Tugas ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Praktik Klinik AsuhanKeperawatan
Anestesi Pre-Intra-Post
Disusun oleh:
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PraktikKlinik Asuhan
Keperawatan Anestesi Pre-Intra-Post
Oleh :
Mengetahui,
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam proses penyembuhan luka, delayed healingdapat terjadi bila sel inflamasidan
sel imunitas yang diperlukan pada fase inflamasi, proliferasidan maturasitidak dapat
bekerja secara optimal. Sel-sel tersebut adalah platelet (fase koagulasi), neutrofildan
monosit(fase koagulasidan inflamasi), makrofag (fase inflamasi), keratinosit, fibroblas
dan sel endotelial (fase proliferasi), serta miofibroblas(fase maturasi).Proses
penyembuhan ulkus diabetikum dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalahusia,
manajemen perawatan luka, nutrisi, merokok dan infeksi.Perawatan luka diabetik harus
memperhatikan perubahan usia penderita karena semakin tua usia seseorang akan
semakin lama proses penyembuhan luka berlangsung hal ini dipengaruhi oleh
perbedaan penggantiankolagen yang mempengaruhi penyembuhan luka(Maryunani,
2013).Menurut Handayani (2010 dalam Bryant & Nix, 2007) bahwa
“Manajemen perawatan luka adalah salah satu teknik yang harus diketahui oleh
perawat, hal ini berpengaruh terhadap proses penyembuhan karena pemilihan bahan
balutan dan penggunaan teknik pembalutan yang tidak tepat, penggunaan antibiotik
topikal dan larutan pembersih luka yang kurang tepat atau penggunaan antiseptik solution
yang semestinya tidak diperlukan dapat menghambat proses penyembuhan luka.
Teknik perawatan luka dapat berupa perawatan luka baik secara lokal maupun sistemik.
Perawatan lokal dapat berupa tindakan necrotomy, debridemendan jenis dressingluka
yang digunakan. Perawatan sistemik dapat berupa pemberian nutrisi parenteral dan
insulin subkutan”.
Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011, diabetes melitus dengan komplikasi
ulkus diabetik berada pada urutan ke enam dari sepuluh penyakit utama pada pasien
rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian akibat
ulkus berkisar 17-23%, angka amputasi berkisar 15-30% dan angka kematian 1 tahun
post amputasi sebesar 14,8% (Departemen Kesehatan RI, 2011) oleh karena itu penulis
tertarik untuk mengangkat kasus pasien Ny.R pada 24 Mei 2022 di IBS RSUD Wates
dengan tindakan anestesi umum
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka dapat
dirumuskan menerapkan Asuhan Kepenataan anestesi Pada Ny. S dengan Ulkus Dinding
Dada dengan tindakan operasi STSG dengan general anestesi
C. TUJUAN
Tujuan Umum
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dan pemahaman bagi mahasiswa untuk lebih
memahami tentang asuhan kepenataan pada pasien Ulkus Dinding Dada dilakukan
tindakan operasi STSG dengan tindakan general anestesi.
Tujuan Khusus
c. Dapat menyusun rencana kepenataan anestesi pada pasien Ulkus Dinding Dada
dilakukan tindakan operasi STSG dengan tindakan anestesi umum
e. Dapat mengevaluasi hasil asuhan kepenataan anestesi pada pasien Ulkus Dinding
Dada dilakukan tindakan operasi STSG dengan tindakan anestesi umum
D. METODE
Metode adalah suatu atau serangkaian cara yang digunakan untuk menyelesaikan
suatu permasalahan. Metode yang digunakan pada karya tulis ilmiah ini adalah studi kasus.
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau
institusi (Nursalam, 2014)
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan kepenataan
anestesi pada pasien ULKUS DINDING DADA dilakukan tindakan operasi STSG dengan
tindakan anestesi umum.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi anestesi
Anestesi dan reanimasi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
tatalaksana untuk mematikan rasa. Rasa nyeri, rasa tidak nyaman pasien dan rasa lain
yang tidak diharapkan. Anestesiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
tatalaksana untuk menjaga atau mempertahankan hidup pasien selama mengalami
“kematian” akibat dari obat analgesia.
