Anda di halaman 1dari 6

https://republika.co.

id/berita/qf8l0t430/peran-muhammadiyah-dalam-kemerdekaan-indonesia

Peran Muhammadiyah dalam


Kemerdekaan Indonesia
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dubes Indonesia untuk Lebanon
Hajriyanto Y Thohari mengatakan hubungan Muhammadiyah dengan
kemerdekaan jelang tahun 40-an menunjukkan dinamika tinggi sebagai
sebuah gerakan Islam.

"Perkembangan nasional sangat cepat terutama setelah Muhammadiyah


masuk dan diterima di Sumbar, dari Minangkabau, Muhammadiyah
berkembang pesat melesat di seluruh persada tanah air,"ujar dia dalam
kajian rutin PP Muhammadiyah, Jumat (14/8.)

Muhammadiyah menjadi sangat diperhitungkan di tahun 40-an ketika


Jepang berhasil kalahkan sekutu dalam front dan medan peperangan
menguasai kawasan nusantara.

Ada organisasi yang nyaring di atas tapi tidak nyaring di bawah,


Muhammadiyah menjadi gerakan yang nyaring dari atas hingga ke akar.
Jepang kemudian segera mengetahui hal itu.

Sehingga terbentuklah empat serangkai sebagai jembatan penghubung


antara penguasa Jepang yang di nusantara dengan rakyat Indonesia.
Diwakili oleh KH Mas Mansyur telah nampak betapa Muhammadiyah salah
satu representasi kekuatan real bangsa Indonesia. Karena elemen Islam
terwakili oleh beliau.

Setelah KH Mas Mansyur terpilih kepemimpinan Muhammadiyah beralih


kepada Ki Bagus Hadikusumo. Kemudian Ki Bagus bersama Soekarno
diminta datang ke Jepang untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia.

Ki Bagus kemudian mengusulkan satu orang lagi yakni M. Hatta. Ini


diceritakan Hatta dalam Memoirnya. Kemudian peranan tokoh
Muhammadiyah juga ada dalam PPUPKI dan BPUPKI, termasuk Ki Bagus
di dalamnya dan tokoh Aisyiyah pun masuk di dalamnya.

"Tidak berlebihan jika saya menyebutnya sejarah Pancasila adalah sejarah


Muhammadiyah,"ujar dia.

Tokoh -tokoh Muhammadiyah lain yang juga berpengaruh dalam


kemerdekaan diantaranya Ir Djuanda, Radjiman Wedyodiningrat, Teuku
Muhammad Hasan yang berkiprah di Aceh dalam memajukan pendidikan,
dan Menag pertama Prof Rosyidi, putra Kotagede lulusan Prancis

http://m.muhammadiyah.or.id/id/news-19548-detail-peran-besar-muhammadiyah-dalam-
proses-kemerdekaan-berada-pada-posisi-vital.html

Peran Besar Muhammadiyah dalam Proses


Kemerdekaan Berada pada Posisi Vital
MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA— Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul
Mu’ti menekankan perlu adanya pengangkatan kembali sisi historis tentang berdirinya Negara.
Menurutnya, masih banyak diantara anak bangsa yang belum memahami secara seksama.
 
Mu’ti menyebut, proses penting berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) termasuk
tentang kesepakatan Pancasila sebagai dasar Negara dalam catatan sejarah sangat jarang menyebut
keterlibatan Muhammadiyah.
 
“Catatan dalam buku sejarah itu hampir tidak ada yang mengkaitkan peristiwa kemerdekaan
Indonesia dengan peran para tokoh Muhammadiyah dan juga peran Muhammadiyah sebagai
organisasi,” tutur Mu’ti pada Jumat (14/8) malam dalam acara Pengajian Umum PP Muhammadiyah.
 
Mengutip beberapa tulisan tokoh, Mu’ti menyebut peran besar Muhammadiyah dalam proses
kemerdekaan Indonesia berada pada posisi vital. Bahkan jika menyebut dengan jujur dan seksama,
sejarah Pancasila adalah sejarah Muhammadiyah. Di mana dalam proses mufakat Pancasila sebagai
dasar Negara dilakukan oleh tokoh Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo dan lainnya.
 
Dalam konteks masa depan bangsa, sejarah ini perlu diangkat karena ini juga termasuk berbicara
mengenai historical legacy (warisan sejarah). Mengangkat sejarah bukan hanya untuk mengenang
romantisme, tetapi belajar sejarah adalah untuk membuat catatan penting sebagai bahan mengambil
semangat dan spirit sejarah itu.
 
