Anda di halaman 1dari 56

PROPOSAL PROYEK DESAIN INOVATIF TEKNOLOGI KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. N DENGAN DIABETES MELITUS


DI BANGSAL PRABU KRESNA RSUD. K.R.M.T WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG

DISUSUN OLEH :

1. Agustina Putu Paso 6. Ni Wayan Intan Afsari D.


2. Weny Nanda Lestari 7. Sucianna
3. Aanisah Kusuma Wardhani 8. Anies Syifa Ummatin
4. Herni Purbasari 9. Yunita Wigatiningsih
5. Elizaveda Halimah S. 10. Rr. Retno Jayanti

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018

1
2

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ ………………….. 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... …………………..2
C. Tujuan ......................................................................................... ………………….. 3
D. Manfaat ....................................................................................... ………………….. 3
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Anatomi & Fisiologis Kulit ...................................................... …………………..4


B. Konsep Luka ............................................................................. …………………..4
1. Definisi Luka ................................................................... …………………. 4
2. Jenis – Jenis Luka... ......................................................... …………………..4
3. Tahapan Penyembuhan Luka .......................................... …………………..5
4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan luka…………………..7
C. Konsep Terapi Madu ............................................................... …………………..9
1. Konsep Madu .................................................................. …………………..9
2. Karakteristik Madu .......................................................... …………………..9
3. Komposisi Madu ............................................................. ………………….11
4. Perawatan dengan Madu ................................................. ………………….13
5. Penggunaan Madu sebagai Kompres Madu pada Luka .. ………………….15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N DENGAN DM

BAB IV PEMBAHASAN

1. Analisa Kasus .................................................................. ………………….45


2. Analisa Intervensi Keperawatan...................................... ………………….46

BAB V KESIMPULAN & SARAN

DAFTAR PUSTAKA
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association (ADA) adalah
kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam
darah (hiperglikemia) yang terjadi karena gangguan sekresi insulin, penurunan kerja
insulin, atau akibat dari keduanya. Diagnosis Diabetes Mellitus menurut ADA jika
hasil pemeriksaan gula darah : 1) Kadar gula sewaktu lebih atau sama dengan 200
mg/dl, 2) Kadar gula puasa lebih atau sama dengan 126 mg/dl, 3) Kadar gula darah
lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam setelah beban glukosa 75 pada tes
toleransi glukosa. (ADA, 2011).
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
dengan kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, disertai dengan kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, dan menimbulkan berbagai komplikasi akut
dan kronik. Penyakit ini menimbulkan beberapa komplikasi, komplikasi yang paling
sering terjadi pada pasien Diabetes Mellitus adalah terjadinya perubahan patologis
pada anggota gerak, yaitu timbulnya luka pada kaki. Luka yang apabila tidak dirawat
dengan baik akan berkembang menjadi ulkus gangrene (Suyono S, 2007). Jadi
Diabetes Mellitus adalah kelompok penyakit heterogen yang ditandai dengan
tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) akibat gangguan sekresi insulin,
penurunan kerja insulin, atau keduanya, dan menimbulkan berbagai komplikasi akut
dan kronik.
Populasi penderita Diabetes Mellitus di Indonesia saat ini menduduki
peringkat kelima terbanyak di dunia (WHO, 2013). Berdasarkan data IDF Diabetes
Atlas, pada tahun 2013 penderita Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai 8.554.155
orang. Bahkan angka tersebut semakin naik pada tahun 2014 hingga mencapai 9,1 juta
orang. Tahun 2035 jumlah penderita Diabetes Mellitus diprediksi melonjak hingga ke
angka 14,1 juta orang dengan tingkat prevalensi 6,67 persen untuk populasi orang
dewasa (DINKES, 2013).
Luka diabetik sangat mudah menimbulkan komplikasi berupa infeksi akibat
invasi bakteri serta adanya hiperglikemia menjadi tempat yang optimal untuk
pertumbuhan bakteri (Sudoyo AW, 2008). Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi
pada luka diabetic adalah bakteri yang menghasilkan biofilm. Biofilm ini dihasilkan
4

oleh bakteri Staphylococcuc aureus, dan Pseudomonas aeuroginosa. Adanya biofilm


pada dasar luka dapatmenghambat aktivitas fagosisotis neutrofil polimorfonuklear
dalam proses penyembuhan luka (Abidin RK, 2013).
Penanganan luka pada pasien Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan terapi
non-farmakologis. Madu merupakan terapi non-farmakologis yang biasa diberikan
dalam perawatan luka Diabetes Mellitus. Sifat antibakteri dari madu membantu
mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri
serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga
merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan
juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit (Hammad S, 2012).
Penerapan terapi menggunakan madu ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Aden, R (2010) bahwa madu mempunyai kadar osmolaritas tinggi
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mempercepat proses
penyembuhan luka. Madu menciptakan kelembapan yang tidak dipengaruhi oleh
lingkungan, hal ini yang menyebabkan bahwa madu sangat baik diserap oleh kulit.
Sebagai agen pengobatan topikal madu mudah diserap oleh kulit sehingga dapat
menyebabkan kelembapan pada kulit dan memberikan nutrisi yang dibutuhkan untuk
kulit (Aden R, 2010). Dengan dilakukan perawatan luka Diabetes Mellitus dengan
madu diharapkan angka kematian dan amputasi pada penderita Diabetes Mellitus
dapat menurun, dan meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah ke-efektifan Asuhan Keperawatan dengan pemberian terapi
madu pada penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat proses penyembuhan ?

C. TUJUAN
Menggambarkan ke-efektifan Asuhan Keperawatan dengan pemberian terapi
madu pada penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat proses penyembuhan.

D. MANFAAT
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam merawat luka penderita Diabetes
Mellitus dengan pemberian terapi madu.
5

2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan


Menambahkan keluasan ilmu dan terapan bidang keperawatan dalam pemberian
terapi madu pada penderita Diabetes Mellitus.

3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur pemberian terapi
madu pada Asuhan Keperawatan penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat
proses penyembuhan.

BAB II

TINJAUAN TEORI
6

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ kompleks yang melindungi dari lingkungan, pada saat

bersamaan memungkinkan interaksi dengan lingkungannya. Kulit merupakan

perpaduan yang dinamis, kompleks, terintegrasi dari sel, jaringan, dan elemen matriks

yang memediasi berbagai fungsi, yaitu: kulit merupakan barier permeabilitas fisik,

menjaga dari agen infeksius, termoregulasi, proteksi sinar ultraviolet, penutupan luka

dan regenerasi, dan memberikan penampilan fisik luar (Kochevar dkk, 2008). Kulit

terdiri dari tiga lapisan besar, yaitu epidermis, dermis, dan subkutis.

B. KONSEP LUKA

1. Definisi Luka

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomi normal yang diakibatkan

oleh proses patologis yang berasal dari faktor internal dan eksternal yang

mengenai organ tertentu (Perry, 2006: 1853).

Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kulit, mukosa mambran dan

tulang atau organ tubuh lain (Mansjoer, 2000: 396).

2. Jenis-jenis Luka

a. Berdasarkan sifat kejadian.

1) Luka disengaja, misalnya luka terkena radiasi atau bedah

2) Luka tidak disengaja, dibagi menjadi dua yaitu luka terbuka (jika terjadi

robekan) dan luka tertutup (jika tidak terjadi robekan).

b. Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi dua, yaitu luka mekanisme dan

non-mekanisme

1) Luka mekanik terdiri atas :

(1) Vulnus Scissum atau luka sayat akibat benda tajam. Pinggir luka

kelihatan rapi.
7

(2) Vulnus Contusum, luka memar karena cedera pada jaringan bawah

yang menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.

(3) Vulnus Kaceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya

yang menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.

(4) Vulnus Punctum, luka tusuk yang kecil di bagian luar (bagian mulut

luka) akan tetapi besar didalam luka.

(5) Vulnus Seloferadum, luka tembakan peluru.

(6) Vulnus Morcun, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian

luka.

(7) Vulnus Abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak

sampai ke pembuluh darah

2) Luka non-mekanik terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi, atau

sengatan listrik.

3. Tahapan Penyembuhan Luka

Tanpa memandang penyebab, tahapan penyembuhan luka terbagi atas :

a. Fase koagulasi: setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada daerah luka yang

diikuti dengan aktifasi kaskade pembekuan darah sehingga terbentuk klot

hematoma. Proses ini diikuti oleh proses selanjutnya yaitu fase inflamasi.

b. Fase inflamasi: Fase inflamasi mempunyai prioritas fungsional yaitu

menggalakkan hemostasis, menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah

infeksi oleh bakteri patogen terutama bakteria. Pada fase ini platelet yang

membentuk klot hematom mengalami degranulasi, melepaskan faktor

pertumbuhan seperti platelet derived growth factor (PDGF) dan transforming

growth factor ß (βTGF), granulocyte colony stimulating factor (G-CSF),


8

C5a, TNFα, IL-1 dan IL-8. Leukosit bermigrasi menuju daerah luka.Terjadi

deposit matriks fibrin yang mengawali proses penutupan luka.

c. Fase proliperatif: Fase proliperatif terjadi dari hari ke 4-21 setelah trauma.