2. Jenis anestesi (General Anestesi)
General anestesi sendiri merupakan suatu tindakan meniadakan nyeri secara
sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Cara kerja anestesi umum
selain menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia,
juga merelaksasi seluruh otot. General anesthesia atau anestesi umum merupakan
suatu tindakan yang bertujuan menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar dan
menyebabkan amnesia yang bersifat reversible dan dapat diprediksi, anestesi umum
menyebabkanhilangnya ingatan saat dilakukan pembiusan dan operasi sehingga saat
pasien sadar pasien tidak mengingat peristiwa pembedahan yang dilakukan. Prinsip dari
general anestesi yaitu meminimalisir terjadinya potensi bahayabaik secara langsung
maupun tidak langsung dari tehnik anestesi dan agen anestesi, mempertahankan
keadaan se-fisiologis mungkin selama proses pembedahan, meningkatkan kondisi
umum setelah operasi.
3. Teknik anestesi
General anestesi menurut, dapat dilakukan dengan 3 teknik, yaitu
a. General Anestesi Intravena
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesi
parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena.
b. General Anestesi Inhalasi
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat
anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yangmudah menguap melalui alat
atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
c. Anestesi Imbang
Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat- obatan baik
obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi ataukombinasi teknik general
anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara optimal
dan berimbang, yaitu:
1) Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obat hipnotikum atau
obat anestesi umum yang lain.
2) Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat analgetikopiat atau
obat general anestesi atau dengan cara analgesia regional.
3) Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat pelumpuh otot atau
general anestesi, atau dengan cara analgesia regional.
4. Rumatan anestesi
Rumatan anestesi dapat dikerjakan secara IV atau dengan inhalasi atau
campuran intravena inhalasi. Biasanya mengacu pada trias anestesi Rumatan IV
dengan dosis tinggi, fentanyl 10-50 mcg/kgbb dapat menyebabkan pasien tidur dengan
analgetik cukup sehingga tinggal diberikan pelumpuh otot.Untuk rumatan inhalasi
biasanya menggunakan campuran N20 dan 02 ditambah dengan isofluran atau
sevofluran tergantung apakah pasien bernapas spontan dibantu atau dikendalikan.
a. Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu;
1) Stadium I
Stadium induksi atau eksitasi volunter, dimulai dari pemberian agen anestesi
sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan
frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi.
2) Stadium II
Stadium eksitasi involunter, dimulai dari hilangnya kesadaran sampaipermulaan
stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang tidak
menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah,
midriasis, hipertensi, dan takikardia.
3) Stadium III
Pembedahan/operasi, terbagi dalam 3 bagian yaitu;
3. Rencana intervensi
a. Masalah kesehatan anestesi 1 (Nyeri Akut berhubungan dengan penyakit)
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi diharapkan masalah dapat
teratasi.
2) Kriteria hasil
a) TTV pasien dalam keadaan normal
b) Pasien tampak lebih rileks
c) Nyeri berkurang menjadi 2
3) Rencana Tindakan
a) Kaji tinggkat nyeri pasien menggunakan pengkajian nyeri PQRST
b) Ajarkan terapi relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
pasien
c) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat analgesi
3) Rencana Tindakan
a) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas
b) Pantau suara napas tambahan seperti ngorok atau mengi
c) Pantau saturasi oksigen pada pasien
d) Posisikan pasien semifowler
e) Berikan terapi oksigen jika diperlukan
c. Masalah kesehatan anestesi 3 (Hipotermia berhubungan dengan termoregulasi
pasca anestesi)
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi diharapkan masalah dapat
teratasi.
2) Kriteria hasil
a) Pasien terlihat tenang
b) Tidak terlihat tanda shivering pada pasien
3) Rencana Tindakan
a) Kaji TTV pasien
b) Berikan selimut penghangat
c) Kolaborasi pemberian obat petidine untuk mengatasi shivering
d. Masalah kesehatan anestesi 4 (Resiko Aspirasi berhubungan dengan manipulasi
akibat intubasi)
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi diharapkan masalah dapat
teratasi.
2) Kriteria hasil
a) Pasien terhindar dari resiko aspirasi
b) TTV pasien dalam batas normal
3) Rencana Tindakan
a) Monitoring TTV pasien
b) Pasang selang NGT
c) Minimalkan manipulasi dalam mulut saat intubasi
d) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat anti emetik