“Tentu kebenaran sejarah adalah suatu hal yang harus kita lakukan, tapi mengambil makna dan spirit
dari sejarah itu sebagai bekal kita meniti masa depan yang lebih baik adalah api dari sejarah yang
memang harus kita kenangkan dalam hidup kita,” katanya.
 
Sehingga sejarah perlu ditulis secara otentik, karena dalam banyak hal, arah bangsa sangat erat
kaitannya dengan jejak sejarah bangsa itu sendiri. Penulisan sejarah secara otentik bisa dijadikan
batu pijak untuk mengawal arah bangsa, termasuk dalam beberapa perdebatan yang sedang hangat
sekarang ini, misalnya UU HIP.
 
Mu’ti menyebut, catatan otentik sejarah Indonesia adalah bekal membangun jati diri bangsa diantara
bangsa-bangsa lain. Catatan otentik ini juga sebagai basis argument untuk menguatkan persatuan
NKRI. Karena ditemui di beberapa persoalan tentang beberapa wilayah yang ingin melepaskan diri
dari NKRI, mereka juga melakukan dengan argumen sejarah.
 
Dalam catatan sejarah peran aktor menjadi sangat penting, karena itu jika berbicara mengenai proses
kemerdekaan dan perumusan Pancasila sebagai dasar Negara, Mu’ti menyebut paling tidak ada
empat tokoh sentral yang berasal dari Muhammadiyah. Diantaranya ada Ki Bagus Hadikusumo, Mr
Kasman Singodimejo, Prof. Abdul Kahar Mudzakir, dan Ir. Soekarno.
 
“Jangan dikira, Ir. Soekarno itu anggota Muhammadiyah. Ia punya kartu anggota Muhammadiyah.
Pernah menjadi konsul pendidikan Muhammadiyah waktu di Bengkulu,” tuturnya.
 
Guru besar dalam bidang Pendidikan Agama Islam ini berseloroh bahwa, meskipun tiga nama selain
Soekarno yang berasal dari Muhammadiyah berperan besar dalam proses kemerdekaan, sampai
saat ini mereka belum diangkat menjadi Pahlawan Nasional sebelum PP Muhammadiyah
memperjuangkannya. Berkaca dari itu, Mu’ti kemudian mengelompokkan bahwa di Indonesia ada
pahlawan yang bersertifikiat dan yang tidak.
 
“Ada yang berkontribusi untuk Negara tapi tidak diakui perannya, dan mereka yang berkontribusi
peran tapi tidak diakui kepahlawanannya,” katanya.
Mu’ti menegaskan bahwa Muhammadiyah sekarang memiliki Pekerjaan Rumah (PR) untuk
bagaimana meniru dan meneruskan jejak para tokoh yang ikut berjuang tersebut. Selain dari tokoh
laki-laki, Muhammadiyah juga berperan melalui tokoh perempuannya.
 
Misalnya dalam BPUPKI juga melibatkan kader ‘Aisyiyah dan sampai saat ini belum ditetapkan
sebagai pahlawan. Jangan penyematan gelar pahlawan yang tidak obyektif menjadi beban dan dosa
terhadap sejarah bangsa. Indonesia kedepan menuntut Muhammadiyah bukan hanya sebagai pasiff
participant, tetapi harus aktif menjadi partisipan.
 
“Yang harus menjadi agenda kita adalah menjadi kelompok yang membuat langkah-langkah dan
terobosan dalam rangka menentukan dan membangun Indonesia di masa depan,” tegas Mu’ti.
 
Dalam soal gagasan kebangsaan, Muhammadiyah adalah organisasi yang kaya akan hal itu. Melalui
gagasan yang dirumuskan dalam permusyawaratan resmi di Muhammadiyah. Diantaranya gagasan
revitalisasi visi dan karakter bangsa yang ditetapkan dalam Tanwir Muhammadiyah di Lampung,
rumusan Indonesia Berkemajuan yang ditetapkan dalam sidang Tanwir Muhammadiyah di
Samarinda, juga ada Pancasila sebagai Darul Ahdi Wasyahadah yang ditetapkan dalam Mukatamar
Muhammadiyah di Makassar.

https://geotimes.co.id/opini/muhammadiyah-dan-kemerdekaan-indonesia/

Muhammadiyah dan
Kemerdekaan Indonesia
Peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 sudah dekat. Seluruh rakyat
Indonesia patut mengucapkan rasa syukur atas anugerah kemerdekaan ini. Sebagai
bangsa yang besar, Indonesia harus memiliki cita-cita dan impian yang besar pula,
terutama cita-cita mencerdaskan rakyat Indonesia.

