riset Kesehatan.
Prodan A, Rusu M, Campean R, Prodan R. (2008). A Java framework for analyzing and
processing wound images for medical education. Proceedings 20th European Conference
on Modelling and Simulation (ECMS).
Setyarini EA, Barus LS, Dwitari A., (2013). Perbedaan alat ganti verband antara dressing set
dan dressing trolley terhadap resiko infeksi nosokomial dalam perawatan luka. Jurna
Kesehatan STIkes Santo Borromeus.
Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Soegondo. (2009). Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Mellitus untuk Mencegah
Komplikasi Kerusakan Oragn-Organ Tubuh.
Subekti. (2010). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit dan Komplikasi Pada
Penderita Diabetes Mellitus Dengan Tindakan Mengontrol Kadar Gula Darah di
Wilayah Kerja Puskesmas I Gatak Sukoharjo. Berita Ilmu Keperawatan ISSN.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 2008.
55