Keratinosit disekitar luka mengalami perubahan fenotif. Regresi hubungan

desmosomal antara keratinosit pada membran basal menyebabkan sel keratin

bermigrasi kearah lateral. Keratinosit bergerak melalui interaksi dengan

matriks protein ekstraselular (fibronectin, vitronectin dan kolagen tipe I).

Faktor proangiogenik dilepaskan oleh makrofag, vascular endothelial growth

factor (VEGF) sehingga terjadi neovaskularisasi dan pembentukan jaringan

granulasi.

d. Fase remodeling: Remodeling merupakan fase yang paling lama pada proses

penyembuhan luka, terjadi pada hari ke 21-hingga 1 tahun. Terjadi kontraksi

luka, akibat pembentukan aktin myofibroblas dengan aktin mikrofilamen

yang memberikan kekuatan kontraksi pada penyembuhan luka. Pada fase ini

terjadi juga remodeling kolagen. Kolagen tipe III digantikan kolagen tipe I

yang dimediasi matriks metalloproteinase yang disekresi makrofag, fibroblas,

dan sel endotel. Pada masa 3 minggu penyembuhan, luka telah mendapatkan

kembali 20% kekuatan jaringan normal.

Tabel 2.1 Penyembuhan Luka Bedah Menurut Barbara (2005).

Stadium Waktu Kejadian Sel


Peradangan 0-2 jam 1. Hemostasis 1. Trombosit
(0-4hari) 2. Fagositosis 2. Eritrosit
0-4 hari 3. Leukosit
4. Neutrofil
5. Makrofag
Poliferasi 1-4 hari 1. Epitelisasi 1. Keratinosit
(2-22hari) 1-7 hari 2. Neovaskularisasi 2. Entotel
2-20 hari 3. Kontraksi 3. Miofibroblas
2-22 hari 4. Sintesis kolagen 4. Fibroblas
9

Pematangan Remodeling kolagen Fibroblas


(21hari-2
tahun)

Tabel 2.2 Tanda-Tanda Penyembuhan Luka Bedah Menurut Barbara (2005)

Stadium Waktu Tanda-Tanda


Peradangan 0-2 jam Terasa panas, nyeri,
(0-4 hari) 0-4 hari kemerahan, terjadi
pembengkakan.
Proliferasi 1-4 hari Tepi luka tampak merah
(2-22 hari) 2-7 hari muda, tampak cerah,
2-20 hari ridge, tampak jaringan
2-22 hari epitel dan granulasi.
Pematangan Jaringan parut, tampak
(21hari- 2tahun) serat berbentuk silang,
area luka terasa gatal.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

a. Vaskularisasi, karena luka membutuhkan keadaaan peredaran darah yang

baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.

b. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan

sel membutuhkan kadar protein sel yang cukup. Oleh sebab itu, orang

yang mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan

mengalami proses penyembuhan lama.

c. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan

atau kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan

dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat

proses penyembuhan luka.

d. Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya penyakit

seperti diabetes millites dan ginjal dapat memperlambat proses

penyembuhan luka.
10

e. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama

karena kandungan zat gizi yang terdapat di dalamnya. Sebagai contoh

vitamin A diperlukan untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan

luka dan sintesis kolagen, vitamin B kompleks sebagai faktor pada

sistem enzim yang mengatur metabolisme protein , karbohidrat lemak,

vitamin C dapat berfungsi sebagai fibroblas dan pencegah adanya infeksi

serta membentuk kapiler darah dan vitamin K membantu sintesis

protrombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah.

f. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stres. Mempengaruhi proses

penyembuhan luka.

g. Infeksi, terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan, demam,

nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar luka mengeras,serta adanya

kenaikan leukosit (Musrifatul Uliyah, 2006).

C. KONSEP TERAPI MADU

1. Konsep Madu

Madu merupakan produk lebah yang lebih dahulu dikenl dan diteliti. Madu

terbuat dari nektar yang dikumpulkan lebah madu dari berbagai tumbuhan

berbunga. Lebah akan menyimpan nektar di sarangnya dalam bentuk madu

sebagai makanan mereka sendiri. Namun, para peternak lebah memanen madu

yang berlebihan dan menjualnya. Madu memilika efek antibakteri sehingga

banyak dipakai untuk mengobati luka dan mempercepat penyembuhan (Suranto,

2007).

Madu adalah cairan manis alami berasal dari nektar tumbuhan yang diproduksi

oleh lebah madu. Lebah madu mengumpulkan nektar madu dari bunga
11

mekar,cairan tumbuhan yang mengalir di dedaunan dan kulit pohin, atau kadang-

kadang dari embun. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar

necteriffer dalam bunga, bentuknya berupa cairan, berasa manis alami dengan

aroma yang lembut (Suranto, 2007).

2. Karakteristik Madu

Menurut Suranto (2007) madu mempunyai banyak keunggulan karena

karakteristiknya. Sepuluh karakteristik fisis madu adalah sebagai berikut :

a. Kekentalan (viskositas)

Madu yang baru diekstrakan berbentuk cairan kental. Kekentalannya

tergantung dari komposisi madu, terutama kandungan airnya. Bila suhu

meningkat, kekentalan madu akan menurun.

b. Kepadatan (densitas)

Madu mempunyai ciri khas yaitu kepadatannya akan mengikuti gaya

gravitasi sesuai berat jenis. Bagian madu yang kaya akan air (densitasnya

rendah) akan berada diatas madu yang lebih padat dan kental.

c. Sifat Menarik Air (higroskopis)

Madu bersifat menyerap air sehingga akan bertambah encer dan akan

menyerp kelembapan udara sekitarnya.

d. Tegangan Permukaan (surface tension)

Madu memiliki tegangan permukaan yang rendah sehingga sering

digunakan sebagai campuran kosmetik. Tegangan permukaan madu bervariasi

tergantung sumber nektarnya dan berhubungan dengan kandungan zat koloid.

e. Suhu
12

Madu mempunyai sifat lambat menyerap suhu lingkungan, tergantung

dari komposisi dan derajat pengkristalannya. Dengan sifat yang mampu

mengantarkan panas dan kekentalan yang tinggi menyebabkan madu mudah

mengalami overheating (kelebihan panas) sehingga pengadukan dan

pemanasan madu haruslah dilakukan secara hati-hati.

f. Warna

Warna madu bervariasi dari transparan hingga tidak berwarna seperti

air, dari warna terang hingga hitam. Warna dasar madu adalah kuning

kecoklatan seperti gula caramel. Warna madu dipengaruhi oleh sumber nektar,

usia madu dan penyimpanan.

g. Aroma

Aroma madu yang khas disebabkan oleh kandungan zat organiknya

yang mudah menguap (volatil). Aroma madu bersumber dari zat yang

dihasilkan sel kelenjar bunga yang bercampur dalam nektar dan juga karena

proses fermentasi dan gula, asam amino dan vitamin selama pematangan

madu.

h. Rasa

Rasa madu yang khas ditentukan oleh kandungan asam organik dan

karbohidratnya, juga dipengaruhi oleh sumber nektarnya. Kebanyakan madu

rasanya manis dan agak asam.

i. Sifat Mengkristal

Madu cenderung mengkristal pada proses penyimpanan di suhu kamar.

Banyak orang berfikir bila madu mengkrtistal berarti kwalitas madu buruk

atau sudah ditambah gula.


13

j. Memutar Optik

Madu memiliki kemampuan mengubah sudut putaran cahaya

terpolarisasi. Kemampuan ini disebabkan kandungan zat gula yang spesifik

dalam madu.

3. Komposisi Madu

Menurut Suranto (2007) komposisi madu bervariasi :

a. Gula

Komposisi terbesar madu adalah gula fruktosa dan glukosa (85-95%

dari total gula). Tingginya kandunga gula sederhana dan presentasi fruktosa

menciptakan karakteristik nutrisi yang khas untuk madu.

b. Air

Komposisi terbesar kedua setelah gula adalah air. Keberadaan air

dalam madu merupakan hal penting terutama pada proses penyimpanan.

Hanya madu mengandung kadar air kurang dari 18% yang dapat disimpan

tanpa kwatir terjadi fermentasi.

c. Kalori

Madu merupakan salah satu nutrisi alami sumber energi. Satu kilogram

madu mengandung 3,280 kalori atau setara dengan 50 buir telur ayam, 5,7 liter

susu, 25 buah pisang, 40 buah jeruk, 4 kilogram kentang dan 1,68 kilogram

daging.

d. Enzim

Enzim yang terkandung dalam madu adalah invertase, diastase,

katalase, oksidase, peroksidase, dan protease. Guna enzim ini adalah memecah

sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Enzim diastase berfungsi mengubah zat
14

tepung menjadi dekstrin dan maltosa. Kemampuan enzim mengubah zat

tepung ini dipengaruhi oleh suhu 60-80ºC. Enzim katalase mengubah

hydrogen peroksidase menimbulkan efek antibakteri.

e. Hormon

Hormon adalah zat kimia yang berfungsi mengatur aktivitas sel atau

organ tubuh. Madu mengatur hormon gonadotropin yang berfungsi

menstimulasi kelenjar seksual.

f. Asam amino

Madu mengandung asam amino ensensial yang penting untuk tubuh

seperti proline, tirosin, fenilalanin, glutamin dan asam aspartat. Namun,

kandungan sangat bervariasi dari 0,6 hingga 500 mgdalam 100 gram madu.

g. Vitamin dan mineral

Madu kaya akan vitamin A, vitamin B kompleks (lengkap), vitamin C,

D, E dan K. Penelitian di Universitas Florida Departemen Ilmu Makanan dan

Nutrisi penting seperti vitamin B6, riboflavin, thiamin dan asam pantotenat.