Mencerdaskan rakyat Indonesia menjadi lebih mudah karena bantuan dan peran
dari Muhammadiyah. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta
pada 8 Dzhulhijjah 1330 H atau 18 Nopember 1912. Pendiri Muhammadiyah
adalah Muhammad Darwis dan kemudian dikenal dengan Ahmad Dahlan.

Ahmad Dahlan berpikir keras untuk membuat perubahan dan mengatasi


keterbelakangan kaum pribumi. Memberantas pembodohan dan pemiskinan akibat
kolonialisasi yang sistemik. Hasil berpikir dan usaha ini maka lahirlah
Muhammadiyah. Saat ini Muhammadiyah memasuki milad ke-110.

Secara usia Muhammadiyah berdiri jauh lebih dulu dibandingkan dengan


Indonesia. Bisa dikatakan tokoh-tokoh perintis kemerdekaan Indonesia terlahir dari
Muhammadiyah. Dengan kata lain Indonesia banyak belajar dari Muhammadiyah.

Proklamator dan Presiden Indonesia pertama yaitu Bung Karno terlahir dari
keluarga besar Muhammadiyah. Contoh lain yaitu Jenderal Sudirman yang
merupakan pendiri Hisbul Wathan dan merupakan cikal bakal Pramuka Indonesia
juga dari Muhammadiyah.

Upaya Muhammadiyah dalam Kemerdekaan Indonesia sangatlah besar.


Muhammadiyah berupaya sebagai motor penggerak perubahan. Muhammadiyah
selalu memberi inspirasi kepada Indonesia. Jika Indonesia ingin rakyatnya
sejahtera maka cerdaskan dan jaga kesehatan rakyatnya.

Pergerakan Muhammadiyah sangat kental di dunia dakwah, pendidikan dan


kesehatan. Ciri-ciri perjuangan Muhammadiyah yaitu gerakan Islam, gerakan
dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar dan gerakan tajdid. Nilai-nilai Islam
harus dijunjung dan diamalkan dalam keseharian. Indonesia jangan melupakan
gerakan Islam.

Penjajah Belanda sejak dulu ingin mengecilkan peran Islam. Seperti Snouck
Hurgronje yang berusaha memisahkan antara adat dengan Islam. Maka
dimomentum peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia saat ini, kembalikan peran
Islam dalam mengukir sejarah Indonesia kedepan. Jangan pisahkan Indonesia dan
Islam.

https://www.okezone.com/tren/read/2020/08/17/620/2263259/peran-muhammadiyah-di-
balik-kemerdekaan-indonesia

Peran Muhammadiyah di Balik


Kemerdekaan Indonesia
BANYAK rangkaian sejarah di balik proses berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dan Pancasila sebagai dasar negara.
Sayangnya, nyaris tak ada yang mengaitkan peristiwa kemerdekaan Indonesia
dengan peran sentral Muhammadiyah beserta para tokohnya.
Padahal ormas Islam terbesar kedua di Indonesia itu punya andil besar terhadap
terbukanya pintu gerbang kemerdekaan Indonesia.
Muhammadiyah telah melakukan proses-proses yang sangat menentukan bagi
berdirinya negara Indonesia serta mempertahankan kedaulatannya.
Sekertaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengatakan,
sejarah tentang peran besar Muhammadiyah terhadap masa depan bangsa perlu
diangkat kembali sebagai warisan sejarah, dan dalam beberapa hal juga berkaitan
dengan championing the history (memperjuangkan dan memenangkan sejarah).
Maka upaya dalam meluruskan arah sejarah harus dilakukan. Makna dan spirit dari
sejarah adalah agar kita bisa meniti ke arah masa depan yang lebih baik. Karena
dari sejarah kita belajar tentang masa lalu untuk masa depan.
“Sejarah bukan hanya tentang capaian masa lalu yang indah dari generasi
terdahulu. Tapi sejarah adalah semua hal mengenai catatan-catatan penting yang
semestinya kita ambil nilai dan maknanya,” kata dia, dikutip dari laman Suara
Muhamamdiyah.
Abdul Mu'ti menjelaskan, dalam banyak hal, sejarah ditentukan oleh bagaimana
sejarah tersebut ditulis. Munculnya gejala-gejala yang menjadi polemik publik
(RUU HIP) yang sebenarnya sudah selesai menandakan bahwa bangsa ini belum
selesai dengan catatan-catatan sejarahnya.