Madu mengandung mineral cukup lemgkap namun bervariasi antara 0,01% -

0,64%, D. Jarvis meneliti kandungan mineral madu dan memastikan dari

100% sampel terdapat zat besi, kalium, kalsium, magnesium, tembaga,

mangan, natrium, dan fosfor. Zat lainnya adalah brium, seng, sulfur, klorin,

yodium, zirconium, gollium, vanadium, colbalt dan molybdenum. Sebagian

kecil madu ada yang mengandung bismuth, germanium, lithium dan emas.

4. Perawatan Luka dengan Madu


15

Penggunaan madu untuk perawatan sudah banyak dilakukan sejak ribuan

tahun yang lalu. Dunia kedokteran modern saat ini telah banyak membuktikan

madu sebagai obat yang unggul (Suranto, 2007). Sebuah laporan menunjukkan

luka yang dibalut dengan madu menutup pada 90 % kasus.

Penelitian yang dimuat di sebuah jurnal bedah tahun 2008 menunjukan

keunggulan madu dibandingkan obat topikal Silver Sulfadiazin untuk luka bakar.

Sejumlah 104 wanita dan pria dengan berbagai derajat luka bakar dibagi 2

kelompok. Kelompok pertama mendapatkan balutan madu dan kelompok kedua

dibalut dengan obat topikal Silver Sulfadiazin.

Tabel 2.3 Perbandingan Madu dan Silver Sulfadiazin

Kelompok Kelompok Silver


Kondisi Luka
Madu Sulfadiazin
Jaringan tumbuh rata-rata 7,5 hari 13,4 hari
Luka tidak mengandung kuman 91% 7%
Kesembuhan 15,4 hari 17,2
Keluhan nyeri dan bekas luka Lebih sedikit Lebih banyak

(Subrahmanyam,1991.Tropical Aplication of Honey in Treatment of Burns)

Madu merangsang terbentuknya kulit yang baru dan sehat sehingga jarang

membuat bekas luka yang jelek. Kandungan madu yang kaya nutrisi membuat

pasokan zat-zat yang dibutuhkan penyembuhan luka selalu cukup (Broadhurst,

2000).

Manfaat lainnya adalah madu dapat mengurangi peradangan yang ditandai

dengan berkurangnya nyeri, bengkak, dan luka yang mengering. Salah satu

penyebabnya karena madu memiliki osmolaritas yang tinggi hingga menyerap air

dan memperbaiki sirkulasi serta pertukaran udara di area luka. Selain itu, madu

memiliki efek membersihkan. Hal ini dikarenakan madu bersifat lengket pada

luka dan jaringan mati turut terangkat hingga luka menjadi bersih (Broadhurst,

2009).
16

Madu berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh karena dapat meningkatkan

jumlah sel darah putih. Jadi, kemampuan madu untuk menghambat radikal bebas

akan mengurangi kerusakan jaringan, dan kemampuannya merangsang sel darah

putih akan mempercepat penyembuhan. Madu juga membuat lingkungan menjadi

lembab yang mendukung pembentukan kulit baru (Broadhurst, 2010).

5. Penggunaan Madu sebagai kompres Luka

Madu yang bersifat asam dapat memberikan lingkungan asam pada luka

sehingga akan dapat mencegah bakteri melakukan penetrasi dan kolonisasi.

Selain itu kandungan air yang terdapat dalam madu akan memberikan

kelembaban pada luka. Hal ini sesuai dengan prinsip perawatan luka modern

yaitu ‘‘Moisture Balance’’. Hasil penelitian Gethin GT et al (2008) melaporkan

madu dapaat menurunkan Ph dan mengurangi ukuran luka kronis (ulkus

vena/arteri dan luka dekubitus) dalam waktu du minggu secara signifikan. Hal ini

akan memudahkan terjadinya prses granulasi dan eitelisasi pada luka.

Efem (2012) meneliti kemampuan madu sebagai penyembuhan luka akibat

gangrene, dan luka akibat diabetes mellitus pada pasien di Afrika. Madu

diberikan secara topika sebanyak 15-30 ml sekali sehari. Luka gangrene dan luka

diabetic sembuh dan membaik diikuti dengan tidak ditemukannya bakteri-bakteri

yang sebelumnya ada di sekitar luka, yakni P.pyocyenea, E.coli, S.aureus,

P.mirabilitas, coliform. Klebsiella, Sterptococcus faecalis, dan Streptococcus

pyogenes.

Luka setelah operasi cesar juga tak luput dari penelitian para ahli dan

dipublikasikan dalam Australia NZ Journal of Obstetrics & Gynaecology. Madu

diaplikasikan dengan perban pada luka bekas operasi. Ditemukan kemampuan


17

madu sebagai penyembuhan luka bekas operasi Caesar akan membuka peluang

penggunaan madu dalam klinik

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. N DENGAN DIABETES MELITUS
DI BANGSAL PRABU KRESNA RSUD. K.R.M.T WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG

Tanggal Pengkajian : 24 November 2018

Waktu : 11.00 WIB

Ruang/RS : Prabu Kresna / RSUD. K.R.M.T Wongsonegoro

1. BIODATA
a. Biodata Pasien
1) Nama : Tn. N
2) Umur : 47Tahun
3) Alamat : Genuk, Semarang
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Wiraswasta
6) Tanggal masuk : 24 November 2018
7) Diagnosa medis : Diabetes Melitus
8) Nomor register : 452871
b. Biodata Penanggung Jawab
1) Nama : Nn. R
2) Umur : 25 tahun
3) Alamat : Genuk, Semarang
4) Pekerjaan : wiraswasta
5) Hubungan dengan klien: Anak Kandung

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat Penyakit
18

1) Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke RSUDK.R.M.T Wongsonegoro dengan keluhan mengatakan
lemas, nyeri pada kaki kanan, bengkak, dan luka di kaki bernanah, jari ke 3
menghitam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan pasien memiliki
riwayat post debridement pada kaki kanannya.

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan pernah dirawat di RS sebanyak 3x dengan penyakit yang
sama.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan terdapat keluarga yang juga memiliki penyakit yang sama
yaitu ibu pasien.
5) Riwayat Penyakit Menular
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC,
HbsAg, dll.
6) Genogram

: Perempuan : pasien

: Laki-laki

: Meninggal
19

: Tinggal serumah

: Hubungan

3. PENGKAJIAN BIOLOGIS
a. Rasa Aman dan Nyaman
1) Sebelum sakit : klien tidak mengalami gangguan rasa aman dan nyaman
seperti nyeri
2) Saat sakit : klien mengalami gangguan rasa aman dan nyaman yaitu nyeri
padat kaki kanan terdapat luka telapak kaki dan punggung kaki, klien tidak
memiliki riwayat pembedahan.
P : saat di tekan dan di gerakan
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : pada kaki kanan
S : skala nyeri 5
T : terus-menerus
b. Aktivitas Istirahat-Tidur
1) Sebelum sakit : klien tidur 8-9 jam perhari, tidak mengalami gangguan tidur,
tidak menggunakan obat penenang. Klien tidak memiliki gangguan aktivitas,
tidak menggunakan alat bantu untuk beraktivitas, klien memulai aktivitas
mulai pukul 5 pagi dan beraktivitas hingga sore, klien tidak memiliki
ketrampilan khusus.
2) Saat sakit : klien tidur 6-7 jam perhari, tidak menggunakan obat penenang
sering terbangun di malam hari untuk BAK, terkadang klien tidur siang selama
di RS, aktivitas klien hanya berbaring, duduk dan mengobrol dengan
pasien/penunggu lain, klien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
c. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit : klien BAB 1x sehari bau khas, warna kekuningan, klien tidak
pernah menggunakan obat pencahar, tidak mengalami kesulitan BAB dan
tidak menggunakan alat bantu untuk BAB. BAK 6-7x/hari bau khas warna
kekuningan, tidak memiliki masalah perkemihan, tidak menggunakan alat
bantu berkemih, tidak memiliki riwayat pembedahan sistem perkemihan.
2) Saat sakit : klien mengatakan BAB 1x setiap hari bau khas warna
kekuningan, tidak mengalami kesulitan BAB dan tidak menggunakan alat
bantu untuk BAB. BAK 6-7x/hari bau khas, warna kekuningan, sering kencing
20

dimalam hari, tidak memiliki masalah perkemihan, terpasang kateter urine


bag.

d. Personal Hygiene
1) Sebelum sakit : klien dapat merawat diri sendiri, klien mandi 2x sehari, gosok
gigi 3x sehari.
2) Saat sakit : Aktivitas klien mandi dibantu oleh istri klien, klien di seka 2x
sehari, gosok gigi 2x sehari.
e. Nutrisi dan Cairan
1) Sebelum sakit : klien makan 3x sehari dengan porsi sedang meliputi nasi,
sayur, lauk-pauk dan buah, tidak ada alergi terhadap makan tertentu, tidak
memiliki riwayat pembedahan terkait sistem pencernaan. Klien minum 5 gelas
air putih setiap hari, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak ada minuman favorit
khusus/pantangan, tidak ada masalah saat makan dan minum.
2) Saat sakit : klien mengatakan makan 3x sehari porsi rumah sakit meliputi
nasi, sayur, lauk-pauk dan buah, 4 gelas air putih setiap hari, tidak ada
program pembatasan cairan, tidak ada masalah saat makan dan minum.
f. Pernafasan
1) Sebelum sakit : klien bernafas biasa, tidak ada sesak, tidak menggunakan alat
bantu nafas, tidak memiliki alergi, tidak merokok, tidak memiliki riwayat
gangguan pernafasan
2) Saat sakit : klien bernafas biasa, sudah tidak sesak, RR: 22x/menit
g. Kardiovaskuler
1) Sebelum sakit : klien menatakan beraktivitas biasa, tidak cepat merasa lelah,
tidak ada keluhan berdebar-debar, nyeri dada menyebar, pusing dan nyeri
berat di dada, klien tidak menggunakan alat pacu jantung, klien tidak
mengkonsumsi obat kardiovaskuler
2) Saat sakit : klien mengatakan merasa nyeri dada yang menyebar hingga
ke punggung dan tangan, pusing hingga ke punggung.
h. Seksualitas
Klien berjenis kelamin laki-laki, memiliki istri dan seorang anak prempuan.
4. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
a. Psikologi
21

Klien mengatakan memiliki usaha kecil di rumah yaitu membuka warung, saat di
ajak berbicara klien menunjukan ekspresi yang baik, klien dapat mengungkapkan
apa yang dirasakanya, suasana hati klien baik, klien menerima kondisinya saat ini.
Saat ini klien hanya dapat melakukan aktivitas di bangsal dan sesekali
bercengkerama dengan pasien lain/keluarga pasien.
b. Hubungan sosial
Klien mengatakan memiliki banyak teman.Klien mengatakan orang yang di
percaya adalah istri, dirumah klien berjualan dan memiliki warung kecil, klien
sebelum sakit dapat mengikuti kegiatan bermasyarakat seperti gotong royong,
arisan, dan lain-lain, sehingga saat sakit klien hanya duduk dan tiduran tidak
banyak melakukan aktivitas fisik karena kaki kanannya yang nyeri.

c. Spiritual
Klien beragama Islam, klien selalu berdo’a demi kesembuhanya dan
melaksanakan sholat 5 waktu di tempat tidur meskipun di rawat di RS.

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) GCS : 15 (E= 4, V=5, M=6)
3) Kondisi umum : Baik
4) Tanda-tanda Vital :
- TD : 120/70 mmHg
- N: 81x/menit
- S: 36,5oC
- R: 22x/menit
5) Pertumbuhan Fisik
- BB : 63 kg
- TB : 170 cm
- Postur tubuh : tegak
6) Keadaan Kulit
Warna kulit kuning langsat, turgor elastis, tidak ada kelainan kulit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
22

a) Bentuk
Mesocephal, rambut berwarna hitam, tidak ada lesi atau luka bekas jahitan.

b) Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor +/+,
terdapat refleks cahaya.
c) Telinga
Bentuk simetris, telinga bersih, tidak ada serumen berlebih, fungsi
pendengaran baik, tidak terdapat nyeri telinga
d) Hidung
Fungsi penghidu baik, tidak ada polip, tidak ada sekret berlebih, tidak ada
nyeri
e) Mulut
Kemampuan bicara baik, tidak pelo, mukosa bibir lembab, warna lidah
merah jambu, lidah tidak kotor, gigi baik, tidak ada bau mulut, tidak ada
dahak.
2) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada
nyeri telan.
3) Dada
a) Inspeksi : Dada simetris antara perkembangan kanan-kiri, tidak ada
retraksi otot dinding dada,
b) Palpasi : fokal fremitus teraba kanan-kiri, tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : vesikuler
4) Jantung
a) Inspeksi : ictus cordis terlihat pada ics 5, simetris kanan-kiri
b) Palpasi : ictus cordis teraba pada ics 4,5
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : bunyi jantung 1-2 normal
5) Abdomen
a) Inspeksi : tidak ada ascites, tidak ada lesi
b) Auskultasi : terdengar suara bising usus 8x/menit
c) Palpasi : tidak ada pembesaran hepar dan limpha
23

d) Perkusi : tyhmpani
6) Genetalia
Terpasang kateter, tidak ada kelainan genetalia, tidak ada penumpukan urine.
7) Ekstremitas
1. Atas : terpasang infus RL 20 tpm di tangan kanan, tidak ada kelainan
jari, tidak ada gangguan gerak, kekuatan otot 5/5.
2. Bawah : tidak ada edema perifer, kekuatan otot 4/5, tidak ada varices,
kaki kanan& punggung kananterdapat luka, jari jari kaki kanan
menghitam, nyeri sekitar kaki kanan.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan : Darah rutin
Tanggal/Jam : 24-11-2018/10:16 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Ket
Hematologi
Hb 7.9 g/dL 12,2 -17,2 L
Hematokrit 24.40 % 40 - 52 L
Jumlah Leukosit 12.5 /uL 3.8 – 10.6 H
Jumlah Trombosit 465 /uL 150 – 400 H
Kimia Klinik
Ureum 49.2 mg/dL 17.0 – 43.0 H
Creatinin 1.2 mg/dL 0.6 – 1.1 H
Natrium 126.0 mmol/L 135.0- 147.0 L
Kalium 4.60 mmol/L 3.50 – 5.0
Calcium 1.11 mmol/L 1.12 – 1.32 L
GDS : 216 mg/dL

Pemeriksaan : Darah rutin


Tanggal/Jam : 24-11-2018/10.32 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Ket
Kimi Klinik
Asam urat 4.8 mg/dL 1.4 – 5.8
Kolesterol total 279 mg/dL <200 H
24

Trigliserid 335 mg/dL <=150


SGOT 26 u/L 0 – 35
SGPT 35 u/L 0 – 35
Imunologi
HbsAg Negarif Negatif

7. TERAPI
- Infus RL 20 tpm : IV
- Inj. Ketorolac 30 mg 2x1 : IV
- Inj. Ranitidin 50 mg 2x1 : IV
- Rawat luka
- Cek GDS/ 8 jam

8. DAFTAR MASALAH
No Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
1. 24-11-2018 DS : Pasien mengatakan Agens cedera Kerusakan
11.00 WIB luka pada kaki kanan biologis integritas
bernanah dan bengkak jaringan
DO : Terdapat luka ulkus
pada kaki sebelah kanan
2. 24-11-2018 DS : Klien mengatakan Agen cidera Nyeri kronis
11.00 WIB nyeri pada kaki kanan
DO : Klien tampak
menahan rasa nyeri,
terdapat luka di kaki kanan
dan bernanah, jari ke 3
klien menghitam dan ada
luka di punggung kaki
kanan
P : saat bergerak dan
ditekan
25

Q : ditusuk-tusuk
R : kaki kanan
S:5
T : terus-menerus
3. 24-11-2018 DS : Klien mengatakan Kurang Resiko
11.00 WIB memiliki riwayat diabetes kepatuhan ketidakstabilan
melitus. Klien mengatakan pada rencana kadar glukosa
sering di rawat di RS manajemen darah
dengan masalah yang diabetes
sama yaitu diabetes
melitus, klien mengatakan
sering kencing,
kesemutan, pandangan
kabur
DO :
TD : 120/70 mmHg
N : 81x/menit
S : 36,5oC
R : 22x/menit
GDS : 216 mg/dL

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan agens cedera biologis
b. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cidera.
c. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah faktor resiko dengan kurang kepatuhan
pada rencana manajemen diabetes
26

10. RENCANA KEPERAWATAN


Tanggal/Jam No.dx Tujuan Intervensi Paraf
24-11- 1. Setelah dilakukan asuhan Managemen Tekanan
2018/11.10 keperawatan selama 1. Pakaikan pasien pakaian
WIB 3x24 jam diharapkan : yang tidak membatasi
- Granulasi dalam gerak
keadaan baik 2. Tahan diri untuk
- Bekas luka dalam melakukan tekanan pada
keadaan baik bagian tubuh yang sakit
Penurunan ukuran luka 3. Tinggikan ektremitas
yang terluka
4. Pantau area kulit yang
kemerahan atau rusak
5. Pantau pergerakan dan
aktifitas pasien
6. Pantau status nutrisi
pasien
7. Pantau sumber tekanan
dan geseran
Perawatan Luka
1. Ganti balutan plester dan
debris
2. Cukur rambut sekeliling
daerah yang terluka, jika
perlu
3. Catat karakteristik luka
termasuk warna, bau dan
ukuran
4. Bersihkan dengan larutan
saline atau nontoksik
yang sesuai
27