https://infomu.co/2020/08/15/peran-muhammadiyah-dalam-perjuangan-kemerdekaan-
indonesia/

Peran Muhammadiyah dalam


Perjuangan Kemerdekaan
Indonesia
Dalam ranah kemerdekaan, ada beberapa persoalan history (sejarah) yang perlu diangkat
kembali. Tentang bagaimana proses berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dan Pancasila sebagai dasar negara. Di banyak catatan sejarah, hampir tidak ada yang
mengkaitkan peristiwa kemerdekaan Indonesia dengan peran central Muhammadiyah beserta
tokoh-tokohnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat sumbangsih besar Muhammadiyah
bagi terbukanya pintu gerbang kemerdekaan. Muhammadiyah telah melakukan proses-proses
yang sangat menentukan bagi berdirinya negara Indonesia serta mempertahankan
kedaulatannya.
Abdul Mu’ti, Sekertaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan, sejarah
tentang peran besar Muhammadiyah terhadap masa depan bangsa perlu diangkat kembali
sebagai historical legacy (warisan sejarah), dan dalam beberapa hal juga berkaitan
dengan championing the history (memperjuangkan dan memenangkan sejarah). Maka upaya
dalam meluruskan arah sejarah harus dilakukan. Makna dan spirit dari sejarah adalah agar
kita bisa meniti ke arah masa depan yang lebih baik. Karena dari sejarah kita belajar tentang
masa lalu untuk masa depan
“Sejarah Bukan Hanya Tentang Capaian Masa Lalu Yang Indah Dari Generasi Terdahulu.
Tapi Sejarah Adalah Semua Hal Mengenai Catatan-Catatan Penting Yang Semestinya Kita
Ambil Nilai Dan Maknanya,” Ujarnya.
Dalam banyak hal, sejarah ditentukan oleh bagaimana sejarah tersebut ditulis. Munculnya
gejala-gejala yang menjadi polemik publik (RUU HIP) yang sebenarnya sudah selesai
menandakan bahwa bangsa ini belum selesai dengan catatan-catatan sejarahnya. “Cara kita
memaknai sejarah menjadi bagian penting dalam membangun harkat dan martabat bangsa
kita di mata bangsa lain. Karena itulah sejarah penting untuk ditulis. Siapa melakukan, apa,
dan untuk siapa,” ungkap Abdul Mu’ti dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat
Muhammadiyah (14/5).

“Dengan spirit ini mudah-mudahan kita tergerak. Tidak hanya berdakwah dan berkiprah di
internal persyarikatan, tapi juga ikut bergerak dan berperan dalam menentukan arah
perjalanan bangsa di masa sekarang dan masa depan,”

Sudarnoto Abdul Hakim, Wakil Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah mengungkapkan


bahwa history repeats itself, sejarah itu berulang. Sejarah tidak cukup hanya dipahami
sebagai kumpulan fakta-fakta, tapi yang jauh lebih penting dari itu adalah narasinya.
Peristiwa sejarah yang sama dengan faktanya sangat tergantung pada siapa yang mampu
memahami sejarah dengan baik.
Berbicara tentang histogeografi (penulisan sejarah), Anhar Gonggong, Sejarawan,
menyampaikan pesan, Muhammadiyah dengan segala potensi amal usaha di sektor perguruan
tinggi diminta untuk segera mengambil kesempatan, melakukan sebuah kegiatan seminar
yang khusus membicarakan tentang Indonesia dan Muhammadiyah dengan pendekatan
sejarah. Hal ini dinilai akan sangat berguna, dalam pengertian, menempatkan tempat kita
masing-masing, memperjelas tempat Muhammadiyah dalam kerangka bangunan Indonesia
dan Keindonesiaan.

Ketika berbicara tentang kemerdekaan, Muhammadiyah telah melakukan dua hal penting
dalam proses kemerdekaan Indonesia. Pertama, melakukan pembaharuan, oleh sebab itu KH
Ahmad Dahlan disebut sebagai tokoh pembaharu. Kedua, berkiprah di dunia pendidikan. Hal
ini merupakan sumbangsih besar Muhammadiyah kepada bangsa yang tidak terbantahkan.
“Kedua hal inilah yang akhirnya melahirkan sebagian besar dari intelektual Indonesia yang
memiliki peranan penting hingga sekarang” paparnya

Anda mungkin juga menyukai