5. Berikan pemeliharaan
kulit luka bernanah
sesuai kebutuhan
6. Urut sekitar luka untuk
merangsang sirkulasi
7. Gunakan salep yang
cocok pada kulit/ lesi,
yang sesuai
8. Balut dengan perban
yang cocok
9. Pertahankan teknik
pensterilan perban ketika
merawat luka
10. Periksa luka setiap
mengganti perban
11. Bandingkan dan
mencatat secara teratur
perubahan-perubahan
pada luka
12. Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
prosedur perawatan luka
24-11- 2. NOC: Manajemen nyeri :
2018/11.10 ü Tingkat nyeri 1. Lakukan pegkajian nyeri
WIB ü Nyeri terkontrol secara komprehensif
Setelah dilakukan asuhan termasuk lokasi,
keperawatan selama 3 x karakteristik, durasi,
24 jam, klien dapat frekuensi, kualitas,
mengontrol nyeri, intensitas dan faktor
dengan indikator : presipitasi.
1. Mengenal faktor- 2. Observasi reaksi
28

faktor penyebab nonverbal dari


2. Mengenal kapan nyeri ketidaknyamanan.
terjadi 3. Kendalikan faktor
3. Tindakan pertolongan lingkungan yang
non farmakologi mempengaruhi nyeri
4. Menggunakan seperti suhu ruangan,
analgetik rekomendasi pencahayaan, kebisingan.
5. Melaporkan 4. Kurangi faktor presipitasi
perubahan terhadap nyeri.
gejala-gejala nyeri 5. Pilih dan lakukan
kepada tim kesehatan. penanganan nyeri
6. Nyeri terkontrol (farmakologis/non
- Menunjukkan tingkat farmakologis).
nyeri, dengan 6. Ajarkan teknik non
indikator: farmakologis (relaksasi,
1. Melaporkan nyeri distraksi dll) untuk
2. Frekuensi nyeri mengetasi nyeri.
3. Lamanya episode 7. Kolaborasi dengan dokter
nyeri dalam pemberian
4. Ekspresi nyeri; wajah analgetik untuk
5. Perubahan respirasi mengurangi nyeri.
rate 8. Evaluasi tindakan
6. Perubahan tekanan pengurang nyeri/ontrol
darah nyeri.
7. Kehilangan nafsu Administrasi analgetik :.
makan 1. Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis,
dan frekuensi.
2. Cek riwayat alergi.
3. Tentukan analgetik
pilihan, rute pemberian
29

dan dosis optimal.


4. Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
muncul.
5. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan gejala
efek samping.
24-11-2018/ 3. Setelah dilakukan askep Managemen Hiperglikemia
10.30 WIB 3x24 jam diharapkan 1. Monitor GDS sesuai
perawat akan menangani indikasi
dan meminimalkan 2. Monitor tanda dan gejala
episode hiperglikemia. diabetik ketoasidosis ;
gula darah > 300 mg/dl,
pernafasan bau aseton,
sakit kepala, pernafasan
kusmaul, anoreksia, mual
dan muntah, tachikardi,
TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia,
keletihan, pandangan
kabur atau kadar
Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi
sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai
order
5. Konsultasi dengan dokter
jika tanda dan gejala
hiperglikemia menetap
atau memburuk
6. Batasi latihan ketika gula
30

darah >250 mg/dl


khususnya adanya keton
pada urine
7. Anjurkan banyak minum

11. TINDAKAN KEPERAWATAN


Tanggal/Jam No Tindakan Keperawatan Respon Paraf
Dx
27/11/2018 1. 1. Membuka balutan perban DS : Pasien
09.00 WIB 2. Memperhatikan mengatakan bahwa
karakteristik luka pasien masih sedikit
termasuk warna bau dan nyeri dibalut lukanya,
ukuran dan belum mengetahui
3. Melakukan perawatan kegunaan dari
luka dengan kompres perawatan luka diabetik
madu menggunakan madu.
4. Berkolaborasi pemberian DO :
terapi antibiotik 1. Luka tampak masih
ada eksudat, kotor,
dan warna kuning
kehitaman.
2. Pasien tampak
sedikit meringis saat
dibalut lukanya.
27/11/2018 2. Manajemen nyeri : DS : Klien mengatakan
11.10 WIB 1. Melakukan pengkajian nyeri pada kaki kanan.
nyeri secara DO : Terdapat luka di
komprehensif termasuk kaki kanan dan
lokasi, karakteristik, bernanah, jari ke 3
durasi, frekuensi, menghitam, punggung
kualitas, intensitas dan kanan terdapat luka.
31

faktor presipitasi. P : saat di gerakan dan


ditekan
Q : ditusuk-tusuk
R : kaki kanan
S:5
T : terus-menerus

11.20 WIB 2. Mengobservasi reaksi DS : -


nonverbal dari DO : Klien tampak
ketidaknyamanan. menahan nyeri saat
kaki digerakan dan saat
kaki di tekan terutama
bagian punggung kaki
kanan.

11.30 WIB 3. Mengendalikan faktor DS : Klien mengatakan


lingkungan yang tidak terganggu dengan
mempengaruhi nyeri kondisi ruangan
seperti suhu ruangan, sekarang.
pencahayaan, kebisingan. DO : klien tampak
nyaman dengan kondisi
ruangan.

11.35 WIB 4. Mengurangi faktor DS : Klien mengatakan


presipitasi nyeri. akan mengurangi
aktivitas yang berat
DO : Klien tampak
istirahat di kasur

5. Mengajarkan teknik non


11.40 WIB DS : Klien mengatakan
farmakologis (relaksasi,
bersedia diajarkan
32

distraksi dll) untuk teknik nafas dalam


mengatasi nyeri. untuk mengurangi nyeri
DO : Klien dapat
memperagakan teknik
nafas dalam secara
mandiri
11.50 WIB DS : Klien bersedia
6. Berkolaborasi dengan diberikan obat
dokter dalam pemberian antianalgetik
analgetik untuk DO : injeksi ketorolac
mengurangi nyeri. per IV 30 mg 2x1
masuk, injeksi ranitidin,
tidak ada reaksi alergi.
12.05 WIB 3. 1. Memonitor GDS sesuai DS : Klien mengatakan
indikasi bersedia di cek GDS
DO : GDS= 216
mg/dL.

12.10 WIB 2. Memonitor tanda dan DS : Klien mengatakan


gejala diabetik pusing, sakit kepala,
ketoasidosis ; gula darah banyak kencing
> 300 mg/dl, pernafasan terutama saat malam
bau aseton, sakit kepala, hari, pandangan kabur
pernafasan kusmaul, dan mudah lelah.
anoreksia, mual dan DO : GDS= 216mg/dL,
muntah, tachikardi, TD Na: 126.0 mmol/L, Kal:
rendah, polyuria, 4.60 mmol/L.
polidypsia,poliphagia,
keletihan, pandangan
kabur atau kadar
Na,K,Po4 menurun.
33

12.20 3. Memonitor v/s :TD dan DS : Klien bersedia di


nadi sesuai indikasi ukur vital sign
DO :
TD : 130/90mmHg,
N : 84x/menit,
S : 36,5oC,
R: 22x/menit.
12.45 WIB 4. Memberikan insulin DS : Klien bersedia
sesuai order diberikan insulin
DO : injeksi humalog
masuk 8 iu.

13.30 WIB 5. Menganjurkan banyak DS : Klien mengatakan


minum akan menambah jumlah
air minum untuk
diminum
DO : klien minum 4
gelas sehari
28/11/2018 1. 1. Membuka balutan perban DS : Pasien
08.00 WIB 2. Memperhatikan mengatakan bahwa
karakteristik luka pasien masih sedikit
termasuk warna bau dan nyeri dibalut lukanya,
ukuran. tetapi terasa lebih
3. Melakukan perawatan nyaman dari hari
luka dengan kompres sebelumnya, dan telah
madu. mengetahui kegunaan
4. Berkolaborasi pemberian dari perawatan luka
terapi antibiotik. diabetik menggunakan
5. Memberikan pendidikan madu.
kesehatan tentang DO :
34

kegunaan perawatan luka 1. Luka tampak masih


dengan madu. ada sedikit eksudat,
dan warna
kemerahan.
2. Pasien tampak
sedikit meringis saat
dibalut lukanya.
08.30 WIB 2. 1. Melakukan pengkajian DS : Klien mengatakan
nyeri secara masih merasa nyeri
komprehensif termasuk pada kaki kanan.
lokasi, karakteristik, DO : Klien tampak
durasi, frekuensi, menahan nyeri dan
kualitas, intensitas dan melokalisisir daerah
faktor presipitasi. nyeri,
P : saat bergerak dan
ditekan
Q : ditusuk-tusuk
R : punggung kaki
kanan
S:4
T : terus-menerus

08.45 WIB 2. Mengobservasi reaksi DS : -


nonverbal dari DO : Wajah klien
ketidaknyamanan. tampak menahan nyeri
saat kaki digerakan dan
ditekan, klien
mengusap-usap bagian
kaki yang sakit.

09.00 WIB 3. Mengendalikan faktor DS : Klien mengatakan


35

lingkungan yang tidak terganggu dengan


mempengaruhi nyeri kondisi di bangsal,
seperti suhu ruangan, nyaman dengan
pencahayaan, kebisingan. lingkungan bangsal dan
tidak menebabkan nyeri
bertambah karena
lingkungan
DO : Klien tampak
nyaman, klien tampak
bercengkrama dan
bercanda dengan pasien
dan penunggu pasien
lain.

09.15 WIB 4. Mengurangi faktor DS : Klien mengatakan


presipitasi nyeri. sudah membatasi
aktivitas.
DO : Klien tampak
berbaring di tempat
tidur.

09.30 WIB 5. Melakukan penanganan DS : Klien mengatakan


nyeri (farmakologis/non sudah menerapkan
farmakologis). teknik nafas dalam
untuk mengurangi
nyeri, namun nyeri
masih ada.
DO : Klien dapat
melakukan teknik nafas
dalam secara mandiri.
36

09.40 WIB 6. Berkolaborasi dengan DS : Klien mengatakan


dokter dalam pemberian bersedia diberikan obat
analgetik untuk antianalgetik
mengurangi nyeri. DO : Klien kooperatif,
injeksi ketorolac 30 mg
2x1 masuk, injeksi
ranitidin50 mg 2x1
masuk, tidak ada reaksi
alergi.

10.00 WIB 7. Mengevaluasi tindakan DS : Klien mengatakan


pengurang nyeri/ kontrol nyeri berkurang setelah
nyeri. diberikan antianalgesik
dan melakukan teknik
nafas dalam
DO : Klien tampak
nyaman, reaksi nyeri
non-verbal berkurang
10.30 WIB 3. 3. Memonitor GDR sesuai DS : Klien mengatakan
indikasi. bersedia di periksa
GDR
DO : Klien tampak
tenang, kooperatif,
GDS= 235 mg/dL.

10.45 WIB 4. Memonitor tanda dan DS : Klien mengatakan


gejala diabetik sakit kepala hingga ke
ketoasidosis ; gula darah tengkuk, pandangan
> 300 mg/dl, pernafasan kabur, sering kencing,
bau aseton, sakit kepala, merasa mual dan
pernafasan kusmaul, mudah lelah.
37

anoreksia, mual dan DO : Klien tampak


muntah, tachikardi, TD berbaring di kasur,
rendah, polyuria, tidak terlalu banyak
polidypsia,poliphagia, melakukan aktivitas,
keletihan, pandangan GDS : 235 mg/dL,
kabur atau kadar
Na,K,Po4 menurun.

11.00 WIB 5. Memonitor v/s :TD dan DS : Klien mengatakn


nadi sesuai indikasi. bersedia di lakukan
pemeriksaan tanda vital
DO : TD : 140/70
mmHg, N: 86x/menit,
S: 36,3oC, R: 22x/menit

6. Memberikan insulin
11.30 WIB DS : Klien bersedia
sesuai order.
diberikan obat insulin
DO : diberikan injeksi
humalog 3iu.

12.00 WIB 7. Menganjurkan banyak DS : Klien mengatakan


minum sudah menambah
jumlah air putih yang
minum.
DO : Klien minum 5-6
gelas perhari.
29/11/2018 1. 1. Membuka balutan perban DS : Pasien
08.00 WIB 2. Memperhatikan mengatakan bahwa luka
karakteristik luka terasa lebih nyaman,
termasuk warna bau dan nyeri berkurang, dan
ukuran bau luka juga
38

3. Melakukan perawatan berkurang.


luka dengan kompres DO : Tampak luka
madu. lebih bersih, masih
4. Berkolaborasi pemberian terdapat sedikit
terapi antibiotik eksudat, dan granulasi
nulai muncul.
08.30 WIB 2. 1. Melakukan pengkajian DS : Klien mengatakan
nyeri secara nyeri masih terasa,
komprehensif termasuk nyeri berkurang jika
lokasi, karakteristik, sudah diberikan obat
durasi, frekuensi, penghilang rasa nyeri
kualitas, intensitas dan DO : Klien tampak
faktor presipitasi. mengusap bagian yang
nyeri.
P : saat digerakan dan
ditekan
Q : ditusuk-tusuk
R : punggung kaki
kanan
S:3
T : terus-menerus.

09.00 WIB 2. Megobservasi reaksi DS :-


nonverbal dari DO : Klien tampak
ketidaknyamanan. menahan rasa yang
sakit, raut wajah
menunjukan ekspresi
nyeri

09.30 WIB 3. Mengurangi faktor DS : Klien mengatakan


39

presipitasi nyeri. sudah membatasi


pergerakan pada kaki
kanan
DO : Klien tampak
berbaring di kamar,
tidak terlalu banyak
melakukan akivitas
yang melibatkan
pergerakan kaki.

10.00 WIB 4. Mengajarkan teknik non DS : klien mengatakan


farmakologis (relaksasi, selalu menerapkan
distraksi dll) untuk teknik nafas dalam
mengetasi nyeri. untuk mengurangi
nyeri, sesekali
mengusap bagian yang
sakit, namun nyeri tidak
banyak berkurang
DO : Ekspresi wajah
sedikit meringis.
10.30 WIB 5. Berkolaborasi dengan DS : Klien mengatakan
dokter dalam pemberian bersedia diberikan obat
analgetik untuk analgesik
mengurangi nyeri. DO : Klien kooperatif,
injeksi ketorolak 30 mg
2x1 masuk, injeksi
ranitidin 50 mg 2x1
masuk, tidak ada reaksi
alergi atau tanda-tanda
berbahaya lainnya.
40

11.00 WIB 6. Mengevaluasi tindakan DS : Klien mengatakan


pengurang nyeri/ontrol setelah diberikan obat
nyeri. pereda yeri nyeri
sedikit berkurang
DO : Klien tampak
tenang.
11.30 WIB 3. 1. Memonitor GDR sesuai DS : Klien bersedia
indikasi diperiksa kadar gula
darah
DO : Klien tenang,
kooperatif, GDS : 204
mg/dL.

12.00 WIB 2. Memonitor tanda dan DS : Klien mengatakan


gejala diabetik masih pusing dan
ketoasidosis ; gula darah lemas,
> 300 mg/dl, pernafasan DO : Klien tampak
bau aseton, sakit kepala, lemas, berbaring
pernafasan kusmaul, ditempat tidur, GDS :
anoreksia, mual dan 2014 mg/dL
muntah, tachikardi, TD
rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia,
keletihan, pandangan
kabur atau kadar
Na,K,Po4 menurun.

12.30 WIB 3. Memonitor v/s :TD dan DS : Klien bersedia di


nadi sesuai indikasi ukur tanda vital sign
DO : TD : 130/70
mmHg, N : 84x/menit,
41

S : 36,4O C, R :
20x/menit

13.00 WIB 4. Memberikan insulin DS : Klien mengatakan


sesuai order bersedia diberikan
insulin
DO : Injeksi humalog 5
iu masuk

12. EVALUASI KEPERAWATAN


Tanggal/Jam No.dx SOAP Paraf
27/11/2018 1, 2, 3 S :
13.30 WIB 1. Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan.
2. Klien mengatakan belum mengetahui mengenai
perawatan luka dengan madu dan bersedia untuk
dilakukan penkes dan perawatan luka dengan
madu.
O:
Klien tampak menunjukan ekspresi nyeri, mengusap
daerah yang sakit, tampak berhati-hati saat
menggerakanya
P : saat digerakan dan ditekan
Q : ditusuk-tusuk
R : kaki kanan
S:5
T : terus-menerus

A : masalah nyeri kronik berhubungan dengan agens


pencedera belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
42

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan
faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
3. Kendalikan faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis).
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgetik untuk mengurangi nyeri.
7. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ kontrol
nyeri.
8. Lakukan perawatan luka post op
debridement dengan madu.
3 S : Klien mengatakan lemas, pusing, sakit kepala
hingga ke tengkuk, sering BAK terutama saat
malam hari
O : GDS : 216 mg/dL, klien tampak lemas, Na:
126.0 mmol/L, Kal: 4.60 mmol/L, TD : 120/70
mmHg, N: 81x/menit, S: 36,5oC, R: 22x/menit
A : Masalah resiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah faktor resiko dengan kurang kepatuhan pada
rencana manajemen diabetes belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor GDR sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala diabetik
ketoasidosis ; gula darah > 300 mg/dl,
pernafasan bau aseton, sakit kepala,
43

pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan


muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan
kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Anjurkan banyak minum
28/11/2018 1
14.00 WIB
28/11/2018 2 S : Klien mengatakan masih merasa nyeri pada kaki
14.00 WIB kanan
O : Ekpresi wajah menahan nyeri, klien melokalisisr
bagian yang nyeri
P : saat digerakan dan ditekan
Q : ditusuk-tusuk
R : kaki kanan
S:4
T : terus-menerus
A : Masalah nyeri kronis berhubungan dengan agens
pencedaera belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan pegkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan
faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
3. Kendalikan faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
44

5. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,


distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgetik untuk mengurangi nyeri.
7. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol
nyeri.
3 S : Klien mengatakan masih lemas, sering kencing
terutama dimalam hari.
O : GDS : 190 mg/dL, TD : 140/70 mmHg, N:
86x/menit, S: 36,3oC, R: 22x/menit.
Tampak luka sedikit tertutup dan nanah berkurang,
serta tampak lebih lembab.
A : Masalah resiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah faktor resiko dengan kurang kepatuhan pada
rencana manajemen diabetes belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
1. Monitor GDR sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala diabetik
ketoasidosis ; gula darah > 300 mg/dl,
pernafasan bau aseton, sakit kepala,
pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan
muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan
kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Melakukan perawatan luka post op
debridement dengan madu.
29/11/2018 1
14.00 WIB
29/11/2018 2 S : Klien mengatakan nyeri masih dirasakan, namun
45

14.00 WIB berkurang setelah diberikan obat analgesik dan


melakukan teknik nafas dalam.
O : Klien tampak meringis saat menahan nyeri
P : saat digerakan dan ditekan
Q : ditusuk-tusuk
R : kaki kanan
S:3
T : terus-menerus
A : Masalah nyeri kronis berhubungan dengan agens
pencedra belum teratsi
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan pegkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan
faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
3. Kendalikan faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
5. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgetik untuk mengurangi nyeri.
7. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol
nyeri.
3 S : Klien mengatakan nyeri kepala hingga ke
tengkuk masih, masih sering BAK terutama
dimalam hari, masih lemas
O : Klien tampak berbaring di tempat tidur, GDS;
46

204 mg/dL, TD : 140/70 mmHg, N : 84x/menit,


S : 36,4O C, R : 20x/menit
Tampak epitelisasi luka mulai sedikit tumbuh, dan
lebih lembab, nanah berkurang dari hari
sebelumnya.
A : Masalah resiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah faktor resiko dengan kurang kepatuhan pada
rencana manajemen diabetes belum teratasi
A : lanjutkan intervensi
1. Monitor GDR sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala diabetik
ketoasidosis ; gula darah > 300 mg/dl,
pernafasan bau aseton, sakit kepala,
pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan
muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan
kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai order.
5. Lakukan perawatan luka dengan madu.
47

BAB IV

PEMBAHASAN

3. ANALISA KASUS
Kasus yang diangkat yaitu kasus Tn. N dengan penyakit Diabetes Mellitus dan terdapat
luka gangren dibagian kaki kanannya, dimana pasien mengalami luka kronis. Pasien
mengalami nyeri pada daerah luka tersebut saat bergerak dan ditekan, kualitas nyeri seperti
ditusuk – tusuk, dengan skala nyeri 5, serta nyeri secara terus menerus. Pasien telah
dilakukan perawatan luka dengan madu selama 3 hari, dimulai dari tanggal 27 – 29
November 2018, dengan implementasi sebagai berikut :
1. Tanggal 27 November 2018 pukul 12.00 WIB dengan respon pasien :
DS : Pasien mengatakan sudah mengetahui kegunaan dari perawatan luka diabetik,
merasa sedikit nyeri diberikan madu untuk balutan dasar pada lukanya.
DO : Tampak bekas luka operasi debridement tidak keluar eksudatnya, tampak bersih
pada kaki kanannya dan diberikan madu sebagai balutan dasar.
2. Tanggal 28 November 2018 pukul 12.00 WIB dengan respon pasien :
DS : Pasien mengatakan sudah mengetahui kegunaan dari perawatan luka diabetik,
merasa sedikit nyeri diberikan madu untuk balutan dasar pada lukanya.
DO : Tampak bekas luka operasi debridement tidak keluar eksudatnya, tampak bersih
pada kaki kanannya dan diberikan madu sebagai balutan dasar.
3. Tanggal 29 November 2018 pukul 13.15 WIB dengan respon pasien :
DS : Pasien mengatakan kegunaan dari perawatan luka menggunakan madu yaitu
mengurangi nyeri dan bau tidak sedap sehingga lebih nyaman beraktivitas.
DO : Tampak eksudat yang keluar lebih sedikit dari hari sebelumnya dan warna luka
menjadi kemerahan.
48

4. ANALISA INTERVENSI KEPERAWATAN


Berdasarkan kasus tersebut, beberapa jurnal yang mendasari tindakan perawatan luka
diabetes mellitus dengan madu yaitu :
1. Judul Jurnal : “Honey : A Potential Therapeutic Agent for Managing Diabetic
Wounds.”
Pengarang : Fahmida Alam, Md. Asiful Islam, Siew Hua Gan, and Md. Ibrahim
Khalil.
Tanggal terbit : 15 October 2014.
Tempat terbit : Malaysia
Isi Jurnal :
Data dari epidemiologi besar menunjukkan bahwa peningkatan penderita DM
sekitar 2 – 5 % penduduk dengan prevalensi umur dewasa di US. Pastinya, 25 % pasien
diabetik memiliki efek yang lebih beresiko untuk memiliki luka ulkus, nekrosis, bahkan
berujung pada amputasi.
Jurnal ini membahas tentang beberapa penelitian yang dilakukan mengenai
madu sebagai alternatif untuk perawatan luka diabetik. Tujuan penyusunan jurnal ini
yaitu untuk mengilustrasikan bagaimana dan mengapa madu sebagai penanganan
terbaik dan pengobatan alternatif pada manajemen luka diabetik.
Beberapa manfaat madu sebagai pengobatan luka diabetik yaitu :
a. Madu sebagai persatuan dengan luka diabetik. Jadi, madu dapat menyerap eksudat
yang terdapat pada luka diabetik dan akhirnya eksudat dapat berkurang.
b. Efek madu sebagai antioksidan pada luka diabetik, karena madu sebagai bagian
yang berbeda didunia ini memiliki beberapa enzim, yaitu phenolics, flavonoids,
ascorbic acids, dan glucose oxidase & catalase. Ada 2 cara kerja antioksidan, yang
pertama yaitu melawan mikroorganisme dan mengurangi infeksi pada sisi luka, dan
yang kedua yaitu mengurangi reactive oxygen species (ROS) dan inflamasi yang
disebabkan oleh luka sehingga membantu proses penyembuhan.
c. Mengatur luka debridement pada ulkus diabetik.
d. Mengurangi bau pada luka.
e. Meminimalisasi bekas luka.
f. Mengontrol inflamasi yang ditimbulkan pada luka.
49

Manajemen luka diabetes menggunakan madu yaitu madu mengandung enzim


protease yang mendorong proses debridement autolytic. Madu menggunakan energi
osmoliticnya untuk mengeluarkan aliran limfanya dari area luka sehingga dapat
menyerap eksudat yang ada pada luka DM dan akhirnya menambah epitelisasi dari luka
tersebut.
Penelitian sebelumnya yaitu Efem (2012) melakukan penelitian pada 59
penderita Diabetes Mellitus untuk perawatan luka diabetik dengan madu. Sebelumnya,
47 pasien menggunakan perawatan luka konvensional dan tidak ada hasilnya. Tetapi
setelah menggunakan madu, 58 dari 59 orang menyatakan bahwa madu efektif untuk
perawatan luka.
Berdasarkan jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa perawatan luka diabetik
menggunakan madu memiliki beberapa manfaat yaitu adanya penambahan epitelisasi
pada madu, mengikat eksudat yang ada pada luka diabetik sehingga eksudat tersebut
dapat diserap oleh tubuh dan kondisi luka menjadi lembab, dan terlihat lebih bersih.
Tetapi, penggunaan madu yang berlebihan pada luka diabetik justru akan
memperlambat penyerapan eksudat pada luka diabetik dan akhirnya membuat kondisi
luka semakin memburuk.

2. Judul Jurnal : Low Dose Stingless Bee Honey Increases Viability of Human Dermal
Fibroblasts That Could Potentially Promote Wound Healing.
Penulis : Abid Nordin, Norazzila Omar, Nur Qisya Afifah Veronica Sainik,
Shiplu Roy Chowdhury, Eshaifol Omar, Aminuddin Bin Saim, Ruszymah Bt Hj Idrus.
Tempat Terbit : Malaysia
Tanggal terbit : 13 September 2018
Isi Jurnal :
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil jaringan yang sehat yang berasal
dari pasien abdominoplasty. Penelitian tersebut dilakukan pada 96 potongan jaringan
sebagai medium yang dipanaskan oleh incubator 37C dengan 5% CO2 selama 24 jam.
Setelah itu, medium diberikan dosis madu (dari lebah yang tidak menyengat) yang
berbeda, dimulai dari 0.012 μg/ml hingga 25 600 μg/ml. Setelah itu, diletakkan
50

diincubator kembali 37C dengan 5% CO2. Lalu, medium diteteskan oleh propidium
iodide (PI) solution dan diinkubasi selama 30 menit di 4oC didaerah yang gelap.
Setelah itu, sel diteteskan paraformal dehyde 1% selama 15 menit. Perkembangan sel
pada medium tersebut dapat dilihat oleh alat bernama flow cytometry pada
FACSCalibur PI.
Peningkatan pertumbuhan jaringan paling banyak terlihat jelas pada dosis madu 0,024
µg/dL, sedangkan pada dosis madu 200 µg/dL dan 6400 µg/dL ternyata pertumbuhan
jaringan lebih lambat dan sel proliferasi yang dihasilkan lebih sedikit.
Pembahasan dari penelitian tersebut, yaitu terdapat 4 model penyembuhan luka,
yaitu hemostasis, inflamasi, proliferative, dan remodelling. Dosis yang tepat untuk
penyembuhan luka dengan madu yaitu 0.024 μg/ml, karena dapat mempercepat proses
proliferasi pada luka. Umumnya, proses proliferasi pada luka berlangsung pada 24 – 48
jam setelah kecelakaan / cidera. Efek jangka panjang untuk madu dosis rendah
menimbulkan proses proliferasi ada luka yang baik selama 24 jam, sebaliknya jika dosis
madu lebih tinggi menyebabkan proses proliferasi berlanjut lebih dari 24 jam. Hal ini
terjadi karena madu dari lebah yang tidak menyengat memiliki antimikroba yang
mengurangi infeksi mikroorganisme dan mempercepat proses penyembuhan pada luka
tersebut.
Jadi, dapat dapat disimpulkan bahwa melakukan perawatan luka ulkus pada
penderita Diabetes Mellitus sebaiknya dengan dosis yang sedikit, karena jaringan luka
dapat berkembang apabila lingkungannya lembab sehingga mempercepat proses
pertumbuhan jaringan baru.

3. Judul : Efektifitas Pengobatan Madu Alami terhadap Penyembuhan Luka Infeksi


Kaki Diabetik (IKD) (Studi Kasus Dipuskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk
Semarang).
Penulis : Radiant Eka pramana, dkk
Tempat : Semarang
Tanggal terbit : Tahun 2012
Isi Jurnal :
51

Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan kelompok pembanding


(control time series design). Populasi diambil di area kerja puskesmas Bangetayu
sebanyak 6 responden dan Puskesmas Genuk Semarang sebanyak 8 responden pada
bulan September 2011 – Februari 2018. Kelompok intervensi yaitu kelompok responden
yang menggunakan NaCl dan kompres madu, sedangkan kelompok pembanding yaitu
kelompok responden yang hanya menggunakan NaCl sebagai perawatan luka. Madu
yang digunakan yaitu madu yang resmi dan telah dilakukan uji laboratorium.
Kandungan air didalam madu tersebut yaitu 17 %. Peralatan yang digunakan untuk
perawatan luka yaitu bengkok, pinset chirurgis, pinset anatomis, plester, lidi kapas,
lembar observasi dan kamera sebagai dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan hampir semua responden yang memiliki kedalaman
luka grade 2 (2 cm) dan 1 responden memiliki kedalaman luka grade 1 (1 cm). Setelah 7
hari dilakukan perawatan luka, didapatkan bahwa semua responden memiliki perubahan
luka yang baik, diantaranya adanya jaringan granulasi baru, tidak ada reaksi inflamasi
(peradangan), dan luka mengering. Tetapi pada kelompok pembanding ditemukan
hampir semua luka tidak ada perubahan diantaranya granulasi sangat lambat (baru
nampak pada hari ke – 5), banyak sekali jaringan mati yang masih keras (seperti baal),
dan masih adanya reaksi inflamasi (peradangan) ditandai dengan adanya warna
kemerahan pada luka.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa madu dan cairan NaCl lebih efektif untuk
perawatan luka diabetik daripada hanya menggunakan cairan NaCl. Hal ini disebabkan
karena madu dapat menarik pus dan membuat luka lembab, sedangkan cairan NaCl
merupakan cairan fisiologis yang aman digunakan, tetapi bukan sebagai antiepti,
sehingga tidak dapat membunuh bakteri yang mungkin akan terdapat pada luka (Admin,
2008, hlm. 16). Jadi intervensi yang dilakukan pada Tn. N hasilnya sama dengan
penelitian ini.

4. Judul Jurnal : Perbandingan Efektivitas Perawatan Luka Modern “Moist Wound


Healing” dan Terapi Komplementer ‘NaCl 0,9% + Madu Asli” Terhadap Penyembuhan
Luka Kaki Diabetik Derajat II di RSUD Bangkinang
Penulis : Ns.Riani, S.Kep., M.Kes, & Fitri Handayani, SST., M.Kes
52

Tempat : Bangkinang
Tanggal terbit : Tahun 2017
Isi Jurnal :
Perawatan luka modern menggunakan metode Moist Wound Healing dan terapi
komplementer menggunakan NACL 0.9% + madu asli. Saat ini seluruh rumah sakit
di Bangkinang hanya berpusat pada Nacl 0,9% + kasa saja dalam perawatan luka kaki
diabetik pasien, belum menggunakan metode perawatan luka yang lain padahal sudah
banyak perawatan luka yang sudah berkembang dengan pesat di Indonesia. Basri
(2015) menunjukn perawatan luka kaki menggunakan metode konvensional cukup
banyak mengeluarkan biaya perawatan bagi pasien dibandingkan dengan metode
modern. Penelitian ini bersifat eksperiment dengan cara pre post one group with
control. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita luka kaki diabetik
derajat II di RSUD Bangkinang Nacal 0,9 %+ Madu asli. Dianjurkan untuk tenaga
kesehatan untuk tenaga untuk melakukanteknik MWH pada luka diabetik pasien DM
agar biaya perawatan lebih murah.
Berdasarkan hasil observasi terhadap pasien DM dengan luka kaki diabetik yang
mendapatkan perawatan luka, diperoleh penurunan skor derajat luka yang cukup
besar dengan madu menunjukkan perbaikan kondisi luka yakni ukuran luka
berkurang, tipe dan jumlah jaringan nekrotik berkurang, jumlah eksudat pada luka
berkurang, serta peningkatan epitelisasi pada permukaan luka sedangkan perubahan
kondisi luka yang menggunakan cairan NaCl 0,9% + Madu adalah pada penurunan
jumlah eksudat untuk epitelisasi tidak ada perubahan yang signifikan. Sebagai agen
pengobatan luka topical, madu mudah diserap kulit, sehingga dapat menciptakan
kelembaban kulit dan memberi nutrisi yang dibutuhkan kulit (Jeffrey dan echazaretta
1997). Jadi perawatan luka diabetik menggunakan madu bertujuan untuk membunuh
kuman (antibakteri), mengurangi inflamasi (antiinflamasi), serta mensimulasi dan
mempercepat penyembuhan luka, fungsi madu sebagai anti bakteri, antiinflamasi,
menstimulasi dan mempercepat penyembuhan luka dapat dilihat dari perbedaan hasil
penilaian status luka pada seluruh parameter penilaian.
53

BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Penggunaan madu sebagai salah satu materi perawatan luka bersifat menguntungkan
karena madu mengandung sekaligus berbagai potensi antiinflamasi, antibakterial, serta
antioksidan; ditambah dengan sifat madu yang antiresisten. Tak hanya karena
bioaktivitasnya tersebut, madu juga mampu mempertahankan kelembapan luka serta
menstimulasi pengangkatan jaringan mati, sehingga dapat mendukung penyembuhan luka;
madu dapat mengurangi bau tidak sedap pada luka dapat memberikan kenyamanan.
Meskipun demikian, salah satu penyulit yang patut dipertimbangkan adalah perlunya
penggantian balut madu setiap hari untuk madu lokal agar tujuan awal tetap tercapai. Selain
itu, madu yang digunakan untuk perawatan luka sebaiknya sudah terstandarisasi dan sudah
steril.

2. Saran
Sebaiknya perawatan luka dengan madu dilakukan pada penelitian selanjutnya, dan
dengan waktu hingga epitelisasinya luka terbentuk sehingga peneliti memahami seberapa
lama tingkat epitelisasi pada luka DM terbentuk apabila dikompres dengan madu.
54

DAFTAR PUSTAKA

Abidin RK. Faktor penghambat proses proliferasi luka diabetic foot ulcer pada pasien
diabetes mellitus tipe ii di klinik kitamura Pontianak. [Tanjungpura]: Keperawatan
Universitas Tanjungpura; (2013) [cited 13 Februari 2014].

ADA. (2011). Diagnosis and Clasification of Diabetes Mellitus.

Aden, R. (2010). Manfaat dan Khasiat Madu. Hanggat Kreator : Yogyakarta. 128 hlm.

Andyagreeni. (2010). Tanda Klinis Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

Askandar. (2009). Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes Mellitus. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

DINKES. (2013). IDF Diabetes Atlas.

Dr. Nabyl RA. (2011). Prinsip Pencegahan Diabetes Mellitus. Jakarta : CV. Trans Info Media

Hammad S. 99 resep sehat dengan madu. Solo: Aqwamedika; (2012).

Hardjito K, Wijayanti LA, Saputri NM., (2012). Senam kegel dan penyembuhan luka jahitan
perineum pada ibu post partum. 2-TRIK : Tunas-Tunas Riset Kesehatan.

Prodan A, Rusu M, Campean R, Prodan R. (2008). A Java framework for analyzing and
processing wound images for medical education. Proceedings 20th European Conference
on Modelling and Simulation (ECMS).

Setyarini EA, Barus LS, Dwitari A., (2013). Perbedaan alat ganti verband antara dressing set
dan dressing trolley terhadap resiko infeksi nosokomial dalam perawatan luka. Jurna
Kesehatan STIkes Santo Borromeus.

Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Soegondo. (2009). Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Mellitus untuk Mencegah
Komplikasi Kerusakan Oragn-Organ Tubuh.

Subekti. (2010). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit dan Komplikasi Pada
Penderita Diabetes Mellitus Dengan Tindakan Mengontrol Kadar Gula Darah di
Wilayah Kerja Puskesmas I Gatak Sukoharjo. Berita Ilmu Keperawatan ISSN.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 2008.
55

Suyono S. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Edisi 4. Jakarta: FK


Universitas Indonesia; 2007.

WHO. (2013). Jumlah penderita Diabetes Mellitus.


1

Anda mungkin juga menyukai